PENGERTIAN YADNYA
Upacara Yadnya merupakan satu bentuk kewajiban yang harus
dilakukan oleh umat manusia di dalam kehidupannya sehari-hari, Yadnya
sendiri bermakna suatu pengorbanan atau persembahan suci yang tulus dan
ikhlas, menurut ajaran agama Hindu.
Didalam ajaran Hindu , terdapat filsafat yang mengajarkan agar
selalu menjaga keharmonisan, baik itu hubungan dengan Sang Pencipta
(Tuhan Yang Maha Esa) maupun dengan alam dan lingkungan sekitarnya,
yang dikenal dengan Tri Hita Karana yang mengandung arti tentang 3
keharmonisan yang menyebabkan adanya kehidupan yaitu hubungan yang
harmonis antara manusia dengan Tuhan, hubungan yang harmonis antara
manusia dengan manusia dan hubungan yang harmonis antara manusia dengan
alam. Dari semua ini tetap berpedoman pada agama dan untuk pelaksanaan
upacara berpatokan pada Panca Yadnya.
Panca Yadnya kalau diuraikan terdiri dari 2 kata, panca artinya lima
dan Yadnya artinya upacara pengorbanan/persembahan suci yang tulus
ikhlas kehadapan Tuhan, jadi kalau digabungkan mempunyai pengertian 5
upacara persembahan suci yang tulus dan ikhlas kehadapan Sang Pencipta
(Tuhan Yang Maha Esa).
Adapun pelaksanaan Panca Yadnya terdiri dari:
1. Dewa Yadnya, bermakna upacara pengorbanan/persembahan suci yang
tulus ikhlas kepada Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) dan
seluruh manifestasi - Nya yang yang berwujud Dewa Brahma selaku Maha
Pencipta, Dewa Wisnu selaku Maha Pemelihara dan Dewa Siwa selaku
Maha Pralina (pengembali kepada asalnya).
2. Butha Yadnya, bermakna upacara pengorbanan/persembahan suci yang
tulus ikhlas kepada Bhuta Kala, makhluk- makhluk yang terlihat (sekala)
ataupun yang tak terlihat (niskala).
3. Manusa Yadnya, bermakna upacara pengorbanan/persembahan suci yang
tulus ikhlas demi kesempurnaan hidup manusia, dari awal terwujudnya
jasmani di dalam kandungan sampai akhir kehidupan. Contohnya :
Upacara 3 bulanan, Upacara Otonan , dan Upacara perkawinan .
4. Pitra Yadnya, bermakna upacara pengorbanan/persembahan suci yang
tulus ikhlas, dilaksanakan dengan tujuan untuk penyucian (kremasi) bagi
manusia yang telah meninggal atau roh leluhur, mengangkat serta
menyempurnakan kedudukan arwah leluhur di alam surga, juga sebagai
wujud hormat dan bakti atas segala jasanya (Ngaben).
5. Rsi Yadnya, bermakna upacara persembahan,pemujaan suci yang tulus
ikhlas dan penghormatan kepada para orang suci, Resi, pendeta yang telah
memberi tuntunan hidup untuk menuju kebahagiaan lahir-bathin di dunia
dan akhirat.
6. KUALITAS YADNYA :
Kitab Bhagawangita menyebutkan ada tiga tingkatan yadnya dlihat dari
kualitas Tri-guna yang melandasi pelaksanaan Yadnya tersebut, yaitu :
a. Satwika Yadnya
Satwika Yadnya adalah Yadnya yang dilaksanakan karena kewajiban dan
dilandasi dengan ketulus ikhlasan, dengan berpedoman pada sastra-sastra
Agama, dan dengan pemahaman dan penghayatan yang betul-betul baik
terhadap apa yang dilaksanakannya.
b. Rajasika Yadnya
Rajasika Yadnya adalah Yadnya yang dilaksanakan dengan menekannya
Yadnya hanya pada penampilan dan terkesan hanya sekedar untuk
pamer, serta lebih mementingkan kesenangan Panca Indriyanya saja,
dengan penuh harapan pada hasil dari yadnya yang mereka laksnakan
tersebut.
c. Tamasika Yadnya
Tamasika Yadnya adalah suatu Yadnya yang dilaksanakan tanpa
mengindahkan petunjuk sastra-sastra Agama, dan dilakukan penuh
dengan tidak mengerti, rasa takut, setiap Yadnya yang mereka
laksanakan selalu disertai dengan perhitungan untung rugi belaka.
7. PENERAPAN ETIKA BERYADNYA DALAM MASYARAKAT
MODERN :
Etika dalam beryadnya tidak hanya berpatokan kepada upakaranya
saja, tetapi dalam beryadnya ada hal-hal lain yang mesti diperhatikan.
Seperti halnya Dewa Yadnya yang tidak harus diukur dari besar-kecil
sarana upacara dan megah atau sederhananya pura, melainkan apakah
yang bersangkutan mampu mengedepankan sikap para dewa, objektif,
bebas dari kepentingan pribadi. Rsi Yadnya bukan pula hanya daksina,
upah atau hadiah kepada para pendeta, tetapi penghargaan kepada dunia
ilmu pengetahuan. Pitra Yadnya, bukan pula penghormatan kepada roh
leluhur melalui upacara pengabenan, tetapi kesadaran akan pentingnya
masa lampau untuk melangkah di masa kini. Manusa Yadnya, juga tidak
semata-mata upacara siklus kehidupan lahir-hidup-mati tetapi juga
upakara kemanusiaan, perikemanusiaan. Demikian dengan Bhuta Yadnya,
bukan berarti hanya untuk bhuta kala melainkan mahluk hidup, segala
yang berwujud dan berupa.