Anda di halaman 1dari 7

Focus Group Discussion Thursday, January 13, 2011 Winning Model: Party System Informant: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Moderator:  Nugroho Pratomo Notulensi:  Ari Setiyanto Sujarwoko Kiky Raja Eben Clarina Andreny Kevin Marsahala Devy Dian Yusuf Hakim

Dasar pemikiran praktis: Oleh Nugroho Pratomo  Besarnya dana yang dibutuhkan untuk pencalonan politik  Belum adanya hitungan pasti tentang tingkat keekonomian sebuah proses pencalonan politik  Makin meluasnya oligarki kekuasaan yang didukung oleh praktek politik uang  Semakin sempitnya peluang bagi calon-calon pemimpin muda yang kapabel untuk maju tanpa adanya dana yang cukup besar Dasar pemikiran keilmuan:  Belum adanya model pemenangan yang mencakup beberapa variable yang mampu secara utuh dapat memenangkan seorang kandidat politik dengan biaya yang paling efektif dan efisien sehingga mereka dapat menjalankan fungsifungsinya dalam partai politik. Kerangka Kerja:

 Terlampir dalam slide Kepartaian:  Terlampir dalam slide  Pentingnya aspek pendanaan dan faktor lain untuk dapat membangun strategi pemenangan Hipotesis:  Model umum dan definisi terlampir dalam slide Substruktur Kepartaian:  Party Size : jumlah partai yang berkompetisi  Partisanship : kekuatan pada jaringan antara society dan partai  Party Policy : posisi kebijakan partai politik yang duduk di parlemen terhadap issue  Organizational : Organizing terhadap kandidat  Parliamentary Interact : Interaksi antara konstituen dengan kandidat yang duduk di parlemen  Kandidat: Incumbent Vote => terlampir dalam slide Data Collecting: 1. Mbak Kiky: pengaruh dari psikologi dalam konteks election. Dapat dilihat dari kognisi, dan beberapa pendekatan psikologi untuk dapat memenangkan pemilu. Voter behavior itu cakupannya luas, apa saja yang membuat orang memilih. Bagaimana cara dia mendapat pengaruh dari social environment. Richard Dow mengkategorikan dari decision making itu ada 8, itu semua dibahas dari mulai bagaimana kognisi, emosi, sampai bagaimana diri sendiri dan dari luar itu semua dijelaskan di psikologi social. Ketika orang membuat suatu keputusan, faktor-faktor dari perilaku dia memilih itu berdasarkan banyak pengaruh, baik dari orang tua, pencarian informasi mengenai kandidat, dan sebagainya. Tetapi kebanyakan voter itu memilih berdasarkan informasi yang sangat sedikit. Kebanyakan ia memilih kandidat yang ingin ia coblos karena hal itu atau karena pernah dikunjungi atau pernah bersalaman itu konteks emosinya yang membekas. Bagaimana afeksi, kognisi, emosi, social identity itu mempengaruhi. Agama itu juga dapat mempengaruhi, suku juga dapat mempengaruhi attachment terhadap identitas sosialnya. Personality dari voter bagaimana decision making dilakukan dan personality kandidatnya. Banyak yang terkait dari psikologi social. Yang harus

ditambahkan adalah konteks antropologi bagaimana kalangan bawah terhadap juraganjuragannya. Melihat bagaimana hubungan patron-client. Konteks budayanya kuat. Ketokohan dilihat sebagai sumber influence terhadap konstituen lain. 2. Sujarwoko: melihat pada asumsi awal bahwa persepsi yang saya tangkap pertama bahwa permodelan ini melihat uang sebagai determinan. Semua tidak bisa jalan jika tidak ada uang, akan tetapi apakah hal ini sebagai yang utama kan harus diperhatikan. Jabatan politik dilihat sebagai investasi sehingga ada korupsi dan sebagainya. Yang dilihat dari yang terpancar pada permodelan ini adalah melihat pada konteks jangka pendek. Gagasan politik uang menjadi kontradiktif untuk dilihat dari tujuan ide untuk membangun politik Indonesia yang lebih baik akan menjadi omong kosong. Dari model tidak ada voter behavior. Harus melihat aspek kebijakan yang membuat peta politik menjadi bergeser. Recruitment harusnya dibahas secara khusus. Bisa dari ideology bisa juga dari insentif. Atau dari dorongan untuk mendapatkan posisi tertentu. Recruitment untuk mendapatkan kader militant menjadi penting. 3. Clarina Andreny Regulasi BCRA. Dimana dijelaskan arah dari pemakaian pendanaan partai dengan membagi hard money dan soft money belum dirincikan di Indonesia dan belum dijelaskan secara rinci. Hal ini penting untuk campaign financing. Recruitment juga penting dan perlu dibagi ke pendidikan politik. Persiapan kader harus dijadikan substruktur recruitment harus menjadi struktur sendiri dengan pendidikan politik. 4. Devy Dian Proses pencalonan menjadi suatu masalah. Ketika satu kandidat melalui beberapa seleksi pada akhirnya yang menentukan adalah elite-elite politik. Kebanyakan partai politik di Indonesia lebih cenderung ke figure, lebih mementingkan ketokohan daripada kecakapan. Recruitment masih mengandalkan politik dagang sapi berpengaruh dalam proses recruitment. Recruitment harus melihat pada kecapakan bukan pada ketokohan. Recruitment harus terbuka kepada masyarakat tidak hanya melihat pada satu sosok seperti pengusaha. Pendidikan calon kandidat menjadi penting. Pentingnya dukungan masyarakat. Melihat pada keterbukaan partai dalam proses recruitment. 5. Raja Eben Kita harus melihat satu bagian yang dilupakan yaitu issue yang berkembang di masyarakat. Contohnya adalah Thailand pada masa Thaksin yang mampu mengikat masyarakat miskin di Thailand. Loyalitas yang ditimbulkan oleh janji Thaksin karena kebijakan politik itu kemudian menciptakan basis massa di masyarakat yang menciptakan basis massa yang loyal

terhadap partai dan figure. Melihat kondisi social ekonomi sehingga akibatnya akan menciptakan loyalitas dalam masyarakat. \ 6. Yusuf Hakim Partai di Indonesia belum terinstutusionalisasi secara kuat. Ideology dan demokratisasi masih lemah. Indikatornya adalah ketergantungan terhadap tokoh dan cenderung terlalu determinan. Kaderisasi masih sangat kurang. Partai tidak lagi menjadi komunikator yang baik karena sudah dipenuhi kepentingan-kepentingan tertentu. Rakyat menjadi tidak percaya terhadap partai. Bagaimana kepercayaan public bisa terbangun dari partai. Partai masih sangat pragmatis dan tidak memiliki pola komunikasi yang baik, dan hal ini tidak akan berlangsung secara sustain untuk dapat membuat peradaban demokrasi yang lebih baik. 7. Kevin Marsahala Pemimpin partai di Indonesia dan di berbagai negara menjadi satu faktor determinan dalam pemenangan politik karena karakter dari pemimpin atau dapat dikatakan kepemimpinan simbolik itu dapat mempengaruhi pemenangan. Voting behavior, fund raising, kalau bisa ditambahkan merit system.

Discussion Ketokohan  Devy Dian Ketokohan akan berbahaya untuk terimplementasikannya money politics.  Raja Eben Di Thailand ketokohan atau faktor ketokohan dilihat bahwa ia memiliki basis massa. Ketika ia dapat memobilisasi masa itu akan mempengaruhi.  Yusuf Hakim Ketokohan tidak selamanya merupakan hal yang buruk. Penokohan ada 2, yaitu penokohan yang sudah jadi, tanpa adanya kaderisasi karena sudah memiliki latar belakang kesuksesan, dan tokoh yang harus dibangun dari kaderisasi. Di Australia ketokohan dibangun berdasarkan ide-ide segar yang dibawa oleh pola kaderisasi yang baik.  Clarina Andreny Penokohan di Amerika tetap ada. Contoh pemilu Obama dengan Mc Cain, akan tetapi issue lebih terkait langsung dan penokohan itu muncul ketika issue itu diangkat dan bagaimana reaksi

terhadap penanganan issue itu. Dan dipengaruhi oleh ideology partai. Sehingga issue, ideology, dan tokoh itu akan saling terkait.  Kevin Marsahala Sebelum melihat kapasitas seseorang kita pasti melihat background. Contoh Hillary dan Obama. Obama menang banyak di negara-negara Red State atau lahan suara Republik. Umumnya pemilih pemula itu akan melihat faktor kecakapan dan pemilih tua akan melihat ke ketokohan. Sehingga yang penting ketokohan dulu baru kecakapan.  Sujarwoko Mengenai voters behavior banyak variannya. Didasarkan oleh rational choice yang diangkat berdasarkan issue oleh kandidat. Hal-hal yang mengakibatkan pemilih menjadi memilih atau tidak. Pertanyaannya adalah yang cocok untuk Indonesia itu yang mana harus kita survey. Karakteristik voter behavior di setiap daerah berbeda-beda oleh karena itu harus kita tinjau secara mendalam. Ketokohan tidak selamanya lari ke umur. Contoh bupati Belitung Timur dari Tionghoa. Ia terpilih karena punya andil disana. Kasus menarik padahal di Belitung Timur ketika sosok bupati ini menang dengan kondisi minoritas (Katholik dan Tionghoa). Bicara pendidikan politik prosesnya panjang. Problem serius dalam pendidikan politik kita, pertama pelajaran kita tidak tuntas. Akan tetapi kita tidak diajarkan bagaimana memobilisasi massa, merekrut anggota sebanyak-banyaknya. Kedua, antara teori dan praktek tidak sinkron. Ketika kita bicara koalisi hal yang logic semua tidak tergambar secara teoritis dalam prakteknya. Menjaga konstituen di dua level. Bagaimana partai politik di tingkat elite mereka bisa membangun simpati dalam masyarakat. Di satu sisi sebagai penonton, mengakibatkan konsentrasi masyarakat bisa berkurang. Pemilih cenderung tidak memilih ketika kapabilitas tidak jauh berbeda. Yang harus dilakukan adalah membangun kepercayaan public terhadap partai. Maintenance di tingkat bawah adalah bagaimana tokoh membangun basis massa dari tingkat bawah dan terjun ke dalam kegiatan social. Popularitas tidak dapat instant. Bagaimana membangun ketokohan bahwa rakyat harus juga diuntungkan. Rakyat sudah mulai cerdas dalam memilih. Ketokohan dilihat sebagai bagaimana dan sejauh mana mereka berpengaruh bagi masyarakat. Dan sejauh mana kontribusi mereka dalam masyarakat. Pendidikan Politik Nugroho Pratomo: Bagaimana pendidikan politik yang seharusnya untuk menjadikan sosok kandidat yang berkualitas?  Yusuf Hakim Melihat pada akar ideology partai yang practical dengan cara menguatkan ideology. Diturunkan dalam model penerapan kaderisasi. Pendidikan politik di organisasi dilihat dari merit system. Dalam partai ada 4 tahap jika ingin membangun merit system. By sex, melihat konfgurasi

masyarakat seperti apa. Harus ada kesinambungan antara penduduk dengan legislator. Kedua berdasarkan pendidikan. Ketika financial. Politik jangan dilihat lagi sebagai ajang mencari uang. Nugroho Pratomo: Bagaimana meyakinkan rakyat bahwa orang yang sudah mapan dalam financial ini tidak memiliki tujuan untuk memperkaya diri? Kita akan melihat bagaimana rakyat tidak berfokus terhadap hal itu. Akan melihat bagaimana kandidat ini sudah mapan dan well-educated. Ketika orang ini ingin maju sebagai wakil rakyat dan tidak punya basis massa dan tidak punya uang dan pintar serta mengabdi ke masyarakat, orang ini akan mendapatkan public funding.  Sujarwoko Bagaimana mentransformasi aspirasi yang masuk menjadi suatu kegiatan yang konkrit. Yang penting programnya jalan dan dirasakan masyarakat. Legislator tidak pernah mendengar aspirasi masyarakat sehingga berdampak pada kebijakan yang out of topics. Sehingga pendidikan politik harus menjadi jalan tengah untuk dapat menyalurkan aspirasi rakyat dan agenda kegiatan yang konkrit dan ujung tombak partai untuk mensejahterakan partai.  Clarina Andreny Awal pola perekrutan harus punya waktu yang panjang. Hal ini penting untuk memberikan ruang terhadap pendidikan politik. Penting untuk menjelaskan bagaimana mereka terpilih, bagaimana penyuluhan terhadap sistem pemilu untuk dapat menjawab atas issue yang diangkat.  Devy Dian Pendidikan politik terkait kaderisasi. Dalam kaderisasi perlu kontinuitas terhadap konten pelatihan seperti komunikasi dan bagaimana menjalin hubungan dengan konstituen. Yang terjadi di Eropa, dari pemuda terjun ke masyarakat dan langsung memberikan solusi kerja nyata dan langsung praktek ke lapangan. Nugroho Pratomo: Supporting partai yang bagus yang seperti apa? Bentuk kerja nyata tidak hanya sekedar materi. Bagi seorang kader partai itu bagaimana ia masuk ke dalam masyarakat dan terjun ke lapangan dalam kerja social itu termasuk pendidikan politik  Raja Eben Pendidikan politik juga dilihat bagaimana kader membangun image dengan bentuk dukungan nyata dengan melaksanakan keinginan rakyat agar rakyat memilih dia.  Kevin Marsahala

Tujuan pendidikan politik harus difokuskan, apakah untuk jangka panjang atau untuk mempertahankan kepemimpinan dia. Kinerja kader harus sustainable. Nanug Pratomo: persoalan voting behavior dan ketokohan apakah itu menjadi hal yang penting dan patut dipertimbangkan dan apakah pendidikan politik bagian dari proses recruitment. Recruitment sebagai bagian dari pendidikan politik.

Anda mungkin juga menyukai