Anda di halaman 1dari 6

KONSEP STATUS GIZI

Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP STATUS GIZI

Pengertian Status Gizi

 Status adalah tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh suatu keadaan
(Wikipedia, 2008).

 Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi
(Supariasa, 2001).

 Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu,
atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk tertentu (Supariasa, 2001).
 Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan
zat-zat gizi (Almatsier, 2001).

Penilaian Status Gizi

 Penilaian status gizi adalah interpretasi dari data yang didapatkan dengan
menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang
berisiko atau dengan status gizi buruk (FKM UI, 2008)

PENILAIAN STATUS GIZI SECARA LANGSUNG

(1). Antropometri

Pengertian

 Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi.

Penggunaan

 Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan


protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan
proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa,
2001).
 Antropometri adalah pengukuran yang paling sering digunakan sebagai metode
penilaian status gizi secara langsung untuk menilai dua masalah utama gizi, yaitu : (1)
kurang energi protein (KEP), khususnya pada anak-anak dan ibu hamil, (2) obesitas
pada semua kelompok umur (FKM UI, 2008).

Ada beberapa pengukuran antropometri utama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :

Tabel Pengukuran antropometri yang utama

 Salah satu cara pengukuran status gizi dengan antropometri adalah IMT (indeks
massa tubuh) yang merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa (18 tahun keatas). Khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan. Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut :

Tabel Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia

(2). Klinis
Pengertian

 Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan
epitel (supervicial epithelial tissue) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau
pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

Penggunaan

 Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical
surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis
umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk
mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu
tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

(3). Biokimia

Pengertian

 Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh
yang digunakan antara lain, darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh
seperti hati dan otot.

Penggunaan

 Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi
keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik,
maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan
kekurangan gizi yang spesifik.

(4). Biofisika

Pengertian

 Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari
jaringan.

Penggunaan

 Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja
epidemik (epidemic of night blindness). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi.
PENILAIAN STATUS GIZI SECARA TIDAK LANGSUNG

(1). Survei konsumsi makanan

Pengertian

 Survei konsumsi makanan adalah penentuan status gizi secara tidak langsung dengan
melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

Penggunaan

 Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi


berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.

(2). Statistik vital

Pengertian

 Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data
beberapa satistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka
kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan
dengan gizi.

Penggunaan

 Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung


pengukuran status gizi masyarakat.

(3). Faktor ekologi

Pengertian

 Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil


interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya.

Penggunaan

 Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab


malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi
(Supariasa, 2001).

KLASIFIKASI STATUS GIZI


Menurut Sediaoetama (2001), keadaan kesehatan gizi sesuai dengan tingkat konsumsi dibagi
menjadi tiga yaitu:

1. Gizi lebih (overnutritional state),


2. Gizi baik (eunutritional state) dan
3. Gizi kurang (undernutrition).

Gizi lebih (overnutritional state)

 Adalah tingkat kesehatan gizi sebagai hasil konsumsi berlebih. Ternyata kondisi ini
mempunyai tingkat kesehatan yang lebih rendah, meskipun berat badan lebih tinggi
dibandingkan berat badan ideal. Dalam keadaan demikian, timbul penyakit-penyakit
tertentu yang sering dijumpai pada orang kegemukan seperti ; penyakit kardiovaskuler
yang menyerang jantung dan system pembuluh darah, hipertensi, diabetes mellitus
dan lainnya.

Gizi baik (eunutritional state)

 Tingkat kesehatan gizi terbaik ialah kesehatan gizi optimum (eunutritional state).
Dalam kondisi ini jaringan penuh oleh semua zat tersebut. Tubuh terbebas dari
penyakit dan mempunyai daya kerja dan efisiensi yang sebaik-baiknya. Tubuh juga
mempunyai daya tahan yang setinggi-tingginya.

Gizi kurang (undernutrition)

 Adalah tingkat kesehatan gizi sebagai hasil konsumsi defisien. Terjadi gejala-gejala
penyakit defisiensi gizi. Berat badan akan lebih rendah dari berat badan ideal dan
penyediaan zat-zat gizi bagi jaringan tidak mencukupi, sehingga akan menghambat
fungsi jaringan tersebut.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI

Pola konsumsi dan asupan makanan

 Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi


ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan. Kalau susunan hidangannya
memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari kualitas maupun kuantitasnya, maka tubuh
akan mendapat kondisi kesehatan gizi yang sebaik-baiknya (Sediaoetama, 2001).

Status kesehatan

 Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi adalah penyakit infeksi yang dapat
mengganggu metabolisme dan fungsi imunitas. Penyakit infeksi dapat menyebabkan
perubahan status gizi kurang yang selanjutnya bermanifestasi ke status gizi buruk
(Sediaoetama, 2001).

Pengetahuan

 Semakin banyak pengetahuan gizinya semakin diperhitungkan jenis dan kwantum


makanan yang dipilih untuk dikonsumsinya. Awam yang tidak mempunyai cukup
pengetahuan gizi, akan memilih makanan yang paling menarik pancaindera, dan tidak
mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi makan. Sebaliknya mereka yang semakin
banyak pengetahuan gizinya, lebih mempergunakan pertimbangan rasional dan
pengetahuan tentang gizi makanan tersebut (Sediaoetama, 2001)

Status ekonomi

 Dinegara Indonesia yang jumlah pendapatan penduduk sebagian rendah adalah


golongan rendah dan menengah akan berdampak pada pemenuhan bahan makanan
terutama makanan yang bergizi (Hendra Arif W, 2008).

Pemeliharaan kesehatan

 Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health


promotion behaviour). Misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga dan
sebagainya termasuk juga perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior)
yang merupakan respon untuk melakukan pencegahan penyakit (Hendra Arif W,
2008).

Lingkungan

 Status gizi kurang bila diperburuk oleh kesehatan lingkungan rumah tangga yang
kurang memadai, dapat meningkatkan angka kesakitan akibat infeksi (Sediaoetama,
2001).

Budaya

 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap terhadap
makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak, dan produksi pangan. Dalam hal sikap
terhadap makanan, masih banyak terdapat pantangan, tahayul, tabu dalam masyarakat
yang menyebabkan konsumsi makanan menjadi rendah (Almatsier, 2001).

Anda mungkin juga menyukai