Anda di halaman 1dari 3

Anton A.

Setyawan-Artikel Ekonomi&Bisnis

”MENYELAMATKAN” TEMPE DAN TAHU

Anton A. Setyawan,SE,MSi
Dosen Fak. Ekonomi Univ Muhammadiyah Surakarta dan mahasiswa
Program Doktor Ilmu Manajemen UGM
Jl A Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Surakarta 57102
Hp 08156718444
e-mail: agussetyawan-a@mailcity.com dan rmb_anton@yahoo.com

Industri kecil menengah (IKM) tempe dan tahu saat ini tengah
mengalami kesulitan yang cukup serius. IKM yang dulu pernah mengalami
masa jayanya ini terancam kebangkrutan karena kenaikan harga bahan
bakunya, yaitu kedelai. Bahan baku kedelai adalah bahan dasar dari IKM ini.
Kenaikan harga kedelai dari Rp 3.500 per kilogram menjadi Rp 7.800 per
kilogram menyebabkan biaya produksi meningkat tajam. Masalah ini
membutuhkan penanganan segera karena kekurangan bahan baku tersebut
menyebabkan hanya sedikit pengusaha tempe dan tahu yang mampu
bertahan. Penutupan ratusan perusahaan itu akan menyebabkan ribuan orang
pekerjanya kehilangan pekerjaan.

Naiknya harga kedelai ini sebenarnya disebabkan oleh faktor alam,


yaitu perubahan iklim di negara asalnya. Kedelai kualitas terbaik diimpor
dari Amerika Serikat. Berdasarkan data dari Departemen Pertanian dan
Departemen Perdagangan kebutuhan kedelai untuk industri tahu, tempe dan
susu kedelai mencapai 1,9 juta ton. Berdasarkan kebutuhan itu, sebesar 1,3
juta ton dipenuhi dari impor. Target produksi kedelai dalam negeri tahun
2007 lalu sekitar 950.000 ton Simpulannya adalah tempe dan tahu meskipun
sering dianggap makanan tradisional Indonesia, namun ketergantungannya
pada bahan baku impor sangat tinggi.

Masalah serius yang dialami IKM tempe dan tahu ini merupakan
contoh buramnya kinerja IKM nasional. Keberhasilan pemerintah
melakukan stabilisasi ekonomi makro ternyata tidak diimbangi dengan
kesuksesan dalam memperbaiki kinerja sektor riil. Selama ini negara
berkembang seperti Indonesia mempunyai posisi tawar menawar rendah
dalam perekonomian global karena ketidakmampuan membangun industri
strategis. Industri strategis yang dimaksud di sini adalah industri yang
mempunyai kandungan pengetahuan tinggi sehingga mempunyai value
tinggi. Pakar bisnis Rhenald Kasali (1999) mengemukakan bahwa proses
1
Fak. Ekonomi UMS-Januari 2008
Anton A. Setyawan-Artikel Ekonomi&Bisnis

industrialisasi di Indonesia akan mencapai keberhasilan apabila kita mampu


memilih mata rantai industri yang mempunyai nilai tinggi. IKM tahu dan
tempe mempunyai potensi untuk menjadi mata rantai industri yang strategis
karena kualitas produknya sebenarnya sangat baik. Hanya saja
ketergantungan yang tinggi terhadap bahan baku impor menyebabkan
industri ini mengalami kesulitan yang harus segera diatasi.

Analisis Strategik

Masalah kekurangan bahan baku yang dialami oleh IKM tahu dan
tempe menunjukkan bahwa IKM sangat rentan terganggu dari berbagai
aspek dalam rantai pasok (supply chain)-nya. Michael E. Porter, seorang
pakar manajemen strategi dunia mengemukakan bahwa sebuah industri
harus menganalisis iklim kompetisi dari industri bersangkutan (Thompson
dan Strickland, 2003). Analisis ini disebut dengan Five Forces Model of
Competition. Dalam teori itu disebutkan bahwa persaingan dalam sebuah
industri bersumber dari, pertama, persaingan antar perusahaan dalam
industri bersangkutan, kedua, perusahaan dalam industri lain yang
menawarkan produk substitusi, ketiga, kekuatan pembeli, keempat, kekuatan
pemain baru potensial dalam industri dan kelima,kekuatan supplier dari
industri tersebut. Masalah yang dialami oleh IKM tempe dan tahu adalah
kenaikan harga bahan baku, jadi masalahnya adalah pada kekuatan supplier.
Supplier utama dari IKM tahu dan tempe adalah produsen/petani kedelai di
negara maju.

IKM tahu dan tempe meskipun berperan penting dalam perekonomian


nasional, namun mempunyai posisi tawar menawar lemah di mata
pemerintah. Hal ini terbukti dari lambannya penanganan yang dilakukan
pemerintah untuk mengatasi hal ini. Pemerintah mempunyai solusi jangke
pendek, yaitu mengurangi bea impor kedelai sampai 0 persen. Hal ini
diharapkan dapat menurunkan harga kedelai di dalam negeri. Namun dalam
jangka panjang IKM tahu dan tempe harus mengurangi ketergantungannya
pada bahan baku impor. Cara yang dilakukan terkait dengan desain industri
yang harus disusun pemerintah. Sebuah industri yang strategis harus
mempunyai komitmen dari para pelaku industrinya untuk melakukan
penelitian dan pengembangan. Hal ini penting mengingat dengan
mengoptimalkan penelitian dan pengembangan, akan diperoleh mata rantai
industri yang mempunyai nilai ekonomis tertinggi. Indonesia seharusnya
mengadopsi Thailand yang membangun industri agrobisnisnya dengan
desain industri yang lengkap termasuk aspek penelitian dan pengembangan.
2
Fak. Ekonomi UMS-Januari 2008
Anton A. Setyawan-Artikel Ekonomi&Bisnis

Negeri Gajah Putih tersebut bahkan menjalin kerjasama bilateral dengan


RRC untuk menjadi supplier bahan baku bagi industri RRC.

Membangun IKM Strategis

IKM tempe dan tahu mempunyai peran strategis dalam membangun


sektor riil nasional. Berkaca dari pengalaman Taiwan, negara yang sektor
industrinya didominasi oleh industri kecil menengah mempunyai pondasi
ekonomi kuat. Oleh karena itu Indonesia harus memperkuat pula IKM-nya.
IKM harus membangun keunggulan kompetitif dan menciptakan nilai
ekonomi yang tinggi agar mampu bertahan. Untuk mencapai keunggulan
kompetitif maka sebuah industri harus mengoptimalkan aspek penelitian dan
pengembangan. Hal ini akan menyebabkan struktur biaya yang lebih
kompetitif dan produk yang berkualitas (Moitra, 2004).

Masalah kenaikan harga bahan baku yang dialami IKM tahu dan
tempe harus segera diatasi. Dalam jangka pendek pemerintah harus berperan
aktif mengusahakan agar IKM ini mendapatkan suplai bahan baku dengan
harga murah. Dalam jangka panjang para pelaku industri harus segara
menyusun sebuah desain IKM yang komprehensif dan mencakup aspek
penelitian dan pengembangan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
ketergantungan industri tahu dan tempe terhadap bahan baku impor.

3
Fak. Ekonomi UMS-Januari 2008

Anda mungkin juga menyukai