Anda di halaman 1dari 2

Menanamkan rasa kepedulian dan semangat juang sejak dini sebagai upaya menuju pe rubahan Bangsa.!

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang menyimpan berjuta po tensi kekayaan alam serta sumber daya manusia. Indonesia adalah negara berkemban g dengan berbagai ragam dan bentuk gerakan perubahan di dalamnya untuk berupaya meraih mimpi besar kita menjadi negara maju, dengan pemeratan kesejahteraan masy arakat serta siap berkompetisi di dunia Internasional dalam segala bidang. Poten si kekayaan yang didukung oleh upaya perubahan melalui berbagai gerakan yang ada di Indonseia, sudahkah menjadikan negara ini pantas disebut sebagai negara seja htera? Sudahkah Indonesia menjadi negara maju yang disegani oleh negara-negara l ain di dunia? Kita semua merasakan bahwa hingga saat ini Indonesia masih menjadi negara yang diwarnai dengan masalah-masalah kesejahteraan. Salah satu penyebabn ya adalah korupsi para pemangku kebijakan negara. Korupsi yang dilakukan oleh me reka-mereka yang telah diamanahkan untuk menyejahterkan bangsa ini. Sekali lagi, amanah untuk menyejahterakan bangsa bukan menyejahterkan diri sendiri. Mengapa hal seperti ini terjadi? Mereka yang seharusnya memikirkan perubaahan un tuk bangsa ini, malah disibukkan untuk memikirkan bagaimana upaya untuk terus me mperkaya diri. Para pemimpin yang seharusnya lebih peka dan peduli terhadap perm asalahan rakyat, malah terlena menikmati kemewahan yang dihasilkan dari keringat rakyat. Kepedulian dan kepekaan yang tidak tertanam sejak awal adalah salah sat u akar dari permasalahan ini. Sejak awal bukan kepedulian dan misi perubahan yan g melandasi mereka berbuat sebagai penggerak roda pemerintahan. Oleh karena itu perlu upaya untuk menanamkan rasa kepedulian terhadap permasalahan sekitar dan s emangat juang untuk melakukan perubahan pada generasi-generasi bangsa untuk meng atasi permasalahan ini. Mahasiswa yang dikenal sebagai kaum intelektual adalah potensi besar yang akan m eneruskan gerakan perubahan untuk bangsa Indonesia. Sejak fase yang dikenal seba gai fase laboratorium kehidupan inilah kita harus menanamkan rasa kepedulian dan semangat juang untuk perubahan bangsa. Namun kenyataan yang kita alami saat ini , kurikulum pedidikan perguruan tinggi kita belum memperlihatkan upaya untuk men umbuhkan dan menanamkan rasa kepedulian terhadap anak didiknya. Kita lihat saja organisasi mahasiswa yang merupakan sebuah sarana untuk melatih kepekaan dan kep edulian terhadap suatau masalah, masih menganut sistem 80-20, yaitu 80% mahasisw a apatis (tidak peduli) dan sisanya yang ikut berkontribusi. Coba banyangkan, ba gaimana rasa kepedulian terhadap bangsa akan tumbuh jika dalam ruang lingkup kec il saja kebanyakan kita masih tidak peduli. Lantas terjawablah mengapa masih ban yak para pemimpin-pemimpin negeri ini yang tidak peduli terhadap permasalahan ra kyatnya. Perubahan besar harus dimulai dari hal kecil termasuk bagaimana membangun kepedu lian generasi-generasi penerus bangsa. Kepedulian ini harus dilatih sejak dini. Salah satu upayanya adalah melibatkan diri dalam wadah-wadah yang menyibukkan di ri kita terhadap permasalahan-permasalahan sekitar. Oleh karena, mengikuti kegia tan kemahsiswaan adalah menjadi suatu hal yang harus ada sebagai bagian dari kur ikulum perguruan negeri di Indonesia. Diharapkan akan ada tekanan bagi mahasiswa untuk mengikuti kegiatan kemahasiswaan sebagai syarat bagi mereka untuk menyele saikan pendidikannya. Hasilnya, akan memberi pengaruh kepada mahasiswa untuk iku t berkontribusi dalam organsasi-organisasi mahasiswa. Dengan demikian, seluruh m ahasiswa akan belajar megenal masalah dan bagaimana cara mengatasinya, sehingga secara tidak langsung akan menumbuhkan rasa kepedulian mereka. Lebih jauh lagi, kita berharap setelah mereka menyelesaikan pendidikannya dan terjun ke masyaraka t sebagai orang-orang hebat, mereka akan lebih peduli. Mampu untuk memberikan ko ntribusi dalam mengatasi masalah bangsa dengan segala upaya dan kemampuan yang d imiliki. Salah satu cara yang dapat dilakukan perguruan tinggi agar mengikuti kegiatan ke mahasiswaan menjadi bagian dari kurikulum pendidikan adalah dengan menerapkan Si stem Kredit Poin Organisasi (SKPO). Sistem ini adalah suatu sistem yang mengharu skan mahasiswa mengumpulkan poin dalam jumlah standar yang telah ditetapkan seba gai syarat untuk mengikuti yudisium mahasiswa. Poin didapatkan dengan mengikuti kegiatan organisasi mahasiswa. Mereka akan mendapatkan poin berdasarkan jenis ke

giatan yang diikuti dan jabatan yang dipegang dalam suatu organisasi mahasiswa. Konsekuensi bagi mahasiswa yang tidak bisa mengumpulkan poin sesuai dengan jumla h yang ditetapkan, maka belum bisa mengikuti yudisium sampai mereka memenuhi poi n tersebut. Tentu ini akan memberikan pressure bagi mahasiswa untuk ikut kegiata n kemahasiswaan atau organisasi mahasiswa. Memang bersifat memaksa, tapi akan me mberikan manfaat besar bagi mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan sosial dan k epedulian terhadap masalah. Selama ini kebanyakan mahasiswa merasa bahwa cukup dengan belajar dan mendapat n ilai yang tinggi saat lulus kuliah, mereka akan meraih sukses. Sehingga menjadik an mereka bersifat individualis yang hanya memikirkan diri sendiri dan menghirau kan masalah orang lain. Hal inilah menjadikan bangsa kita belum mampu menjadi ne gara maju. Masih banyak orang-orang yang hanya memikirkan diri sendiri, yang ter us memperkaya diri tanpa memikirkan keadaan orang-orang di bawahnya. Sehingga ti dak heran sampai saat ini korupsi masih menjadi masalah yang menjadi penghambat bagi perubahan bangsa Indonesia. Dengan adanya Sistem Kredit Point Organisasi Ma hasiswa ini , diharapkan kita dapat memproduksi penerus-penerus yang tidak hanya berkualitas dalam hal intelektualitas keilmuannya tapi juga penerus-penerus yan g memiliki kepedulian untuk memikirkan masalah bangsa dan berdedikasi untuk berk ontribusi menyeleasikannya.

Anda mungkin juga menyukai