Anda di halaman 1dari 1

VEN185 crestlabelteam SMAN 1 KEDIRI - BLITAR 1. Pada individu betina, tahap pucuk mammae diikuti dengan perkembangan puting.

Kecambah primer ( primary sprout ) akan membentuk jaringan mamme pada tiga bulan kebuntingan. Kecambah primer ini merupakan awal jaringan sekresi susu terbentuk. Setelah makanan termetabolisme oleh tubuh, sari-sari makanan yang terdiri dari lemak, protein, karbohidrat dll, melalui peredaran darah disuplai ke seluruh tubuh termasuk pada ambing/ glandula mamae tepatnya pada alveoli. Alveoli yang dibatasi oleh sel sel epithelial mensintesa dan mensekresikan : Lipid, protein, laktosa, mineral, vitamin serta air. Sel - sel sekresi susu berkembang melalui proliferasi epitelum ke dalam struktur alveoli. Susu terakumulasikan sebelum diperah, disimpan di dalam lumen alveoli. Setelah kebuntingan, perkembangan mammae akan berlanjut, dengan kecepatan perkembangan yang tinggi pada akhir masa kebuntingan, yang pararel dengan kecepatan pertumbuhan fetus. Konsentrasi progesteron tinggi sepanjang masa kebuntingan, sementara konsentrasi estrogen lebih tinggi pada akhir masa kebuntingan. Kedua hormone tersebut adalah sebagai regulator yang penting bagi perkembangan fungsi jaringan mammae yang potensial untuk sekresi susu. Bila ambing dirangsang, impuls saraf melalui cauda spinalis menuju ke otak. Impuls saraf diotak merangsang kelenjar pituitaria posterior untuk melepaskan hormon oksitosin. Melalui aliran darah hormon oksitosin menuju ke sel-sel yang menyelubungi alveoli. Pembebasan oksitosin menyebabkan sel-sel otot yang mengelilingi alveoli (myoepiel sel) berkontraksi, sehingga protein susu dan laktosa dibebaskan dari sel-sel alveoli oleh proses eksositosis melalui duktus alveolus menuju sisterna ambing. Dan susu siap keluar. 2. Ascites adalah penimbunan cairan yang abnormal di rongga peritoneum. Proses terjadinya Ascites : Sirosis (pembentukan jaringan parut) di hati akan menyebabkan vasokonstriksi dan fibrotisasi sinusoid. Akibatnya terjadi peningkatan resistensi sistem porta yang berujung kepada hipertensi porta. Hipertensi porta ini dibarengi dengan vasodilatasi splanchnic bed (pembuluh darah splanknik) akibat adanya vasodilator endogen (seperti NO, calcitone gene related peptide, endotelin dll). Dengan adanya vasodilatasi splanchnic bed tersebut, maka akan menyebabkan peningkatan aliran darah yang justru akan membuat hipertensi porta menjadi semakin menetap. Hipertensi porta tersebut akan meningkatkan tekanan transudasi terutama di daerah sinusoid dan kapiler usus. Transudat akan terkumpul di rongga peritoneum dan selanjutnya menyebabkan asites. Selain menyebabkan vasodilatasi splanchnic bed, vasodilator endogen juga akan mempengaruhi sirkulasi arterial sistemik sehingga terjadi vasodilatasi perifer dan penurunan volume efektif darah (underfilling relatif) arteri. Sebagai respons terhadap perubahan ini, tubuh akan meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatik dan sumbu sistem renin-angiotensin-aldosteron serta arginin vasopressin. Semuanya itu akan meningkatkan reabsorbsi/penarikan garam (Na) dari ginjal dan diikuti dengan reabsorpsi air (H20) sehingga menyebabkan semakin banyak cairan yang terkumpul di rongga tubuh. 3. Distemper

Anda mungkin juga menyukai