Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN (Ayoy) Dalam pendahuluan lo jelasin aja sistem informasi kesehatan dan gizi buruk serta pentingnya/manfaat

sistem informasi gizi buruk terhadap keberhasilan program puskesmas dan derajat kesehatan masyarakat. Jgn lupa dibuat footnotenya BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Rahmi) Harus memuat sistem informasi gizi buruk di tingkat desa dan puskesmas serta kalau bisa cari tinjauan pustaka yg slide ibunya itu. Jgn lupa dibuat footnotenya.

Sistem merupakan kumpulan elemen yang saling berkaitan yang bertanggung jawab memproses masukan (input) sehingga menghasilkan keluaran (output). Sistem juga diartikan suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berkaitan, berhubungan, saling ketergantungan dan saling mendukung dan secara keseluruhan bersatu dalam suatu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Sistem terbentuk dari bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling berhubungan dan mempengaruhi. Sedangkan informasi merupakan bahan yang dihasilkan dari pengolahan data. Informasi juga didefinisikan sebagai data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penggunanya. (:

http://eprints.undip.ac.id/16093/1/Abu_Khoiri.pdf ) Beberapa karakteristik informasi yang berkualitas ; Aksesibilitas Berkaitan dengan kemudahan mendapatkan informasi. Informasi akan lebih berarti bagi pengguna jika informasi tersebut mudah didapat, karena akan berkaitan dengan aktualitas dari nilai informasi.

Kelengkapan Tidak hanya terkait dengan volume informasi namun juga kesesuaian dengan harapan pengguna

Fleksibilitas Berkaitan dengan tingkat adaptasi dari informasi yang dihasilkan terhadap kebutuhan berbagai keputusan yang akan diambil dan terhadap sekelompok pengambil keputusan yang berbeda

Relevan Informasi yang disajikan sebaiknya terkait dengan keputusan yang akan diambil oleh pengguna atau pemahaman baru. Informasi yang hanya bernilai sementara dan selanjutnya tidak relevan lagi harus dihentikan pembuatannya.

Akurat Kecocokan antara informasi dengan kejadian-kejadian atau obyek yang diwakilinya. Syarat ini mengharuskan bahwa informasi harus bersih dari kesalahan dan kekeliruan.

Tepat waktu Informasi harus tersedia tepat pada waktunya. Informasi yang tidak tepat waktu akan menjadi informasi yang tidak berguna atau tidak dapat digunakan untuk mengambil keputusan

Kejelasan Kejelasan informasi sangat terkait dengan penyajian informasi. Penggunaan metode dengan tepat akan mempengaruhi kejelasan dalam penyampaian informasi.

Dapat dibandingkan Sebuah informasi yang memungkinkan seorang pemakai untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan antara dua obyek atau kejadian yang mirip. (: http://eprints.undip.ac.id/16093/1/Abu_Khoiri.pdf )

Sistem seluruh

informasi

kesehatan

merupakan

suatu

pengelolaan sistematis

informasi dalam

di

seluruh

tingkat

pemerintah pelayanan

secara

rangka

penyelengggaraan

kepada

masyarakat.

(http://www.scribd.com/doc/33048945/SISTEM-INFORMASI-KESEHATAN) Sistem informasi kesehatan juga didefinisikan sebagai integrated effort to collect, process, report and use health information and knowledge to influence policy making programme action and research yang merupakan suatu tatanan yang dengan proses pengalih bentukan data menjadi

informasi menghasilkan informasi kesehatan bagi keperluan pengambilan keputusan, sehingga dapat dilakukan berbagai bentuk rangkaian tindakan pembangunan kesehatan. SIK memiliki sejumlah unsur yang saling berkait dan terorganisasi, yang dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori: a. Proses informasi, yang terdiri atas unsur-unsur: Identifikasi kebutuhan informasi dan data Pengumpulan data dan pengiriman/pelaporan data Pengolahan data, analisis data, penyajian dan penggunaan data dan informasi b. Stuktur manajemen sistem informasi, yang terdiri atas unsur-unsur: Sumber daya informasi (sumber daya manusia, perangkat keras, perangkat lunak, dana) Perangkat pengaturan (struktur organisasi, standar, prosedur, dan lainlain) Terdapat 2 jenis pengumpulan data yaitu individual based dan community based. Individual based berasal dari kartu atau status rekam medis yang direkapitulasi. Hasil rekapitulasi ini dapat digunakan untuk kepentingan institusi dan juga untuk kepentingan masyarakat. community based berasal dari hasil surveillance atau studi yang dilakukan di masyarakat. Hasil hasil tersebut dapat digunakan untuk kepentingan masyarakat dan juga kepentingan individu. Pemanfaatan informasi yang berasal dari Puskesmas dapat berupa ; 1. Cakupan Program misalnya Cakupan KIA , Gizi, Cakupan Imunisasi dll 2. Gambaran kunjungan di Puskesmas 3. Gambaran 10 penyakit terbanyak berdasarkan umur dan jenis kelamin, penyakit menular dan penyakit tak menular (Communicable diseases, Non Communicable diseases) 4. Gambaran penyebab kematian berdasarkan umur, penyakit menular dan penyakit tak menular (Communicable diseases, Non Communicable diseases) 5. Gambaran penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi 6. Gambaran penggunaan obat di Puskesmas 7. Gambaran hubungan antara pola penyakit dan pola penggunaan obat Informasi kesehatan adalah hasil pengumpulan dan pengolahan data yang merupakan masukan bagi pengambilan keputusan di bidang kesehatan. Prinsip-prinsip penyelenggaraan informasi kesehatan adalah :

1. Mencakup seluruh data yang terkait dengan kesehatan, baik yang berasal dari sektor kesehatan ataupun dari berbagai sektor pembangunan lain 2. Mendukung proses pengambilan keputusan di berbagai jenjang adminsitrasi kesehatan 3. Disediakan sesuai dengan kebutuhan informasi untuk pengambilan keputusan 4. Disediakan harus akurat dan disajikan secara cepat dan tepat waktu dengan mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi 5. Pengelolaan informasi kesehatan harus dapat memadukan pengumpulan data melalui cara-cara rutin ( yaitu pencatatan dan pelaporan) dan cara-cara non rutin ( yaitu survey dll) 6. Akses terhadap informasi kesehatan harus memperhatikan aspek kerahasiaan yang berlaku di bidang kesehatan dan kedokteran. (http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/Rekam%20Medis%20dan%20SIK.PDF)

SIK Gizi Buruk di tingkat Desa (gizi.depkes.go.id/skpg/download/SKD-KLB-gibur.pd) Penanggung jawab SIK ditingkat Desa adalah Kepala Puskesmas. Namun, tetap yang melaksanakan kegiatan di tingkat desa adalah tenaga pelaksana gizi di tingkat Puskesmas, dan dibantu oleh pembina wilayah desa. Data yang diolah pada tingkat desa terkait gizi buruk meliputi : 1. Data Penimbangan a. Jenis Data i. Jumlah balita (S) yang ada di wilayah desa ii. Jumlah balita yang memiliki KMS (K) iii. Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan penimbangan iv. Jumlah balita Bawah Garis Merah (BGM) v. Jumlah balita yang tidak naik berat badannya (T) vi. Jumlah balita yang datang bulan ini, tetapi bulan lalu tidak datang (O) vii. Jumlah balita baru yang datang (B)

Sumber : http://eprints.undip.ac.id/16093/1/Abu_Khoiri.pdf b. Sumber Data Data diperoleh dari hasil pemantauan pertumbuhan balita setiap bulan di

posyandu desa tersebut.

c. Periode Waktu i. Setiap bulan dikumpulkan melalui posyandu ii. Setiap hari, untuk kasus BGM yang datang ke petugas kesehatan (bidan desa) dan ke pelayanan kesehatan di desa.

d. Pengolahan i. Dalam pengolahan perhitungan jumlah N dan D harus benar ii. Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah, misalnya S, K, D, N atau dalam bentuk proporsi, misalnya N/D, D/S, K/S, dan BGM/D untuk masing-masing posyandu.

iii. Menghitung jumlah posyandu yang ada dan posyandu yang melapor atau diambil datanya iv. Merekap data di masing-masing posyandu menjadi data SKDN di tingkat desa.

e. Analisis Data i. Dilakukan analisis sederhana dengan melihat kecendrungan pencapaian S, K, D, dan N atau proporsi N/D, D/S, K/S, dan BGM/D. ii. Analisis dapat pula dilakukan dengan melihat pencapaian tiap posyandu.

f. Penyajian Data Penyajian data dapat berupa tabel ataupun grafik.

g. Interpretasi data Tingkat Posyandu - Jika D=S, kesadaran masyarakat untuk menimbang anak balita baik, hal ini dapatdilihat dari kehadiran balita di posyandu - Jika K=S, semua anak di wilayah posyandu mempunyai KMS - Jika N=S tingkat kesehatan anak balita secara umum baik

h. Tindak Lanjut Tindakan yang dapat dilakukan untuk wilayah yang memiliki D/S atau N/D yang rendah misalnya dengan pelacakan ke lapangan untuk mengetahui penyebab langsung, sehingga dapat disusun upaya perbaikan kondisi tersebut.

2. Data Kasus Gizi Buruk a. Sumber data i. Hasil pemantauan pertumbuhan bulanan desa ii. Laporan aktif dari masyarakat dengan pengenalan tanda-tanda klinis gizi buruk (telah diverifikasi petugas)

iii. Data lain yang terkait (laporan KLB penyakit, laporan rawat jalan/rawat inap kasus gizi burukyang meninggal di puskesmas atau rumah sakit)

b. Pengumpulan data i. Periode waktu : setiap saat, bulanan ii. Pengelola laporan di tingkat desa adalah bidan di desa/petugas kesehatan lainnya sebagai pembina wilayah

c. Pengolahan data i. Pengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasus gizi buruk) ii. Data diolah dalam bentuk jumlah kasus baru dalam satu bulan

d. Analisis data i. Analisis data dilakukan secara sederhana untuk melihat perubahan jumlah kasus gizi buruk baru dalam satu periode waktu dan tempat. ii. Lakukan analisis hubungan terjadinya gizi buruk dengan faktor-faktor resiko yang berdampak pada keadaan gizi anak (misal : diare, campak dan lain-lain)

e. Penyajian data Hasil olahan data disajiakn dalambentuk tabel dan grafik

f. Interpretasi data - Pada contoh grafik 3 di atas terlihat bahwa jumlah kasus gizi buruk meningkat artinya memburuknya status kesehatan balita di suatu desa/kelurahan. Hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnya kejadian penyakit diare, ISPA, atau lainnya atau ada indikasi kerawanan pangan.

g. Tindak Lanjut Beberapa contoh tindakan yang dilakukan sebagai tindak lanjut interpretasi data: Pemberian imunisasi Melakukan operasi pasar Melakukan penyuluhan Melakukan PMT

SIK GIZI BURUK di Tingkat Puskesmas Puskesmas diharapkan melakukan kajian data yang berasal dari desa dan sarana pelyanan kesehatan yang berada di wilayah kerja puskesmas (pustu, BDD). Data yang diolah adalah data penimbangan (SKDN), data gizi buruk dan data penyakit (diare, campak, ISPA, dan lain-lain) 1. Data Penimbangan a. Jenis Data Rekap data SKDN dari desa (FII/Gizi) dan sarana pelayanan kesehatan yang berada di wilayah kerja Puskesmas

b. Periode waktu i. Untuk kasus BGM pada balita yang datang ke puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya serta pelayanan kesehatan di luar gedung puskesmas data dikumpulkan setiap hari ii. Untuk SKDN dan BGM di desa yang dikumpulkan setiap ulan melalui kegiatan pemantauan pertumbuhan

c. Pengolahan data Pengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan pengisian) dan kelengkapan data sesuai dengan jumlah desa/posyandu yang berada di wilayah puskesmas Dihitung dalam bentuk proporsi misalnya : N/D, D/S, K/S, dan BGM/D untuk masing-masing desa

d. Analisis data

Analisis data dilakukan untuk melihat kecendrungan pencapaian cakupan SKDN dan BGM dari bulan ke bulan, atau melihat pencapaian cakupan antar desa Analisis lanjut dilakukan dengan melihat pencapaian cakupan antar desa dan menghubungkannya dengan informasi yang berkaitan, misalnya menurunnya N/D dengan kejadian wabah diare, gagal panen, dll.

e. Penyajian data Tampilan dapat dalam bentuk tabel dan grafik (garis, balok, batang, pie,dll). Penyajian menggambarkan situasi wilayah dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, tahunan).

f. Interpretasi Data g. Pelaporan i. Pengelola laporan tingkat puskesmas adalah TPG, penanggung jawab SP3/SP2TP ii. Pelaporan dilakukan secara periodik dan tepat waktu.

2. Data Gizi Buruk a. Sumber data i. Hasil penimbangan bulanan posyandu ii. Rujukan posyandu ke puskesmas yang telah diverifikasi petugas iii. Laporan masyarakat (telah diverifikasi petugas) iv. Laporan media massa (telah diverifikasi petugas) v. Laporan gizi buruk (W1) vi. Laporan penderita rawat jalan rawat inap di puskesmas

b. Pengumpulan data i. Periode waktu : setiap saat, bulanan ii. Pengelola laporan di tingkat puskesmas adalah TPG dan penanggung jawab SP3 / SP2TP

iii. Formulir yang dibutuhkan untuk pengumpulan data, pengolahan data dan analisis, serta sarana pendukung lainnya c. Pengolahan data i. Pengolahan data membutuhkan akurasi (ketepatan penentuan kasus gizi buruk) ii. Pengolahan data dilakukan dengan merekap dan menganalisa jumlah kasus gizi buruk dari setap sarana di wilayah kerja puskesmas

d. Analisis data i. Analisis data dilakukan untuk melihat kecendrungan adanya peningkatan kasus gizi buruk dari waktu ke waktu ii. Analisis dilakukan dengan membandingkan kasus gizi buruk yang terjadi di setiap desa iii. Analisis dapat pula dilakukan dengan menghubungkan berbagai faktor resiko seperti kerawanan pangan, perubahan musim, timbulnya penyakit (diare, ISPA, Campak, dll)

e. Penyajian data Tampilan dapat dalam bentuk tabel dan grafik (garis, balok, batang, pie,dll) menurut desa maupun rekap dari keseluruhan desa setiap bulan

f. Interpretasi data

g. Pelaporan Mekanisme pelaporan adalah sebagai berikut : Rujukan informasi atau kasus dari posyandu atau masyarakat atau sumber lain yang telah diklarifikasi petugas kesehatan pembina desa disampaikan secepatnya ke puskesmas. Setelah dikonfirmasi dilaporkan kepada Dinas kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan format PWS setempat

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum Puskesmas Pamulang (Iin) 3.1.1 Organisasi 3.1.2 Personil 3.1.3 Prosedur Kerja 3.1.4 Lingkungan Kerja 3.2 Sistem Informasi Pencatatan Kasus Gizi Buruk (Erni) 3.2.1 Arus Data 3.2.2 Cara Menyiapkan Dokumen 3.2.3 Isi Data dan Format Dokumen 3.2.4 Klasifikasi Dokumen BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan (Rahmi) Simpulan lum bisa gw bkin er,kn lum tw isinya.. 4.2 Saran (Erni)

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai