Ditulis oleh EMI NUR LAELA Jumat, 28 Agustus 2009 14:54 - Terakhir Diperbaharui Senin, 31 Agustus 2009 08:36
A. PENGERTIAN
Hipertensi Gestasional (hipertensi dalam kehamilan) yaitu hipertensi tidak disertai proteinuria sampai 12 minggu persalinan.
Hipertensi kronik dengan superimposed pre eklampsia adalah hipertensi kronik yang disertai proteinuria
Pre eklampsia adalah Suatu kondisi hipertensi pada kehamilan dan proteinuria yang terjadi setelah minggu ke 20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal
1 / 25
Pre eklampsia berhubungan dengan implantasi abnormal placenta dan invasi dangkal tromboblastik yang mengakibatkan berkurangnya perfusi placenta.
Arteri spiralis maternal (arteri uterine) gagal mengalami vasodilatasi fisiologis, sehingga aliran darah mengalami hambatan.
Usia
Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insiden lebih tiga kali lipat. Pada wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun dapat terjadi hipertensi laten.
Parietas
Pre eklampsia sepuluh kali lebih sering terjadi pada kehamilan pertama.
2 / 25
Faktor Paternal
Ibu beresiko dua kali lebih besar bila hamil dari pasangan yang sebelumnya menjadi bapak dari satu kehamilan yang menderita penyakit ini. Pasangan suami baru mengembalikan resiko ibu sama seperyi primigravida
Faktor gen
Ada hubungan genetik yang telah diteliti. Riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan meningkatkan resiko empat sampai delapan kali
Faktor janin
Tekanan darah diastolik 90-110 mmhg (2 pengukuran berjarak 4 jam) pada kehamilan > 20 minggu
Proteinuria
Hipertensi kronik :
3 / 25
Proteinuria < ++
Tekanan darah diastolik 90-110 mmhg (2 pengukuran berjarak 4 jam) pada kehamilan 20 minggu
Proteinuria sampai ++
Proteinuria +++
Eklampsia :
4 / 25
Kejang
Proteinuria ++
Hiperrefleksia
Penglihatan kabur
Edema paru
5 / 25
Eklampsia :
Koma
Pembatasan kalori, cairan dan garam tidak dapat mencegah hipertensi dalam kehamilan, bahkan dapat berbahaya bagi janin
Manfaat aspirin, kalsium, dan obat-obat pencegah hipertensi dalam kehamilan balum terbukti
G. PENATALAKSANAAN
6 / 25
Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria) dan kondisi janin setiap minggu
Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat rawat untuk penilaian kesehatan janin
Beritahu klien dan keluarga tanda bahaya dan gejala pre eklampsia atau eklampsia
Jika belum ada perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan:
Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), refleks, dan kondisi janin
Konseling pasien dan keluarganya tentang tanda-tanda bahaya preeklampsia dan eklmapsia
7 / 25
Diet biasa
Pantau tekanan darah 2 kali sehari, dan urin (untuk proteinuria) sekali sehari
Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi kordis atau gagal ginjal akut. Kehamilan lebih dari 37 minggu Jika serviks matang, pecahkan ketuban dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin
Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia.
Penanganan konservatif tidak dianjurkan karena gejala dan tanda eklampsia seperti hiperrefleksia dan gangguan penglihatan sering tidak sahih
8 / 25
Buka jalan nafas, pertahankan jalan nafas tetap terbuka dengan sudip lidah
Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tetapi jangan diikat terlalu keras
I. PENANGANAN UMUM
v Jika tekanan diastole tetap lebih dari 110 mmhg, berikan obat anti hipertensi sampai tekanan diastole diantara 90-100mmhg
9 / 25
v Jika jumlah urin kurang dari 30 ml perjam hentikan magnesium sulfat (Mg SO4) dan berikan cairan IV (NaCl 0,9 % atau ringer laktat) pada kecepatan 1 liter per 8 jam. Pantau kemungkinan edema paru.
v Jangan tinggalkan pasien sendirian . kejang disertai aspirasi muntah dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin
v Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin setiap jam
v Hentikan pemberian cairan IV dan berikan diuretik misalnya furosemid 40 mg I.V. sekali saja jika ada edema paru
v Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan sederhana (bedside clotting test). Jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit kemungkinan terdapat koagulopati
J. PENANGANAN PERSALINAN
v Persalinan harus diusahakan segera setelah keadaan pasien stabil. Penundaan persalinan meningkatkan resiko untuk ibu dan janin
10 / 25
v Periksa serviks, jika serviks matang lakukan pemecahan ketuban, kemudian induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin
v Jika persalinan pervaginam tidak dapat diharapkan dalam 12 jam (pada eklampsia) atau dalam 24 jam (pada preeklmapsia) lakukan sectio caesarea)
v Jika denyut jantung janin < 100 kali/mnt atau 180 kali/mnt lakukan sectio caesarea
v Jika anestesi untuk seksio sesarea tidak tersedia, atau jika janin mati atau terlalu kecil maka usahakan lahir pervaginam, matangkan serviks dengan misoprostol, prostaglandin, atau kateter foley
Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam setelah persalinan atau kejang terakhir
Teruskan terapi anti hipertensi jika tekanan diastole masih 110 mmhg atai lebih
L. KOMPLIKASI
11 / 25
a. perubahan pada sistem saraf pusat mencakup refleks berlebihan dan kejang
b. sindrom hemolisis, kenaikan enzim hati, dan hitung trombosit rendah (HELP SINDROME).
a. prematuritas
Jika terjadi penurunan kesadaran atau koma, kemungkinan terjadi perdarahan serebral : turunkan tekanan darah pelan-pelan, berikan terapi suportif
Jika terjadi gagal jantung, ginjal atau hati berikan terapi suportif
Jika uji beku darah menunjukkan gangguan tekanan darah kemungkinan terdapat koagulopati
Jika pasien mendapat infus dan dipasang kateter, perhatikan upaya pencegahan infeksi
12 / 25
Jika pasien mendapat cairan perinfus, perlu dipantau jumlah cairan masuk dan keluar agar tidak terjadi overload cairan
Magnesium sulfat (MgSO4) merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada preeklampsia berat dan eklampsia.
Adapun cara pemberian magnesium sulfat pada pre eklampsia berat dan eklampsia:
Dosis awal:
Segera dilanjutkan dengan pemberian 10 gr larutan MgSO4 50 %, masing-masing 5 gr di bokong kanan dan kiri secara IM dalam. Ditambah lignokain 2 % pada semprit yang sama. Pasien akan merasa agak pannas sewaktu pemberian MgSO4
Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4 2 gr (larutan 40%) IV selama 5 menit
Dosis pemeliharaan:
MgSO4 1-2 gr per jam per infus, 15 tetes/ mnt atau 5 gr MgSO4 IM tiap 4 jam. Lanjutkan
13 / 25
Jika terjadi henti nafas : lakukan ventilasi (masker dan balon, ventilator). Berikan kalsium glukonat 1 gr (20 ml dalam larutan 10 %) IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi
Jika MgSO4 tidak tersedia dapat diberikan diazepam dengan resiko terjadinya depresi
14 / 25
pernafasan neonatal.
Pemberian terus menerus secara intravena meningkatkan resiko depresi pernafasan pada bayi yang sudah mengalami iskemia uteroplacenta dan persalinan prematur.
Pemberian intravena:
Dosis awal :
15 / 25
Dosis pemeliharaan:
Depresi pernafasan ibu mungkin akan terjadi jika dosis > 30 mg/jam
Jika pemberian IV tidak mungkin, diazepam dapat diberikan per rektal dengan dosis awal 20 mg dalam semprit 10 ml tanpa jarum
Jika konvulsi tida teratasi dalam 10 menit beri tambahan 10 mg/jam atau lebih, bergantung pada berat badan pasien dan respons klinik
Jika tekanan darah diastolik 110 mmhg atau lebih, berikan obat anti hipertensi.
Tujuan pemberian anti hipertensi adalah mempertahankan tekanan darah diastolik diantara 90-100 mmhg dan mencegah perdarahan serebral. Obat pilihan adalah hidralazin.
16 / 25
Berikan hidralazin 5 mg I.V pelan-pelan setiap 5 menit sampai tekanan darah turun. Ulang setiap jam jika perlu atau berikan hidralazin 12,5 mg I.M. setiap 2 jam
Labeltolol 10 mg I.V. : jika respon tidak baik (tekanan diastole tetap > 110 mmhg) berikan labeltolol 20 mg I.V. Naikkan dosis sampai 40 mg dan 80 mg jika respons tidak baik sesudah 10 menit
Atau berikan nifedipin 5 mg sublingual. Jika respons tidak baik setelah 10 menit, berikan tambahan 5 mg sublingual
DOKUMENTASI ASUHAN KLIEN DENGAN PRE EKLAMPSIA I. PENGKAJIAN KLIEN PRE EKLAMPSIA
17 / 25
Alamat :...........................................................
DATA SUBYEKTIF :
Keluhan utama :
Sakit kepala
18 / 25
DATA OBYEKTIF :
Pemeriksaan umum:
19 / 25
Odem pada : kedua tangan, kedua lengan, kedua kaki, kelopak mata, muka , perut
20 / 25
Djj.........x/mnt,teratur/ tidak
DATA PENUNJANG :
HB..............Proteinuria............SGOT...............SGPT...............UreumKreatinin
FibrinogenTrombosit.
21 / 25
Data dasar :
Pandangan kabur
22 / 25
Odem anasarka
Proteinuria positif
Oliguri
Reflek patela.....
Hasil pemeriksaan ada /tidaknya kondisi inpartu: his, lendir darah, ketuban pecah, pembukaan serviks
23 / 25
III. DIAGNOSA
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan 2. Menjelaskan rencana perawatan & pengobatan 3. Melakukan observasi keadaan umum dan kesadaran ibu 4. Melakukan observasi tanda-tanda vital (Tekanan darah, pernafasan, nadi, suhu) 5. Melakukan observasi denyut jantung janin 6. Melakukan observasi gerakan janin 7. Memasang kateter 8. Memasang infus 9. Memantau masukan dan keluaran cairan 10. Menilai persyaratan pemberian MgSO4 11. Memberikan pengobatan MgSO4 sesuai instruksi 12. Memberikan pengobatan anti hipertensi sesuai instruksi 13. Menganjurkan ibu untuk mempertahankan tidur miring 14. Melakukan kolaborasi pemeriksaan laboratorium: Proteinuria,Hb, Ht, Trombosit, SGOT,SGPT, Ureum, Kreatinin, fibrinogen 15. Melakukan pencatatan yang cermat pada lembar pemantauan 16. Memberikan dukungan emosional dan spiritual pada klien 17. Mendiskusikan kondisi klien dengan dokter penanggung jawab
V. EVALUASI
Kesejahteraan ibu :
24 / 25
Tekanan darah............pernafasan........nadi.......suhu.......
Ada/tidaknya kejang..............
Kesejahteraan janin:
Gambaran CTG...............
25 / 25