Anda di halaman 1dari 22

BAB IV ANALISIS DATA

A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Obyek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2006 sampai tahun 2009. Perusahaan manufaktur dipilih karena sektor ini memiliki jumlah perusahaan yang listing paling banyak dibandingkan dengan sektor lain. Sektor ini juga memiliki jumlah saham beredar dan volume perdagangan yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis usaha lain di BEI. Pemilihan BEI sebagai populasi dalam penelitian ini karena BEI merupakan bursa efek terbesar dan representatif di Indonesia. Perusahaanperusahaan pada sektor manufaktur memiliki harga saham yang sangat dinamis. Namun harga saham perusahaan ini yang paling rentan terhadap kondisi eksternal dan perubahan-perubahan pada kondisi ekonomi makro negara. Saham perusahaan manufaktur juga merupakan saham paling favorit yang banyak diincar oleh para investor, karena dapat memberikan keuntungan yang berlipat tetapi diwaktu lain dapat memberikan keugian yang sangat bessar pula.

40

41

2. Deskripsi Sampel Penelitian Dalam penelitian ini sampel dipilih dengan metoda purposivesampling, dengan metoda purposive sampling ini diharapkan dapat mewakili populasinya dan tidak menimbulkan bias bagi tujuan penelitian. Sampel dipilih bagi perusahaan yang mengalami laba bersih setelah pajak yang negatif sekurangnya 1 periode laporan keuangan (1 tahun) selama periode penelitian (tahun 2006 2009). Hal ini dikarenakan auditor hampir tidak pernah mengeluarkan opini going concern pada perusahaan yang mempunyai laba bersih setelah pajak positif atau tidak mengalami financial distress (Mc Keown et.al., 1991). Proses seleksi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tampak dalam tabel berikut : Tabel 4.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria No Kriteria 1 Perusahaan Manufaktur di BEI sebelum 1 Januari 2006 2 Delisting Selama Periode Pengamatan 3 Perusahaan tidak mengalami laba bersih setelah pajak yang negatif sekurangnya satu periode pengamatan (2006-2009) 4 Perusahaan dengan data tidak tersedia 5 Jumlah sampel 6 Tahun pengamatan 7 Jumlah data Sumber: Data Sekunder, diolah (2011) Jumlah 162 0 100

20 42 4 168

Dari tabel 4.1 dapat diketahui jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 42 perusahaan dengan kriteria yang dikemukakan di

42

atas meliputi 168 observasi untuk periode pengamatan. Nama-nama perusahaan sampel tersebut dapat dilihat pada lampiran 1. 3. Dekkripsi Variabel Penelitian a. Opini Audit Going Concern Opini audit going concern adalah opini audit modifikasi yang dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya.

Berdasarkan hasil analisis terhadap Laporan Auditor Independen yang diterima oleh auditee pada tahun 2006 sampai tahun 2009, dapat diketahui jenis opini yang diterima masing-masing perusahaan. Jenis opini tersebut kemudian digolongkan menjadi dua jenis opini audit yaitu opini audit going concern dan opini audit non going concern, sehingga dapat diperoleh distribusi sebagai betikut:

Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Opini Audit 2006 2007 2008 2009 Opini Audit Sampel % Sampel % Sampel % Sampel % GCOA 28 67% 26 62% 26 62% 28 67% NGCOA 14 33% 16 38% 16 38% 14 33% Total 42 100% 42 100% 42 100% 42 100% Sumber : Data Sekunder, diolah (2009) Keterangan : GCOA = Opini audit going concern NGCOA = Opini audit non going concern

43

Dari tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun 2006 dan 2009 sama yaitu sebesar 67% atau 28 perusahaan sedangkan untuk tahun 2007 dan 2008 sebesar 62%. Dari tahun 2006 perusahaan yang menerima opini audit going concern turun sebesar 5% jika dibandingkan dengan tahun 2007 dan 2008 sedangkan pada tahun 2009 mengalami kenaikan lagi sebesar 5% jika dibandingkan dengan tahun 2008 dan 2007. b. Kualitas Audit Kualitas Audit menurut Deangelo (1981) dalam Schwartz (1997) didefinisikan sebagai probabilitas error dan irregularities yang dapat dideteksi dan dilaporkan. Probabilitas pendeteksian dipengaruhi oleh isu yang merujuk pada audit yang dilakukan oleh auditor untuk menghasilkan pendapatnya. Isu-isu yang berhubungan dengan isu audit adalah kompetensi auditor, persyaratan yang berkaitan dengan pelaksanaan audit dan persyaratan pelaporan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil. Dari laporan keuangan yang telah diaudit, kemudian diperoleh data KAP yang mengaudit perusahaan yang dapat dilihat pada lampiran 2. Data tersebut kemudian digunakan untuk menentukan apakah KAP tersebut

44

masuk dalam kategori KAP big four atau KAP non big four, sehingga dapat dip eroleh distribusi sebagai berikut: Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis KAP 2006 2007 2008 2009 GCAO NGCAO GCAO NGCAO GCAO NGCAO GCAO NGCAO 1 9 5 8 5 7 5 9 3 0 19 9 14 11 19 11 19 11 Sumber: Data Sekunder, diolah (2011) Ket Keterangan : 1 = KAP big four 0 = KAP non big four

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern yang diaudit oleh KAP big four dari tahun 2006 sampai dengan 2009 masing-masing 9 perusahaan, 8 perusahaan, 7 perusahaan dan 9 perusahaan sedangkan untuk perusahaan yang menerima opini audit NGCAO masing-masing 5 perusahaan, 5 perusahaan, 5 perusahaan dan 3 perusahaan. Perusahaan yang menerima audit going concern yang diaudit oleh KAP non big four tahun 2006 sebanyak 19 perusahaan, 2007 sebanyak 14 perusahaan, 2008 sebanyak 19 perusahaan dan 2009 sebanyak 19 perusahaan juga. Sedangkan untuk yang menerima opini audit NGCAO masing-masing 9 perusahaan, 11 perusahaan, 11 perusahaan dan 11 perusahaan.

45

c. Debt Default Dalam PSAK 30, indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutangnya (default). Debt default atau kegagalan membayar hutang didefinisikan sebagai kelalaian atau kegagalan perusahaan untuk membayar hutang pokok atau bunganya pada saat jatuh tempo (Chen dan Church, 1992). Chen dan Chruch menyatakan perusahaan yang bermasalah setidaknya memenuhi salah satu dari kriteria sebagai berikut : (1) Ekuitas yang negatif, (2) Arus kas yang negatif, (3) Laba operasi yang negatif, (4) Modal kerja yang negatif (5) laba bersih yang negatif atau (6) Laba yang ditahan yang negatif. Dari Laporan Laba Rugi, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan

Ekiutas dan Neraca serta Indonesia Capital Market Directory (ICMD) diperoleh data kriteria yang telah ditentukan di atas yang dapat dilihat pada lampiran 3. Data tersebut kemudian digunakan untuk menentukan apakah perusahaan termasuk dalam keadaan default atau tidak dalam keadaan default dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009, sehingga di peroleh distribusi sebagai berikut:

46

Tabel 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Default 2006 2007 2008 2009 GCAO NGCAO GCAO NGCAO GCAO NGCAO GCAO NGCAO 1 7 4 11 4 6 3 12 2 0 21 11 15 12 20 13 16 12 Sumber: Data Sekunder, diolah (2011) Keterangan : 1 = Dalam keadaan default 0 = Tidak dalam keadaan default

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern dengan status default dari tahun 2006 sampai dengan 2009 masing-masing 7 perusahaan, 11 perusahaan, 6 perusahaan dan 12 perusahaan sedangkan untuk perusahaan yang menerima opini audit NGCAO masing-masing 21 perusahaan, 15 perusahaan, 20 perusahaan dan 16 perusahaan. Perusahaan yang menerima audit going concern dengan status dalam keadaan tidak default tahun 2006 sebanyak 11 perusahaan, 2007

sebanyak 12 perusahaan, 2008 sebanyak 13 perusahaan dan 2009 sebanyak 12 perusahaan juga. Sedangkan untuk yang menerima opini audit NGCAO masingmasing 2 perusahaan, 3 perusahaan, 4 perusahaan dan 4 perusahaan.

47

d. Kondisi Keuangan Perusahaan Kondisi keuangan perusahaan adalah suatu tampilan atau keadaan secara utuh atas keuangan perusahaan selama periode / kurun waktu tertentu. Kondisi keuangan merupakan gambaran atas kinerja sebuah perusahaan. Dalam penelitian ini Kondisi Keuangan Perusahaan diproksikan dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan Altman Z Score. Rumus yang digunakan adalah: = 0,717 1 + 0,874 2 + 3,1072 3 + 0,4204 4 + 0,998 5 Keterangan: Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 = working capital / total asets = retairned earning / total asets = earning before intrest and taxt / total asets = market capitalizacion / book value of debt = sales / total asets Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keuangan auditee serta ICMD dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 kemudian diperoleh data untuk menghitung kelima rasio tersebut yang dapat dilihat pada lampiran 4 dan tersebut digunakan untuk menghitung nilai dari kelima rasio tersebut.

Kemudian hasil perhitungan rasio-rasio tersebut dikalikan dengan koefisien tiap rasio yang diturunkan Altman di atas menghasilkan nilai Z score yang dapat dilihat pada lampiran 5.

48

Berdasarkan lampiran 5 dapat diketahui bahwa pada tahun 2006 nilai Z score terendah adalah -2,75 pada tahun 2005, -2,29 pada tahun 2007, -154,73 pada tahun 2008 dan -106,06 pada tahun 2009 sedangkan nilai Z score maksimal dari tahun 2006 2009 masing-masing sebesar 13,12, 11,70, 3,09 dan 26,92. Dari tabel tersebut dapat diketahui pula bahwa rata-rata nilai Z score dari seluruh perusahaan sampel penelitian adalah 1,02 pada tahun 2006, 1,27 pada tahun 2007, -2,75 pada tahun 2008 dan -0,60 pada tahun 2009. Rata-rata nilai Z score ini tergolong terendah dikarenakan perusahaan yang dipilih menjadi sample penelitian adalah perusahaan-perusahaan yang mempunyai laba bersih setelah pajak negatif atau perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan. f. Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini di proksikan dengan pertumbuhan penjualan. Pertumbuhan penjualan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan dalam kondisi persaingan. Pertumbuahan penjualan ini merupakan perubahan penjualan pada laporan keuangan dari tahun ke tahun yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
Penjualan bersiht - Penjualan bersiht-1 Penjualan bersiht-1

Pertumbuhan penjualan

Keterangan : Penjualan bersiht Penjualan bersiht-1 = Penjualan bersih tahun sekarang = Penjualan bersih tahun yang lalu

49

Dari laporan Laba Rugi auditee kemudian diperoleh data penjualan dari tahun 2005 2009 yang dapat dilihat pada lampiran 6. Data tersebut kemudian digunakan untuk menghitung rasio pertumbuhan penjualan (sales growth ratio) tahun 2006 2009 yang dapat dilihat pada lampiran 7. Dari lampiran 7 dapat diketahui bahwa rata-rata rasio pertumbuhan penjualan pada tahun 2006 sebesar 0,9677 (96,67%) yang berarti terjadi kenaikan penjualan dibandingkan dengan tahun 2005, pada tahun 2007 sebesar 1,6369 (163,69%), tahun 2008 sebesar 13,0965 (1.309,65%) dan tahun 2009 sebesar 0,8078 (80,78%) mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2008. Pada tahun 2006 auditee yang mengalami rasio pertumbuhan penjualn tertinggi adalah PT Darma Henwa Tbk sebesar 210,30% dan yang paling rendah adalah PT Ratu Prabu Energy Tbk sebesar 60%. Pada tahun 2007 rasio pertumbuhan penjualan paling tinngi adalah PT Nusantara Inti Corpora Tbk sebesar 2.235,7%, pada tahun 2008 adalah PT Asia Natural Resource Tbk sebesar 30.701,82%, pada tahun 2009 adalah PT Asia Natural Resource Tbk sebesar 150,60% sedangkan untuk rasio pertumbuhan penjulan paling rendah pada tahun 2007 adalah PT Asia Natural Resource Tbk sebesar -2.072,01%, tahun 2008 dan 2009 sebesar 0% adalalah PT Hanson International Tbk.

50

g. Opini Audit Tahun Sebelumnya Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima auditee pada tahun sebelumnya atau satu tahun sebelum tahun penelitian. Opini audit tahun sebelumnya dikelompokkan menjadi dua yaitu autitee dengan opini going concern (GCAO) dan opini non going concern (NGCAO). Variabel ini merupakan variabel dummy, opini audit going concern (GCAO) diberi kode 1 sedangkan opini non going concern (NGCAO) diberi kode 0. Laporan auditor masing-masing auditee dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 dianalisis dan dapat dilihat pada lampiran 8, sehingga diperoleh distribusi sebagai berikut : Tabel 4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Opini Audit Tahun Sebelumnya 2006 2007 2008 2009 GCAO NGCAO GCAO NGCAO GCAO NGCAO GCAO NGCAO 1 23 5 26 0 23 3 25 3 0 2 12 0 16 3 13 1 13 Sumber: Data Sekunder, diolah (2011) Keterangan : 1 = Going Concern Opinion Audit 0 = Non Going Concern Opinion Audit Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa auditee yang menerima opini audit going concern pada kelompok GCAO tahun 2006 sejumlah 23 perusahaan , tahun 2007 sejumlah 26 perusahaaan, tahun 2008 sejumlah 23 perusahaan, dan tahun 2009 sejumlah 25 perusahaan, sedangkan yang menerima

51

opini audit non going concern pada tahun 2006 sejumlah 5 perusahaan, tahun 2007 sejumlah 0 perusahaan, tahun 2008 sejumlah 3 perusahaan, dan tahun 2009 sejumlah 3 perusahaan. Pada kelompok NGCAO yang menerima opini audit going concern pada tahun 2006 sejumlah 2 perusahaan, tahun 2007 sejumlah 0 perusahaan, tahun 2008 sejumlah 3 perusahaan, dan 2009 sejumlah 1 perusahaan sedangkan yang menerima opini audit non going concern pada tahun 2006 sejumlah 12 perusahaan, tahun 2007 sejumlah 16 perusahaan, tahun 2008 sejumlah 13 perusahaan dan tahun 2009 sejumlah 13 perusahaan. B. Analisis Statistik Deskriptif Perhitungan statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui karaktristik dari sampel penelitian yang digunakan dianalisis lebih lanjut. Perhitungan yang dilakukan meliputi jumlah sampel, standar deviasi, nilai minimum dan nilai maksimum. Pengolahan data dengan menggunakan program Eviews 3.0. Tabel 4.6 Hasil Statistik Deskriptif Variabel N Mean Median Maksimum ADTR 168 28,57 0,00 1,00 DEF 168 69,64 1,00 1,00 ZS 168 -25,17 96,00 2692,00 SALES 168 41314,65 10495,00 3070182,00 OPINI 168 62,50 1,00 1,00 GC 168 64,28 1,00 1,00 Sumber: Data Sekunder, diolah (2011) Minimum Std. Dev 1,00 45,31 1,00 46,11 0,00 1483,89 -15473,00 264158,10 1,00 48,55 1,00 48,05

52

Dari hasil analisis statistik deskriptif di atas menunjukkan variabel penelitian going concern memiliki rata-rata 64,28 dengan nilai maksimum 0,00 dan nilai minimum 0,00 karena merupakan variabel dummy. Deviasi standar untuk variabel ini sebesar 48,05, hal ini berarti bahwa rata-rata peningkatan variabel ini paling tinggi 48,05 sedangkan penurunan rata-rata paling rendah 48,05. Pada variabel kualitas audit yang diproksikan dengan Kantor Akuntan Publik (KAP) selama periode penelitian memiliki nilai rata-rata 28,57 dengan nilai maksimum 0,00 dan nilai minimum 0,00 karena variabel ini merupakan variabel dummy. Deviasi standar untuk variabel ini sebesar 45,31, hal ini berarti bahwa rata-rata variabel ini paling tinggi 45,31 sedangkan penurunan rata-rata paling rendah 45,31. Debt Default (DEF) memiliki nilai rata-rata sebesar 69,64 dengan nilai maksimum 0,00 dan nilai minimum 0,00 karena variabel ini merupakan variabel dummy. Deviasi standar untuk variabel ini sebesar 46,11, hal ini beararti bahwa rata-rata peningkatan variabel ini paling tinggi 46,11 sedangkan penurunan ratarata paling rendah 46,11. Kondisi keuangan perusahaan yang di proksikan dengan Z Score Altman memiliki nilai rata-rata sebesar 96,00 denagan nilai maksimum 2692,00 dan nilai minimum sebesar 0,00. Deviasi satandar untuk variabel ini sebesar

53

1483,89, hal ini berarti bahwa rata-rata peningkatan variabel ini paling tinggi 1483,89 sedangkan penurunan rata-rata paling rendah 1483,89. Pertumbuhan penjualan yang di proksikan dengan tingkat pertumbuhan penjualan memiliki rata-rata sebesar 41314,65 dengan nilai maksimum

3070182,00 dan nilai mimimum sebesar -15473,00. Deviasi standar untuk variabel ini sebesar 264158,10, hal ini berarti bahwa rata-rata peningkatan untuk variabel ini paling tinggi 264158,10 dan penurunan rata-rata paling rendah 264158,10. Sedangkan untuk variabel opini audit tahun sebelumnya memiliki nilai rata-rata sebesar 62,50 dengan nilai maksimum 1,00 dan nilai minimum 0,00 karena variabel ini merupkan variabel dummy. Deviasi standar untuk variabel ini sebesar 48,55, hal ini berarti rata-rata peningkatan untuk variabel ini paling tinggi 48,55 dan rata-rata penururnan paling rendah 48,55. B. Analisis Model Regresi Logit Sebelum dilakukan analisis model regresi logit. Pengujian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menilai Model Fit Analisis pertama yang dilakukan adalah menilai goodness of fit terhadap data. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model fit dengan data baik sebelum dan sesudah variabel bebas dimasukkan ke dalam model. Dalam

54

penelitian ini untuk menilai model digunakan fungsi R2. R2 dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Nilai R2 dalam program Eviews sama dengan McFadeden R-Squared. Nilai tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.7 Hasil Analisis Probit Dependent Variable: GC Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing) Date: 05/03/11 Time: 10:39 Sample: 1 168 Included observations: 168 Convergence achieved after 5 iterations Covariance matrix computed using second derivatives Variable Coefficient Std. Error z-Statistic C -1.274033 0.589986 -2.159431 ADTR 0.450430 0.567701 0.793429 DEF -0.580064 0.578793 -1.002196 ZS 0.032322 0.024517 1.318340 SALES -0.005252 0.010938 -0.480104 OPINI 0.004485 0.526200 0.014268 Mean dependent var 0.642857 S.D. dependent var S.E. of regression 0.307078 Akaike info criterion Sum squared resid 15.27615 Schwarz criterion Log likelihood -53.83082 Hannan-Quinn criter. Restr. log likelihood -109.4951 Avg. log likelihood LR statistic (5 df) 111.3286 Probability(LR stat) 0.000000 Obs with Dep=0 60 Total obs Obs with Dep=1 108 Sumber: Data Sekunder, diolah (2011)

Prob. 0.0308 0.4275 0.0162 0.0474 0.0612 0.0000 0.480590 0.712272 0.823842 0.757552 0.320422 McFadden R-squared 0.508372 168

55

Dari tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa nilai McFadden R-Squared adalah 0,5083 (50,83%). Hal ini berarti menunjukkan bahwa hipotesis telah fit dengan data dan menggambarkan model regresi yang baik. 2. Menilai Kelayakan Model Regresi Analisis kedua yang perlu dilakukan adalah menilai kelayakan model regresi yang akan digunakan. Kelayakan model regresi logistik dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lameshows Goodness of Fit Test. Tabel 4.8 Hasil Analisi Andrews and Hosmer-Lemesshow Goodnees of Fit Test
Dependent Variable: GC Method: ML - Binary Logit Date: 05/03/11 Time: 10:39 Sample: 1 168 Included observations: 168 Andrews and Hosmer-Lemeshow Goodness-of-Fit Tests Grouping based upon predicted risk (randomize ties) Quantile of Risk Low High 1 0.00505 5969294 65 2 0.13535 3479605 3 0.13915 9735662 4 0.20277 8816253 5 0.90726 3488215 6 0.91000 4747921 7 0.91380 6785525 8 0.94189 1962274 9 0.94819 0.13497 5018732 0.13910 0619219 0.20173 0596952 0.90688 1248657 0.90988 8895015 0.91365 6425574 0.94187 7648547 0.94792 4277655 0.95024 Actual Dep=0 Expect Actual Dep=1 Expect Total Obs H-L Value

13 14.137420 2664 17 14.669035 6691 14 13.969377 7334 9 10.522782 4089 1 1.5482305 7388 1 1.4165783 8321 2 1.2565594 5348 0 0.9586408 36377 3 0.8625638

3 1.8625797 3363 0 2.3309643 3093 3 3.0306222 6664 8 6.4772175 911 16 15.451769 4261 15 14.583421 6168 15 15.743440 5465 17 16.041359 1636 14 16.137436

16 0.78609 8314826 17 2.70136 323339 17 0.00037 6543121 17 17 0.57836 9718974 17 0.21358 0484059 16 0.13440 4373515 17 0.47496 1839496 17 1.01592 976332 17 5.57968

56

9097129 6723768 10 0.95026 0.96962 5513632 7719495 Total H-L Statistic: Andrews Statistic:

56697 0 0.6588108 18557 60 59.999999 9999 12.1701 374005 57.5126 417755

1433 17 16.341189 1814 108 108

171702 17 0.68537 1412761 168 12.1701 374005 0.14377 2681152 1.06773 407893e -08

Prob[Chi-Sq(8 df)]: Prob[Chi-Sq(10 df)]:

Sumber: Data Sekunder, diolah (2011) Dari tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa nilai H-L statistic sebesar 12,17 yang berarti lebih besar dari 0.05 (5 %), maka hipotesis 0 tidak dapat di tolak dan berarti model mampu mempredikisi observasinya. Dan hasil pengujian model regresi logistik dengan variabel dependen audit going concern (Y) di peroleh persamaan sebagai berikut : GC = -1.2740 + 0.4504 ADTR 0.5800 DEF + 0.0323 ZS 0.0052 SALES + 0.0044 OPINI + C. Pembahasan Penelitian ini merupakan studi mengenai penerbitan opini audit going concern dan non going concern oleh auditor. Penelitian ini mengamati lima variabel yaitu Kualitas Audit, Debt Default, Kondisi Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan dan Opini Audit Tahun Sebelumnya. Berikut ini akan dibahas mengenai hasil penelitian berikut:

57

1. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Opini Audit Going Consern Variabel Kualitas Audit yang di proksikan dengan besaran kantor akuntan publik menunjukkan nilai koefisien 0,45 dengan probablitas -0,42 lebih besar dari 0.05 (5%). Hal ini berarti bahwa variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Auditor, baik dari KAP big four maupun KAP non big four akan tetap memberikan opini audit going concern apabila auditor tersebut meragukan kemampuan perusahaan dalam

mempertahankan kelangsungan usahanya. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Ramadhany (2004) dimana variabel skala auditor (Big Four dan Non Big Four) tidak berpengaruh signifikan atas kemungkinan penerbitan opini audit going concern oleh auditor. Bukti tersebut juga konsisten dengan penelitian Ulung (2009). 2. Pengaruh Debt Default terhadap Opini Audit Going Consern Variabel Debt Default berpengaruh secara signifikan terhadap

penerimaan opini audit going cincern. Debt default memiliki nilai koefisien 0,58 dengan probabilitas 0,01 lebih kecil dari 0.05 (5%) artinya dapat disimpulkan bahwa debt default berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit going concern.

58

Hasil temuan ini berarti sesuai pernyataan yang tercantum dalam PSA No. 30 tentang kondisi yang perlu dipertimbangkan auditor dalam menilai kelangsungan hidup perusahaa, dimana dalam salah satu poin disebutkan bahwa kondisi tentang kemungkinan suatu perusahaan mengalami kesulita keuangan yaitu kegagalan dalam memenuhi keajiban hutangnya atau perjanjian serupa. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2010) yang memberikan bukti bahwa debt default tidak berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit going concern namun penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Mutchel (1997), Praptitorini dan Januarti (2007) dan Ulung (2009). 3. Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern. Kondisi keuangan perusahaan yang di proksikan dengan Z Score Altman memiliki nilai koefisien sebesar 0,03 dengan probabilitas 0,04 lebih kecil dari 0.05 (5%) yang berarti bahwa kondisi keuangan perusahaan berpengaruh secara signifkan terhadap opini audit going concern. Dalam memberikan opini going concern, seorang auditor tentu saja sangat memperhatikan kondisi keuangan auditee. Auditee yang tidak mempunyai permasalahan keuangan yang serius, tidak mengalami kesulitan likuiditas, mempunyai modal kerja yang cukup, serta tidak mengalami

defisit equitas sudah barang tentu jauh dari penerimaan opini going concern.

59

Sementara perusahaan yang mengalami permasalah keuangan, kesulitan likuiditas, kekurangan modal kerja, serta kerugian terus menerus yang mengakibatkan rasio Z-Score rendah berpeluang besar menerima opini going concern. Pada dasarnya rasio Z-Score ini mengindikasikan kondisi

keuangan suatu perusahan yang sebenarnya serta merupakan peringatan dini bagi suatu perusahaan akan ancaman kebangkrutan usahanya. Semakin tinggi rasio ini mengindikasikan keadaan yang semakin baik atau tidak

terdapat permasalahan. Penelitian ini sesuai dengan dengan Ramadhany (2004) yang membuktikan bahwa kondisi keuangan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Penelitian ini juga selaras dengan penelitian yang dilakukan olek Eko Budi Setyarno (2005), dalam penelitiannya kondisi keuangan perusahaan diproksikan dengan empat rasio keuangan yaitu likuiditas, profitabilitas, aktivitas, dan leverage. 4. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern. Variabel pertumbuhan perusahaan yang di proksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan (sales growth ratio) menunjukkan koefisien sebesar -0.00 dengan probabilitas 0,06 lebih kecil dari 0,05 (5%) yang berarti perumbuhan perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit going concern. Tidak adanya jaminan bahwa perusahaan yang mengalami peningkatan pada penjualan bersihnya juga akan mengalami peningkatan pada

60

laba bersihnya menunjukkan bahwa perusahaan tersebut belum bisa lepas dari permasalahan keuangan yang dihadapinya. Hal itu berarti bahwa rasio pertumbuhan penjualan yang positif tidak bisa menjamin perusahaan untuk tidak menerima opini audit going concern. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Badingatus Sholikah (2007), Santoso dan Wedari (2007) yang membuktikan secara empiris bahwa pertumbuhan perusahaan tidak signifikan terhadap opini audit going concern. 5. Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Opini Audit Going Concern. Hipotesis ini menguji pengaruh opini audit tahun sebelumnya yang diterima perusahaan terhadap opini audit going concern. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.20 yang menunjukkan koefisien sebesar 0,00 dengan probabilitas 0,00 lebih besar dari 0,05 (5%) yang menunjukkan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Walaupun sebenarnya penerbitan kembali opini audit going concern pada tahun sebelumnya semata, namun lebih pada efek yang disebabkan oleh pemberian opini going concern tersebut yaitu hilangnya kepercayaan dari publik akan keberlanjutan usaha auditee termasuk dari investor, kreditur, dan berpengaruh secara

konsumen sehingga akan semakin mempersulit manajemen perusahaan untuk

61

dapat bangkit kembali dari kondisi keterpurukan. Auditee yang menerima opini going concern biasanya mempunyai permasalahan keuangan yang serius, kesulitan likuiditas, tidak mempunyai modal kerja yang cukup, serta mengalami defisit equitas. Tanpa adanya tindakan penanggulangan yang

radikal guna mendongkrak posisi keuangan perusahaan sudah barang tentu semakin lama kondisi keuangan perusahaan akan semakin memburuk dan semakin memperbesar kemungkinan penerimaan opini going concern kembali. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Juandini (2010), Susanto (2009) dan Ramadhany (2004) berarti dalam menerbitkan opini audit going concern auditor mempertimbangkan opini audit yang telah diterima perusahaan pada tahun sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai