Global Warming
Global Warming
LANDASAN TEORI
Agar dapat efektif, audit distribusi harus rinci dan diselenggarakan secara
periodik, sehingga dibutuhkan komitmen waktu dan sumber daya manajemen. Audit
terhadap operas! perusahaan juga membutuhkan analisis terhadap harga konsumen,
harga ritel, positioning harga, syarat dan kondisi yang diterapkan, penetapan harga lini
produk. dan segala macam tawaran maupun diskon yang diberikan para pesaing di
berbagai pasar yang berbeda.
Dalam konteks manajemen distribusi global terintegrasi, perusahaan harus
memutuskan secara cermat akti vitas yang akan dilakukan sendiri dan aktivitas yang
bakal diserahkan kepada pihak eksternal, terutama dengan mempertimbangkan faktor
pengendalian yang efektif dan biaya. Internalisasi distribusi global menimbulkan trade-
off antara biaya dan pengendalian. Beberapa perusahaan, khususnya perusahaan merek
terkemuka, menekankan pentingnya memiliki sendiri distributor internasional.
Kebijakan ini didasari keinginan untuk memastikan kendali penuh atas positioning
mereknya di setiap pasar internasional. Pemilihan pendekatan yang akan digunakan
bisa diinterpretasikan sebagai masalah biaya transaksi (transaction costs problem).
Keseimbangan antara pengendalian dan biaya yang dievaluasi berdasarkan biaya
transaksi akan menentukan apakah distribusi internasional harus dilakukan lewat kantor
cabang perusahaan atau melalui distributor independen.
Dalam mengkalkulasi biaya transaksi, perusahaan juga mengkaji berbagai
faktor lainnya. Biaya transaksi terkait erat dengan psychic distance berbagai pasar dan
pengalaman yang telah diperoleh dari pasar internasional. Integrasi menawarkan
manfaat berupa captive outlet di setiap pasar internasional yang dimasuki.
Pengendalian ekstensif seperti ini menuntut komitmen berbagai sumber daya. Jika
terjadi kegagalan, maka biayanya akan sangat mahal. Sebaliknya, penggunaan
distributor independen membutuhkan spesialisasi. Manfaat yang didapatkan antara lain
berupa tersedianya akses ke pasar, biaya belajar yang rendah, dan entri bisa
berlangsung lebih cepat dan efisien.
Perusahaan global biasanya disarankan untuk menggunakan distributor independen jika
pasar yang dimasuki sangat kompetitif. Faktor penting lainnya meliputi biaya
pemantauan kinerja perantara, tahap siklus hidup produk, dan tingkat standarisasi yang
diberlakukan pada program pemasaran. Di lain pihak, integrasi fungsi distribusi secara
internal akan lebih cocok apabila pasar yang dimasuki mirip secara kultural dengan
negara asal, produk perusahaan bersifat inovatif atau sangat terdiferen-siasi, wiraniaga
perusahaan sangat terspesialisasi, dan perusahaan ingin mengendalikan pemasaran
produknya secara ketat.
Ada kalanya sebuah perusahaan memilih strategi ganda (dual strategy) dalam
mendistribusikan produknya, yakni melalui distributor-nya sendiri dan menggunakan
jasa perusahaan independen. Ini memungkinkan perusahaan untuk mendiferensiasikan
pasar menjadi dua atau lebih segmen yang dilayani secara berbeda. Apabila ada
penundaan dalam produksi atau pasokan terbatas selama periode tertentii, maka hal ini
sering menimbulkan masalah. Dalam situasi seperti ini, distributor terintegrasi
cenderung lebih disukai. Industri minyak pada dekade 1970-an merupakan contoh
nyata situasi ini: perusahaan minyak terkemuka memilih memakai outletnya sendiri
daripada perantara independen saat pasokan sangat terbatas.
Isu menarik lainnya menyangkut manajemen saluran distribusi internasional adalah
sejauh mana saluran distribusi rentan terhadap perubahan dan inovasi. Tingkat inovasi
tertinggi dalam saluran pemasaran terjadi pada saluran yang terintegrasi secara parsial.
Beberapa penelitian menemukan bahwa ada hubungan berbentuk U (U-shaped
relationship) antara tingkat inovasi dan tingkat integrasi vertikal dalam saluran
distribusi, di mana tingkat menengah integrasi vertikal paling cocok untuk inovasi dan
adaptabilitas. Sekalipun demikian, hipotesis ini masih perlu diuji lebih lanjut secara
empiris.
Inovasi bisa terjadi dalam sistem distribusi independen. Penciptaan saluran
distribusi yang sama sekali baru bisa memberikan keunggulan kompetitif bagi
perusahaan. Introduksi kaus kaki terkemas secara unik (dalam kontainer plastik dengan
desain mirip telur) di pasar swalayan oleh L'eggs Hosiery, sementara para pesaing
mengandalkan saluran distribusi konvensional (seperti toserba), merupakan contoh
perusahaan yang sukses mengeksploitasi saluran distribusi baru. L'eggs memecahkan
banyak masalah pasar swalayan: pemesanan dan sediaan' penjualan secara konsinyasi
produk yang relatif sukar dikutil/dicuri; memanfaatkan ruang pajangan yang tersedia
secara efisien; dan menyediakan produk berkualitas tinggi dengan harga murah yang
didukung dengan iklan gencar. Kombinasi semacam ini sangat sulit dikalahkan.