Anda di halaman 1dari 16

Peningkatan Minat Belajar Praktek Menggulung Trafo Melalui Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Pada

Siswa SMK Negeri 3 Makassar

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran

Dosen Pengajar Bambang Dharma Putra

Penyusun : Hesti Cepriana (5235109027)

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Jurusan Fakultas Elektro Universitas Negeri Jakarta 2011

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan minat belajar praktek menggulung trafo melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) pada siswa SMK Negeri 3 Makassar. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan metode dan strategi pembelajaran yang dsilaksanakan sebanyak 2 siklus, setiap siklusnya masing-masing 4 kali pertemuan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas dua listrik SMK Negeri 3 Makassar. Sedangkan sampel penelitiannya adalah siswa kelas II L3 yang melaksanakan praktek menggulung trafo. Instrumen yang digunakan adalah angket, observasi, dan dokumentasi. Dalam instrumen angket terdiri atas 26 item pertanyaan atau pernyataan dengan empat alternatif jawaban. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) maka minat belajar praktek menggulung trafo dapat ditingkatkan yang jika ditinjau dari segi sub variabel perhatian mengalami peningkatan 13,33%. Begitu pula jika ditinjau dari segi sub variabel inisiatif, minat praktek menggulung trafo mengalami peningkatan 10,00%. Hasil observasi tentang kegiatan siswa yang relevan dengan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan berbasis masalah juga mengalami peningkatan 16,67%.

Kata Kunci: Minat Belajar, Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based learning). Praktek Menggulung Trafo.

A. Pendahuluan
Proses pembelajaran adalah suatu peristiwa yang melibatkan dua pihak, guru dan siswa, dengan tujuan yang sama, yaitu meningkatkan prestasi belajar, tetapi dengan pemikiran yang berbeda. Dari pihak siswa pemikirannya terutama tertuju kepada bagaimana mempelajari materi pelajaran supaya prestasi belajarnya dapat meningkat. Dari pihak guru pemikirannya bercabang dua, tertuju kepada siswa dan materi pelajaran. Di satu sisi guru memikirkan pula bagaimana mengajarkan materi pelajaran supaya prestasi belajar siswa dapat meningkat. Di sisi lain guru memikirkan pula bagaimana meningkatkan minat dan perhatian siswa terhadap materi pelajaran agar timbul motivasi belajar dan dapat mencapai hasil atau prestasi belajar yang lebih baik. Ini tidak berarti bahwa guru lebih aktif dari siswa, tetapi karena tanggung jawab propesional, mengharuskan guru berupaya merangsang motivasi belajar siswa dan berupaya pula menguasai materi pelajaran beserta strategi yang lebih efektif mencapai tujuan yang diharapakan. Banyak faktor yang menyebabkan minat belajar siswa rendah yaitu faktor internal dan eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain: inisiatif dalam belajar, intelegensi, kebiasaan dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar siswa seperti: guru sebagai pembina kegiatan belajar, pendekatan pembelajaran, sarana dan prasarana. Hasil pengamatan secara langsung yang dilakukan peneliti selama pra penelitian, terlihat siswa kurang berinisiatif dalam melaksanakan praktek menggulung trafo. Pada proses pemberian materi siswa cenderung tidak memperhatikan penjelasan guru. Ini dikarenakan, guru dalam melaksanakan proses pembelajaran masih menggunakan skenario pembelajaran konvensional. Guru cenderung hanya menulis di papan tulis, menyebabkan siswa bersifat pasif, sehingga mereka (siswa) lebih banyak menunggu apa yang diajarkan guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pemecahan dari masalah yang dihadapi dalam praktek menggulung trafo. Pada proses pelaksanaan praktek siswa sering menemui kesulitan-kesulitan, kesulitankesulitan ini juga membuat siswa fakum untuk melanjutkan praktek, ini dikarenakan mereka tidak tau bagaimana cara mencari jalan keluar dari masalah yang mereka hadapi, masalah masalah yang sering muncul pada praktek menggulung trafo diantaranya yaitu: pada proses pembuatan koker terjadi ketidak cocokan ukuran antara koker dan keren yang digunakan sehingga perencanaan kembali diulang, dan pada proses menggulung kawat email kedalam

koker biasa terjadi kawat tersebut putus pada pertengahan gulungan, selain putus kesalahan menghitung gulungan juga sering terjadi. Dari masalah-masalah yang dikemukakan di atas, perlu dicari pendekatan baru dalam pembelajaran praktek menggulung trafo yang melibatkan siswa dan guru secara aktif. Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada siswa (focus on learners) dan guru sebagai fasilitator, memberikan pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyata (provide relevant and contextualized subject matter). Strategi pembelajaran yang dimaksud adalah strategi dimana dalam proses belajar siswa terlatih bekerja sama dalam kolompok. Mereka bertanggung jawab bersama dalam memecahkan masalah. Timbulnya pertanyaan, saran dan komentar mendorong mereka untuk berpikir lebih lanjut, dan berusaha memperbaiki kekurangannya. Di sini guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik siswa. Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan minat belajar siswa. Dalam hal ini penulis memilih pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dalam memecahkan masalah-masalah yang muncul pada praktek menggulung trafo. Menurut E. Mulyana dalam Aston (2008), pembelajaran aktif dengan menciptakan suatu kondisis dimana siswa dapat berperan aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran harus dibuat dalam suatu kondisi yang menyenangkan sehingga siswa akan terus termotivasi dari awal sampai akhir kegiatan belajar mengajar (KBM). Dalam hal ini pembelajaran dengan problem based learning sebagai salah satu bagian dari pembelajaran CTL (contextual teaching learning) merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru di sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aston (2008), bahwa model problem based learning dapat meningkatakan kemampuan siswa memecahkan masalah HAM dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa SMK Negeri 3 Jakarta. Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin melakukan penelitian di SMK Negeri 3 Makassar dengan judul Peningkatan Minat Belajar Praktek Menggulung Trafo Melalui Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (problem based learning) Pada Siswa di SMK Negeri 3 Makassar.

B. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pikir


1. Minat Pada dasarnya yang dimaksud dengan minat dalam konteks penelitian ini adalah aspek psikologis seseorang untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu yang mendorong orang yang bersangkutan melakukan kegiatan tersebut. Karena tinggi rendahnya perhatian dan dorongan pada setiap orang belum tentu sama. Para ahli pendidikan serta para psikolog mencoba mendefinisikan terminologi atau mengenai pengertian minat (interest) dengan bahasa yang berbeda meskipun inti pengertian adalah sama. Hilgart dalan Slameto (2003) merumuskan minat sebagai berikut : interest is persisting to pay attention to and same acti vity or content Minat adalah kecendrungan yang tetap memperhatikan dan menyenangi beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Sementara itu, Andi Mappiasse dalam Rohana (2006), mengemukakan bahwa minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran perasaan, harapan, pendirian, rasa takut, atau kecendrungankecendrungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. Berdasarakan definisi tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Hilgart atau Mappiase kiranya sependapat bahwa minat merupakan suatu faktor yang ada dalam seseorang yang merupakan gejala psikis dan berkaitan dengan aktivitas yang menstimulir perasaan senang pada individu. Dengan minat inilah yang akan memberikan dorongan kepada individu tersebut untuk melakukan berbagai aktivitas yang disenanginya.

2. Belajar Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Kegiatan belajar ini hanya dilakukan oleh siswa atau pebelajar saja. Ini sebabnya berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Menurut Hamalik dalam Hervina (2007), belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkunganya. Selanjutnya menurut Bruner dalam Muliana (2003), belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar (melebihi) informasi yang diberikan kepada dirinya.

Dengan demikian belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia secara sadar untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Menurut Slameto (2003), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

3. Minat Belajar Salah satu kondisis belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat untuk belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat, seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Menurut Slameto (1993), minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan dipengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru, jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Minat dan kegiatan belajar merupakan aspek yang sangat penting dimiliki pada diri seseorang seperti siswa yang melakukan aktivitas belajar melalui proses pembinaan keterampilan, mengingat seseorang akan berhasil dalam belajarnya kalau pada dirinya a da kesedihan untuk melakukan aktivitas belajar,kesediaan inilah yang yang disebut dengan minat belajar. Minat belajar tersebut ditandai adanya kesenangan atau keterkaitan mengikuti pelajaran (teori dan praktek), dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Jadi dalam kegiatan pembelajar, siswa yang dalam belajar, akan merasa senang dan mau mengerjakan semua tindakan-tindakan dalam proses belajar. Sebab minat yang tumbuh dari kebutuhan dirinya sendiri merupakan fakor pendorong bagi siswa dalam melakukan usahanya.

4. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Sejatinya banyak jenis metode mengajar, dan setiap metode mengajar memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga pengajar dituntut untuk dapat memilih metode yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Suatu metode mengajar dikatakan efektif apabila tujuan pembelajaran dicapai dengan kata lain keefektifan metode mengajar ditentukan oleh keberhasilan siswa menguasai materi yang diajarkan dengan metode tersebut. Dalam hal ini salah satu metode mengajar yang tepat dan efektif merefleksikan orientasi tersebut adalah model pembelajaran berbasis masalah,

karena model ini memberikan kesempatan yang luas kepada siswa membangun, mengenali dan memecahkan sendiri masalah nyata yang dihadapinya. Oleh karena itu mulai dari sekarang peserta didik perlu dilatih dan diperhadapkan pada berbagai situasi berbasis masalah, ini merangsang mereka berupaya memecahkan bermacam-macam masalah. Seperti dikemukaan sebelumnya, bahwa salah satu model pembelajaran yang relevan dengan dunia nyata pendidikan sekarang adalah model pembelajaran berbasis masalah. Sebagaimana dikemukakan oleh Glazer dalam Ahmad Talib dkk (2005), bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu strategi pengajaran dimana siswa s ecara aktif dihadapkan pada masalah kompleks dalam situasi yang nyata. Secara garis besar model pembelajaran berbasis masalah terdiri dari menyajikan situasi masalah yang autentik dan bermakna yang memberikan kemudahan kepada siswa melakukan penyelidikan dan inquiri. Ibrahim. M dalam Ahmad Talib dkk (2005), mengemukakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah terdiri dari lima tahap utama, yang dimulai dengan guru mengorientasikan siswa kepada situasi masalah yang autentik dan diakhiri dengan penyajian karya. a) Tahap-1 Orientasi siswa pada masalah, b) Tahap-2 Mengorientasi siswa untuk belajar, c) Tahap-3 Membimbing penyelidikan individu, d) Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, e) Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

5. Praktek Menggulung Trafo Praktek menggulung trafo merupakan salah satu dari tiga kompetensi dasar mata pelajaran melilit dan membongkar kumparan. Dalam praktek ini siswa diajarakan tentang bagaimana merancang suatau transformataor. Di bawah ini ada langkah -langkah dalam proses penggulungan suatu transformator diantaranya: mencatat data transformator, membongkar keren, mengukur koker, mengukur diameter kawat email, membuat koker baru, menghitung jumlah lilitan pada setiap sisi, menggulung/melilit kawat email pada koker, memasang keren, menyolder ujung-ujung kawat pada terminal, menguji transformator, mencelup transformator pada seerlack, dan yang terakhir mengeringkan transformator. Setelah siswa mengetahui dan megerti dari keduabelas langkah tersebut diatas diharapkan siswa dapat merancang suatu transformator sampai pada proses perakitannya.

C. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan metode dan strategi pembelajaran, dengan tahapan-tahapan yang berdaur ulang meliputi : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan evaluasi serta refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 3 Makassar, yang beralamat di jalan Bonto Tene nomor 6 Makassar, dan penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 15 September 2008 dan berakhir tangal 15 November 2008.

Tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian diuraikan sebagai berikut: 1. Siklus I a. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan yaitu pertama melakukan observasi awal dan wawancara dengan guru mata pelajaran tentang bagaimana minat siswa dalam melakukan praktek menggulung trafo dan menyampaikan maksud pelaksanaan penelitian, selanjutnya melakukan pertemuan dengan kepala sekolah tentang izin penelitian di sekolah, kemudian menelaah kurikulum dan materi pelajaran dalam hal ini ditentukan materi pelajaran praktek menggulung trafo. Langkah selanjutnya menyusun instrumen penelitian yang meliputi: penyusunan rencana pembelajaran (RPP), membuat lembar observasi yang yang relevan dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dan menyusun instrumen angket untuk mengukur aspek pisikologis tentang peningkatan minat belajar praktek menggulung trafo dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah. Selanjutnya membuat kesepakatan dengan guru mata pelajaran tentang kapan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan berbasis masalah diterapkan dalam pelajaran praktek menggulung trafo.

b. Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan berbasis masalah siklus I. Dalam pelaksanaan pembelajaran ini adalah melaksanaan skenario pembelajaran yang mengacu pada langkah-langkah pemecahan masalah, kemudian membimbing siswa membaca dan memahami isi dari materi pelajaran praktek menggulung trafo, setelah itu siswa diminta untuk mendengarkan penjelasan guru tentang materi pelajaran praktek menggulung trafo dan diminta mendengarkan penjelasan guru tentang langkah-langkah perencanaan suatu transformator, sebelum melaksanakan praktek siswa terlebih dahulu dibagi kedalam kelompok.

Selanjutnya guru memperhatikan setiap siswa dalam melaksanakan praktek mengenai langkah-langkah perencanaan trafo dan apabila jika ditemukan siswa mendapat kesulitan maka segera dibimbing untuk mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapinya tersebut.

c. Pengamatan atau observasi Melakukan pengamatan lansung atau observasi dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan yaitu dengan catatan anekdot untuk mengumpulkan data tentang kegiatan-kegiatan siswa yang relevan dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah. Selain itu angket juga digunakan pada akhir siklus untuk mengukur aspek pisikologis tentang adanya peningkatan minat pada paraktek menggulung trafo pada proses pembelajaran dengan pendekatan berbasis masalah.

d. Refleksi Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu: mengevaluasi hasil pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan berbasis masalah pada pelajaran praktek menggulung trafo, mengoreksi atau mengkaji ulang apa saja yang sudah dicapai dan belum ducapai serta apa kendalanya. Kemudian yang terakhir memperbaiki rencana pelaksanaan sesuai hasil dari evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya.

2. Siklus II a. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan perencanaan siklus II yaitu: mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul pada siklus I yang belum teratasi dan menetapkan alternatif pemecahan masalahnya, menyiapkan skenario pembelajaran, menyusun kembali lembar observasi yang relevan dengan kegiatan pemebelajaran dan mengembangkan format instrumen penelitian (angket).

b. Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan berbasis masalah siklus II. Pelaksanaan program siklus II mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang sudah ditentukan. Pada awal pembelajaran dilaksanakan dengan membahas kembali teori langkah -langkah perencanaan suatu transformator, kemudian dilanjutkan dengan praktek, guru sebagai fasilitator dan selalu siap memberikan alternatif pemecahan masalah dan arahan sebagai mana yang diperlukan siswa.

c. Pengamatan atau observasi Pelaksanaan observasi pada siklus II ini sama dengan pelaksanaan observasi pada siklus I, yaitu mengamati kegiatan siswa yang relevan dengan pembelajaran dengan pendekatan berbasis masalah kemudian pada akhir siklus II ini masing-masing siswa diberikan angket untuk mengukur peningkatan minat prakteknya dalam pembelajaran dengan pendekatan berbasis masalah.

d. Refleksi Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II ini berdasarkan data yang terkumpul kemudian dianalisis dan ditarik kesimpulan untuk menentukan tindakan-tindakan selanjutnya.

D. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil Penelitian a. Peningkatan Minat pada Siklus I. 1) Untuk sub variabel perhatian siklus I Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden dapat diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) sebesar 24; titik tengah (median) 24; nilai yang sering muncul (modus) sebesar 24; simpanan baku (standar deviasi) sebesar 2,62. Adapun distribusi frekuensi skor siswa sub variabel perhatian pada siklus I dapat dilihat pada di bawah ini.

Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa sebanyak 17 orang siswa atau 56,67% nilai siswa berada diatas rata-rata (mean), sedangkan sisanya yaitu sebanyak 13 orang siswa atau 43,34% nilai siswa berada dibawah rata-rata (mean). Dari tabel 3 juga dapat diketahui bahwa minat siswa praktek menggulung trafo di SMK Negeri 3 makassar pada siklus I ditinjau dari segi perhatian berada pada kategori tinggi, yaitu sebesar 50,00%.

2) Untuk sub variabel inisiatif siklus I Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden dapat diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) sebesar 43,1; titik tengah (median) 43,5; nilai yang sering muncul (modus) sebesar 42; simpanan baku (standar deviasi) sebesar 4,24;. Adapun distribusi frekuensi dan fersentase skor siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Dari tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 15 orang siswa atau 50,00% nilai siswa diatas rata-rata (mean), sedangkan sisanya yaitu sebanyak 15 orang siswa atau 50,00% nilainya berda dibawah rata-rata (mean). Dari tabel 12 juga dapat diketahui bahwa peningkatan minat praktek menggulung trafo pada siswa SMK Negeri 3 Makassar ditinjau dari sub variabel inisiatif untuk siklus I berada pada kategori tinggi yaitu sebesar 46,67%.

b. Peningkatan Minat pada Siklus II. 1) Untuk sub variabel perhatian siklus II Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden dapat diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) sebesar 24,4; titik tengah (median) 24,00; nilai yang sering muncul (modus) sebesar 24; simpanan baku (standar deviasi) sebesar 3. Adapun distribusi frekuensi skor siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Dari tabel 29 dapat diketahui bahwa sebanyak 20 orang siswa atau 66,67% nilai skor siswa berada di atas rata-rata (mean), sedangkan sisanya yaitu sebanyak 10 orang siswa atau 33,33% nilai siswa berada dibawah rata-rata (mean). Dari tabel 29 juga dapat diketahui bahwa minat siswa praktek menggulung trafo di SMK Negeri 3 makassar pada siklus II ditinjau dari segi sub variabel perhatian berada pada kategori tinggi, yaitu sebesar 63,33%.

2). Untuk sub variabel inisiatif siklus II Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 orang responden dapat diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) sebesar 44,4; titik tengah (median) 44; nilai yang sering muncul (modus) sebesar 44; simpanan baku (standar deviasi) sebesar 3,8; Adapun distribusi frekuensi dan fersentase skor siswa sub variabel inisiatif siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:

Dari tabel 38 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 18 orang siswa atau 60,00% nilai siswa diatas rata-rata (mean), sedangkan sisan ya yaitu sebanyak 12 orang siswa atau 40,00% nilainya berda dibawah rata-rata (mean). Dari tabel 38 juga dapat diketahui bahwa peningkatan minat praktek menggulung trafo pada siswa SMK Negeri 3 Makassar ditinjau dari sub variabel inisiatif untuk siklus II berada pada kategori tinggi, yaitu sebesar 56,67%. Selain data angket di atas, di bawah ini akan disajikan juga data hasil observasi aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran berbasis masalah. Data observasi ini diambil dari siklus ke siklus. Selajutnya hasil observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut:

Berdasarkan tabel 56 di atas, terlihat bahwa aktivitas siswa yang relevan dengan kegiatan pembelajaran berbasis masalah pada siklus kedua mengalami peningkatan dibanding dengan siklus pertama yaitu sebesar 16,67%.

2. Pembahasan Dalam mengimplementasikan pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problame based learning), siswa lebih bergairah memperhatikan penjelasan guru serta timbul rasa ingin tahu dari dalam diri siswa, lebih aktif bertanya dan menggali informasi informasi tentang bagaimana sebenarnya materi pembelajaran menggulung trafo itu, mengapa di trafo itu bisa menurungkan tegangan dan bagaimana proses kerjanya. Pemikiran mereka timbul lebih kritis dengan mengaitkan kenyataan yang ada baik melalui media cetak ataupun media elektronik. Kegiatan pembelajaran lebih aktif, para siswa lebih giat lagi menyelesaikan gulungan trafo mereka dan saling bekerjasama dalam kelompok, yang lain menggulung dan yang lainnya lagi membantu menghitung dan mencatat jumlah lilitan yang sudah digulung ke dalam koker. Dengan demikian perhatian dan inisiatif siswa untuk lebih tahu lagi tentang bagaimana

menggulung trafo dengan baik itu meningkat. Peningkatan minat praktek menggulung trafo ini dapat di lihat dari hasil penelitian di atas, ditinjau dari segi sub varibel perhatian ada peningkatan sebesar 13,33%. Begitu pula jika ditinaju dari segi sub variabel inisiatif, minat praktek menggulung trafo mengalami peningkatan 10,00%. Berdasarkan tabel 56 di atas terlihat beberapa peningkatan aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran berbasis masalah, data tentang aktivitas siswa ini dicatat pada tiap siklusnya. Hal-hal yang dimaksud tersebut terbagi atas enam indikator yaitu: Keberanian siswa dalam bertanya mengalami peningkatan 13,33%, Bergairah dalam mengikuti pembelajaran (aktif menyelesaikan tugas mandiri yang diberikan) mengalami peningkatan 13,34%. Hubungan siswa dengan guru dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, mengalami peningkatan 13,33%. Interaksi siswa dalam mengikuti kegiatan kelompok mengalami peningkatan 16,67%. Hubungan siswa dengan siswa lain selama pembelajaran (dalam kerja kelompok) mengalami peningkatan 16,66%. Partisipasi siswa dalam pembelajaran (melihat, ikut melakukan kegiatan kelompok) mengalami peningkatan 13,34%.

E. Simpulan dan Saran


1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian di atas, ada beberapa temuan dalam penelitian ini yaitu: a. Minat siswa mengalami peningkatan. Jika ditinjau dari segi sub variabel perhatian mengalami kenaikan 13,33%, dan jika ditinjau dari segi sub variabel inisiatif mengalami kenaikan 10,00%. b. Dari data hasil observasi tentang kegiatan siswa yang relevan dengan kegiatan pembelaran dengan pendekatan berbasis masalah juga mengalami peningkatan 16,67%. Berdasarkan temuan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problame based learning) dapat meningkatkan minat belajar siswa praktek menggulung trafo pada siswa SMK Negeri 3 Makassar.

2. Saran Berdasarkan temuan-temuan dari hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, maka dapat disarankan agar: a. Proses pembelajaran menggulung trafo sebaiknya digunakan pendekatan

pembelajaran berbasis masalah (problame based learning). b. Melalui pembelajaran problame based learning, guru dapat dengan mudah merespon potensi atau modalitas siswa dalam kelompok belajar. Dengan demikin seorang guru yang profesional dapat lebih efektif dalam melakukan kegiatan proses belajar mengajar, serta dengan mudah dapat merespon perbedaanperbedaan potensi yang dimiliki peserta didiknya. c. Kepada pihak-pihak yang akan meneliti masalah yang relevan dengan penelitian ini, hendaknya merencanakan dengan baik langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
http://iamga2.blogspot.com/2009/04/peningkatan-minat-belajar-praktek.html (diakses pada 14 Juni 2011)

Anda mungkin juga menyukai