Anda di halaman 1dari 3

Faktor risiko kanker payudara

Sama dengan kanker-kanker yang lain, penyebab kanker payudara pun masih terus
menerus diselidiki. Banyak faktor yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya risiko
terkena kanker payudara, di antaranya adalah:

1. Tinggi melebihi 170 cm


Menjadi tinggi, adalah idaman setiap wanita. Namun penelitian yang masih berlangsung,
mengungkapkan suatu hasil yang mungkin kurang begitu menyenangkan. Wanita yang
tingginya melebihi 170 cm ternyata memiliki risiko terkena kanker payudara dan kanker
usus besar yang lebih besar. Meskipun belum jelas sepenuhnya mekanismenya, diduga
pertumbuhan yang lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan
struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya dapat berubah ke arah sel yang
ganas.

Kenali tanda-tanda dini kanker payudara

2. Masa Reproduksi yang relatif panjang


Masa reproduksiyang ditandai dengan datang bulan atau hamilyang lebih panjang,
meningkatkan risiko memperoleh kanker payudara. Masa reproduksi ini relatif
memanjang jika:
a. Wanita memperoleh haid pertama (menarche) pada usia muda (kurang dari usia 10
tahun). Menarche umumnya diperoleh pada usia 13 tahun.
b. Wanita yang terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun). Umumnya
pada usia 55 tahun, perempuan akan mengalami henti haid atau menopause. Pada
beberapa orang, menopause bisa datang pada usia yang lebih dari itu bahkan ada yang
lebih dari 60 tahun.
c. Wanita yang belum mempunyai anak kandung.
Teorinya, kenapa kaum wanita yang mengalami hal diatas berisiko lebih besar
memperoleh kanker payudara adalah karena terpapar dengan hormon estrogen relatif
lebih lama dibandingkan dengan wanita-wanita lainnya.

3. Kehamilan dan menyusui


Wanita yang melahirkan pada usia tua (> 35 tahun) juga memiliki risiko lebih tinggi
terkena kanker payudara. Begitu juga dengan mereka yang melahirkan lebih dan dua kali.
Namun, risiko kanker payudara bisa ditekan jika wanita tersebut menyusui sedikitnya
selama satu tahun untuk setiap kelahiran anak. Hal ini berkaitan erat dengan perubahan
sel kelenjar payudara saat menyusui.

4. Wanita yang gemuk


Bagi kaum wanita yang kurang bisa menjaga berat badannya, dikatakan memiliki risiko
terkena kanker payudara lebih tinggi. Dengan menurunkan berat badan, biasanya level
estrogen tubuh akan turun pula. Estrogen yang tinggi, terutama pada usia menopause
dapat menyebabkan sel pada payudara berubah menjadi sel ganas. Bagi orang Indonesia,
dikatakan kelebihan berat badan jika IMT > 23 kg /m2 dan menjadi obesitas jika IMT >
25 kg/m2. Indeks Masa Tubuh atau Body Mass Index dihitung berdasarkan berat badan
dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter pangkat dua.

5. Alkohol
Konsumsi alkohol lebih dari satu kaleng bir atau satu gelas anggur (200 – 300 cc) bisa
meningkatkan risiko kanker payudara dan kanker usus besar. Penyebabnya adalah karena
alkohol bisa meningkatkan estrogen tubuh.

6. Preparat hormon estrogen


Penggunaan preparat yang mengandung hormon estrogen meningkatkan risiko mengidap
kanker payudara. Untuk itu evaluasi perlu dilakukan bagi mereka yang telah
menggunakan preparat ini selama lebih dari 5 tahun.

7. Faktor turunan / genetik


Adanya riwayat, seperti cerita di awal tulisan ini, bahwa salah satu payudara telah terkena
kanker payudara tentu meningkatkan risiko pasien memperoleh kanker payudara pada sisi
yang lain. Dengan adanya riwayat terkena kanker payudara pada keluarga atau bahkan
diri sendiri, risiko terjadi kanker payudara kembali menjadi lebih tinggi. Hal yang sama
berlaku juga untuk wanita yang pernah menderita tumor jinak payudara yang merupakan
jenis hiperplasia.

8. Lain-lain
Hal-hal lain yang turut meningkatkan risiko menderita kanker payudara adalah: sering
memperoleh trauma/ perlukaan pada payudara, mengalami radiasi sebelumnya pada
payudara (pengobatan keloid /jaringan parut), pernah mendapat obat hormonal yang lama
karena mandul, pernah dioperasi payudara atau alat reproduksinya, mengalami berbagai
macam goncangan jiwa yang hebat dalam kehidupannya (bercerai, tidak dapat menikah,
dimadu dan sebagainya).
Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan anak
Dalam peristiwa pertumbuhan dan perkembangan anak memiliki berbagai ciri khas yang
membedakan komponen satu dengan yang lain.

Pertumbuhan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Dalam pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalani hal bertambahnya ukuran
fisik, seperti berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, dan
lain- lain.

2. Dalam pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat terlihat pada proporsi
fisik atau organ manusia yang muncul mulai dari masa konsepsi hingga dewasa.

3. Pada pertumbuhan dan perkembangan terjadi hilangnya ciri-ciri lama yang ada selama
masa pertumbuhan, seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu, atau hilangnya
refleks-refleks tertentu.

4. Dalam pertumbuhan terdapat ciri baru yang secara perlahan mengikuti proses
kematangan, seperti adanya rambut pada daerah aksila, pubis, atau dada.

Perkembangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Perkembangan selalu melibatkan proses pertumbuhan yang diikuti dari perubahan


fungsi, seperti perkembangan sistem reproduksi akan diikuti perubahan pada fungsi alat
kelamin.

2. Perkembangan memiliki pola yang konstan dengan hukum tetap, yaitu perkembangan
dapat terjadi dari daerah kepala menuju ke arah kaudal atau dari bagian proksimal ke
bagian distal.

3. Perkembangan memiliki tahapan yang berurutan mulai dari kemampuan melakukan


hal yang sederhana menuju kemampuan melakukan hal yang sempurna.

4. Perkembangan setiap individu memiliki kecepatan pencapaian perkembangan yang


berbeda.

5. Perkembangan dapat menentukan pertumbuhan tahap selanjutnya, di mana tahapan


perkembangan harus melewati tahap demi tahap (Narendra, 2002).

Anda mungkin juga menyukai