Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

Dewasa ini, tekanan darah tinggi mulai banyak dialami olah masyarakat. Salah satu
penyebabnya adalah pola makan yang tidak sehat. Diet merupakan Iaktor yang paling umum.
Kandungan makanan yang terlalu banyak bahan sintetis, seperti pengawet, pewarna buatan,
penguat rasa, dan kolesterol tinggi merupakan hal yang sangat sering dijumpai pada makanan
sekarang.
Makanan yang masuk ke dalam tubuh sangat diharapkan tidak hanya sebagai sumber
nutrien tetapi juga sebagai sumber senyawa bioaktiI, temasuk peptida-peptida. Peptida ini
bisa terdapat dalam makanan yang merupakan komponen alami atau dapat dihasilkan setelah
hidrolisis secara kimia atau enzimatik (Vioque et al 2000).
Salah satu cara menurunkan tekanan darah adalah penghambatan angiotensin-converting
en:yme (ACE) dalam berbagai makanan. Enzim ini dapat dihambat oleh suatu inhibitor yang
berasal dari komponen alami. Hal ini merupakan cara terapi kedokteran. Makanan dan
tanaman herbal alami sangat kaya akan zat kimia bioaktiI dan sebagian besar bebas dari eIek
yang berbahaya. Hal ini meningkatkan kesenangan mengkonsumsi bahan alami yang
merupakan salah satu cara yang eIektiI memperoleh inhibitor ACE (Wu & Ding 2002).
Enzim adalah protein globular yang mengakatalisis reaksi biokimia spesiIik. Fungsi dari
enzim adalah mengubah suatu zat dalam tubuh (substrat) menjadi zat lain. Inhibitor adalah
suatu yang dapat menghambat suatu kerja enzim (Oxtoby et al. 2003).
Sistem renin angiotensin (RAS) adalah pengatur kritis tekanan darah dan homeostasis
cairan pada tubuh. Angiotensin II, peptida bioaktiI utama dari RAS, yang dihasilkan dari
angiotensin I oleh angiotensin-converting en:yme (Inoue et al. 2011). ACE (angiotensin-
converting en:yme/ peptidildipeptida hidrolase) adalah enzim yang mengandung logam besi
(Fe) dan memainkan peranan penting dalam pengaturan psikologi, dalam mengatur tekanan
darah. Enzim ini dikenal dengan nama peptidildipeptidase karena terminal C bebasnya dari
berbagai jenis dari substrat peptida (Sentadreu & Toldra 2006). Enzim ini menaikkan tekanan
darah dengan menghidrilosis dekapeptida angiostensin I yang berpotensi menimbulkan
vasokonstruktiI atau angiostensin II yang akan menghasilkan aksi vasokonstruktiI yang
sangat kuat dan menstimulasi sekresi dari aldosteron. Sekresi tersebut dipicu oleh natrium
dan retensi air dalam ginjal dan sebagai konsekuensinya meningkatkan tekanan dalam arteri
(Chen et al 2007). Penghambatan dari ACE ini kemudian digunakan untuk tujuan anti
hipertensi atau terapi pendekatan untuk mengatur tekanan darah dalam tubuh. Banyak
penelitian yang melakukan sintesis inhibitors dari ACE, seperti captopril, benazepril,
enalapril, dan lisinopril, yang sangat umum digunakan untuk perawatan penyakit
kardiovaskular, seperti hipertensi, gagal jantung, jantung koroner, dan gagal ginjal (Ondetti et
al. 1977).
Hipertensi adalah salah satu proses multiIaktorial dan juga memberikan resiko timbulnya
berbagai macam penyakit, yang meliputi penyakit kardivaskular, penyakit renal, dan diabetes.
Hipertensi mempengaruhi hingga 30 dari populasi orang dewasa di kebanyakan
negara. Diperkiraan 7.6 juta kematian dini, 92 juta kematian dan kecacatan seumur hidup,
merupakan beberapa akibat dari tekanan darah tinggi (Lawes et al 2008).
Banyak penelitian yang menunjukkan beberapa cara untuk menemukan inhibitor dari
ACE ini. Seperti ekstrak dari Graptopetalumparaguayense, yang menurut Chen et al. (2007)
sangat potensial untuk menghambat ACE. Penelitian Young et al. (2009), yang menemukan
antioksidan dan inhibitor ACE dari aktivitas Bamboo caulis dalam liqumen, atau ekstrak
cairan yang dihasilkan oleh bambu yang diasapi. Menurut Suk Ma et al ( 2006), inhibitor
dari ACE dapat berasal dari makanan seperti ikan, kacang-kacangan, dan jamur yang
menghasilkan inhibitor ACE dengan pencernaan enzimatik makanan tersebut. Penelitian
Hoon et al. (2011), yang menyebutkan salah satu jamur berjenis Plerotus cornucopiae yang
juga menghasilakan inhibitor dari ACE. Menurut Thewissen et al. (2011), inbitor dari ACE
dapat berasal dari hidrolisat protein hewan dan tumbuhan. Salah satunya adalah proIil AA
dari gliadin gandum, salah satu yang diharapkan dengan hidrolisis secara enzimatik dari
gliadin dapat melepaskan peptida inhibitor ACE secara signiIikan.
Pengujian dari ACE mulai banyak dikembangkan. Seperti uji Ilouresensi dari ACE yang
memiliki prinsip dari penentuan aktivitas dari ACE berdasarkan hidrolisis dari sintetik
peptida hippuril-His-Leu dan modiIikasinya. Pengujian ini memiliki kekurangan seperti
interaksi yang ditimbulkan karena menggunakan pelarut organik yang limit dari beberapa
sampel dapat dianalisis tiap hari dan merupakan sumber kesalahan. Makalah ini membahas
tentang uji pemisahan dari aktivitas inhibitor ACE kompleks pewarna alami dan makanan
menggunakan keluaran dari instrumen kinerja tinggi KC-MS/MS yang dikemukakan oleh
Inoue et al (2011).
PEMBAHASAN
Penemuan baru diIokuskan pada senyawa dari produk alami. Banyak penelitian yang
telah dilakukan untuk mendeteksi zat yang bersiIat inhibitor untuk ACE seperti petida,
protein, dan bahan kimia dari makanan dan sumber-sumber alami lainnya. Oleh karena itu,
diperlukan sebuah metode yang dapat diandalkan, sederhana, dan sensitiI untuk menguji
aktivitas ACE dari berbagai material yang memiliki senyawa yang eIektiI. Aktivitas ACE
biasanya ditentukan in vitro dengan mengawasi perubahan dari substrat ke produk, suatu
proses yang dikatalisis oleh ACE. Ada beberapa metode spektroIotometri untuk penentuan
inhibitor peptida ACE (Hernandez et al. 2005). Biasanya, sampel target dan larutan
Hippuryl-His-Leu (HHL) diinkubasi dengan ACE, dan reaksi dihentikan dengan penambahan
HCl, kemudian asam hippurat (HA) diekstraksi menggunakan etil asetat. Larutan yang
membentuk lapisan etil asetat akan menguap dan dipekatkan dalam air murni kemudian
ditentukan absorbansinya pada panjang gelombang 228 nm. Namun pada metode uji
spektroIotometri ini, parameter sensitivitas, reliabilitas, dan resolusinya tidak cukup untuk
menguji ACE dari sampel yang memiliki matriks tinggi seperti makanan dan produk
alami. Penelitian yang baru menyatakan bahwa aktivitas dari ACE dapat dipantau dengan
kromatograIi cair (KC) menggunakan ultraviolet (UV) dan digabung dengan spektrometri
massa (MS).
KromatograIi merupakan suatu pendekatan yang memiliki metode akurat untuk
pemisahan aktivitas ACE dan inhibitornya yang terdapat dalam berbagai bahan. Selain itu,
deteksi menggunakan spektroIotometri massa (MS) sangat berguna dan kuat dalam
penentuan substrat menjadi produk yang dikatalisis oleh ACE. Metode ini tidak dapat
digunakan untuk mengevaluasi matriks dan kompleks yang tinggi dari sampel alami pada
makanan dan produknya. Uji ACE ini berIungsi untuk sampel yang memiliki matriks dan
kekompleksan tinggi, dalam Iungsi makanan yang berpengaruh terhadap tekanan darah
sehimgga menurun.
Studi ini menjelaskan sebuah ide baru yang sensitiI dalam bentuk suatu metode untuk
deteksi dan kuantiIikasi inhibitor aktivitas ACE dalam matriks yang tinggi pada sampel
pewarna alam dan contoh makanan yang menggunakan ekstraksi Iase padat (Solid Phase
Ekstraction), separasi menggunakan ktomatograIi cair tingkat tinggi, dan isotop stabil
dilarutkan dalam elektrospray ditentukan dengan tundem instrumen dengan spektrometri
massa (SID-ESI-MS/MS) dengan mode pengawasan reaksi bertahap (MRM). Metode ini
digunakan untuk menentukan suatu produksi HA dari HHL oleh aktivitas ACE dan
memungkinkan penilaian lengkap dan enzimatis tentang perubahan sistemik. Metode
menggunakan LC / SID-ESI-MS / MS dengan SPE adalah metode yang paling komprehensiI
dan cepat dengan sensitivitas tinggi dalam analisis tunggal. Pendekatan ini berlaku untuk
monitoring dari berbagai inhibitor ACE yang ditargetkan dalam berbagai matriks makanan.
Percobaan
Bahan- bahan yang digunakan dalam bahasan ini adalah N-Hippuryl-Leu-Nya hidrat
(HHL), ACE (25 unit, 5,35 unit / mg padat) dan gliserol (untuk biologi molekular,
kemurnian: 99), asan hipurat (HA, kemurnian: 98,0), kaptopril (kemurnian: 96.0),
natrium dihydrogenphosphate dehidrasi, kalium dihydrogenphosphate, asam Iormat, metanol
(Untuk analisis HPLC) dan asetonitril (untuk analisis HPLC). N-Ben:oil-d
5
-Glisin (HA-d
5
,
Kemurnian: 99,4), pewarna alam diperoleh dari San-Ei Gen FFI Co (Osaka, Jepang) dan
Kanto Chemical Co (Tokyo, Jepang), dan akuadest.
Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah KCKT yang dilakukan menggunakan
pompa LC-20AD, detektor SPD-20AV, CTO-20AC kolom dalam oven dengan injector, dan
C-R8A perekam sistem(Shimadzu Co, Kyoto, Jepang). Pemisahan KCKT dilakukan
menggunakan TSK-GEL BPO 100 kolom V (2,0 150 mm, 3m). Analisis LC / MS / MS
dilakukan dengan menggunakan Waters Alliance 2695/Micromass Quattro Premier sistem
dengan sumber elektrospray ionisasi (ESI). Kolom yang digunakan untuk LC adalah TSK-
GEL BPO-140HTP (2,1 50 mm, 2.3m.
Uji menggunakan KCKT dilakukan dengan Iase gerak terdiri dari 0,1 larutan asam
Iormiat dalam air (Solvent A) dan 0,1 asam Iormat dalam asetonitril (Pelarut B). Langkah
elusi KCKT adalah sebagai berikut: 15 Solvent B pada 0 min, 15 Solvent B di 15 menit,
98 pelarut B pada 15,1 menit, dan 98 Pelarut B 20 menit dengan laju alir 0,2 / menit
mL. Proses elusi ini dicatat absorbansinya pada panjang gelombang 225 atau 280 nm.
Uji LC / ESI-MS / MS digunakan Iase gerak terdiri dari 0,1 asam Iormiat dalam air
(Pelarut A) dan 0,1 asam Iormat dalam asetonitril (Pelarut B). Langkah elusi adalah sebagai
berikut: 25 Solvent B pada 0 min; 25 B pelarut sebesar 3,5 menit; 95 B Pelarut di 3,6
menit; 95 Pelarut B di 6,0 menit; dan 25 Pelarut B sebesar 6,1 menit dengan laju alir 0,2
mL / menit. Volume injeksi adalah 1,0l. Temperatur kolom adalah 40C. Kondisi Sumber
ESI dalam mode ionisasi positiI adalah sebagai berikut: tegangan kapiler 2,5 kV, tegangan
ekstraktor 4 V, RF lensa tegangan 0 V, sumber suhu 110 C, dan suhu desolvasi adalah
380C. Arus desolvation gas adalah 50 L / jam dan 900 L / jam, masing-masing, dan
diperoleh dengan menggunakan sumber nitrogen. Pada percobaan ini digunakan argon
sebagai sumber gas.
Persiapan sampel dilakukan dengan menyiapkan susu Iormula (n 6), pasta kedelai
(miso Jepang) (n 5), kecap (n 1), mayones (n 1), tepung terigu (n 3), jus jeruk(n 1),
minuman suplemen (n 1), teh (n 3, barley, hitam, dan hijau), dan kopi (n 1) diperoleh
dari sebuah toko lokal di Nagoya, Jepang. Untuk penyusunan Iormula bayi, 20 mg sampel
ditimbang dalam tabung. Kemudian, 1,0 mL air ditambahkan, dan sampel dikocok agar
homogen selama 1 menit. SentriIugal ultraIiltrasi digunakan dengan Amicon-Ultra 4
(Ultracel-3 K, regenerasi selulosa 3000 MW untuk volume 4 mL, Milliore Co, Ltd,
Billerica, MA, USA). Kemudian 0,5 mL larutan sampel terelusi melalui ultrafiltrasi
sentrifugal-cartridges oleh sentriIugasi pada 3500 rpm selama 15 menit dan dievaluasi oleh
uji inhibitor ACE. Untuk persiapan sampel padat, 10 sampel mg ditimbang dalam
tabung. Kemudian, 1,0 mL air ditambahkan, dan dikocok hingga campuran homogen selama
1 menit. Larutan sampel 0,5 mL dielusi melalui sentrifugal ultrafiltrasi-cartridges dengan
sentriIugasi pada 3500 rpm selama 15 menit dan dievaluasi dengan pengujian inhibitor ACE.
Untuk persiapan sampel cair, 0,5 mL larutan sampel dielusi seperti sanpel yang lain.
Uji untuk ACE terdapat dua metode yang sedikit berbeda. Metode 1. 150L reaksi
larutan (1 mM HHL dalam buIIer IosIat, pH 7.4) diinisitor oleh 30L larutan ACE (0,25 unit/
mL) dan 30L larutan blanko (air murni atau etanol), dan diinkubasi selama 150 menit pada
37 C. Reaksi dihentikan dengan penambahan 250L HCl (1 mol / L), dan kemudian 1,5 ml
etil asetat ditambahkan dan dikocok dengan keras selama 2 menit pada suhu kamar dan
diputar selama 5 menit pada 3000 rpm. Satu mL lapisan atas ditempatkan dalam tabung dan
diuapkan. Air (1 ml) ditambahkan untuk mengencerkan residu sebelum pengukuran
absorbansi pada 225 atau 280 nm. Sebagai tambahan, larutan ini dievaluasi dengan uji HPLC.
Metode 2. 150L reaksi larutan (1 mM HHL dalam buIIer IosIat, pH 7.4) diinisiatori oleh
30L ACE (0,25 unit / mL) larutan dan 30L larutan blangko (air murni atau etanol), dan
diinkubasi selama 150 menit pada 37 C. Dalam kasus LC dengan LC / ESI-MS / MS-assay
SID, larutan HA-d
5
(10g / mL, 50L) ditambahkan sebagai standar internal. Standar internal
adalah standar yang hanya ditambahkan pada larutan standar saja. Reaksi dihentikan dengan
menghilangkan substrat menggunakan ekstraksi Iase padat (SPE). Sebelum mengekstraksi
larutan yang bereaksi, yang cartidge SPE dikondisikan dengan dielusikan metanol 1,0 mL
diikuti oleh 1,0mL 0,1 air asam Iormiat. Setelah reaksi ini, larutan sampel diencerkan
dengan 0,1 1,0 mL larutan asam Iormiat dan dielusi melalui cartridge SPE. Cartridge
kemudian dicuci denganr 1,0mL 0,1 asam Iormiat. Metanol (1 mL) ditambahkan pada laju
aliran rendah untuk elusi pada analit yang kembali pada cartridge. Larutan ini kemudian
diuapkan. Air / metanol (50/50, V / V) (1 mL) ditambahkan untuk mengencerkan residu
sebelum pengukuran HPLC atau LC / SID LC-ESI-MS / MS.
Kemuadian akan dilakukan uji pemisahan inhibitor dalam aktivitas ACE. Dalam
artikel ini, zat uji captopril, pewarna alami, makanan, dan sampel suplemen. Kontrol sampel,
dibuat tanpa bahan uji dalam air atau ethanol, digunakan untuk menentukan tingkat dasar
inhibitor ACE. Akitivitas ini dinyatakan sebagai nilai penghambatan, dan dihitung
menggunakan rumus berikut:
Penghambatan aktivitas ACE zat uji () |(konsentrasi HA dengan bahan uji)/(konsentrasi
HA tanpa bahan uji) x 100. Semua analisa dilakukan tiga kali dan hasilnya disajikan
dengan standar deviasi mean (SD). Jika sampel menunjukkan hambatan terhadap kegiatan
ACE, nilai-nilai ini akan meningkat secara signiIikan (hingga 100). Di sisi lain, jika sampel
tidak menampilkan daya hambat, nilai-nilai hanya akan ditambah oleh sedikit zat uji.
Hasilnya adalah sulit untuk menentukan penghambatan ACE dari pasangan kompleks bahan,
komponen, dan zat pewarna yang berasal dari makanan dan sumber-sumber alam dengan
menggunakan metode spektrometri. Oleh karena itu, digunakan mengevaluasi pewarna alami
untuk penghambatan aktivitas ACE menggunakan Metode 1.
Dalam penelitian ini, uji substansi pewarna merah (kol merah, kulit anggur,
elderberry, dan lobak merah) tidak dapat dievaluasi dengan menggunakan metode
spektrometri (225 dan280 nm). Selain itu, ekstraksi HA menggunakan etil asetat dapat
menyerap pada 228 nm dan menyumbang 12 dari total absorbansi. Metode spektrometri
metode tanpa kromatograIi pemisahan memiliki keuntungan seperti lebih sederhana, cepat,
dan mudah tekniknya. Namun, metode spektrometri tanpa pemisahan dianggap tidak cocok
untuk yang universal, berguna, dan dapat diandalkan untuk menganalisis inhibitor ACE dari
berbagai makanan dan sumber alam. Reaksi dari inhibitor ACE dihentikan oleh HCl agar
prosesnya dapat dilihat, kemudian HA yang dilepaskan diekstrak oleh etil asetat. Larutan
yang berisi ekstrak ini diuji oleh HPLC.
Pemulihan dan reproduksibilitas HA adalah Iaktor yang sangat penting untuk
dievaluasi dari aktivitas ACE dan reaksi hidrolisis. Hidrolisis HA dari HHL dilakukan oleh
berbagai detektor tetapi sampel ini tidak cukup besar untuk reaksi terminal setelah
penyimpanan dalam larutan asam. Selain itu, penggunaan berbagai macam sampel memiliki
eIek buruk pada kromatogram HPLC yaitu terbentuknya puncak noise pada detektor UV dan
MS/MS. Fungsi dari SPE untuk menghilangkan dan bahan kimia lainnya matriks bukan
menambahkan larutan asam yang sesuai prosedur agar reaksi berhenti dan stabil, serta
mencegah pengaruh serapan ionisasi UV dan MS/ MS ionisasi. Persiapan SPE memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan metode lain yang digunakan unutk mengakhiri reaksi
ACE dan mengekstrak HA dalam uji inhibitor ACE. SPE menghindari ekstraksi dengan etil
asetat, reaksi terminal dengan HCl, dan menghindari galat dalam pengukuran dengan
instrumen. Berdasarkan metode ini HA dilepaskan dari HHL, waktu reaksi yang diperlukan,
diselidiki untuk aktivitas AC. Saat waktu reaksi 150 menit; titik di mana aktivitas ACE
menjadi jenuh. Jadi metode ini dapat digunakan untuk memantau hidrolisis ACE dari HHL di
dalam larutan buIIer IosIat dalam waktu 150 menit. Sangat mudah untuk mengevaluasi
berwarna dan kutub peptida dari makanan menggunakan HPLC dan/ atau tes
spektrometri. Dalam hal ini bertujuan untuk mengembangkan alat tes yang berguna yang
dapat diterapkan pemantauan dari berbagai inhibitor ACE dalam berbagai matriks. Jadi, uji
HPLC dievaluasi dengan menggunakan berbagai zat alami sebagai zat pewarna uji. Uji
HPLC ini juga memiliki kelemahan, yaitu warna merah pada kubis dan lobak merah tidak
dapat dideteksi oleh HPLC, karena terlalu banyak noise pada spektrumnya. Sebuah uji
berbasis MS dapat digunakan untuk mengidentiIikasi potensi analit kuantiIikasi HA
berdasarkan reaksi HHL dan ACE. Selain itu, uji LC / MS dapat digunakan untuk keluaran
reaksi inhibitor ACE. Namun, uji LC / MS ke pemisahan kegiatan ACE inhibitor belum
divalidasi untuk membedakan inhibitor ACE dari zat-zat kompleks seperti makanan, produk
alami, dan pewarna. Sementara menggunakan detektor MS, masalah terjadi pada
penghilangan ion dan peningkatan dalam penentuan analit dalam matriks sampel yang
tinggi. Selain itu,dapat digunakan metode LC / ESI-MS / MS kinerja tinggi. Uji dengan LC/
ESI-MS/ MS dengan isotop stabil HA untuk memisahkan inhibitor aktivitas ACE. Hal ini
dilakukan untuk mengatasi keterbatasan sebelumnya pada uji HPLC dan / LC MS. Selain itu,
dengan metode ini dimungkinkan adanya hambatan spesiIik aktivitas ACE di berbagai
sampel. Uji LC/SID- ESI-MS/MS kinerja tinggi tidak memiliki keterbatasan untuk evaluasi
inhibitor aktivitas ACE berbagai sampel alam seperti warna, matriks dan kompleks yang
tinggi, dan makanan olahan.
Aplikasi dari uji inhibitor ACE ini adalah pengembangan sejumlah metode yang dapat
menetukan inhibitor spesiIik dalam sejumlah makanan dengan berbagai matriks. Sejumlah
makanan yang berasal peptida telah terbukti secara in vitro memiliki aktivitas penghambatan
ACE. Namun, tidak hanya dari uji peptida saja, dari senyawa lain makanan dapat pula
menunjukkan adanya siIat inhibitor dari suatu bahan makanan. Tentu saja dibutuhkan suatu
metode khusus untuk mendeteksi senyawa lain yang mengidentiIikasi adanya zat yang
bersiIat menghambat ACE. Jika telah dikembangkan metode-metode tersebut, maka akan
bermanIaat dalam pembuatan obat baru dan Iungsional dari makanan.
ESIMPULAN
Banyak metode yang telah dikembangkan untuk mendeteksi peptida pada sampel
yang berIungsi sebagai inhibitor ACE. Tetapi dengan metode ini tidak hanya pada analat
tunggal, tetapi juga pada sampel yang memiliki matriks yang tinggi. Metode ini Iokus, cepat,
selektiI, sensitiI, berguna, dan universal untuk evaluasi inhibitor ACE dalam berbagai
makanan, dan dikembangkan uji untuk pemisahan inhibitor ACE menggunakan LC/SID-ESI-
MS/MS kinerja tinggi. Metode ini memberikan inIormasi menarik dari sampel makanan,
alami, dan sampel biologis. Dengan demikian, penggunaan uji yang baru dikembangkan akan
memungkinkan kita untuk menentukan obat baru dan Iungsional makanan yang eIektiI
terhadap ACE di RAS seperti pilihan baru dalam pengobatan untuk hipertensi.

DAFTAR PUSTAA
Chen et al. 2007. Studies on the inhibitory eIIect oI Graptopetalum paraguayense E.
Walther extracts on the angiotensin converting enzyme. Food Chemistry 100:1032-
1036.
Chen et al. 2009. Antihypertensive nutraceuticals and Iunctional Ioods. Journal of
Agricultural and Food Chemistry 57:44854499.
Hoon Jang et al .2011. Characterisation oI a new antihypertensive angiotensin I-converting
enzyme inhibitory peptide Irom Pleurotus cornucopiae. Food Chemistry 127:412-418.
Inoue et al.2011.Screening assay oI angiotensin-converting enzyme inhibitory activity Irom
complex natural colourants and Ioods using high-throughput LC-MS/MS. Food
Chemistry 126:1909-1915.
Ondetti MA, Cushman DW, Cheung HS, Subo EF. 1977. Design oI potent competitive
inhibitors oI angiotensin converting enzyme. Carboxyalkanoyl and mercaptoalkanoyl
amino acid. Biochemistry 16:54845491.
Oxtoby et al. 2003. Prinsip Kimia Dasar. Ed ke-4. New York: Wiley & Sons.
Sentadreu & Toldra.2006. A rapid, simple and sensitive Iluorescence method Ior the assay oI
angiotensin-I converting enzyme.Food Chemistry 97:546-554
Suk Ma et al. 2005. PuriIication and identiIication oI angiotensin I-converting enzyme
inhibitory peptide Irom buckwheat (Fagopyrum esculentum Moench). Food Chemistry
96:36-42.
Thewissen et al .2011. Inhibition oI angiotensin I-converting enzyme by wheat gliadin
hydrolysates. Food Chemistry 127:1653-1658.
Vioque J et al. 2000. Bioactive peptides in storage proteins. Grasas Aceties 51:361365.
Wu J, Ding X. 2002. Characterization oI inhibition and stability oI soy-protein-derived
angiotensin I-converting enzyme inhibitory peptides. Food Research International
35:367375.
Young Je et al.2009. Antioxidant and angiotensin I converting enzyme inhibitory activity oI
Bambusae caulis in Liquamen. Food Chemistry 113:932-935.

Anda mungkin juga menyukai