Anda di halaman 1dari 17

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. RANGKAIAN CATU DAYA Catu daya berfungsi untuk memberikan suply arus dan tegangan ke seluruh rangkaian. Umumnya sebuah catu daya memiliki diagram blok sebagai berikut :
Penurunan Tegangan

Penyearah

Filter

Regulator & penguat arus

Gambar 2.1 Blok Catu Daya. (Sumanto, 1996) Penurunan tegangan terdiri dari transformator untuk menurunkan tegangan sesuai dengan yang dibutuhkan. Penyearah berfungsi untuk mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC. Sistem penyearah dapat berupa penyearah gelombang penuh CT, penyearah jembatan atau penyearah setengah gelombang. 2.1.1. Regulator Meskipun semula dirancang sebagai regulator tegangan tetap, namun akan dapat juga diperoleh tegangan-tegangan dan arus variabel dengan menambah komponen ekstren. Disini digunakan LM 7805 untuk menghasilkan tegangan yang tetap sebesar 5 Vdc. Simbol dan bentuk fisik IC regulator dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini :

Gambar 2.2. Bentuk Fisik IC 78xx (Wikipedia, 2008)

Vin

78xx

Vout

3 ground Gambar 2.3. Simbol IC Regulator 78xx (Wikipedia, 2008) IC regulator seri 78xx ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan regulator tegangan lainnya : 1. Seri 78xx tidak memerlukan komponen tambahan untuk meregulasi tegangan, membuatnya mudah digunakan, ekonomis dan hemat ruang. Regulator tegangan lainnya mungkin memerlukan komponen tambahan untuk membantu peregulasian tegangan. Bahkan untuk regulator bersakelar, selain membutuhkan banyak komponen, juga membutuhkan perencanaan yang rumit. 2. Seri 78xx memiliki rangkaian pengaman terhadap pembebanan lebih, panas tinggi dan hubung singkat, membuatnya hampir tak dapat dirusak. Dalam keadaan tertentu, kemampuan pembatasan arus peranti 78xx tidak hanya melindunginya sendiri, tetapi juga melindungi rangkaian yang ditopangnya. 2.2. KAPASITOR Suatu komponen yang sering dipakai elektronika adalah kapasitor. Secara garis besar kapasitor terdapat dua macam jika ditinjau dari elektrodanya yaitu bipolar dan nonpolar. Untuk kapasitor bipolar kita harus memperhatikan elektrodanya, yaitu polaritas positf dan polaritas negatif. Bila pasangan terbalik polaritasnya maka kapasitor bisa rusak atau meledak. Di samping itu tegangan kerjanya tidak boleh dilampaui, jika dilampaui kapasitor akan meledak. Kapasitor menyimpan daya listrik dalam satuan Farad, daya simpannya disebut kapasitas kapasitor.

Kapasitor pada dasarnya dibentuk oleh dua plat logam yang terpisah oleh isolator seperti diperlihatkan pada gambar 2.4..

Plat logam Isolasi Plat logam

Gambar 2.4. Prinsip Bangun Dari Kapasitor (Wikipedia, 2008) Karena belum ada tegangan antar kedua plat logam, maka jelas belum ada tegangan antara kedua kaki sambungannya. Kalau kapasitor ini dihubungkan dengan suatu rangkaian, maka akan ada arus yang mengalir. Tetapi karena ada plat logam dipasang sebuah isolator arus tidak akan dapat lewat, sehingga muatan yang bergerak (arus) hanya bisa bergerak sampai ke plat logam saja, berarti pada plat logam akan semakin banyak muatan. Karena adanya muatan pada logam, maka timbul medan listrik di antara plat logam, sehingga akan ada tegangan di antara dua plat logam, karena ada tegangan antara dua plat logam, berarti ada tegangan antara kaki sambungan kapasitor. Gambar 2.5 simbol kapasitor nonpolar dan bipolar.

(a). Kapasitor Nonpolar

(b). Kapasitor Bipolar

Gambar 2.5. Simbol Kapasitor (Wikipedia, 2008)

2.3.

TRANSISTOR Transistor berasal dari kata Transfer dan Resistor yang artinya adalah

pengubahan tahanan atau menjadikan bahan yang bukan penghantar menjadi penghantar. Transistor merupakan salah satu semikonduktor yang secara sederhana merupakan penggabungan dua buah dioda. Namun hal ini tidak dapat dipakai untuk membuat transistor dijadikan penghubung kedua dioda, karena transistor memiliki karakteristik yang tidak dimiliki dengan sambungan dua dioda. Karakteristik tersebut adalah emitor dan kolektor yang diukur secara bolak-balik mempunyai tolak belakang yang berbeda jauh ukurannya bila diukur dengan ohmmeter. Semakin besar tolak belakang antara emitor dan kolektor yang diukur secara bolak-balik, maka makin baik pula kualitas transistor tersebut. Transistor memiliki dasar kegunaan sebagai penguat (amplifier ) dan sebagai saklar (swithc) arus. Berdasarkan susunan bahan semikonduktornya, maka transistor dibagi menjadi dua jenis yaitu transistor PNP (Positif-Negatif-Positif) dan transistor NPN (Negatif-Positif-Negatif). Transistor memiliki tiga kaki yang diberi nama yaitu Emitor, Basis dan Colektor. Untuk membedakan bentuk dan simbol jenis transistor NPN dengan PNP adalah pada panah emitor yang berlawanan arah. Pada rangkaian elektronik, sinyal inputnya adalah besaran arus, arus selalu dipakai pada basis transistor, sedangkan colektor dan emitor sebagai penghubung atau pemutus / pembuka rangkaian. Aturan atau prosedur transistor sebagai berikut : 2.3.1. Transistor NPN Transistor NPN memberikan tegangan positif dari basis ke emitor dan menyebabkan hubungan colektor ke emitor terhubung singkat yang menyebabkan transistor aktif ( ON ). Apabila basis diberi tegangan negatif atau 0 V, maka akan menyebabkan hubungan colektor dan emitor terputus, sehingga transistor mati (OFF).

2.3.2. Transistor PNP Transistor PNP memberikan tegangan negatif dari basis ke emitor dan menyebabkan colektor ke emitor terhubung singkat, sehingga transistor aktif (ON). Apabila basis diberi tegangan positif maka akan menyebabkan hubungan colektor dan emitor terbuka atau terputus, sehingga transistor mati (OFF).

Gambar 2.6. (A) Transistor NPN. (B) Transistor PNP (Richard Blocher, 2004)

Gambar 2.7. Bentuk Fisik Transistor (Wikipedia, 2008) 2.4. RELAY Relay adalah suatu peralatan elektronik yang berfungsi untuk memutuskan atau menghubungkan suatu rangkaian elektronik ke rangkaian lainnya. Relay bekerja secara otomatis yang digerakkan oleh magnet yang dibuat dengan memberikan arus listrik pada kumparannya. Relay terdiri dari sebuah kumparan yang di dalamnya

terdapat inti besi yang disebut dengan coil dan kontak-kontak. Kontak-kontak pada relay digerakkan secara tidak langsung dengan cara mengalirkan arus listrik pada kumparannya. Kumparan relay mampu dikontrol dengan sinyal arus rendah dari rangkaian terpadu dan transistor seperti diperlihatkan pada Gambar 2.8. Pada rangkaian tersebut, sinyal kontrol elektronis menghidupkan atau mematikan transistor yang pada gilirannya menyebabkan kumparan relay diberi energi atau dihilangkan energinya.

Gambar 2.8. Rangkaian Pengontrol Relay (Wikipedia,2008) Tingkat tegangan pada kumparan relay yang diberi energi, menyebabkan penghubungan kontak yang disebut tegangan pick-up (tegangan tarik). Setelah relay diberi energi, tingkat tegangan pada kumparan relay di mana kontak kembali pada kondisi tidak dioperasikan disebut tegangan drop out (tegangan lepas). Kumparan relay dirancang untuk tidak lepas sampai penurunan tegangan pada penurunan tegangan minimum sekitar 85% dari tegangan kerja. Kumparan relay juga tidak akan menarik (memberi energi) sampai tegangan meningkat pada 85% tegangan kerja. Pada umumnya kumparan akan beroperasi terus-menerus pada 110% dari tegangan kerja, tanpa merusakkan kumparan. Kumparan relay sekarang dibuat dari konstruksi cetakan. Hal ini mambantu mengurangi penyerapan kelembaban dan meningkatkan kekuatan mekanis.

Ada dua jenis kontakkontak yang ada pada relay, yaitu kontak NO (Normaly Open) dan kontak NC (Normaly Close).

(a)

(b)

Gambar 2.9. (a).Sebuah relay elektromagnetik dengan 1 kontak NO(Wikipedia,2008) (b).Sebuah relay elektromagnetik dengan 1 kontak NC Pada saat kumparan dialiri arus listrik, inti besi menjadi magnet yang menarik kontak-kontak relay tersebut. Kontak NO menutup dan kontak NC membuka, posisi kontak tersebut tetap selama arus listrik tetap mengalir pada bagian kumparan, kontak kembali ke posisi normalnya jika arus listrik pada kumparan terputus. Dalam sebuah relay terdapat dua buah kaki coil, dan beberapa buah kaki kontak. Pada satu kaki kontak terdapat satu kontak NO dan satu kontak NC, pemilihan relay ditentukan dari berapa kaki yang dibutuhkan dalam perancangan. Bagian kumparan dapat dialiri arus searah atau arus bolak-balik, tergantung jenis relay yang digunakan. Jadi ada relay yang di gerakkan oleh arus bolak balik dan juga ada relay yang di gerakkan oleh arus searah. Pemilihan relay ditentukan oleh jenis tegangan (searah atau bolak-balik), besarnya tegangan kerja kumparan, kemampuan hantar arus dari kontak dan jumlah kontak NO serta kontak NC. Besarnya gaya magnet pada relay ditentukan oleh kuat medan yang ada dalam celah udara antara jangkar dan magnet (inti besi). Besarnya kuat medan tergantung pada banyaknya lilitan kumparan dan arus yang mengalir. Besarnya perlawanan magnet yang berada dalam sirkuit kemagnetan yang tertutup oleh inti besi dan akan

10

semakin kuat jika jangkar diletakkan semakin dekat dengan inti besi. Bentuk simbol dan bentuk fisik relay dapat dilihat pada gambar 2.10. NO NC

Gambar 2.10. Bentuk Fisik dan Simbol Relay (Wikipedia,2008) Untuk mekanis suatu sistem pengaturan dengan menggunakan relay, perlu diketahui rangkaian dasar dan rangkaian pengendalinya. 1. Rangkaian Dasar Relay Rangkaian dasar menggambarkan rangkaian kumparan magnet dengan kontak bantu yang digunakan untuk rangkaian pengendali. Pada gambar dibawah diperlihatkan rangkaiannya sebagai berikut :

------------

--------------

------------

Gambar 2.11. Rangkaian Dasar Relay (Wikipedia,2008) 2. Rangkaian Pengendali Rangkaian pengendali ini dapat dibedakan menurut operasinya sebagaimana terdapat pada penjelasan berikut :

11

a.

Pengaturan dengan anak kontak NO Merupakan suatu sistem pengaturan yang bebannya dihubungkan secara seri dengan kontak bantu NO dari suatu relay. Beban akan mendapatkan suply secara terus-menerus jika relay bekerja, konstruksi relay dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

-------------

Gambar 2.12. Konstruksi Kontak NO (Wikipedia,2008) b. Rangkaian dengan anak kontak NC Merupakan suatu sistem pengaturan yang bebannya dihubungkan secara seri dengan NC dari relay. Pada pengaturan ini beban akan mendapatkan suplay secara terus-menerus jika relay tidak bekerja, rangkaiannya dapat dilihat seperti gambar 2.13.

-------------

Gambar 2.13. Konstruksi Kontak NC (Wikipedia,2008) 2.5. LAMPU PIJAR Lampu pijar berisikan gas dengan serabut gulungan berpilin, gas yang dipakai bisanya gas argon. Gas argon dapat mencegah serabut pijar yang menguap dan suhu dari filamen yang menyala dapat lebih tinggi sehingga cahaya yang keluar lebih besar, lampu pijar menghasilkan cahaya yang keluar lebih besar, Lampu pijar menghasilkan cahaya yang memanaskan suhu pijar atau filament, sehingga suhu

12

tinggi dan berwarna putih, serabut pijar adalah kawat logam halus yang mempunyai hambatan terhadap arus yang lewat. Didalam filamen tenaga listrik diubah menjadi panas dan cahaya. Bola lampu pijar dibuat dari kaca yang jernih dengan hampa udara sehingga akan mencegah serabut terbakar habis. Secara umum bentuk fisik dan simbol lampu pijar dapat dilihat pada gambar 2.14.

Gambar 2.14. Bentuk Fisik dan Simbol Lampu Pijar (Wikipedia,2008) 2.6. FITTING DUDUK Fitting adalah suatu komponen listrik, tempat menghubungkan lampu dengan kawat hantaran. Fitting terbuat dari bahan isolasi yaitu bakelit atau porselin. Fitting ini dipasang diatas triplek mika / acrilyc fiber transparan sebagai tempat kedudukannya fitting. Triplek mika /acrilyc merupakan suatu bahan baku yang terbuat dari bahan mentah plastik, sama seperti nilon, epoxy, teflon, dan bahan baku dari plastik lainnya yang sudah banyak dikenal karena kegunaannya. Fitting duduk dapat dilihat pada gambar 2.15.

Gambar 2.15. Bentuk Fisik Fitting Duduk (Wikipedia,2008)

13

2.7.

PANCARAN INFRA MERAH Cahaya merupakan suatu bentuk radiasi dari gelombang elektromagnetik yang

pada pinsipnya sama dengan gelombang radio, misalnya infrared, ultraviolet, dan sinar-X. pada dasarnya yang membedakannya adalah panjang gelombang dan frekuensinya. Panjang gelombang dari cahaya tampak (invisible light) yakni 400 nm hingga 800 nm, dan ultraviolet memiliki panjang gelombang lebih pendek dari 400 nm [2]. Hubungan antara frekuensi dan panjang gelombang dapat dirumuskan sebagai berikut :

(1)

dimana :

adalah kecepatan cahaya 3.108 m/s adalah panjang gelombang dalam meter

f adalah frekuensi dalam Hertz Pemancaran infra merah berada dalam gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang yang lebih panjang dari pada cahaya yang terlihat. Pancaran infra merah tidak dapat dilihat tetatapi dapat dideteksi. Tubuh manusia juga memilikinya, yang pancarannya paling kuat dengan panjang gelombang 9,4 m. Sensor adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi dan sering berfungsi untuk mengukur magnitude sesuatu. Sensor adalah jenis tranduser yang digunakan untuk mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik. Sensor biasanya dikategorikan melalui pengukur, diantaranya adalah: 1. Sensor Proximity 2. Sensor Sinar 3. Sensor Ultrasonik 4. Sensor Tekanan 5. Sensor Suhu LED (Light Emiting Dioda) infrared adalah suatu komponen yang tersusun dari sambungan P-N yang akan memancarkan cahaya bila dialiri arus dengan bias

14

maju.proses pancaran cahaya berdasarkan perubahan tingkat energi ketika electron dan lubang bergabung atau berkombinasi di daerah N pada saat LED dibias maju. Selama perubahan energi ini, proton akan dibangkitkan, sebagian akandiserap oleh bahan semi konduktor dan sebagian lagi akan dipancarkan sebagai energi cahaya. Tingkatan energi dari proton dinyatakan dengan persamaan berikut :

E =

hc

(2)

dimana :

E adalah energi dalam electron volt c h adalah kecepatan cahaya adalah panjang gelombang konstanta plank (6,62.10-34 Js)

Infra merah dapat digunakan baik untuk memancarkan data ataupun sinyal suara. Keduanya membutuhkan carier yang membawa sinyal data maupun sinyal suara hingga sampai receiver. Untuk transmisi sinyal suara biasanya digunakan rangkaian voltage to frekwensi converter yang berfungsi untuk mengubah sinyal suara menjadi frekwensi. Infra merah merupakan radiasi yang tidak tampak pada daerah spectrum elekromagnetik yang mempunyai panjang gelombang antara 750 nm sampai 1000m. detector panas memiliki respon terhadap sumber panas yang timbul dari suatu radiasi tertentu dan hasilnya diukur dengan peralatan temperatur. Tiga jenis detector panas yang paling banyak dipakai adalah bolometer, thermocouple dan pyroelectric. Untuk masing masing detector yang telah disebutkan, penyerapan radiasi menimbulkan perubahan suhu pada detector yang menyebabkan terjadinya perubahan fisik dari bahan penyusunnya. Untuk bolometer misalnya, akan terjadi perubahan resistansi (tahanan) listrik.

15

2.7.1. Sensor PIR Sensor PIR (passive infrared) adalah sebuah sensor atau pendeteksi dimana sensor ini masih sama dengan sensor yang lainnya yaitu sebagai alat pendeteksi suatu objek guna berbagai macam aplikasi. Seperti yang telah diketahui bahwa sensor PIR ini sering digunakan dalam aplikasi keamanan gedung, sebagai pintu otomatis, lampu otomatis, dan lainya. PIR (Passive Infrared) merupakan sebuah sensor berbasiskan infrared. Akan tetapi, tidak seperti sensor infrared kebanyakan yang terdiri dari IR LED dan fototransistor. PIR tidak memancarkan apapun seperti IR LED. Sesuai dengan namanya Passive, sensor ini hanya merespon energi dari pancaran sinar inframerah pasif yang dimiliki oleh setiap benda yang terdeteksi olehnya. Benda yang bisa dideteksi oleh sensor ini biasanya adalah tubuh manusia.

Gambar 2.16. Bentuk fisik Sensor PIR (Wikipedia 2009) Sensor PIR ini bekerja dengan menangkap energi panas yang dihasilkan dari pancaran sinar inframerah pasif yang dimiliki setiap benda dengan suhu benda diatas nol mutlak. Seperti tubuh manusia yang memiliki suhu tubuh kira-kira 32 derajat celcius, yang merupakan suhu panas yang khas yang terdapat pada lingkungan. Pancaran sinar inframerah inilah yang kemudian ditangkap oleh Pyroelectric sensor yang merupakan inti dari sensor PIR ini sehingga menyebabkan Pyroelectic sensor yang terdiri dari galium nitrida, caesium nitrat dan litium tantalate menghasilkan arus listrik. Karena pancaran sinar inframerah pasif ini membawa energi panas. Prosesnya hampir sama seperti arus listrik yang terbentuk ketika sinar matahari

16

mengenai solar cell. Adapun diagram internal rangkaian sensor PIR seperti tersaji pada gambar 2.17 berikut :

Gambar 2.17. Diagram internal rangkaian sensor PIR(Mohd.Syaryadi, Agus Adria, dan Syukurullah,2007) Konfigurasi pin sensor PIR seperti terlihat pada gambar 2.18. Sensor ini memiliki 3 pin, yang masing-masingnya dihubungkan ke Ground, Vcc dan pin ketiga merupakan pin I/O.

Gambar 2.18. Konfigurasi Pin Sensor PIR (Wikipedia 2009) PIR sensor mempunyai dua elemen sensing yang terhubungkan dengan masukan dengan susunan seperti yang terdapat dalam gambar 2.17 diatas. Jika ada sumber panas yang lewat didepan sensor tersebut, maka sensor akan mengaktifkan sel pertama dan sel kedua sehingga akan menghasilkan bentuk gelombang seperti ditunjukkan dalam gambar 2.19. Sinyal yang dihasilkan sensor PIR mempunyai frekuensi yang rendah yaitu 0,2 5 Hz.

17

Gambar 2.19. Arah jangkauan gelombang sensor PIR(Mohd.Syaryadi, Agus Adria, dan Syukurullah,2007) Selain itu sensor tersebut juga sangat mudah digunakan, karena hanya menggunakan 1 pin I/O sebagai penerima informasi sinyal gelombang infra merah. Sensor ini hanya menangkap inframerah yang dipancarkan manusia saja. Hal ini disebabkan karena adanya IR Filter yang menyaring panjang gelombang sinar inframerah pasif. IR Filter dimodul sensor PIR ini mampu menyaring panjang gelombang sinar inframerah pasif antara 8 sampai 14 mikrometer, sehingga panjang gelombang yang dihasilkan dari tubuh manusia yang berkisar antara 9 sampai 10 mikrometer ini saja yang dapat dideteksi oleh sensor. Ketika seseorang berjalan melewati sensor, sensor akan menangkap pancaran sinar inframerah pasif yang dipancarkan oleh tubuh manusia yang memiliki suhu yang berbeda dari lingkungan sehingga menyebabkan material pyroelectric bereaksi menghasilkan arus listrik karena adanya energi panas yang dibawa oleh sinar inframerah pasif tersebut. Kemudian sebuah sirkuit amplifier yang akan menguatkan arus tersebut sehingga menghasilkan output. Ketika manusia berada di depan sensor PIR dengan kondisi diam, maka sensor PIR akan menghitung panjang gelombang yang dihasilkan oleh tubuh manusia tersebut. Panjang gelombang yang konstan ini menyebabkan energi panas yang

18

dihasilkan dapat digambarkan hampir sama pada kondisi lingkungan disekitarnya. Ketika manusia itu melakukan gerakan, maka tubuh manusia itu akan menghasilkan pancaran sinar inframerah dengan panjang gelombang yang bervariasi sehingga menghasilkan panas berbeda yang menyebabkan sensor merespon dengan cara menghasilkan arus pada material Pyroelectricnya dengan besaran yang berbeda beda. Karena besaran yang berbeda inilah sensor menghasilkan output.

Gambar 2.20. Ilustrasi Daya Tangkap Pancaran (Wikipedia 2009) Jadi sensor PIR tidak akan menghasilkan output apabila sensor ini dihadapkan dengan benda panas yang tidak memiliki panjang gelombang inframerah antar 8 sampai 14 mikrometer dan benda yang diam seperti sinar lampu yang sangat terang yang mampu menghasilkan panas, pantulan objek benda dari cermin dan suhu panas ketika musim panas. 2.7.2. Lensa Fresnel Lensa Fresnel adalah sebuah kaca datar cembung yang telah dibentuk sendiri sebagaimana dalam gambar 2.21. kebentuk sebuah lensa datar yang menahan karaktekistik atau ciri optic tetapi ketebalan lebih kecil dan oleh karena itu memiliki sedikit kehilangan penyerapan.

19

Gambar 2.21. Bentuk Fresnel Lens (http://www.3dlens.com/fresnellens.htm) 2.7.3. Pyroelectric Sensor Pyroelectric sensor dibuat dari sebuah bahan kristal yang menghasilkan sebuah permukaan mengandung atau berisi listrik yang diarahkan pada panas dalam bentuk pancaran infra merah. Ketika sejumlah pancaran membentur perubahan kristal, sejumlah kandungan juga berubah dan kemudian dapat dipastikan dengan membangun sebuah alat FET sensitive menjadi sensor. Unsur-unsur sensor peka terhadap pancaran lebih dari sebuah luas jarak sehingga sebuah jendela penyaring ditambahkan ke paket TO5 dengan jarak kecepatan pancaran datang 8 sampai 14 mikrometer.

20

Anda mungkin juga menyukai