Setyawan-Artikel Ekonomi&Bisnis
Anton A. Setyawan,SE,MSi
Dosen Fak. Ekonomi Univ Muhammadiyah Surakarta dan mahasiswa
Program Doktor Ilmu Manajemen UGM
Jl A Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Surakarta 57102
Hp 08156718444
e-mail: agussetyawan-a@mailcity.com dan rmb_anton@yahoo.com
Industri kecil menengah (IKM) tempe dan tahu saat ini tengah
mengalami kesulitan yang cukup serius. IKM yang dulu pernah mengalami
masa jayanya ini terancam kebangkrutan karena kenaikan harga bahan
bakunya, yaitu kedelai. Bahan baku kedelai adalah bahan dasar dari IKM ini.
Kenaikan harga kedelai dari Rp 3.500 per kilogram menjadi Rp 7.800 per
kilogram menyebabkan biaya produksi meningkat tajam. Masalah ini
membutuhkan penanganan segera karena kekurangan bahan baku tersebut
menyebabkan hanya sedikit pengusaha tempe dan tahu yang mampu
bertahan. Penutupan ratusan perusahaan itu akan menyebabkan ribuan orang
pekerjanya kehilangan pekerjaan.
Masalah serius yang dialami IKM tempe dan tahu ini merupakan
contoh buramnya kinerja IKM nasional. Keberhasilan pemerintah
melakukan stabilisasi ekonomi makro ternyata tidak diimbangi dengan
kesuksesan dalam memperbaiki kinerja sektor riil. Selama ini negara
berkembang seperti Indonesia mempunyai posisi tawar menawar rendah
dalam perekonomian global karena ketidakmampuan membangun industri
strategis. Industri strategis yang dimaksud di sini adalah industri yang
mempunyai kandungan pengetahuan tinggi sehingga mempunyai value
tinggi. Pakar bisnis Rhenald Kasali (1999) mengemukakan bahwa proses
1
Fak. Ekonomi UMS-Januari 2008
Anton A. Setyawan-Artikel Ekonomi&Bisnis
Analisis Strategik
Masalah kekurangan bahan baku yang dialami oleh IKM tahu dan
tempe menunjukkan bahwa IKM sangat rentan terganggu dari berbagai
aspek dalam rantai pasok (supply chain)-nya. Michael E. Porter, seorang
pakar manajemen strategi dunia mengemukakan bahwa sebuah industri
harus menganalisis iklim kompetisi dari industri bersangkutan (Thompson
dan Strickland, 2003). Analisis ini disebut dengan Five Forces Model of
Competition. Dalam teori itu disebutkan bahwa persaingan dalam sebuah
industri bersumber dari, pertama, persaingan antar perusahaan dalam
industri bersangkutan, kedua, perusahaan dalam industri lain yang
menawarkan produk substitusi, ketiga, kekuatan pembeli, keempat, kekuatan
pemain baru potensial dalam industri dan kelima,kekuatan supplier dari
industri tersebut. Masalah yang dialami oleh IKM tempe dan tahu adalah
kenaikan harga bahan baku, jadi masalahnya adalah pada kekuatan supplier.
Supplier utama dari IKM tahu dan tempe adalah produsen/petani kedelai di
negara maju.
Masalah kenaikan harga bahan baku yang dialami IKM tahu dan
tempe harus segera diatasi. Dalam jangka pendek pemerintah harus berperan
aktif mengusahakan agar IKM ini mendapatkan suplai bahan baku dengan
harga murah. Dalam jangka panjang para pelaku industri harus segara
menyusun sebuah desain IKM yang komprehensif dan mencakup aspek
penelitian dan pengembangan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
ketergantungan industri tahu dan tempe terhadap bahan baku impor.
3
Fak. Ekonomi UMS-Januari 2008