Anda di halaman 1dari 4

Nama :Petrus Purnomo

Tugas :Presentasi

Tripitaka

Tripitaka adalah kumpulan ajaran Buddha selama 45 tahun dalam bahas pali. Terdiri dari Sutta-
ajaran konvensional, Vinaya-kodedisiplin, dan Abhidama-psikologi moral. Tripitaka disusun
oleh para Arahat yang memiliki kontak langsung dengan sang Buddha. Ketika sang Buddha
meninggal dhamma luhur tetap dilestarikan dengan jujur meski tidak tertulis oleh para murid.
500 Arahat terkemuka melakukan suatu sidang untuk menyusun doktrin yang diajarkan sang
Buddha. Yang Ariya Ananda yang berkesempatan khusus mendengarkan ceramah sang Buddha
menuturkan Dhamma, sementara Yang Ariya Upali menuturkan Vinaya, aturan tingkah laku
sangha. Seratus tahun setelah dewan Buddhis pertama, pada masa raja Kalasoka, sebagian murid
memandang perlu mengubah beberapa aturan kecil, sedangkan bhikku otodoks berkata tidak
perlu mengubah aturan(Vinaya). Hal ini menyebabkan dewan Buddhis kedua hanya menyangkut
vinaya. Dewan budhis ke 3 abad ke-3, selama kaisar Asoka disusunlah buku yang disebut
Kathavatthu dan ajaran ini diterima oleh dewan yang dikenal dengan Theravada atau “jalan para
sesepuh”. Dan dewan Buddhis ke-4 tahun 80 sm, dibawah perlindungan raja Vattagamini
Abbaya yang bajik, maka Tripitaka dituliskan untuk pertama kali.

Tripitaka tersusun atas tiga bagian. Bagian itu antara lain

1. Vinaya pitaka merupakan tata tertib bhikku dan bhikkhuni. Disini digambarkan
perkembangan sasana secara rinci, terdapat juga informasi mengenai sejarah masa
lampau adat istiadat dan lain-lain. dua puluh tahun setelah pencerahannya sang Buddha
tidak membuat aturan, namun setelah jumlah pengikut semakin banyak dibuat Vinaya
pitaka.
2. Sutta pitaka Terdiri dari ceramah utama sang Buddha dalam berbagai peristiwa. Disini
terdapat juga ceramah para murid sehingga terdapat yang sepertinya bertentangan namun
semuanya itu dikatakan oleh sang Buddha untuk menyesuaikan dengan maksud tertentu.
Karena itu etika, moral, disipli dll dapat ditemukan di sutta pitaka.
3. Abhidhamma Pitaka Bagi para pemikir mendalam Abhidhamma adalah kitab yang paling
penting dan menarik karena mengandung psikolog dan psikologi dari ajaran sang
Buddha, dan terdapat juga wacana sederhana yang cukup jelas dari Sutta pitaka

Ajaran dasar Buddhaisme1

a. Ajaran dasar dikenal sebagai Empat Kebenaran Ariya meliputi:

 Dukkha Ariya Sacca (Kebenaran Arya tentang Dukkha), Dukha ialah penderitaan. Dukha
menjelaskan bahwa ada lima pelekatan kepada dunia yang merupakan penderitaan. Kelima hal itu
adalah kelahiran, umur tua, sakit, mati, disatukan dengan yang tidak dikasihi, dan tidak mencapai
yang diinginkan.
 Dukkha Samudaya Ariya Sacca (Kebenaran Ariya tentang Asal Mula Dukkha), Samudaya ialah
sebab. Setiap penderitaan pasti memiliki sebab, contohnya: yang menyebabkan orang dilahirkan
kembali adalah adanya keinginan kepada hidup.
 Dukkha Nirodha Ariya Sacca (Kebenaran Ariya tentang Terhentinya Dukkha), Nirodha ialah
pemadaman. Pemadaman kesengsaraan dapat dilakukan dengan menghapus keinginan secara
sempurna sehingga tidak ada lagi tempat untuk keinginan tersebut.
 Dukkha Nirodha Ariya Sacca (Kebenaran Ariya tentang Jalan yang Menuju Terhentinya
Dukkha).

Jadi, jika kita ingin lepas dari kesengsaraan, harus menempuh jalan cara-cara kelepasan. Jalan
kelepasan yaitu Marga.
Inti ajaran Buddha menjelaskan bahwa hidup adalah untuk menderita. Jika di dunia ini tidak ada
penderitaan, maka Buddha pun tidak akan menjelma di dunia 2..Semua hal yang terjadi pada manusia
merupakan wujud dari penderitaan itu sendiri. Saat hidup, sakit, dipisahkan dari yang dikasihi dan lain-
lain, merupakan wujud penderitaan seperti yang sudah dijelaskan diatas. Bahkan kesenangan yang
dialami manusia, dianggap sebagai sumber penderitaan karena tidak ada kesenangan yang kekal di dunia
ini. Kesenangan atau kegirangan bergantung kepada ikatannya dengan sumber kesenangannya itu,
padahal sumber kesenangan tadi berada di luar diri manusia. Sumber itu tidak mungkin dipengang atau
diraba oleh manusia, karena tidak ada sesuatu yang tetap berada. Semua penderitaan disebabkan karena
kehausan. Untuk menerangkan hal ini diajarkanlah yang disebut pratitya samutpada, artinya pokok

1
Sang Buddha menurut sejarah, Hal 12, 13
2
Pandangan ini dianut oleh orang yang beraliran Mahayana, karena mereka sudah mengenal konsep tuhan, sedangkan orang yang
beraliran Hinayana mengatakan kalau Buddha adalah orang biasa yang mendapat pencerahan
permulaan yang bergantungan. Setiap kejadian pasti memiliki keterkaitan dengan pokok permulaan yang
sebelumnya.

b. Ajaran tentang Delapan Jalan Kelepasan3

Agar terlepas dari penderitaan mereka harus melalui 8 jalan kebenaran yang dibagi menjadi 3 tahap
bagian, yaitu:

1) Percaya yang benar (Samma ditthi). Sraddha atau iman yang terdiri dari “percaya yang benar” ini
memberikan pendahuluan yang terdiri dari: Percaya dan menyerahkan diri kepada Buddha sebagai
guru yang berwenang mengajarkan kebenaran, percaya menyerahkan diri kepada dharma atau ajaran
buddha, sebagai yang membawanya kepada kelepasan, dan percaya setelah menyerahkan diri kepada
jemaat sebagai jalan yang dilaluinya. Sila yaitu usaha untuk mencapai moral yang tinggi
2) Maksud yang benar (Samma sankappa), merupakan hasil “percaya yang benar” yakin bahwa jalan
petunjuka budha adalah jalan yang benar
3) Kata-kata yang benar (Samma vaca), maksudnya orang harus menjauhkan diri dari kebohongan dan
membicarakan kejahatan orang lain, mengucapkan kata-kata yang kasar, serta melakukan percakapan
yang tidak senonoh.
4) Perbuatan yang benar (Samma kammanta), maksudnya bahwa dalam segala perbuatan orang tak
boleh mencari keuntungan sendiri.
5) Hidup yang benar (Sama ajiva), maksudnya secara lahir dan batin orang harus murni atu bebas dari
penipuan diri
6) Usaha yang benar (Samma vayama), maksudnya seperti pengawasan hawa nafsu agar jangan sampai
terjadi tabiat-tabiat yang jahat.
7) Ingatan yang benar (Samma sati), maksudnya pengawasan akal, rencana atau emosi yang merusak
kesehatan moral Semadi
8) Kontemplasi yang benar, pemikiran terbuka akan misteri mendalam dari hidup.

Nibana

Nibana adalah kebahagiaan tertinggi, suatu keadaan kebahagiaan abadi yang luar biasa.
Kebahagiaan nibana tidak dapat dialami dengan memanjakan indera, tetapi dengan
menenangkannya. Nibana adalah tujuan akhir dari ajaran Budha, namun Nibana sendiri bukanlah
suatu surga. Memang pernah, nibana dianggap surga, dengan tujuan meyakinkan orang yang
3
Sang Buddha menurut sejarah, Hal 14, 15
kurang mengerti agar mereka mengikuti ajaran itu, sehingga nibana menjadi suatu tempat yang
indah dan penuh kebahagiaan. Namun bukan itu yang dimaksud dengan nibana. Sang budha
mengakui adanya surga, namun baginya surga masih termasuk samsara, dan pembebasan akhir
bukanlah itu dan nibana dianggap lebih tinggi dari surga. Jika nibana bukanlah tempat, lalu apa
itu nibana? Nibana ada seperti api, tidak ada tempat untuk menyimpannya, namun ia muncul
ketika ada gesekan yang terus menerus. Nibana juga akan muncul ketika sifat pikiran manusia
bebas dari semua cemaran. Pada dasarnya setiap orang dapat mengalami nibana, tetapi
sebelumseseorang mengalami keadaan tertinggi kebahagiaan nibana maka orang itu hanya dapat
berspekulasi tentang nibana. Nibana tidak dapat dijelaskan dan di definisikan, seperti kegelapan
hanya bisa dijelaskan dengan lawannya. Begitupun nibana sebagai pemadaman segala
penderitaan dapat dijelaskan dengan lawannya: penderitaan yang dipikul oleh samsara. Nibana
ada dimana-mana ketika penderitaan, perubahan, dan cemaran batin tidak ada.

Memuaskan keinginan inderawi hanya membawa kepada kebahagiaan yang sementara


yang justru memperpanjang perjalanan samsara. Oleh karenanya dibutuhkan nibana untuk
menyembuhkan samsara. Nibana adalah akhir dari nafsu yang menyebabkan segala penderitaan,
kematian, penyakit, usia tua, dlsb. Oleh sebab itu nibana tidak bersifat sementara. Nibana dapat
didapat ketika seorang mengikuti ajaran sang Buddha dengan melenyapkan keserakahan (lobha)
kebencian (dosa), dan lenyapnya batin (moha). Dengan memurnikan diri dan menyadaribahwa
tidak ada inti diri yang mutlak dibutuhkan juga meditasi yang benar dan konstan oleh karenanya
membebaskan diri dari keegoisan dan ilusi. Dengan begitu nibana akan didapatkan. Nibana
berbeda dengan samsara, jika disamakan maka tidak ada bedanya antara yang terkondisi dan
yang tak terkondisi atau nibana.

Orang yang dapat mencapai kebahagiaan nibana dapat mengalaminya selama sisa
hidupnya. Setelah kematian unsur-unsur tersebut akan luruh karena nibana tidak terkondisi.
Nibana dapat dicapai di kehidupan sekarang, dan jika nibana disadari ketika tubuh masih ada,
disebut sopadisesa nibbana. Ketika nibana didapat maka seorang akan memahami sepenuhnya
hidup keduniawian yang sekarang ini. Dan dunia ini akan berhenti menjadi objek nafsu. Semua
kesedihan, penyakit, kesengsaraan, dll akan berakhir setelah mendapatkan kebahagiaan tertinggi
nibana.

Anda mungkin juga menyukai