Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk dapat memahami matematika dan dapat menggunakannya dalam menyelesaikan masalah diperlukan penguasaan konsep yang lebih baik. Supaya dapat menyelesaikan soal-soal dengan benar diperlukan kemampuan antara lain memahami masalah dan dapat mengungkapkan kembali masalah yang sedang dipelajari, membuat rencana penyelesaian, mengkaji langkah-langkah penyelesaian, mengadakan dugaan dari informasi yang tidak lengkap. Kegiatan berpikir seperti yang dijelaskan tersebut merupakan kegiayan berpikir kritis. Pada saat berpikir kritis, digunakan penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran induktif merupakan penalaran yang berlangsung dari hal yang khusus ke hal yang umum. Sedangkan, Penalaran deduktif merupakan penalaran yang berlangsung dari hal yang umum ke hal yang khusus. Selain itu matematika pada dasarnya disajikan secara abstrak yang berbeda dengan sains yang lain. Matematika disajikan secara aksiomatrik dengan menggunakan logika deduktif. Karena itu logika berperan dalam sistem matematika. Oleh karena itu dalam makalah akan dibahas mengenai prinsip Prinsip Logika 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas maka didapat rumusan masalah sebagai berikut; a. Apa yang dimaksud dengan matematika aksiomatrik? b. Apa yang dimaksud dengan logika? c. Apa saja pernyataan dalam logika?
d. Apa yang dimaksud dengan konvers, invers, dan kontraposisi?

e. Bagaimana penarikan kesimpulan (inferensi) dalam logika?

1.3 Tujuan Penulisan Dari rumusan masalah di atas, maka didapat tujuan penulisan sebagai berikut: a. Mengetahui matematika aksiomatrik. b. Mengetahui pengertian logika. c. Mengetahui pernyataan dalam logika.
d. Mengetahui tentang konvers, invers, dan kontraposisi?

e. Mengetahui penarikan kesimpulan (inferensi) dalam logika?

BAB 11 PEMBAHASAN
2.1 Matematika Aksiomatrik

Sistem aksiomatrik (logika deduktif) kapan dan dimana digunakan pertama kali masih belum diketahui. Tetapi sistem aksiomatrik ini menjadi bagian dari matematika dalam buku yang memuat geometri, aljabar, dan teoribilangan yang disebut Elements. Buku ini disusun oleh Alexandria bernama Euclid. Dasar logika deduktif adalah ide yang menyatakanbahwa kebenaran suatu pernyataan haruslah didasarkan pada kebenaran-kebenartan pernyataanpernyataan lainnya. Secara sederhana, kebenaran suatu pernyataan baru harus ditarik dari pernyataan sebelumnya. Penarikan kesimpulan yangn demikian ini sangat berbeda dengan penalaran yang menggunakan logika induktif. Dalam hal logika induktif penyususnan kebenaran suatu generalisasi diperoleh daru sejumlah hasil pengamatan atau eksperimen yang terbatas. Tetapi kebenaran tersebut tidak dapat dijamin langgeng untuk masa yang akan datang. Secara umum, logika induktif berperan penting dalam bidang non matematika dan berperan relatif kecil dalam matematika. Sebaliknya, prinsip logika deduktif berperan relative kecil dalam non matematika, tetapi berperan besar dalam matematika. Masalah yang timbul bila kebenaran setiap pernyataan harus didasarkan pada pernyataan sebelumnya yang sudah dibuktikan kebenarannya. Apabila kita igin membuktikan pernyataan yang paling awal, bagaimana membuktikan kebenaran dari pernyataan tersebut. Oleh karena itu pernyataan yang awal tersebut diasumsikan sabagai pernnyataan yang benar. Jadi setiap disisplin ilmu yang menggunakan logika deduktif harus memasukkan sejumlah pernyataan awal/pangkal sebagai kesepakatan yang diterima kebenarannya tanpa pembuktian. Dan pernyataan tersebut disebut aksioma atu postulat. Aksioma ini memerlukan suatu pengertian yang tidak didefinisikan karena setiap konsep tidak mungkin untuk tidak didefinisikan. Pengertian yang tidak didefinisikan tersebut disebut pengertian pangkal.

Kumpulan aksioma sistem deduktif dalam suatu sistem matematika harus memenuhi tiga syarat yaitu:
a. Taat azas (consistent)

Aksioma yang digunakan dalam suatu kupulan tidak boleh terjadi saling kontradiksi. Contoh; A1: 2 + 3 = 1 A2: 1 + 2 = 2 A3: (2 + 3) + (1 + 2) = 8 A4: dua hal yang sama ditambah dengan dua hal yang sama menghasilkan dua hal yang sama Keempat aksioma di atas tidak taat azas, sebab dengan menggunakan A4 bila A1 dan A2 digabungkan menghasilkan (2 + 3) + (1 + 2) = 1 + 2 = 2 kontradiksi dengan A3.
b. Lengkap (complete)

Jika salah satu aksioma dalam sistem tersebut dihilangkan maka tidak akan dapat diperoleh teorema-teorema.
c. Hubungan antara aksioma bebas (independent)

Aksioma tidak dapat diturunkan dari aksioma lainnya dalam sistem tersebut. Contoh: A1: jumlah dua bilangan genap adalah genap. A2: jumlah bilangan ganjil adalah genap. A3: 2 + 4 adalah genap Ketiga aksioma tersebut tidak saling bebas karena A3 dapat diturunkan dari A1. Dengan demikian sistem deduktif terdiri dari 4 komponen yang mendasar, yaitu pengertian pangkal, aksioma, konsep yang didefinisikan, dan teorema. Dan suatu pernyataan dalam satu sistem deduktif mungkin slah intuk sistem deduktif lainnya. Misalnya pernyataan Jumlah ketiga sudut segitiga adalah 1800 benar dalam sistem geometri Euclid, tapi salah untuk geometri non- Euclid. Jadi pernyataan benar bila pernyataan tersebut diturunkan secara logis dari aksioma-

aksiomanya. Dengan demikian benar disini berarti sah (valid) yang artinya suatu pernyataan yang benar (dalam sistem deduktif yang ditentukan) apabila pernyataan tersebut diturunkan secara logis dengan cara yang sah dari aksiomaaksioma sistem tersebut. 2.2 Pengertian Logika Logika adalah ilmu untuk berpikir dan menalar dengan benar. Secara bahasa, logika berasal dari kata logos (bahasa Yunani), yang artinya kata, ucapan, pikiran. Kemudian pengertian itu berkembang menjadi ilmu pengetahuan. Logika dalam pengertian ini adalah berkaitan dengan argumenargumen, yang mempelajari metode-metode dan prinsip-prinsip untuk ,menunjukkan keabsahan (sah atau tidaknya) suatu argumen, khususnya yang dikembangkan melalui penggunaan metode-metode matematika dan simbolsimbol matematika dengan tujuan untuk menghindari makna ganda dari bahasa yang biasa kita gunakan sehari-hari. Logika merupakan sistem matematika artinya memuat unsur-unsur yaitu pernyataan-oernyataan dan operasi-operasi yang didefinisikan. Operasi-operasi yang akan kita temui berupa kata sambung logika (conective logic): : Merupakan lambang operasi untuk negasi : Merupakan lambang operasi untuk konjungsi : Merupakan lambang operasi untuk disjungsi : Merupakan lambang operasi untuk implikasi : Merupakan lambang operasi untuk biimplikasi 2.3 Pernyataan dalam Logika 2.3.1 Pengertian Pernyataan dan Bukan Pernyataan Sebelum membahas pernyataan, terlebih dahulu perlu diketahui pengertian kalimat. Kalimat adalah rangkaian kata yang disusun menurut aturan bahasa yang mengandung arti. Pernyataan adalah kalimat yang mempunyai nilai benar atau salah, tetapi tidak sekaligus benar dan salah. (pernyataan disebut juga preposisi, kalimat deklaratif). Benar diartikan ada kesesuaian antara apa yang dinyatakan dengan keadaan yang sebenarnya. Contoh:

1. Al-Quran adalah sumber hukum pertama umat Islam 2. 4 + 3 = 8 3. Frodo mencintai 1 4. Asep adalah bilangan ganjil Contoh nomor 1 bernilai benar, sedangkan contoh nomor 2 bernilai salah, dan keduanya adalah pernyataan. Sementara contoh nomor 3 dan 4 adalah kalimat yang tidak mempunyai arti. Suatu pernyataan biasa kita simbolkan dengan huruf kecil p,q,r,s, dan sebagainya. Sekarang perhatikan contoh di bawah ini! 1. Rapikan tempat tidurmu! 2. Apakah hari ini akan hujan? 3. Indah benar lukisan ini! 4. Berapa orang yang datang? Kalimat di atas tidak mempunyai nilai benar atau salah, sehingga bukan pernyataan. 2.3.2 Kalimat Terbuka Perhatikan contoh berikut ini! 1. yang duduk di bawah pohon itu cantik rupanya 2. seseorang memakai kacamata 3. 2x + 8y > 0 4. x + 2 = 8 Keempat contoh di atas belum tentu bernilai benar atau salah. Kalimat yang demikian itu dinamakan kalimat terbuka. Kalimat terbuka biasanya ditandai dengan adanya variabel (peubah). Jika variabelnya diganti dengan konstanta dalam semesta yang sesuai maka kalimat itu akan menjadi sebuah pernyataan. Variabel (Peubah) adalah lambang yang menunjukkan anggota yang belum tentu dalam semesta pembicaraan, sedangkan konstanta adalah lambang yang menunjukkan anggota tertentu dalam semesta pembicaraan. Pengganti variabel yang menyebabkan kalimat terbuka menjadi pernyataan yang bernilai benar, disebut selesaian atau penyelesaian. Contoh: x+2=8

x adalah variabel, 2 dan 8 adalah konstanta, dan x = 6 untuk x anggora bilangan real adalah selesaian. Secara skematik, hubungan kalimat, pernyataan, dan kalimat terbuka dapat kita rumuskan sebagai berikut:

2.3.3 Pernyataan majemuk dalam logika Pernyatan majemuk adalah pernyataan baru yang dibentuk dengan merantgkaikan pernyataan-pernyataan tunggal dengan kata sambung logika. Contoh: disebut konjungsi disebut disjungsi disebut Implikasi disebut biimplikasi a. Negasi (Ingkaran) Sebuah Pernyataan Dari sebuah pernyataan tunggal (atau majemuk), kita bisa membuat sebuah pernyataan baru berupa ingkaran dari pernyataan itu. ingkaran disebut juga negasi atau penyangkalan. Ingkaran menggunakan operasi uner (monar) atau . Jika suatu pernyataan p benar, maka negasinya sebaliknya pernyataan p salah, maka negasinya dinyatakan dalam tabel sebagai berikut: p salah, dan jika p benar. Definisi tersebut

B = benar S = salah Perhatikan cara membuat ingkaran dari sebuah pernyataan serta menentukan nilai kebenarannya! 1. p : kayu memuai bila dipanaskan (S) -p: kayu tidak memuai bila dipanaskan (B) 2. r : 3 bilangan positif (B) -r : (cara mengingkar seperti ini salah) 3 bilangan negatif (seharusnya) 3 bukan bilangan positif (S) b. Konjungsi ( ) Konjungsi dua pernyataan p dan q bernilai benar hanya jika kedua pernyataan komponennya bernilai benar. Dan jika salah satu atau kedua pernyataan komponennya salah, maka konjungsi itu salah. Dengan tabel kebenaran

Contoh: 1. p : 5 bilangan prima (B) q : 5 bilangan ganjil (B) : 5 bilangan prima dan ganjil (B)
c. Disjungsi/ Alternasi (

Disjungsi dari dua buah pernyataan p dan q bernilai benar asal salah satu atau kedua pernyataan komponennya benar. Dan jika kedua pernyataan komponennya salah, maka konjungsi itu salah. (Disjungsi seperti ini disebut disjungsi inklusif) Dengan tabel kebenaran

Contoh: 1. p : 1 akar persamaan q : -1 akar persamaan (B) (B) (B)

: 1 atau -1 akar persamaan 2. p : Bogor di Jawa barat (B) q : Bogor itu kota propinsi (S)

: Bogor di Jawa Barat atau ibu kota propinsi (B)


d. Implikasi/ Kondisional (

Implikasi

bernilai benar jika konsekuennya bernilai benar atau

anteseden dan konsekuen kedua-duanya salah, dan bernilai salah jika antesedennya bernilai benar, sedangkan konsekuennya salah. Dengan tabel kebenaran

boleh dibaca: jika p maka q q hanya jika p p syarat perlu untuk q q syarat cukup untuk p p disebut anteseden atau hipotesis q disebut konsekuen atau konklusi Contoh: 1. Jika 2 x 2 = 4, maka 4 : 2 = 2 (B) (B) (B)

10

2. Jika manusia bersayap , maka kita bisa terbang (S) (S)

(B)

e. Biimplikasi atau Bikondisional ( Biimplikasi

bernilai benar apabila anteseden dan konsekuen

kedua-duanya bernilai benar atau kedua-duanya bernilai salah. Jika tidak demikian maka biimplikasi bernilai salah. Dengan tabel kebenaran

boleh dibaca: p jika dan hanya jika q (disingkat p jhj q) jika p maka q, dan jika q maka p p syarat perlu dan cukup untuk q q syarat perlu dan cukup untuk p Contoh: 1. 2 x 2 = 4 jika dan hanya jika 4 : 2 = 2 (B) (B) (B) (S) (S) 2. 2 x 4 = 8 jika dan hanya jika 8 : 4 = 0 2.4 Konvers, Invers, dan Kontraposisi Dari pernyataan berbentuk implikasi dapat kita turunkan pernyataanpernyataan baru yang disebut invers, konvers, dan kontraposisi. Implikasi : Inversnya : Konversnya : Kontraposisinya : (B)

11

Contoh: Implikasi : Jika harimau bertaring, maka ia binatang buas Inversnya : Jika harimau tidak bertaring, maka ia bukan binatang buas Konversnya : Jika harimau binatang buas, maka ia bertaring Kontraposisinya : Jika harimau bukan binatang buas, maka ia tidak bertaring Dengan tabel kebenaran: Implikasi B B S S B S B S Invers Konvers Kontraposisi

S S B B B B S B S B B S B S B S S B B B B B B B Dari tabel di atas terlihat bahwa implikasi mempunyai nilai kebenaran

sama dengan kontraposisi, dan nvers dengan konvers i. Sehingga dapat kita katakan bahwa implikasi setara dengan kontraposisi dan invers setara dengan konvers. Bisa kita tulis:

Catatan: artinya ekivalen Contoh: Buatlah pernyataan yang setara dengan pernyataan: jika ia benar-benar mencuri, maka pada saat pencurian harus berada di tempat ini. Jawab: Implikasi setara dengan kontraposisi. Maka pernyataan itu dapat diubah menjadi, jika pada saat pencurian tidak berada di tempat itu, maka ia tidak mencuri. 2. 5 Penarikan Kesimpulan (Inferensi) a. Pengertian Argumen Perhatikan beberapa contoh argumen berikut ini!
1) Jika harga barang naik, maka permintaan barang turun (premis 1)

Harga barang naik Jadi permintaan barang turun

(premis 2) (konklusi)

12

2) Jika

, maka

(premis 1) (premis 2)

Jadi

(konklusi) Dari contoh-contoh di atas, maka dapat kita rumuskan:

Argumen adalah serangkaian pernyataan-pernyataan yang mempunyai ungkapan-ungkapan pernyataan penarikan kesimpulan Argumen terdiri dari dua kelompok pernyatan, yaitu premis (pernyataanpernyataan sebelum kesimpulan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).

b. Modus ponens, modus tollens, dan sillogisma Ada 3 bentuk argumentasi yang sah, yaitu modus ponens, modus tollens, dan sillogisma. 1) Modus ponens Modus ponens disebut juga kaidah pengasingan. Bentuknya sebagai berikut: (premis 1) berupa implikasi (premis 2) berupa anteseden (konklusi) Keabsahan (sah atau tidaknya) sebuah argumen adalah sah/valid jika pada setiap baris dimana premis;prtemisnya benra, pada baris tersebut konklusinya juga benar dan dapat dilihat melalui tabel kebenaran. B B S S B S B S B S B B Argumentasi ini sah karena untuk premis

dan p benar, konklusi q

juga benar. Contoh: Jika harga barang naik, maka permintaan barang turun Harga barang naik Jadi permintaan barang turun

13

2) Modus tollens Modus tollens disebut juga kaidah penolakan. Bentuknya sebagai berikut: (premis 1) berupa implikasi (premis 2) berupa negasi dari konsekuen (konklusi) Keabsahannya diperlihatkan dengan tabel kebenaran berikut: B B S S B S B S S S B S B S B S B B B B Argumen ini sah, karena untuk premis

dan

benar, konklusi

juga benar. Contoh: Persamaan dan Jadi persamaan c) Silogisma Bentuknya sebagai berikut: (premis 1) berupa implikasi (premis 2) berupa implikasi (konklusi) tidak berlainan , , , maka dan berlainan

14

Keabsahannya diperlihatkan dengan tabel kebenaran berikut: B B B B S S S S B B S S B B S S B B B B S B S S B S B B S S B S B B B B S B S B B B B B S B B B Argumen ini sah, karena untuk premis

dan

benar, konklusi

juga benar. Contoh: Jika Jika Jadi jika , maka , maka , maka

15

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dasar logika deduktif adalah ide yang menyatakanbahwa kebenaran suatu pernyataan haruslah didasarkan pada kebenaran-kebenartan pernyataanpernyataan lainnya. Dengan demikian sistem deduktif terdiri dari 4 komponen yang mendasar, yaitu pengertian pangkal, aksioma, konsep yang didefinisikan, dan teorema. Logika dalam pengertian ini adalah berkaitan dengan argumenargumen, yang mempelajari metode-metode dan prinsip-prinsip untuk ,menunjukkan keabsahan (sah atau tidaknya) suatu argumen, khususnya yang dikembangkan melalui penggunaan metode-metode matematika dan simbolsimbol matematika dengan tujuan untuk menghindari makna ganda dari bahasa yang biasa kita gunakan sehari-hari. Dalam logika terdapat pernyaan, bukan pernyataan, kaliamat terbuka, dan pernyataan majemuk. Pernyataan majemuk tersebut dapat dalam bentuk negasi, konjungsi, disjungsi, implikasi, dan biimplikasi. Dari pernyataan berbentuk implikasi dapat kita turunkan pernyataanpernyataan baru yang disebut invers, konvers, dan kontraposisi. Penarikan kesimpulan dinyatakan dalam bentuk argumen yang terdiri dari 2 kelompok yaitu premis (pernyataan-pernyataan sebelum kesimpulan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Ada 3 bentuk argumentasi yang sah, yaitu modus ponens, modus tollens, dan sillogisma. 3.2 Saran Dengan adanya makalahini diharapkan pembaca mampu memahami materi prinsip logika. Sehingga dalam mengatasi masalah dapat digunakan pemikiran yang menggunakan prinsip-prinsip yang telah dijelaskan. Dan dalam penyelesaian masalah terutama dalam matematika terlebih dulu menguasai konsep dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai