Anda di halaman 1dari 9

Refleksi Hari Kesaktian Pancasila

Peristiwa Gerakan 30 September 1965/Partai Komunis Indonesia (PKI) bagi bangsa Indonesia mungkin tidak akan dilupakan. Pasalnya, dalam peristiwa tersebut menewaskan 6 jenderal yakni Letjen TNI Ahmad Yani, Mayjen TNI R Suprapto, Mayjen TNI MT Haryono, Mayjen TNI Siswondo Parman, Brigjen TNI DI Panjaitan, Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo dan Lettu Pierre Tendean yang dibunuh secara keji oleh PKI. Terbongkarnya G 30/SPKI itu kemudian dijadikan cikal bakal peringatan Hari Kesaktian Pancasila. Setiap tanggal 1 Oktober digelar upacara nasional mengenang peristiwa tersebut di halaman Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya. Termasuk di kantor-kantor instansi pemerintah maupun sekolah-sekolah. Kita semua tahu dari pelajaran sekolah apa sebabnya diberi nama Hari Kesaktian Pancasila, yaitu telah terbukti bahwa Pancasila itu ampuh dan berhasil menghalau dan menumpas komunis dan PKI dari muka bumi Indonesia dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari kehancuran pada percobaan kudeta PKI tahun 1965. Meskipun sampai kini sejarawan masih melakukan kajian-kajian terhadap tudingan pelaku pembantaian ke enam jenderal dan seorang letnan. Upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2011 di Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya, Jakarta Timur, terasa hambar. Tak seperti pada era Orde Baru yang menggelar upacara Kesaktian Pancasila secara besar-besaran, upacara berlangsung biasa-biasa saja.

Masih saktikah Pancasila? Banyak wacana muncul akhir-akhir ini yang menyatakan kalau

Pancasila sudah tidak sakti lagi atau bahkan di berbagai media memberitakan bahwa Pancasila sudah "dilupakan" di Indonesia. Jadi apakah benar kenyataan itu? Jawabannya adalah ada pada diri kita masing-masing, dan mungkin kita perlu sedikit merenungkan untuk hal tersebut, apakah kita masih berperilaku seperti yang tersirat dalam jiwa pancasila? atau apakah kita sudah melenceng? Melihat perkembangan kondisi di Indonesia belakangan ini mungkin kita menganggap kalau rakyat Indonesia sudah tidak lagi ber"Pancasila" dengan adanya kerusuhan dimana-mana yang timbul karena masalah yang berkaitan dengan sila pertama yaitu "Ketuhanan Yang Maha Esa". Yaitu dengan ricuhnya kelompok agama mayoritas melawan minoritas dengan alasanalasan tertentu. Padahal kalau kita telaah lagi, terjadinya "bentrokan" seperti itu terkadang belum tentu benar-benar karena soal agama, mungkin karena ada satu alasan kepentingan tertentu yang ingin dicapai oleh "segelintir" personal, maka dengan kekuatannya mereka menggunakan alasan keagamaan untuk mendapatkan tujuannya. Sebaiknya marilah kita lihat saja dengan "kepala dingin", dari jaman dulu kita sudah hidup dengan keragaman, mayoritas dan minoritas tidak perlu dijadikan bahan pertentangan, tapi jadikan itu kekuatan yang tetap menyatukan kita. Kesaktian Pancasila yang telah terbukti 46 tahun lalu kini diperhadapkan lagi pada kompleksnya ancaman bagi kelangsungan NKRI. Bukan hanya ancaman level nasional pada bahaya laten PKI, melainkan kesaktian pancasila dalam menangkap koruptor, mengurangi kemiskinan, menyediakan lapangan pekerjaan, memberikan pendidikan murah, menangkal terorisme dan menangkal pornografi.
Oleh: Umar Ibsal(Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang) Tepat 46 tahun silam, 30 September 1965, peristiwa pembantaian 7 jenderal TNI oleh PKI tercatat dalam catatan perjalanan bangsa Indonesia yang dikenal dengan Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (PKI). Dengan kesigapan TNI G30S/PKI dapat

ditumpas. Sejak saat itulah tanggal 30 September diperingati sebagai Gerakan Pengkhianatan PKI dan 1 Oktober diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara telah terbukti kebal terhadap ideologi komunis PKI. Gerakan PKI hampir setengah abad lalu hampir saja meruntuhkan pondasi bangsa Indonesia yang dibangun dengan dasar Pancasila. Kini, setelah 46 tahun berlalu, PKI dengan ideologi komunisnya tidak lagi menjadi gerakan masif dan terbuka. Namun Ideologi komunis terus bergerilya. Bahkan beberapa bulan silam lambang palu arit sebagai simbol PKI terlihat di salah satu dinding kampus ternama di kota Makassar. Ideologi komunis masih menjadi bahaya laten yang bisa saja kembali menguji kesaktian Pancasila. Namun, seiring arus globalisasi global, ancaman bangsa Indonesia kini tidak lagi hanya pada bahaya laten PKI, tapi juga berasal dari berbagai dimensi. Ancaman NKRI Dalam konsep pertahanan negara yang terdapat dalam Buku Putih Departemen Pertahanan RI tahun 2008, dijelaskan kategorisasi ancaman bagi bangsa Indonesia. Persepsi Indonesia tentang ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari luar maupun dari dalam negeri, yang dinilai mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan bangsa. Berdasarkan sifat ancaman, hakikat ancaman digolongkan ke dalam ancaman militer dan ancaman nirmiliter. Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata dan terorganisasi yang dinilai mempunyai kemampuan membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman militer dapat berupa agresi, pelanggaran wilayah, pemberontakan bersenjata, sabotase, spionase, aksi teror bersenjata, ancaman keamanan laut dan udara, serta konflik komunal. Sedangkan Ancaman nirmiliter pada hakikatnya ancaman yang menggunakan faktor-faktor nirmiliter yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman nirmiliter dapat berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan informasi, serta keselamatan umum. Ancaman militer dapat dilihat dari masalah penanganan perbatasan, persoalan pencurian SDA di laut, yaitu pencurian ikan (illegal fishing). FAO (Food and Agriculture Organization) memperkirakan Indonesia memperoleh kerugian mencapai Rp30triliun/tahun. Dengan estimasi tingkat kerugian sekitar 25 persen dari total potensi perikananyang dimiliki Indonesia sebesar 1,6 juta ton per tahun. Laut Cina Selatan, Perairan Sulawesibagian utara dan Laut Arafura merupakan tempat yang sering menjadi tindakan pencurianikan oleh kapalkapal asing yang sebagian besar berasal dari China, Thailand dan Filipina. (www.interpol,go.id, 9/3/2011). Ancaman bagi NKRI dari berbagai dimensi kehidupan dalam 25 tahun ke depan diprediksi oleh Connie R. Bakrie (2007) dalam bukunya Pertahanan Negara dan Postur TNI Ideal dimana ada tiga level ancaman yaitu ancaman Internasional, regional dan nasional. Pada level internasional, bentuk ancaman berupa globalisasi ekonomi dengan tipe ancaman berupa hegemoni ekonomi.

Pada level regional, di kawasan Asia Pasifik berupa ancaman ekonomi kesehatan. Sedangkan di kawasan Asia Tenggara bentuk ancaman berupa terorisme, human trafficking, perdagangan obat, penyelundupan ekonomi perbatasan. Pada level nasional, berupa konflik suku agama ras antar golongan (SARA), Separatisme, Pengangguran, Kemiskinan, Bencana Alam, Pengungsian, Illegal Logging, Illegal Fishing dan Pulau-pulau Kosong. Jika diasosiasikan sebagai seorang gadis, Indonesia termasuk gadis yang seksi dengan pakaian mini yang memperlihatkan keseksian tubuhnya. Potensi sumber daya alam yang terhampar di seluruh penjuru tanah air menjadi magnet yang menggoda negara-negara lain untuk terus mengamati, menyentuh bahkan menjarah Indonesia. Untuk memproteksi Indonesia yang seksi ini, peran seluruh komponen bangsa mutlak diperlukan untuk mempertahankan mahkota bangsa agar tidak kehilangan harga dirinya sebagai sebuah bangsa dan kemandiriannya sebagai bangsa yang berdaulat. Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang berada di garda terdepan dan tertinggi dalam piramida pertahanan negara mempunyai tugas yang amat mulia dalam rangka menjaga mahkota Indonesia. Strategi Pertahanan Panglima perang China, Sun Tzu, pada masa lampau pernah berpesan dalam bukunya Art of War: Dalam peperangan, janganlah mengandalkan pada kegagalan musuh untuk tidak datang, malainkan pada kesiapan diri untuk menyambutnya; jangan mengandalkan pada kegagalan musuh untuk tidak menyerang, tetapi pada kemampuan diri untuk membangun pertahanan yang tangguh. Jika dikontekskan dalam kondisi kekinian Indonesia, bangsa ini penting untuk mempersiapkan segala amunisi untuk mempertahankan kedaulatan bangsa Indonesia. Untuk menyiapkan amunisi tersebut, bangsa Indonesia tidak selamanya bersandar pada anggaran pertahanan yang terbatas. Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro menjelaskan bahwa TNI membutuhkan anggaran sebesar Rp150 triliun sampai 2014 untuk mencapai pemenuhan kekuatan pokok minimal (www.topix.com, 30/9). Pemerintah Indonesia menyediakan dana US$5 miliar atau sekitar Rp60 triliun untuk pengadaan Alat Utama Sistem Persenjataan atau Alutsista terutama untuk meningkatkan keamanan di wilayah perbatasan. Namun, untuk mengadakan anggaran pertahanan yang begitu besar, tentu harus mengorbankan anggaran publik, seperti pendidikan dan kesehatan yang juga membutuhkan biaya besar dalam membangun sumber daya manusia Indonesia sebagai amunisi dan pemikir (think tank). Menurut Donny Gahral Adian (2011), perang tidak lagi hanya mengandalkan kekuatan militer, prajurit berotot atau misil berpandu laser, melainkan diplomat yang cerdas dan tangkas dalam bernegosiasi. Hal ini diungkapkan oleh Sun Tzu: biasanya seseorang yang sedang berperang menggunakan kekuatan langsung untuk melibatkan musuh, tetapi menggunakan kekuatan tidak langsung untuk mencapai kemenangan. Nah, kekuatan tidak langsung adalah bagaimana menyiapkan sumber daya manusia Indonesia menjadi manusiamanusia cerdas melalui penguasaan teknologi, keahlian diplomasi dan penguasaan media. Sun Tzu mengakui pentingnya personalia mengenai menilai situasi negara. Ada tiga segi pada fungsi penilaian situasi oleh personalia, antara lain: Pertama, pengaruh moral

penguasa. Menurutnya, pengaruh morallah yang membuat rakyat sepenuhnya mendukung penguasa mereka, sehingga dengan sukarela mendampinginya kalau perlu sampai mati tanpa mempedulikan bahaya. Gerakan Ganyang Malaysia sebagai bukti bahwa bangsa ini rela membubuhkan tanda tangan dengan tinta darah untuk menjadi pejuang perang sebagai bukti nasionalisme mereka kepada negara. Kedua, kepanglimaan komandan. Kepanglimaan komandan menunjuk kepada sifat-sifat kearifan, ketulusan, kedewasaan, keberanian dan keteguhan hati panglima. Karakter panglima yang arif dan teguh akan terinternalisasi pada karakter prajuritnya. Ketiga, doktrin. Doktrin menunjuk kepada organisasi, kendali, prosedur pemberitahuan, susunan kepangkatan militer dan tanggungjawabnya, pengaturan dan pengelolaan jalur pasokan serta pengadaan keperluan bagi tentara. Nah, organisasi militer dengan manajemen yang modern akan berdampak pada perencanaan strategis yang matang dan pengendalian negara. Kesaktian Pancasila yang telah terbukti 46 tahun lalu kini diperhadapkan lagi pada kompleksnya ancaman bagi kelangsungan NKRI. Bukan hanya ancaman level nasional pada bahaya laten PKI, melainkan kesaktian pancasila dalam menangkap koruptor, mengurangi kemiskinan, menyediakan lapangan pekerjaan, memberikan pendidikan murah, menangkal terorisme dan menangkal pornografi*.

Nasionalisme Kebersamaan adalah Makna Kesaktian Pancasila Iwan Santosa | Marcus Suprihadi | Sabtu, 1 Oktober 2011 | 10:04 WIB |

Share:

KOMPAS/CHRISTOPHORUS WAHYU HARYO Upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur, Sabtu (1/10/2011), dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. TERKAIT:

Hari Kesaktian Pancasila Diperingati di Madiun Presiden Pimpin Peringatan Hari Kesaktian Pancasila

JAKARTA, KOMPAS.com Semangat kebersamaan menjadi pesan upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Sabtu (1/10/2011). Seluruh personel militer dan pegawai negeri sipil (PNS) Mabes TNI mengikuti Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Lapangan Upacara Mabes TNI. Upacara dipimpin Komandan Jenderal Akademi TNI Marsekal Muda TNI Sru Astjarjo Andreas. "Kebulatan tekad untuk tetap mempertahankan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebagai sumber kekuatan, menggalang kebersamaan untuk memperjuangkan,

menegakkan kebenaran dan keadilan demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Andreas dalam upacara tersebut. Dalam upacara yang berlangsung khidmat tersebut dibacakan ikrar yang berbunyi: Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami yang melakukan upacara ini menyadari sepenuhnya bahwa sejak diproklamasikan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 pada kenyataannya telah banyak terjadi rongrongan baik dari dalam negeri maupun luar negeri terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Rongrongan tersebut dimungkinkan oleh karena kelengahan, kekurangwaspadaan bangsa Indonesia terhadap kegiatan yang berupaya untuk menumbangkan Pancasila sebagai ideologi negara. Upacara untuk mengenang tragedi nasional akibat pengkhianatan terhadap Pancasila tersebut merupakan momentum untuk dapat merekatkan rasa kesatuan dan persatuan bangsa.

UGM Temukan Metode Deteksi Cepat Virus Jembrana


Posted by indonesiaberprestasi in Berita Prestatif, Karya Anak Bangsa, Penemuan | 0 comments
This post has 23 views

Tentang Kontributor: indonesiaberprestasi

indonesiaberprestasi telah memposting 1742 tulisan lainnya.

[Translate]

Dosen Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogya, Bambang Sutrisno berhasil mengembangkan metode deteksi virus penyakit jembrana atau Jembarana Disease Virus (JDV). Virus jembrana ini adalah virus yang menyerang ternak sapi dan menyebabkan banyak kematian. Metode menggunakan teknik hibridasi dot-blot itu didasarkan pada pendekatan genomik yang dapat dikembangkan dan digunakan untuk deteksi cepat dan akurat. Uji coba metode deteksi virus jembrana ini dilakukan pada sapi bali atau Bos javanicus. Sapi bali merupakan plasma nutfah Indonesia dengan karakter reproduksi yang baik, juga mudah dikembangkan dan disebarkan ke berbagai tempat sebagai hewan ternak potensial. Sayangnya, hewan ternak potensial ini sangat rawan dengan penyakit jembrana yang mengakibatkan angka kematian cukup tinggi. Bahkan dalam waktu 9 bulan, kata Bambang, penyebaran secara cepat ke berbagai daerah di Bali telah mengakibatkan kematian 60 ribu ekor sapi disertai dampak kerugian ekonomi cukup besar. Ia melanjutkan, selama ini diagnosis penyakit jembrana yang biasa digunakan adalah diagnosis klinis yang didasarkan pada gejala klinis pada gejala penyakit serta teknik diagnosis imunologis. Diagnosis secara klinis sangat sulit dilakukan karena memiliki kemiripan dengan gejala penyakit. Sementara itu untuk diagnosis imunologis, yang masih sering digunkan adalah secara serologik (ELISA dan antigen presipitasi) maupun secara genomik (RT-PCR dan Real time RT-PCR).

Dalam penelitiannya, Bambang menggunakan teknik reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR). Primer yang digunakan dalam teknik ini adalah dengan gen gag-ca yang merupakan salah satu sekuen gen yang penting dalam proses infeksi virus. Keberadaan copy gen gag-ca dalam sel hospes yang terinfeksi diduga cukup besar karena berperan sebagai gen yang terlibat dalam pembentukan struktur virus dan menentukan kemampuan virus menginfeksi sel target. Makanya diperlukan hibridasi dot-blot sebagai teknik kedua yang diterapkan secara pararael, katanya. Dengan teknik hibridasi dot-blot ini, memungkinkan puluhan dan ratusan sampel dianalisis dalam waktu bersamaan menggunakan satu membran. Teknik ini diharapkan dapat membantu pemeriksaaan rutin kesehatan hewan dan aktivitas pengendalian penyakit jembrana. Sumber: National Geographic Indonesia

Anda mungkin juga menyukai