Anda di halaman 1dari 14

Spirit Publik Volume 4, Nomor 2 Halaman: 215 - 228

ISSN. 1907 - 0489 Oktober 2008

EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA DI SEKOLAH KEJURUAN


Evaluation Implementation Dual System Education Program in Senior Technical High School Wahyu Nurharjadmo Jurusan Administrasi Negara FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (0271) 637358 (Diterima tanggal 6 Agustus 2008, disetujui tanggal 26 September 2008) Abstract
One of the problem in Education program especially in Senior Technical High School is disability entering on job vacation. Dual System Education Program (PSG) is constructed to disolve it problem. This research aim to evaluate implementation through this program. The result of the research showing that all of the Senior Technical High School isnt failed in implementation this program. The Compliance and seriously of The Implementators as well as the curiculum and also the institution is a couple with enough good resulted output in implementation PSG at SMKN 2 Klaten. A half of participant PSG can be accommodate in industrial job competition after graduate from the Senior Technical High School. The resistance which emerge in fund limitation owned by the school so that school cant help draw the expense to student, though mean of student of SMK N come from indigent family. Beside that some student Beside that some student is true still less be serious in assessing PSG, so that less be serious in industrial job practice/ training. Keywords : Evaluation Implementation, PSG, Industrial Job Practice

PENDAHULUAN
Berbagai permasalahan yang muncul dalam sistem pendidikan kita. diantaranya adalah: pertama, rendahnya kualitas atau mutu pendidikan. Kedua, adalah belum adanya pemerataan dalam memperoleh akses di bidang pendidikan. Ketiga, adalah tidak adanya efisiensi dalam penyelenggaraan pendidikan. Disamping itu persoalan yang keempat adalah belum adanya demokratisasi pendidikan. Peran serta masyarakat dalam dunia pendidikan masih sangat terbatas. Khusus untuk sekolah kejuruan, persoalan yang dirasakan sangat penting berkaitan dengan ketidakmampuan lulusan dalam memasuki lapangan kerja. Hal itu disebabkan karena kualitas lulusan yang memang jauh dari kehendak pasar. Disamping

itu

juga

adanya

ketidaksesuaian

antara yang untuk

supply lulusan dengan kecilnya demand. Salah satu bentuk kebijakan dikeluarkan oleh Pemerintah mengantisipasi hal itu adalah Sistem industri. ini berusaha Tujuannya

Kebijakan

Pendidikan Sistem Ganda (dual system). mengintegrasikan adalah untuk kepentingan dunia pendidikan dengan dunia meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), baik pengetahuan, ketrampilan maupun etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja, sehingga siap masuk ke pasaran kerja Melalui PSG diharapkan ada kesesuaian antara mutu dan kemampuan yang dimiliki lulusan, dengan tuntutan dunia kerja. Pendidikan diselenggarakan kejuruan Sistem salah Ganda satu yang bentuk pada sekolah menengah

merupakan

215

Spirit Publik Vol. 4, No. 2, Oktober 2008 Hal. 215 228

implementasi kebijakan link and match antara dunia pendidikan dengan dunia kerja. Bentuk penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda menekankan pada pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sitematik dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dengan program keahlian yang diperoleh langsung di perusahaan. Hasil kajian yang dilakukan oleh Mardi Rasyid (dalam Ruchiat, 2002: 5), menemukan adanya masalah pokok yang dialami dalam melaksanakan PSG adalah: 1) Industri yang menjadi mitra sekolah belum mampu siswa ikut merencanakan kegiatan belajar dalam membentuk profesionalisme

kerjasama dalam menyediakan peralatan, jenis pekerjaan dan teknologi yang sesuai dengan sekolah menengah kejuruan, 2) Ketidaksiapan sekolah dalam merencanakan kurikulum, guru, pelaralatan, waktu dan dana yang tersedia, 3) Kurang tersosialisasikannya program PSG pada pemerintah daerah dan masyarakat. Badan Litbang Depdikbud (Kompas, 20 Nopember 1995) dalam penelitiannya juga mengidentifikasi sejumlah hambatan yaitu: 1) Tidak seragamnya kualitas siswa sehingga sering menjadikan menggali kurang potensi perusahaan maksimal nilai tak siswa tambah, dapat dan 2)

membuat pekerjaan yang dihadapi siswa memberikan Keterbatasan jumlah Sumber Daya Manusia di perusahaan dalam memantau jumlah siswa, sehingga penilaiannya menjadi kurang akurat, 3) Muatan kurikulum SMK yang cenderung sarat dengan berbagai materi yang dianggap bagus dan penting berdasarkan pertimbangan disiplin keilmuan akan tetapi tak jelas kaitannya dengan pembentukan keahlian yang harus dikuasai siswa, 4) Sistem pembelajaran yang terjadi masih sangat berorientasi kepada pemenuhan tuntutan formal program kurikulum sekolah, 5) Orientasi program Pendidikan Sistem Ganda (PSG) lebih berat pada perusahaan Namun mempunyai Pertanyaan besar apakah dibanding semua yang pada perusahaan kecil dan menengah. sekolah sama? perlunya Sekolah 2 di kecenderungan diatas

siswa, 2) Sekolah harus dapat mempersiapkan siswa untuk memperoleh ketrampilan yang sesuai dengan bidang yang ditekuni, 3) Visi dan misi program PSG dalam pelaksanaannya masih sangat bervariasi, termasuk didalamnya persepsi dari para guru, instruktur dan kepala sekolahnya. Erwin mengidentifikasi Kurniadi empat (1995) kendala berhasil utama

pelaksanaan PSG antara lain: 1) Umumnya peserta belum mempunyai kemampuan dasar yang memadai, 2) Mentalitas peserta masih belum siap untuk memasuki dunia kerja, khususnya dalam hal budaya kerja dan disiplin kerja, 3) Terlalu banyaknya tenaga dan pikiran yang dikeluarkan untuk memahami padatnya modul yang disediakan oleh sekolah, 4) Sarana yang disediakan pihak sekolah belum mampu mengikuti perkembangan IPTEK di dunia usaha. Jaringan Penelitian Depdikbud Jawa tengah tahun 1995, menemukan beberapa permasalahan dalam pelaksanaan program PSG antara lain adalah: 1) Ketidaksiapan instansi atau perusahaan yang menjadi partner

mendorong dilakukan di SMK

dilakukan evaluasi atas pelaksanaan PSG tersebut. Penelitian Tehnik Menengah/ Negeri

Kabupaten Klaten, karena dianggap berhasil di

merupakan salah Klaten,

satu Sekolah Menengah Kejuruan negeri yang Kabupaten

216

NURHARJADMO Evaluasi Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah Kejuruan

sehingga sering dijadikan barometer bagi sekolah kejuruan yang lainnya. Untuk itu maka evaluasi dilakukan.

Process evaluations, 3) Impact evaluations, 4) Efficiency evaluations, Menurut Ripley (Riyanto, 1997: 35), evaluasi implementasi untuk kebijakan melakukan adalah evaluasi pada evaluasi yang dirumuskan sebagai berikut : 1. Ditujukan terhadap proses 2. Dilaksanakan dengan menambah perspektif apa yang terjadi selain kepatuhan 3. Dilakukan untuk mengevaluasi dampak jangka pendek. Mengenai konsep sendiri, carry Presman out, dan implementasi (dalam produce, Wildavsky fulfill,

RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pelaksanaan program Pendidikan Sistem Ganda (PSG) khususnya di SMK Negeri II Kabupaten Klaten ? 2. Hambatan apa yang ditemukan dalam pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di SMK Negeri II Klaten ?

Wahab (2002: 60) mengartikannya, sebagai to accomplish, complete. Sedangkan Van Horn dan Van Meter (1975: 447) mengartikan sebagai Those action by public an private individual (or groups) that are directed at the achiefment of objectives set fort in prior policy decisions. Dalam proses kebijakan publik, implementasi kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan Udoji (dalam Abdul Wahab, 1991: 45). Implementasi kebijakan merupakan jembatan yang menghubungkan formulasi kebijakan dengan hasil (outcome) kebijakan yang diharapkan. Menurut Anderson (1979: 68), ada 4 aspek yang perlu dikaji dalam implementasi kebijakan yaitu: 1) siapa yang mengimplementasikan, 2) hakekat dari proses administrasi, 3) kepatuhan, dan 4) dampak dari pelaksanaan kebijakan. Sementara itu menurut Ripley & Franklin(1986,54) ada dua hal yang menjadi fokus perhatian dalam implementasi, yaitu compliance (kepatuhan) dan Whats happening ? (Apa yang terjadi ). Kepatuhan menunjuk pada apakah para implementor patuh terhadap prosedur atau standard aturan

LANDASAN TEORI
Evaluasi Implementasi kebijakan Evaluasi kebijakan pada dasarnya adalah suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan membuahkan hasil yaitu dengan membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan tujuan atau target kebijakan yang ditentukan (Darwin, 1994: 34). Evaluasi merupakan penilaian terhadap suatu persoalan yang umumnya menunjuk baik buruknya persoalan tersebut. Dalam kaitannya dengan suatu program biasanya evaluasi dilakukan dalam rangka mengukur efek suatu program dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. (Hanafi & Guntur, 1984: 16). Evaluasi kebijakan dilakukan untuk mengetahui 4 aspek yaitu: 1) Proses pembuatan kebijakan, 2) Proses implementasi kebijakan, 3) Konsekuensi kebijakan, 4) Efektivitas dampak kebijakan (Wibowo, 1994: 9). Sementara itu Pall (1987: 52) membagi evaluasi kebijakan kedalam empat kategori, yaitu: 1) Planning and need evaluations, 2)

217

Spirit Publik Vol. 4, No. 2, Oktober 2008 Hal. 215 228

yang

telah

ditetapkan. happening

Sementara

untuk Meter

Sementara itu (1975: 447), merumuskan

Van Horn dan Van dengan modelnya yang faktor

whats

mempertanyakan

bagaimana proses implementasi itu dilakukan, hambatan apa yang muncul, apa yang berhasil dicapai, mengapa dan sebagainya. Guna implementasi, implementasi, melihat dikenal antara lain keberhasilan beberapa model model yang

sejumlah

mempengaruhi kinerja kebijakan adalah; 1) standar dan sasaran tertentu yang harus dicapai oleh para pelaksana kebijakan, 2) tersedianya sumber daya, baik yang berupa dana, tehnologi, sarana maupun prasarana lainnya, 3) komunikasi antara organisasi yang baik ,4) karakteristik birokrasi pelaksana, 5) kondisi sosial, ekonomi, dan politik Sementara (content) itu menurut dan Grindle konteks (1980), implementasi ditentukan oleh isi kebijakan implementasinya. Dalam hal ini, Isi kebijakan mencakup: 1) Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan, 2) Jenis manfaat yang akan dihasilkan, 3) Derajat perubahan yang diinginkan, 4) Kedudukan pembuat kebijakan, 5) Siapa pelaksana program, 6) Sumber daya yang dikerahkan. Sementara itu Konteks kebijakan meliputi: 1)Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor lembaga yang dan terlibat, penguasa, 2) 3) Karakteristik

dikembangkan Mazmanian dan Sabatier yang menyatakan bahwa Implementasi kebijakan merupakan fungsi dari tiga variabel, yaitu 1) Karakteristik masalah, 2) Struktur manajemen program yang tercermin dalam berbagai macam peraturan yang mengoperasionalkan kebijakan, 3) Faktor-faktor masalah di luar peraturan.(Wibowo dkk, 1994: 25) Karakterisitik berkaitan dengan mudah tidaknya masalah yang akan digarap dikendalikan. Semakin mudah suatu masalah digarap dan dikendalikan maka akan diharapkan dengan mudah tercapai efektivitas dalam implementasinya. Struktur manajemen program tercermin dalam kemampuan keputusan kebijakan untuk menstrukturkan secara tepat proses implementasinya. Sementara itu sejumlah variabel diluar peraturan yang mempengaruhi proses implementasi, antara lain: 1) Kondisi sosial, ekonomi dan teknologi, 2) Dukungan publik, 3) Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok-kelompok, 4) Dukungan dari pejabat atasan, 5) Komitmen dan kemampuan kepemimpinan pejabat-pejabat pelaksana. Pemikiran Sabatier dan Mazmanian ini menganggap bahwa suatu Implementasi akan efektif apabila birokrasi pelaksananya mematuhi apa yang telah digariskan oleh peraturan (petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis). Oleh karena itu model ini disebut top down.

Kepatuhan serta daya tanggap pelaksana. Dalam penelitian ini tidak mencoba mengidentifikasi mempengaruhi faktor-faktor keberhasilan yang implementasi

akan tetapi lebih mengacu bagaimana proses itu berlangsung, apakah telah sesuai dengan aturan pelaksanaannya, hasil apa yang telah diperoleh selama proses implementasi, bagaimana sikap pelaksananya, bagaimana sejumlah sumber digunakan untuk proses implementasi. implementasi Dengan demikian evaluasi dititikberatkan pada evalusi

kinerja proses implementasi kebijakannya. Konsep yang dipilih adalah dari Ripley (1985).

218

NURHARJADMO Evaluasi Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah Kejuruan

Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda Kebijakan pendidikan sistem ganda dikembangkan berdasarkan konsep dual system di Jerman, yaitu suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan program kegiatan keahlian keahlian pendidikan di profesional sekolah yang dan memadukan secara sitematik dan sinkron penguasaan keahlian yang diperoleh melalui bekerja langsung di dunia kerja, profesional tertentu. Tujuan dengan tujuan untuk mencapai suatu tingkat penyelenggaran Pendidikan Sistem Ganda adalah: 1) menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional, 2) Memperkokoh link and match antara sekolah dengan dunia usaha, 3) Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja, 4) Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan. Dalam pelaksanaan PSG pada sekolah menengah kejuruan, isi pendidikan dan pelatihan meliputi : a. Komponen pendidikan umum (normatif), meliputi : Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan, Agama, Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Sejarah Nasional dan Sejarah Umum. b. Komponen pendidikan dasar meliputi : Matematika, Bahasa Inggris, Biologi, Fisika dan Kimia. c. Komponen suatu kejuruan, studi yaitu tertentu meliputi untuk pelajaran teori-teori kejuruan dalam lingkup program membekali pengetahuan tentang tehnis dasar keahlian.

d. Komponen Praktek Dasar Profesi, berupa latihan kerja untuk menguasai teknik bekerja secara benar sesuai tuntutan profesi. e. Komponen Praktik Keahlian profesi yaitu berupa kegiatan bekerja secara terprogram dalam situasi sebenarnya uanutk mencapai tingkat keahlian dan sikap profesional. Untuk pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam pendidikan system ganda ini ada beberapa prinsip dasar yaitu : a. Ada keterkaitan antara apa yang dilakukan di sekolah dan apa yang dilakukan di institusi pasangan sebagai suatu rangkaian yang utuh b. Praktek keahlian di institusi pasangan merupakan proses belajar yang utuh, bermakna dan sarat nilai untuk mencapai kompetesi lulusan. c. Ada kesinambungan proses belajar dengan waktu yang sesuai dalam mencapai tingkat kompetensi yang dibutuhkan. d. Berorientasi pada proses disamping berorientasi kepada produk dalam mencapai kompetensi lulusan secara optimal.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian yang didesain dalam bentuk penelitian evaluasi implementasi. Program PSG dimana hasilnya akan diuraikan dalam bentuk deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan di SMK Negeri II Klaten. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa SMK Negeri II Klaten merupakan sekolah kejuruan negeri yang paling dianggap berhasil oleh sebagaian besar masyarakat.. Data primer dikumpulkan dari informan/ narasumber yang ada baik di Dinas Pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Klaten (SUBDIN DIKMENJUR), di SMK Negeri II

219

Spirit Publik Vol. 4, No. 2, Oktober 2008 Hal. 215 228

seperti kepala Sekolah, Dewan Guru, Komite sekolah, siawa dan juga pada pihak perusahaan/ industri sebagai partner kerjanya. Sementara itu data sekunder diperoleh dengan melihat arsip, dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan PSG , keadaan sekolah dan sebagainya. Pengumpulan data dilakukan melalui Wawancara Data dengan mendalam, metode Pengamatan/ deskriptif observasi. Dan Studi Dokumentasi.Analisis analisis kualitatif, peneliti menggunakan model analisis interaktif dari Miles & Huberman (1988). Selanjutnya untuk menguji keabsahan data yang diperoleh, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber guna menguji keabsahan datanya.

Institusi pasangannya. Program PSG

ini

meliputi teori kejuruan, praktek dasar dan praktek kerja industri. Untuk teori kejuruan dan praktek dasar dilakukan di Sekolah, sedangkan untuk praktek kerja industri diselenggarakan di Institusi pasangannya. Untuk pelaksanaannya ditentukan bahwa siswa pada selama tahun tiga keempat tahun maka pertama siswa memperoleh pendidian di sekolah dan baru memperoleh pendidikan dan latihan di institusi pasangannnya. Dalam hal pelaksanaannya, berbagai tahapan dilakukan oleh pihak sekolah, antara lain adalah: a. Penyusunan POKJA PSG Penyusunan POKJA PSG di bawah koordinasi Wakil Kepala sekolah bidang

HASIL PENELITIAN
1. Implementasi Program Pendidikan Sistem Ganda Program Pendidikan Sistem Ganda (PSG) Menteri tentang di SMK Negeri dan 2 Klaten dilaksanakan mengacu pada Keputusan Pendidikan Kebudayaan Pendidikan Republik Indonesia nomor 323/U/1997 Penyelenggaraan Sistem Ganda Pada Sekolah Menengah Kejuruan. Adapun pelaksanaannya dimulai pada tahun ajaran 1998/1999. Program merupakan PSG program pada dasarnya yang pendidikan

Unit Produksi dan Humas Industri (UPHI). Dalam rangka pembentukan POKJA telah berhasil dibentuk 3 buah Pokja yaitu : 1. Pokja PSG 2. Pokja BKK Humas Industri 3. Pokja Unit Produksi Pokja PSG, yaitu Pokja yang memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan PSG. Pokja ini yang paling bertanggung jawab atas keberhasilan pelaksanaan program PSG. Pokja ini berkewajiban melakukan sosialisasi menentukan tentang institusi program pasangan PSG, hingga

mengirimkan siswa untuk praktek kerja industri. Pokja ini bersama dengan Pokja BKK Humas Industri mempersiapkan guna menjalin berbagai usaha. Program PSG yang berupa praktek kerja industri dimulai pada semester pertama di kelas IV. Untuk itu pada semester I kelas III instrumen

dilakukan di dua tempat yaitu di sekolah khususnya untuk penguasaan teori dan di tempat-tempat usaha/ industri terutama sebagai institusi pasangan untuk keperluan praktek kerja siswa. Di dua tempat tersebut diberikan penilaian baik oleh guru maupun instruktur yang mengajar praktek di

kerjasama dengan institusi pasangan/ dunia

220

NURHARJADMO Evaluasi Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah Kejuruan

pihak

Pokja

PSG

telah para

melakukan siswa dan institusi

dan Institusi Pasangan menyusun dan menyepakati program kerjasama penyelenggaraan PSG yang dituangkan dalam suatu perjanjian. Dalam perjanjian tersebut diatur kegiatan, waktu, peserta , instruktur, pembiayaan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak kerjasama yang dilakukan oleh pihak SMK Negeri 2 ditandatangani oleh Kepala sekolah dan pimpinan Institusi pasangan yang dipilih. Dalam hal ini biasanya waktu kontraknya bervariasi, mulai dari 1 tahun hingga 5 tahun. Dalam rangka melaksanakan PSG SMK Negeri 2 Klaten telah menjalin kerjasama dengan beberapa institusi baik yang lokal, regional maupun nasional, dengan jenis usaha yang berbeda-beda. Selengkapnya lihat tabel berikut :

sosialisasi melakukan

kepada hubungan

dengan

pasangan yang akan diajak bekerjasama. Disamping melakukan sosialisasi kepada para siswa pihak POKJA juga menjalin koordinasi dan kerjasama dengan institusi pasangan yang dipilihnya. Hal ini disebabkan karena institusi pasangan yang dipilih biasanya berubah-ubah dari tahun ke tahun sesuai dengan kebutuhan. Sesudah semua itu dilakukan maka kontrak kerjasama dilakukan. b. Kontrak kerjasama dengan institusi pasangan Dalam pasal 11 Keputusan Mendiknas nomor 323/U/1997 dinyatakan bahwa SMK dengan dunia usaha bisa

Tabel 1. Institusi Pasangan SMKN 2 Klaten dalam rangka PSG No. Jenis Perusahaan Nama-nama Perusahaan
1. Berskala lokal 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Industri Cor Logam Batur Ceper Persh. Mebel/ Furniture Bengkel Otomotif DKP/ DPU Klaten Gapensi Klaten PLN KLaten Biro Teknik Listrik Perawatan Kelistrikan Reparasi Elektronika KJUB Puspetasari Klaten PT Dirgantara Angkasa Pura II Yogyakarta PT Indomobil, Mazada, Mitsubishi PT KAI Daop 11 Yogyakarta PT Museum Yogya Kembali CV Manggala Jati Klaten Perusda Cor Logam Batur PT KHS Kubota Yogyakarta PT SGM Yogyakarta PT Astra Internasional PT Nasmoco PT Baja Kurnia PT Showa Mfg PT Chemcoi PT Kayaba PT Daihatsu Indonesia PT Yoshu PT Trisinar PT CNW PT Sami Semarang

2.

Berskala Regional

3.

Berskala nasional

221

Spirit Publik Vol. 4, No. 2, Oktober 2008 Hal. 215 228

14. PT Nissan 15. PT Isuzu Motor Jakarta

Sumber; Profil SMK N 2 Klaten tahun 2006 c. Penyelenggaraan Industri Penyelenggaraan Praktek Kerja Indusri (Prakerin) merupakan wujud nyata dari pelaksanaan program PSG. Prakerin ini dilakukan bagi siswa tingkat IV (kelas IV) yang telah menyelesaikan ujian sekolah maupun ujian nasional. Program ini merupakan program diklat sekolah kejuruan dan wajib dilaksanakan siswa. Prakerin yang dilakukan mempunyai sejumlah manfaat diantaranya siswa dapat lebih terampil, mampu berkompetensi di dunia kerja dan dunia industri serta mampu mengembangkan potensi diri. Prakerin yang dilakukan di SMK negeri 2 Klaten selama dilakukan dalam 2 bentuk, yaitu 12 bulan. pada Adapun Pokja prosedur dari untuk prakerin selama 6 bulan atau magang pelaksanaan pendaftaran mendapatkan Prakerin dimulai PSG Praktek Kerja 5. Wajib mengenakan identitas sekolah selama di Dunia Usaha/ Industri dan diasuransikan 6. Mengisi buku jurnal kegiatan harian sesuai yang dilakukan di Dunia usaha/ industri 7. Melaporkan kepada Kepala sekolah jika pindah tempat prakerin Dalam rangka Prakerin ada beberapa tahap kegiatan yaitu: I) Tahap Persiapan, yang meliputi beberapa kegiatan, yaitu: a) Persiapan Perangkat administrasi prakerin, meliputi : buku jurnal siswa prakerin, buku saku/ petunjuk siswa prakerin, buku surat jurnal untuk pembimbing, pengantar permohonan siswa ke

prakerin ke institusi pasangan, surat pengiriman industri, blangko surat keterangan prakerin , dan blangko monitoring. b) Pemetaan Prakerin Pemetaan kegiatan memperoleh prakerin yang kejelasan merupakan untuk tentang dilakukan

permohonan

prakerin.

Selanjutnya siswa perlu untuk mengikuti pembimbingan prakerin. Selama Prakerin tersebut menurut Ketua Pokja PSG ada sejumlah dilaksanakan adalah: 1. Menjunjung tinggi nama baik almamater 2. Melaporkan 3. Memenuhi keuangan sekolah 4. Mentaati peraturan yang berlaku di Dunia Usaha atau dunia Industri keberadaannya kewajiban setiap kepada sekolah setiap bulannya administrasi kepada bulannya kewajiban oleh yang harus siswa, diantaranya

berbagai hal, diantaranya adalah kejelasan pihak yang terlibat serta jadwal kegaiatn prakerin.. Pemetaan ini dilakukan oleh POKJA PSG dengan berkoordinasi dengan POKJA yang lain. c) Pembekalan Prakerin Sebelum siswa diterjunkan untuk melakukan praktek kerja industri maka kepada para siswa perlu diberikan Klaten pembekalan. pembekalan Menurut tersebut

Kepala Sekolah SMK Negeri 2

222

NURHARJADMO Evaluasi Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah Kejuruan

dilakukan untuk pembenahan mental dan etos kerja siswa. Adapun materi pembe-kalannya adalah 1) Orientasi dunia usaha atau industri, 2) Tugas dan kewajiban siswa prakerin di dunia usaha/ industri, 3) Petunjuk pengisian buku-buku prakerin seperti jurnal prakerin, pembuatan laporan dan sebagainya, 4). Pembenahan sikap siswa selama di dunia Usaha/ Industri, dan 5) Latihan kesamaptaan. Adapun petugas yang memberikan pembekalan terdiri atas guru sekolah dan instruktur dari institusi pasangan, TNI dan sekolah. d) Pembentukan pembimbing Prakerin Pembimbing ini bertugas membimbing siswa pakerin mulai saat penerjunan, monitoring, penarikan sampai pengujian hasil prakerin. Di SMK negeri 2 Klaten, biasanya untuk satu institusi pasangan terdiri atas 5 sampai 6 siswa dibimbing oleh satu orang pembimbing dari sekolah. Para pembimbing diwajibkan untuk melakukan pembinaan pengawasan pada siswa dan yang POLRI, serta Majelis

II) Tahap Pelaksanaan a) Penerjunan siswa prakerin Pelaksanaan prakerin dimulai dengan penerjunan siswa ke institusi pasangan. Kegiatan penerjunan siswa untuk prakerin biasanya dilakukan pada awal tahun ajaran baru. Proses penerjunan ini dilakukan secara formal di sekolah, dan dilepas oleh kepala sekolah untuk selanjutnya pasangannya. b) Monitoring dan evaluasi awal siswa prakerin oleh pembimbing Setelah diterjunkan maka pada para siswa peserta prakerin akan dimonitor oleh pembimbing. selama Kegiatan prakerin ini dan dilakukan oleh masing-masing pembimbing diserahkan pada institusi

dilakukan oleh pembimbing. Menurut Ketua Pokja PSG kegiatan monitoring oleh pembimbing di SMK Negeri 2 Klaten dilakukan selama 3 kali dalam enam bulan. Dalam kaitan dengan proses pembimbingan oleh guru pembimbing, hampir semua guru pembimbing yang ditunjuk kegiatan oleh siswa sekolah proses dan telah melaksanakan monitoring melakukan

dibimbingnya agar salama prakerin dapat melakukan kewajiban seperti yang diharapkan. Dari kenyataan diatas nampak bahwa pelaksanaan program PSG khususnya dalam tahap persiapan sudah sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Pemerintah yaitu sesuai dengan keputusan Mendiknas naomor 323/u/1997.

pembimbingan dengan serius. c) Penarikan siswa prakerin Proses penarikan siswa prakerin dilakukan sesuai dengan jadwal waktu yang ditentukan. Ada yang enam bulan ada yang satu tahun. Untuk yang enam bulan biasanya dilakukan pada bulan desember, sedangkan untuk yang satu tahun biasanya dilakukan pada bulan juni.

223

Spirit Publik Vol. 4, No. 2, Oktober 2008 Hal. 215 228

III)

Tahap

Evaluasi

Praktek

kerja

dilaksanakan pada akhir semester 8. Di SMK Negeri 2 Klaten, pelaksanaan tugas akhir dibagi menjadi 2 yaitu : i. Tugas akhir yang dilaksanakan di sekolah, yaitu membuat dengan bimbingan ditunjuk, laporan. ii. Tugas akhir yang dilaksanakan di Industri, diserahkan yang pelaksanaannya institusi kepada melakukan proposal guru yang pekerjaan

Industri a) Uji kompetensi prakerin Bagi siswa yang mengambil waktu prakerin 6 bulan setelah selesai harus segera melapor ke sekolah, pada guru pembimbing, serta ketua program studi masing-masing. tersebut penajaman masuk Selanjutnya untuk siswa sekaligus mengikuti

praktek, hingga sampai penyusunan

kompetensi

persiapan melaksanakan tugas akhir yang akan dilaksanakan di sekolah. Evaluasi pelaksanaan praktek kerja industri dimulai dengan melakukan uji prakerin di sekolah oleh pembimbing prakerin bagi siswa. Dalam rangka melakukan uji kompetensi ini semua siswa yang uji yang mengikuti satu persatu prakerin untuk dilakukan prakerin

pasangannya masing-masing dengan standar penilain industri. Hasilnya dikirim ke sekolah dalam bentuk bukti fisik nilai dari instruktur b) Lokakarya hasil prakerin Selain evaluasi per siswa proses evaluasi atas kegiatan prakerin juga dilakukan secara komprehensip oleh sekolah dalam bentuk tersebut lokakarya.. pada Hasil lokakarya dirumuskan akhirnya

mendapatkan hasil akhir tentang hasil dilakukan. Menurut Ketua Pokja PSG selama ini hasil uji kompetensi menunjukkan bahwa semua siswa Sebagai dengan cenderung bukti berhasil, fisik terutama dari laporan dalam hal ketrampilan bekerjanya. akhir pelaksanaan prakerin bagi siswa adalah dikumpulkannya kegiatan yang berupa tugas akhir selama prakerin oleh siswa. Hal itu diperlukan untuk sekolah. Tugas akhir adalah produktif bentuk yang tugas bersifat dan
T.Bang Elektr 4 8

untuk menjadi dokumen guna perbaikan pada pelaksanaan prakerin pada periode berikutnya. Salah satu indikator untuk prakerin jumlah adalah lulusan yang dapat digunakan melalui mengukur dengan yang

keberhasilan pelaksanaan program PSG diketahuinya

persyaratan

kelulusan

dari

terserap dipasaran kerja. Di SMK Negeri 2 Klaten, untuk lulusan tahun 2006 dari sejumlah 336 lulusan sebanyak 159 orang atau sekitar 47% terserap di berbagai perusahaan. Data selengkapnya dapat dilihat sebagai berikut:
Listrik 4 3 Mesin 3 Logam 1 2 Otomot 8 Jmlh 20 5 8

kompetensi keahlian
No. 1. 2. 3.

komprehensif sesuai dengan program masing-masing


Kota Bekasi Jakarta Jakarta

Tabel 2. Data Lulusan Tahun 2006 yang Terserap di Industri


Nama Perusahaan PT Unilever Ind Kayaba Ind PT Pemb

224

NURHARJADMO Evaluasi Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah Kejuruan

4. 5. 6. 7. 8 9. 10. 11. 12 13. 14 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21 22. 23. 24 25. 26. 27 28. 29. 30 31 32 33

Perumahan PT Tinindo Internusa CV Karya Hidup Sts PT Showa Ind. Mfg PT Harisma Buana PT Angkasa P New Ratna Motor PT Triangle Motorindo Binzar Computer RSC Computer PT Gajah Tunggal PT Intan Pariwara PT Itokoh Ceperindo PT Tiga Marabunta PT SMART PT AA One Press Rela Slow Computer PT Ornastel PT Alfa Sumber Magang Prop Computer UDSumber Manis CVKusuma Baja PT Nasmoco PT AISIN Logam Kusuma CV Mang-gala PT CNC Batur Jaya PTSarimas Nasmoco

Pangkal Pinang Yogya Bekasi Yogya Yogya Semarang Semarang Semarang Semarang Jakarta Klaten Klaten Klaten Kalimantan P Bintan Yogya Malaysia Malaysia Jepang Semarang Klaten Klaten Solo Jakarta Klaten Klaten Jakarta Klaten Jakarta Semarang

6 1 3 2 2 1 1 3 11

1 1

10 6 27 2 2 6 1 1 4 1

6 1 1 4 1 3 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 3 1 2 3 2 2 2 2 3 1 3 2 1 4 5 4 1 3 2 1 1

3 2 1 6 3 2 1 2 6 1 1 3 4 12 1 2 10 2 2 1

Jumlah 13 Persentase 22 Sumber : BKK SMKN 2 Klaten tahun 2006. Dari semua yang dipaparkan diatas nampak bahwa proses pelaksanaan program PSG di SMK Negeri 2 dilakukan sesuai dengan ketentuan pelaksanaan yang tertuang dalam Keputusan tentang Sistem Ganda Kejuruan. Mendiknas pada nomor Sekolah prakerin 323/U/1997 Pendidikan Menengah Penyelenggaraan Kegiatan

30 44

19 28

35 97

22 65

39 56

159 47

dilakukan setelah siswa dinyatakan lulus secara tertulis, yaitu ketika siswa telah berada di kelas IV. Proses yang dilakukan meliputi beberapa tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan hingga tahap evaluasi. Kepatuhan pelaksana dan terserapnya hampir separo dari siswa pada pasar kerja menunjukkan adanya keseriusan siswa dan komponen sekolah dalam

225

Spirit Publik Vol. 4, No. 2, Oktober 2008 Hal. 215 228

melaksanakan prakerin. Dan itu merupakan bukti keberhasilan yang sekolah dalam melaksanakan program PSGnya. 2. Faktor 2 Klaten Keberhasilan pelaksanaan SMK Negeri 2 Klaten PSG di saja tentu mempengaruhi Implementasi Kebijakan PSG di SMKN

di dunia industri yang sesungguhnya. Namun dengan pemberian bekal yang mendasar siswa tidak mengalami kesulitan dalam menyesuaikannya. Dari aspek sumber dana, keterbatasan dana yang dimiliki sekolah memaksa sekolah menarik dana ke siswa dalam rangka mengikuti praktek kerja industri. Hal ini tentu dapat menjadi faktor penghambat, terutama bagi siswa yang datang dari keluarga tak mampu. Dari pesrpektif Komunikasi, baik komunikasi vertical maupun komunikasi

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor tersebut bisa berfungsi sebagai faktor pendorong adalah atau faktor penghambat. Beberapa faktor yang diidentifikasi tersebut sumber daya yang digunakan, komunikasi yang dibangun dan sikap pelaksana. Dari sisi Sumber daya, Pelaksanaan PSG di SMK Negeri 2 Klaten dapat berhasil karena melibatkan berbagai sumber baik sumber daya manusia maupun dana yang digunakan. Guna pelaksanaan program PSG di SMK Negeri 2 Klaten telah memanfaatkan keseluruhan sumber daya manusia yang ada, yaitu para guruguru yang mengajar di SMK Negeri 2 khususnya bagi guru-guru tetap. Disamping itu untuk penentuan institusi pasangannya pun dilakukan seleksi melalui survey yang cukup ketat, dengan harapan diperolehnya instruktur yang berkeahlian dan mempunyai kemampuan mendidik yang baik. Tidak ada keluhan yang berarti dari para siswa sehubungan dengan keahlian dan kecakapan para instruktur. Disamping sumber daya manusia, berbagai fasilitas yang digunakan pun cukup maju. Peralatan yang ada dan dimiliki oleh sekolah dan peralatan di dunia industri dapat saling melengkapi. Memang diakui bahwa peralatan di sekolah lebih sederhana, dan kurang canggih jika dibandingkan dengan

horizontal terjalin dengan baik. Komunikasi yang dijallin antara pihak sekolah dengan siswa dapat terlaksana dengan baik. Berbagai informasi yang telah diberikan oleh para guru dan instruktur mulai dari sosialisasi program PSG, kurikulum PSG dan berbagai aturan tentang PSG telah mampu menumbuhkan pemahaman siswa tentang PSG tersebut.Siswa menjadi paham akan manfaat dari PSG. Untuk komunikasi secara horizontal yang dilakukan antar siswa semuanya berjalan seperti yang diharapkan. Sedangkan komunikasi secara horizontal antara sekolah dengan instruktur telah dilaksanakan sejak dilakukan perjanjian kerjasama, pembekalan hingga pada saat pembimbingan dan pemberian nilai prakerin. Tidak ada PSG hambatan berjalan komunikasi baik secara vertical maupun horizontal Pelaksanaan seperti yang diharapkan. Dari sisi sikap pelaksana dan sasaran program, para pelaksana baik komponen sekolah maupun institusi pasangan telah melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya dengan baik. Komitmen

mereka pada kerberhasilan program PSG

226

NURHARJADMO Evaluasi Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah Kejuruan

menjadi sangat tinggi. Dengan demikian proses prakerin dapat menjadi wahana bagi siswa secara senyatanya dalam meningkatkan ketrampilannya. Komitmen yang tinggi ditunjukkan oleh segenap komponen sekolah mulai dari persiapan, pembekalan hingga pembimbingannya. Sementara itu untuk respon sasaran kebijakan yaitu para siswa juga cukup baik. Hampir keberatan semua siswa tak ada yang PSG. dengan pelaksanaan

sebagai sesuatu hal yang dilakukan secara santai saja, sehingga mereka sering tidak masuk, prakerin. membolos Mereka dan selama bahkan tidak masa memperhatikan pelaksanaan

menganggap

pendidikannya telah berakhir. Prakerin hanya untuk formalitas belaka. Ini tentu berdampak pada efektivitas dan efisiensi dari program tersebut.

KESIMPULAN
Dengan maka dapat mengacu dikatakan proses pada konsep sisi

Memang masih ditemukan siswa yang tak serius ketika melakukan prakerin akan tetapi menurut guru pembimbing jumlahnya sangat kecil dan tak ada 5%. Semua siswa nampak serius dalam melakukan prakerin guna mensukseskan program PSG di SMK Negeri 2 Klaten. 3. Hambatan dalam Pelaksanaan PSG di SMK N 2 Klaten Keterbatasan dana yang dimiliki pihak sekolah untuk melaksanakan program Prakerin menyebabkan pihak siswa harus membayar beaya tambahan. Dana tambahan yang dikeluarkan siswa tersebut dalam kenyataannya jumlahnya cukup besar mengingat waktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan dirasakan sebagai keluarga tak mampu. Hambatan lain yang dirasakan dalam rangka pelaksanaan program PSG adalah hambatan yang bersumber dari anak didik/ siswa. Kurangnya keseriusan dari mereka menyebabkan pelaksanaan Prakerin tidak bisa memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Meskipun jumlahnya kurang dari 5%, akan tetapi Masih ditemukan siswa yang menganggap bahwa prakerin itu prakerin. Hal ini factor penghambat implementasi dari Ripley dan Franklin (1986) bahwa dari kepatuhan, pelaksanaan program

Pendidikan Sistem Ganda di SMK Negeri 2 Klaten telah dilaksanakan sesuai dengan standar aturan yang ada yaitu Petunjuk teknis dan Petunjuk Pelaksanaannya. Tidak adanya keluhan yang muncul baik dari pihak sekolah, institusi pasangan maupun dari sasaran kebijakan menunjukkan bahwa semua proses pelaksanaan dapat berlangsung dengan baik. Dari sisi kepatuhan, para pelaksana yaitu pihak sekolah telah melakukan berbagai tahapan kegiatan mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan hingga evaluasi dan telah dilaksanakannya dengan baik. Sejak masuk ke sekolah para siswa telah diberikan informasi tentang kurikulum sekolah dengan pola pendidikan sistem ganda dengan waktu studi selama 4 tahun. Dari segi keberlangsungan proses pelaksanaan dapat dikatakan bahwa keseluruhan rencana kegiatan yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam kaitan dengan pelaksanaan PSG dapat terealisir dengan baik, dan output yang dihasilkan pun juga cukup baik.

terutama bagi siswa yang datang dari

227

Spirit Publik Vol. 4, No. 2, Oktober 2008 Hal. 215 228

Dari sisi sikap pelaksana, pemahaman program yang baik membawa dampak pada sikap yang diambil oleh pelaksana kebijakan. Pihak sekolah beserta institusi pasangan telah menunjukkan komitmen yang tinggi untuk keberhasilan pelaksanaan PSG. Perjanjian kerjasama yang dilakukan antara sekolah dan institusi pasangan telah mampu menjadikan proses pelaksanaan Praktek Kerja Industri yang merupakan perwujudan pelaksanaan PSG berjalan seperti yang diharapkan. Sementara itu respon sasaran dan pelaksana kebijakan juga sangat baik. Hampir semua guru yang dilibatkan, baik dalam rangka kegiatan praktek di sekolah maupun sebagai pembimbing secara serius telah melakukan aktivitasnya dengan baik. Hanya saja untuk siswa memang ada beberapa siswa yang kurang serius dalam pelaksanaan praktek kerja industri di dunia usaha/ industri. Komunikasi mampu menjadikan yang dilakukan baik komunikasi secara vertikal dan harisontal telah pelaksanaan program berjalan seperti yang diharapkan. Komunikasi yang terjadi baik antara sekolah dengan institusi pasangan maupun dengan siswa telah menyebabkan pelaksanaan program seakanakan tak ada hambatan baik dalam yang melalui rangka berarti. proses kerja Intensivitas pembimbingan komunikasi

Sementara itu pemilihan instruktur yang cakap juga mempengaruhi keberhasilan implementasi program PSG. Persoalan yang dirasakan dalam kaitan dengan sumber daya adalah keterbatasan subsidi yang diberikan oleh sekolah, sehingga membebani siswa dalam pelaksanaan prakerin. Hal ini berdampak pada adanya gangguan dalam pelaksanaan praktek kerja industri, terutama bagi siswa dari kalangan tak mampu. Disamping itu masih adanya siswa yang kurang serius dalam memandang Prakerin telah menyebabkan pelaksanaan prakerin tidak bisa memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Meskipun jumlahnya kurang dari 5%, akan tetapi masih ditemukan siswa yang menganggap bahwa prakerin itu sebagai sesuatu hal yang dilakukan secara santai saja, sehingga mereka sering tidak masuk, membolos dan bahkan tidak memperhatikan selama pelaksanaan prakerin. Mereka menganggap masa pendidikannya telah berakhir. Prakerin hanya untuk formalitas belaka. Ini tentu berdampak pada efektivitas dan efisiensi dari program tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, James E. 1979, Public Policy Making, Holt Rinehart & Winston, New York. Grindle, Merilee S. 1980. Politics and Policy Implementation in The Third World. Princenton University Press. New Jersey. Matthew B Miles & A Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. UI Press. Jakarta. Meter Donald S Vanb and Carl E Van Horn. 1975.The Policy Implementation Process; A Conceptual Framework. Sage Publication. Beverly Hills. Pal, Leslie A. 1987. Pubic Policy Analysis an Introduction. University of Calgary. Patton C.V, and Swicki D. 1993. Basic Methods of Policy Analysis and Planning. Prentice Hall. New Jersey.

praktek pelajaran di sekolah maupun pada saat praktek kerja industri menunjukkan bahwa proses komunikasi dengan sasaran kebijakan dapat berjalan seperti yang diharapkan. Pihak sekolah telah menggunakan resources yang dimiliki secara optimal. Guruguru yang ada dan mempunyai latar belakang pendidikan tehnik dikerahkan untuk menjadi pembimbing baik dalam praktek di sekolah maupun sebagai pembimbing selama prakerin.

228

Anda mungkin juga menyukai