Skenario
Ani 10 tahun diantar oleh ibunya ke dokter dengan keluhan bintik-bintik merah di kulit disertai
gatal. Keluhan dialami sejak 1 minggu lalu yang makin lama semakin mengganggu. Daerah yang
Kata Kunci
Anak Perempuan
10 tahun
Gatal
Makin berat
Pertanyaan
3. DD?
1. Anatomi, vaskularisasi dan persarafan Kulit
Epidermis
a. Stratum korneum
b. Stratum lusidum
c. Stratum granulosum
d. Stratum spinosum
Dermis
Medula
Kortex
Kutikula
Kuku
Kelenjar kulit
Kel.keringat
Kel.sebasea
Persarafan
Vaskularisasi
Profundal (subkutis)
Superficial (dermis)
Skabies
Herpes Simpleks
Herpes Zoster
Varicella
Verucca Vulgaris
Molluscum Contagiosum
Morbus Hansen
3. DD
A. Skabies
Etiologi 1
Patomekanisme 1
Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu
antara 8-12 hari. Yang jantan mati setelah kopulasi, yang betina menggali terowongan di
stratum korneum dan bertelur, setelah 3-5 hari menetas menjadi larva, dan 2-3 hari kemudian
Kelainan kulit disebabkan tungau scabies dan garukan gatal akibat sensitisasi
terhadap secret dan ekset tungau kurang lebih sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan
kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dll. Dengan garukan
Gatal
Papul-vesikel-urtika
dalam, siku, ketiak, mammae, pusar, perut bagian bawah, genitalia eksterna
dan bokong
Pruritus nokturna ( gatal pada malam hari ) karena aktivitas tungau lebih
panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika
dll ). Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum korneum tipis, yaitu
sela-sela jari tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian
eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak
tangan dan kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan orang
yang selalu menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga
Anamnesis tambahan 1
Pruritus Nokturna?
Diagnosis 1
Mencari tungau
Biopsi Irisan
Penatalaksanaan 10
Topikal
Lini Pertama
Permetrin 5 % krim
Lini Kedua
Lindane (Gamma benzene Hexachloride) 1%
losio; 0,3% gel
Sulfur presipitatum 5% krim, 10% krim dan
ointment
Benzyl benzoate 10% losio
Malathion 0,5% losio
Sulfiram 5% sabun dan 25% solusio
Keratolitik (contoh: asam salisil)
Krotamiton 10% losio,krim
Simptomatik
Topikal
Kortikosteroid potensi rendah-sedang
Sistemik
Prognosis 1
dan menghilangkan factor predisposisi, penyakit ini dapat diberantas dan member
B. Herpes Zoster
Etiologi 1
Patomekanisme 1
Masa tunasnya 7-12 hari. Masa aktif penyakit berupa lesi baru yang tetap timbul
berlangsung kira-kira 1-2 minggu. Virus berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan
ganglion kranialis. Lokasi kelainan kulit setingkat dengan daerah persarafan ganglion. Kadang-
kadang virus menyerang ganglion anterior bagian motorik kranialis sehingga memberikan
Gejala Klinik 1
Daerah yang paling sering terkena adalah daerah torakal. Terdapat gejala prodromal
sistemik ( demam, pusing. Malaise) maupun lokal (nyeri otot-tulang, gatal, pegal, dll). Setelah
itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar
kulit yang eritematosa dan edema. Vesikel ini berisi cairan yang jernih, kemudian menjadi keruh
atau berwarna abu-abu, dapat menjadi pustule dan krusta. Kadang-kadang vesikel mengandung
darah, disebut herpes zoster hemoragik. Dapat timbul infeksi sekunder sehingga menumbulkan
Lokalisasi penyakit unilateral an bersifat dermatomal sesuai tempat persarafan. Kelainan motorik
lebih sering berupa kelainan sentral daripada perifer. Terdapat hiperestesi pada daerah yang
terkena kelainan pada muka. Sering disebabkan oleh gangguan nervus trigeminus dengan
ganglion gaseri atau nervus fasialis dan otikus dari ganglion genikulatum.
Pada herpes zoster oftalmikus terjadi infeksi cabang pertama nervus trigeminus yang
menimbulkan kelainan pada mata serta cabang kedua dan ketiga yang menyebabkan kelainan
kulit pada daerah persarafannya. Sindrom ramsay hunt diakibatkan gangguan nervus fasialis dan
otikus sehingga memberikan gejala paralisis otot muka atau disebut paralisis bell, kelainan kulit
sesuai tingkat persarafan, tinnitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistamus dan nausea, juga
gangguan pengecapan. Pada herpes zoster abortif penyakit berlangsung dalam waktu singkat dan
kelainan kulitnya hanya berupa beberapa vesikel dan eritema. Kelainan kulit pada herpes zoster
generalisata adalah unilateral dan segmental ditambah yang menyebar secara generalisata berupa
vesikel soliter dan ada umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi pada orang tua atau pada orang
yang kondisi fisiknya sangat lemah, misalnya pada pasien limfoma malignum. Neuralgia pasca
herpetic adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan, dapat berlangsung
sampai beberapa bulan bahkan bertahun-tahun dengan gradiasi nyeri bervariasi dalam kehidupan
sehari-hari. Cenderung dijumpai pada orang yang mendapat herpes zoster di atas usia 40 tahun.
Anamnesis tambahan 11
Setelah itu, timbul kelainan kulit dapat berupa eritema, papul dan
terkena.
keruh--- pecah----krusta
Diagnosis 11
Biakan jaringan
Imunofluoreseni
Penatalaksanaan 11
Sistemik
- Simptomatik à Analgetik
-Imonostimulator---------- Isoprenosin
Topikal
- Zincum oksida 10 %
- Kalamin lotion
C. Herpes Simpleks
Etiologi 1
Virus Herpes simplesks (VHS) tipe I dan tipe II adalah virus Herpes hominis yang
Patomekanisme 2
Infeksi terjadi pada pejamu yang rentan melalui pajanan virus pada kulit/permukaan
mukosa yang terkelupas oleh virus. Setelah inokulasi, virus menuju ke ganglion sensorik
dimana virus bereplikasi dan menetapkan latensi. Rekurensi terjadi jika virus kemudian
berimigrasi sepanjang saraf snsoris, bereplikasi dan menghasilkan suatu lesi local yuang khas;
latensi seumur hidup dan rekurensi periodic adalah cirri khas dari infeksi. Reaktivasi dapat
disebabkan oleh paparan sinar ultraviolet, stress, perubahan hormonal, imunosupresi, dan
infeksi lainnya. Histology dari lesi kulit menunjukkan degenerasi balon selular, kondensasi
replikasi virus yang mengarah ke viremia dan keterlibatan multi organ. Hal ini biasanya terlihat
pada neonates dan pada orang yang terganggu sistem kekebalannya dan sangat jarang pada
pejamu yang stabil sistem imunnya. Beberapa factor imunologi bertanggung jawab untuk
kekebalan terhadap virus herpes simpleks belum sepenuhnya dipahami. Baik antibody maupun
imunitas seluler mempengaruhi keparahan dan frekuensi dari rekurensi. Virus herpes simpleks
juga diyakini menekan imunitas bawaan dengan menekan produksi interferon alfa dan
interferon beta. Selain itu, titer antibody yang memediasi antibody dependent cellular
Masa inkubasi umumnya berkisar anara 3-7 hari, tapi dapat lebih lama. Distribusi
dibagian kulit mana saja,pslinh drtinh fi mulut, termasuk lidah, palatum, mukosa pipi, gingival,
penyakit rekuren. Infeksi primer berlangsung kira-kira 3 minggu dan sering disertai gejala
getah bening regional. Gambaran dapat berupa vesike, pustule dan papul.
Fase laten tidak ditemukan gejala klinis, tapi VHS dapat ditemukan dalam keadaan
tidak aktif. Penularan dapat terjadi pada fase ini akibat pelepasan virus terus berlangsung
Infeksi yang rekurens terjadi jika reaktivasi VHS pada ganglion dorsalis menvapai
kulit sehingga menimbulkan gejala klinis. Dapat dipicu oleh trauma fisik, demam, infeksi,
kurang tidur, hubungan seksual dll, trauma psikis seperti gangguan emosional, obat-obatan
kortikosteroid dan imunosupresif, menstruasi dan dapat pula timbul akibat jenis makanan dan
Gejala klinis yang timbul lebih ringan daripada infeksi primer dan berlangsung kira-
kira 7-10 hari. Sering ditemukan gejala prodormal local sebelum timbul vesikel berupa rasa
panas, gatal dan nyeri. Dapat timbul pada tempat yang sama atau tempat lain atau disekitanya.
Vulvovaginitis in a
child
Demam, malaise
Diagnosis 4, 12
intranuklear.
Kultur jaringan
Penatalaksanaan 12
atau
atau
Valasiklovir 1g,2x seharià7-10 hari
atau
atau
atau
atau
atau
Isoprinosin
Prognosis 1
Prognosis baik bila Pengobatan dilakukan secara dini dan tepat, yakni masa
Etiologi 4
Larva Ancylostomata caninum / Ancylostomata braziliense
Patomekanisme 5
Pada cutaneus larva migrans, siklus hidup parasit dimulai ketika telur yang berasal
dari kotoran hewan menjadi larva di tanah berpasir yang hangat dan lembab. Mereka awalnya
memakan bakteri tanah dan berganti bulu dua kali sebelum tahap infektif yang ketiga. Dengan
menggunakan protease, larva menembus folikel, celah-celah atau kulit utuh dari host baru.
Manusia menjadi host secara tidak disengaja, dan larva diyakini kekurangan enzim
koagenase yang dibutuhkan untuk penetrasi membrane basalis untuk menginvasi dermis. Oleh
karena itu, cutaneus larva migrans masih terjebak pada kulit jika manusia yang terinfeksi.
Gejala Klinik
telapak kaki
Nonspesifik dermatitis
Predileksi?
Diagnosis 5
Peningkatan IgE
Penatalaksanaan 5, 6
Tiobendazole topical 10% 4 kali sehari dalam 1 minggu pada kulit normal
Oral tiobendazole untuk lesi yang menyebar atau kegagalan pada topikal
Prognosis 6
Penyakit ini akan sembuh sendiri. Sekitar 50% larva mati dalam 12 minggu
tanpa terapi
E. Varicella 6
Etiologi
Patomekanisme
Virus masuk ke dalam tubuh melalui mukosa traktus respiratorius bagian atas atau
orofaring, kemudian mengalami multiplikasi awal setempat, dan virus yang meyebar ke
pembuluh darah dan saluran limfe (viremia primer). Kemudian virus akan dimakan oleh sel-sel
retikuloendotelial. Disini terjadi replikasi virus lebih banyak lagi (periode inkubasi). Pada masa
ini, infeksi dihambat oleh imunitas nonspesifik. Pada kebanyakan individu, replikasi virus lebih
menonjol atau lebih dominan dibandingkan imunitas tubuhnya sehingga dalam waktu 2 mingg
setelah infeksi, terjadi viremia yang lebih hebat yakni vitemia sekunder. Hal ini menyebabkan
panas dan malaise, serta virus menyebar ke seluruh tubuh, lewat aliran darah terutama ke kulit
Gejala Klinik
Pada anak yang lebih besar didahului gejala prodormal seperti demam,
malaise, sakit kepala, anoreksia, sakit punggung dan beberapa batuk kering
khas seperti tetesan embun. Vesikula jadi pustule yang pecah menjadi krusta
erupsi bergelombang
ekstremits
Anamnesis tambahan
Gejala prodromal
Penjalaran lesi
Erupsi
Lesi bergelombang
Diagnosis
Material biopsy
Tes serologic
Penatalaksanaan
Prognosis
Dengan perawatan teliti, dan memperhatikan higiene, prognosis penakit lebih baik.
F. Moluskum Kontangiosum
Etiologi 6
Patomekanisme 6
Virus masuk melalui luka kecil, kemudian merusk epidermis dan masuk ke
sitoplasma sel stratum malphigi dan stratum granulare. Sel yang terinfeksi, di antaranya sel-sel
normal, akan tumbuh lebih cepat disbanding sel normal dan akan menembus epidermis bagian
atas.
Antigen virus terdapat di dalam sel yang terinfeksi dan 90% pendeita mengalami
penyebaran antibody terhadap antigen ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan pemeriksaan
imunofluoresensi.
Gejala Klinik 6
Lesinya berupa papula kecil berukuran antara 3-6 mm
Lesi dapat bergerombol atau tersebar, berwarna putih seperti lilin atau
merah muda, dome shaped, sering dengan dele pada bagian sentralnya dan
Papula tersebut berisi benda putih, seperti nasi, yang tidak lain adalah badan
moluskum
Anamnesis tambahan 6
Benda moluskum
Diagnosis 1
Penatalaksanaan 1
Perbaiki hiegenitas
Prognosis 1
Baik. Dengan menghilangkan semua lesi yang ada, penyakit ini tidak jarang residif.
G. Infeksi Jamur
Etiologi 7
Patomekanisme 1
keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke dalam jaringan
epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan. Pertumbuhan jamur dengan pola radial di
dalam stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit sirsinar dengan batas yang jelas dan
Gejala Klinik 7
Jamur dapat terlihat pada lapisan atas kulit bersama dengan neutrophils pada
pewarnaan PAS
Penatalaksanaan 1
Kebanyakan infeksi berespon dengan terbinafine krim 1% . infeksi lebih dalam dan
Prognosis 1
Kebanyakan infeksi berespon dengan baik. Biasanya dibutuhkan steroid topical lemah
H. Verucca vulgaris
Etiologi 6
Patomekanisme 6
Veruka merupakan lesi hiperplastik epithelial. Di sini terjadi akantosis irregular dan
hiperkeratosit. Bagian fokal sel yang mengalami vakuolisasi secara irregular menembus stratum
granulosum dan menimbulkan penonjolan parakeratotik di stratum korneum, yang terdiri atas
bahan inklusi basofilik di dalam inti. Sel stratum spinosum bagian bawah dan stratum basalis
tidak terkena.
Gejala Klinik 6
Bentuk ini paling sering ditemukan pada anak-anak, tetapi dapat pula pada dewasa
dan orang tua. Tempat predileksi utamanya adalah ektremitas bagian ekstensor. Pada anak,
lesinya timbul multiple dan cepat meluas, karena autoinokulasi/garukan fenomena koebner,
sedang pada orang dewasa lesi ini jarang didapatkan dalam jumlah banyak.
Pada keadaan awal, ukurannya biasanya hanya sebesar pentol jarum dengan
permukaan halus dan mengkilat. Dalam waktu beberapa minggu ata bulan kian membesar dan
Anamnesis tambahan 6
Membesar
Diagnosis 4
Pelebaran pembuluh darah dan sebukan sel-sel radang kronik pada dermis
Penatalaksanaan 4
Kuret dan elektrodesikasi ringan
Prognosis 4
Etiologi
Mycobacterim leprae
Patomekanisme
Gejala Klinik
Nodus eritem
Cardinal sign:
Lesi Hipopigmentasi
Riwayat lepra
Riwayat pengobatan
Diagnosis
Pemeriksaan BTA
Penatalaksanaan
Mb
Klofasimin :
PB
Lesi tunggal : Rifampisin 600 mg, Ofloxasin 400 mg & Minocin 100
1. Kapita Selekta kedokteran Jilid 2. Arif Mansjoer, dkk. 2000. Jakarta : Media Aesculapius
(4/30/2011).
4. Atlas Berwarna, Saripati Penyakit Kulit. Siregar DTM. 1996. Jakarta : ECG
(4/30/2011)
6. Ilmu Penyakit Kulit. Prof Dr. Marwati Harahap. 2000. Jakarta : Hipokrates
7. An atlas of diagnosis and management “General Dermatology”. John, SC. 2007. UK:
Oxford