Anda di halaman 1dari 8

Tugas Review Jurnal

Hubungan kesulitan penyesuaian diri dan depresi mahasiswa internasional : penelitian

pada mahasiswa indonesia di sekitar Washington DC Oleh : Yosefini Rusyanti Munthe

Menempuh pendidikan di luar negeri merupakan suatu kebanggan tersendiri bagi seseorang mahasiswa. Dan tak jarang saat menempuh pendidikan di luar negeri dapat membawa beberapa perubahan penting dalam kehidupan mahasiswa. Dalam waktu yang singkat, mahasiswa haraus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan budaya yang sama sekali baru dibanding dengan kehidupan mahasiswa sebelum studi di luar negeri. Perubahan perubahan yang terjadi menimbulkan tekanan yang dapat mengakibatkan suatu keadaan yang disebut culture shock. Culture shock merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan emosi yang negatif yang dialami oleh para pelancong sebagai akibat dari hilangnya tanda-tanda dan simbol-simbol interaksi sosial. Perbedaan bahasa, budaya, adat istiadat , cara berkomunikasi yang berbeda dan kurang dipahami dapat menjadi penyebab culture shock. Seseorang yang mengalami culture shock dapat digambarkan sebagai orang yang kebingungan dalam berhubungan dengan lingkungannya. Hampir setiap mahasiswa internasional yang studi di luar negeri mengalami culture shock, hanya saja tiap orang memiliki atau mengalami tingkatan yang berbeda-beda. Bagi sebagian mahasiswa, masalah transisi ini dapat diatasi dengan baik setelah beberapa waktu. Mereka mampu untuk menyesuaikan diri dengan baik, sehingga kesehatan jasmani dan psikisnya dapat terpengaruh. Sejumlah penelitian telah mengungkap dampak kesulitan adaptasi terhadap kesehatan jasmani dan psikis. Munculnya perasaan kesepian, merasa terasing, kelelahan fisik yang berkelanjutan, frustasi, kecemasan yang berlebihan, stress, paranoid, kecenderungan untuk menarik diri dan depresi merupakan beberapa efek yang sering dikeluhkan oleh mahasiswa yang tidak mampu beradaptasi. Dalam

beberapa penelitian di jelaskan bahwa depresi adalah salah satu masalah yang paling sering dialami oleh mahasiswa internasional. Beberapa penelitian yang lain menyebutkan bahwa depresi yang dialami mahasiswa internasional mungkin berkaitan dengan stress yang timbul sebagai akibat dari kesulitan dalam menyesuaikan diri yang berkepanjangan. Depresi adalah suatu konsepsi yang dapat diterapkan pada suatu rentang keadaan emosi, baik normal maupun tidak. Perasaan sedih atau kesaladalah hal yang normal dalam spektrum emosi manusia. Suatu periode kesedihan yang pendek sebagai respon terhadap munculnya hal-hal yang menyebabkan stress adalah normal. Namun jika ini berlangsung dalam jangka yang cukup lama maka akan menimbulkan berbagai kesulitan, seperti susah tidur, sulit untuk makan, kelelahan fisik dan mental , dan perasaan tidak berdaya dan putus asa. Apabila masalah yang dihadapi melampaui batas depresi normal, seseorang dapat mengalami kesedihan dan keputusasaan yang mendalam, dan mungkin akan kehilangan kontak dengan realitas, mengalami delusi, halusinasi, dan kelambanan motorik dan psikis. Pada titik ini, depresi dikatakan sudah berada pada tingkatan psikotik. Depresi adalah masalah yang sangat berat dihadapi oleh mahasiswa internasional, karena depresi dapat mempengaruhi kesejahteraan emosi dan kemampuan mahasiswa internasional untuk menyesuaikan diri dengan negara tempat ia belajar. Hubungan antara kesulitan dalam beradaptasi, stress dan depresi telah telah ditelaah di berbagai literatur. Kesulitan yang berkepanjangan dalam menyesuaikan diri diketahui dapat menimbulkan stress di kalangan pelajar. Depresi pada mahasiswa internasional muncul sebagai hasil akhir dari stress dalam melakukan adaptasi dengan lingkungannya. Stress biasanya terjadi apabila tubuh selalu berada dalam keadaan siaga penuh, bahkan saat sumber penyebab stress telah hilang atau berlalu. Sturgeon (1979) menyatakan bahwa ada tiga aspek stress yang biasanya selalu mendahului kasus depresi: a. Adanya suatu periode stress yang berkepanjangan yang membuat tubuh beraksi secara negatif;

b. Adanya suatu perasaan kewalahan sebagai akibat dari besarnya tekanan dan banyaknya tugas yang harus dilakukan; dan c. Adanya suatu perasaan tidak berdaya yang membuat seseorang merasa tidak memiliki kontrol terhadap nasibnya. Dalam membahas tentang konsep General Adaptation Syndrome, Selye (1974) mengatakan bahwa secara umum ada tiga tahapan dalam beradaptasi, yaitu: Alarm stage, dimana seseorang bersiap-siap untuk melawan atau melarikan diri dari ancaman; resistance stage; dan stage of exhaustion, dimana depresi cenderung terjadi sebagai akibat dari stress yang dialami secara terus menerus. Ada beberapa faktor yang diduga memiliki potensi sebagai penyebab stres yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri mahasiswa internasional. Faktor-faktor tersebut antara lain : a. Kemampuan berbahasa inggris Kemampuan berbahasa inggris memiliki peran penting dalam penyesuaian diri dengan lingkungan yang baru maupun dalam keberhasilan studi. Mahasiswa internasional harus mampu untuk menguasai bahasa inggris yang formal maupun tidak. b. Kemampuan akademis Mahasiwsa internasional yang studi di luar negeri maupun lokal , pasti memiliki beban atau tuntutan secara akademis. Dan sering pula ketakutan akan kegagalan dapat mempengaruhi kesehatan emosi mahasiswa internasional. Tuntutan diri yang besar untuk sukses secara akademik dapat dipahami, karena tujuan utama dari mahasiswa tersebut datang ke luar negeri adalah untuk belajar. Mahasiswa internasional yang tidak dapat mencapai harapan dalam kesuksesan secara akademis diperkirakan akan mengalami kesulitan salam menyesuaikan diri. c. Kondisi keuangan Peraturan keimigrasian yang membatasi kesempatan bekerja bagi mahasiswa yang bukan penduduk setempat. Bila mahasiswa internasional mengalami kesulitan keuangan, mereka lebih sulit memecahkan masalah dibanding dengan

mahasiswa lokal. Dengan demikian jelas bahwa kondisi keuangan yang buruk berhubungan dengan kesulitan dalam proses adaptasi mahasiswa. d. Kontak sosial Kontak sosial dengan masyarakat sekitar sangat penting dalam upaya untuk menyesuaikan diri. Persahabatan atau pertemanan dengan tuan rumah dapat membantu mahasiswa internasioanal memepelajari kebudayaan setempat karena tuan rumah dapat membantu mahasiswa yang bersangkutan dalam mempelajari keterampilan sosial. Church (1982) menyatakan bahwa kontak dengan mahasiswa dari daerah asal akan memberikan lingkungan yang mendukung, yang berfungsi sebagai lingkungan pengganti rumah,

mengembalikan perasaan memiliki dan meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa. Dukungan sosial, seperti dukungan dari rekan setanah air, ternyata memiliki hubungan langsung dengan peningkatan kesejahteraan psikologis serta memeperkecil kemungkinan terjadinya gangguan fisik dan mental. e. Lama tinggal di negara tempat studi Menurut penelitian yang pernah dilakukan, adanya hubungan antara tingkat adaptasi dan lamanya tinggal di negara tempat studi. Pada awalnya, mahasiswa yang baru datang akan merasakan perasaan yang gembira dan optimis. Saat mahasiswa semakin terlibat dalam hubungan sosial dan mulai mengalami frustasi dalam mencapai tujuannya, ia berubah menjadi orang yang bingung, depresi, dan berpandangan negatif terhadap kebudayaan setempat. Pelajar yang berhasil mengatasi kesulitan ini dan tinggal lebih lama biasanya cenderung berinteraksi secara positif dengan warga setempat f. Jenis kelamin Beberapa penelitian telah memberikan hasil yang saling bertentangan mengenai hubungan adaptasi dengan jenis kelamin. Church (1982) mengatakan bahwa wanita memiliki kesehatan mental yang buruk jika dibandingkan dengan pria. Sedangkan Owie (1982) mengatakan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kesehatan mental seseorang. g. Usia dan pendidikan Dari hasil penelitian mengungkapkan bahwa mahasiswa usia muda dan mahasiswa undergraduate akan lebih mudah untuk menyesuaikan diri dengan

rekan mereka yang lebih tua atau mahasiswa tingkat graduate. Disisi lain, ada yang mengungkapkan bahwa mhaasiswa tingkat graduate secara akademis dan personal lebih mendapatkan kepuasan dari kunjungan mereka di manca negara. h. Status perkawinan Ada bukti bahwa tinggal bersama suami atau istri akan mengurangi kesulitan dalam menyesuaikan diri. Klineberg dan hull (1979) menemukan bahwa mahasiswa yang telah menikah dan tinggal bersama pasangannya lebih siap dan lebih mudah untuk menyesuaikan diri daripada mahasiswa yang masih single atau tinggal sendiri.

Berdasarkan uraian di atas jelaskan bahwa studi lanjut di luar negeri membutuhkan proses penyesuaian diri yang khusus. Mengingat banyaknya mahasiswa internasional dari indonesia yang belajar di luar negeri, seperti di Washington DC. Perlu di lakukan penelitian tentang penyesuaian diri yang mereka alami. Penelitian pada jurnal bertujuan untuk melihat tentang penyebab stress yang mungkin berkaitan dengan munculnya depresi di kalangan mahasiswa Indonesia yang belajar di sekitar kota washington D.C. Beberapa stressor yang akan dilihat pengeruhnya mencakup : kemampuan bahasa inggris, kemampuan akademis, kondisi keuangan, dan kontak sosial. Beberapa variabel demografis seperti jenis kelamin, usia dan tingkat pendidikan, status perkawinan, dana lama tinggal di Amerika serikat juga akan dilihat pengeruhnya. Penelitian dalam jurnal menghipotesiskan bahwa faktor-faktor dapat memprediksi munculnya simptom depresi. Subjek penelitian adalah mahasiswa Indonesia yang belajar di perhuruanperguruan tinggi di sekitar wilayah Washington D.C. mereka terdaftar sebagai mahasiswa undergraduate maupun mahasiswa graduate yang akan dipilih secara acak sebagai sampel. Alat ukur yang dipakai yaitu satu set kuesioner yang dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama yaitu berisi pertanyaan yang menggali data demografis serta pertanyaan lain yang digunakan untuk mengumpulkan informasi. Bagian yang kedua yaitu suatu skala yang mengukur tingkat depresi, yaitu The Carroll Rating Scale for Depression (CSR). Skala terdiri dari 52 pertanyaan benarsalah. Skala CSR mengukur komponen utama simptom depresi yang meliputi depressed mood, perasaan bersalah, ide untuk bunuh diri, gangguan tidur (initial,

middle, delayed indomnia), gangguan dalam bekerja dan minat, kelambanan , agitasi, kecemasan psikis, kecemasan somatis, gangguan somatis pencernaan, gangguan somatis umum, gangguan libido, hipokondriasis, hilangnya berat badan, dan kehilangan insight. Dalam pelaksanaannya, subjek penelitian dihubungi untuk dapat ditemui secara bersama-sama. Kuesioner dibagikan dan subjek diminta untuk mengisinya. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: Perbedaan dalam variabel demografis yang mencakup jenis kelamin, status perkawianan, usia, tingkat pendidikan, dan lama tinggal di Amerika Serikat tidak dapat memprediksi munculnya simptom depresi. Jadi, tidak ada hubungan yang signifikan antara depresi dan variabel- variabel demografis. Dari hasil pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang dipakai menunjukkan adanya simptom depresi pada mahasiswa Indonesia yang belajar di perguruan tinggi di sekitar wilayah kota Washington D.C. berasosiasi dengan (1) kurang kefasihan dalam berbahasa inggris ,(2) kondisi keuangan yang buruk, (3) kemampuan akademik yang rendah, (4) kurangnya kontak sosial. Hasil penelitian ini mendukung penelitian-penelitian sejenis yang pernah dilakukan yang menyangkut tentang masalah penyesuaian diri pada mahasiswa internasional. Hasil penelitian menyatakan bahwa kemampuan dalam berbahasa inggris adalah variabel yang baik untuk memprediksi munculnya depresi di kalangan mahasiswa Indonesia. Selain itu, seperti yang sudah dihipotesiskan, ada hubungan yang signifikan antara kemampuan akademik dan munculnya simptom depresi. Mahasiswa yang mengalami kesulitan di bidang akademis cenderung lebih mudah terserang depresi. Beberapa perbedaan dalam sistem pengajaran dan pendidikan yang ada di amerika dan indonesia memiliki peranan pencetus munculnya kesulitan akademis yang dialami mahasiswa. Dalam hal kontak sosial, hasil penelitian ini membuktikan bahwa kurangnya kontak sosial berkaitan erat munculnya simptom depresi. Beradasarkan hasil penelitian ini, beberapa saran perlu dikemukakan untuk membantu mahasiswa internasional dari indonesia untuk mengurangi stress dan tekanan yang dihadapi, yaitu : (1) mahasiswa perlu diinformasikan tentang adanya sarana konseling di tiap perguruan tinggi dan dianjurkan agar mereka

menggunakannya. Hal ini sangat diperlukan bagi mahasiswa internasional yang merasa segan atau malu untuk menggunakan sarana konseling pada saat mereka membutuhkannya; (2) mahasiswa perlu diberikan informasi tentang bagaimana menghadapi stress atau stress management; (3) tingkatkan freakuensi aktivitas antarkultur, baik dengan secara aktif meningkatkan partisipasi dalam kehidupan dan kebudayaan Amerika serta bergaul dengan mahasiswa indonesia maupun mahasiswa setempat. Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan, misalnya menghadiri coffe hours dan mengikuti aktivitas yang diselenggarakan oleh multicultural office yang ada di setiap perguruan tinggi.

TUGAS REVIEW JURNAL MATA KULIAH KESEHATAN MENTAL

Hubungan Kesulitan Penyesuaian Diri dan Depresi Mahasiswa Internasional : Penelitian Pada Mahasiswa Indonesia di Sekitar Washington D.C.

Disusun oleh : Zarra Zetira Anwar (0911233104)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011

Anda mungkin juga menyukai