Oleh :
Nino Indrianto
Dosen Pembelajaran Bahasa Arab MI di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Jember
ABSTRAK
Dalam pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing, siswa sering
menghadapi kesulitan. Hal itu terjadi akibat siswa menggunakan
pengetahuan dan pengalaman dalam bahasa ibu. Dalam hal ini, siswa
menggunakan unsur-unsur kebahasaan dalam bahasa ibu untuk belajar
bahasa Arab. Dalam pembelajaran bahasa Arab, kesulitan dan
kesalahan siswa tersebut merupakan problem yang perlu dicarikan
solusinya oleh guru. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru
untuk mengatasi kesulitan siswa. salah satu alternatif yang dipandang
paling tepat untuk mengatasi kesulitan siswa akibat pengaruh unsur-
unsur kebahasaan itu adalah dengan menggunakan pendekatan analisis
kontrastif. Analisis kontrastif dimaksudkan untuk mengidentifikasi
perbedaan dan kesamaan bahasa ibu dan bahasa Arab yang dijadikan
landasan untuk memprediksi kesulitan yang akan dihadapi siswa
ketika belajar. Prediksi itu dibangun atas beberapa asumsi dan
hipotesis. Hasil prediksi tersebut selanjutnya digunakan untuk
menentukan materi, metode dan bahan ajar yang tepat. Dengan
demikian pembelajaran bahasa Arab diharapkan menjadi lebih efektif
dan efisien..
menguasai bahasa asing sebagai alat komunikasi di era globalisasi ini. Oleh
hal ini bahasa Arab, merupakan bahasa asing yang penting untuk dikuasi karena
bahasa Arab tidak hanya menjadi bahasa agama Islam tetapi juga bahasa ilmu
pengetahuan, dan bahasa internasional. Bahasa Arab sebagai mata pelajaran yang
diajarkan secara formal di madrasah merupakan sarana utama bagi peserta didik
untuk menguasai bahasa Arab. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik dapat
dan teknologi.
pembelajaran bahasa Arab untuk anak-anak juga semakin besar. Hal itu diikuti
pula oleh berbagai upaya pengembangan pembelajaran yang dilakukan oleh para
ahli bahasa dan guru-guru bahasa Arab agar bahasa Arab mudah dipelajari.
dalam muatan kurikulumnya. Pembelajaran bahasa Arab kini tidak lagi hanya
bahasa asing. Salah satu problem tersebut adalah adanya interfensi bahasa ibu
terhadap bahasa asing yang sedang dipelajari. Kebiasaaan bahasa ibu langsung
ditransfer kedalam bahasa asing yang sedang dipelajari sehingga menjadi sebuah
perbedaan karakter anatara bahasa ibu dan bahasa Arab yang akan dipelajari.
hasil dari kegiatan analisis itu dapat digunakan untuk mengatasi masalah dalam
ini adalah pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing, bukan sebagai bahasa
ibu. Artinya sebagai bahasa tambahan yang dipelajari oleh seseorang diluar bahasa
1
asli yang menjadi bahasa komunikasinya sehari-hari. Dan yang dimaksud
dengan anak-anak adalah mereka yang berusia antara 6 sampai 12 tahun atau
penghujung Masa Sekolah Bahasa Ibu. Masa sekolah bahasa ibu adalah sebuah
istilah yang diperkenalkan oleh Johan Amos Comenius yang membagi masa-masa
perkembangan manusia berdasarkan tingkat sekolah yang diduduki anak itu sesuai
bahasa asing adalah faktor usia. Terkait dengan faktor usia ini, yang pasti
disepakati oleh banyak pihak adalah tingkat kematangan berbahasa anak yang
1 Jos Daniel Parera, Linguistik Edukasional, (Jakarta: PT.Erlangga, 1997. cet.ke-2),hlm. 107.
2 Zulkifi, L., Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 18.
penguasaan bahasa asing. Lalu apakah anak-anak dianggap telah siap untuk
mempelajari bahasa asing? Ada yang beranggapan mereka sudah siap bahkan
semakin muda usia semakin mudah anak belajar bahasa asing dibandingkan orang
dewasa.3
berikut ini, yaitu: (a) semakin hari kebutuhan akan penguasaan bahasa asing
semakin meningkat, karenananya harus dipersiapkan sejak dini, (b) secara sosial
banyak masyarakat yang menggunakan dua atau lebih bahasa untuk komunikasi
sehari-hari mereka, ada juga beberapa negara yang memiliki lebih dari satu bahasa
resmi (c) dari sudut pandang pendidikan, mengajarkan bahasa asing kepada anak-
anak sejak dini berarti membekali mereka dengan wawasan hidup yang
mengglobal, (d) anak-anak mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk belajar
bahasa, (f) perkembangan bahasa manusia bukan lahir begitu saja (instinctive),
tetapi harus dibiasakan, (g) karena bahasa adalah kebiasaan maka membiasakan
anak-anak untuk berbahasa dengan beberapa bahasa sekaligus sejak dini lebih
gampang dari pada ketika mereka sudah dewasa dimana kebiasaan berbahasanya
sudah mapan dengan suatu bahasa tertantu dan susah dirubah atau diperbaiki, (h)
menggembirakan.4
3 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa, (Bandung: Angkasa, 2009), hlm. 5.
4 Ali Muhammad al-Qasimi, Itijahat Haditsah fi Talim al-Arabiyah li al-Nathiqin bi al-Lugah al-
Ukhra, (Riyadh: Jamiah Riyadh, 1979), hlm. 16-17.
dan sikap positif anak dalam belajar bahasa Arab. Maka pembelajaran bahasa arab
kesulitan yang akan dihadapi oleh siswa, sehingga guru bisa memilih metode dan
kedua bahasa tersebut. Perbedaan-perbedaan antar dua bahasa yang diperoleh dan
berbahasa yang akan dihadapi oleh para siswa disekolah terutama dalam
bahwa: 6
ilmu linguistik yang mengkaji perbandingan dua bahasa atau lebih atau sub sistem
tipologi dua bahasa yang kontras, yang berdasarkan asumsi bahwa bahasa-bahasa
itu dapat dibandingkan dan tidak serumpun. Dalam analisis kontrastif dua bahasa,
suatu studi perbandingan yang sistematik dari ciri-ciri linguistik yang spesifik dari
dua bahasa atau lebih. 9 Kridalaksana berpendapat bahwa analisis kontrastif adalah
dapat diterapkan dalam masalah praktis, seperti dalam pengajaran bahasa dan
penerjemahan. 10
analisis konstrastif bahasa adalah sebuah proses kajian dimana peneliti melakukan
7 Fisiak, J. (ed.), Contrastive Linguistics and The Language Teacher, (Oxford: Pergaman Press,
1985), hlm. 1.
8 James, C., Contrastive Analysis, (London: Longman, 1980), hlm. 3.
9 Fuad Abdul Hamied, Proses Belajar Mengajar Bahasa, (Jakarta: Depdikbud, 1989), hlm. 28.
10 Kridalaksana, H. Kamus Linguistik, (Jakarta : Gramedia), 1993, hlm. 12
bahasa. Tujuan utama dari pembandingan itu adalah untuk mengenali kesulitan-
kesulitan yang akan dihadapi para pelajar dalam mempelajari bahasa asing
buku dan bahan ajar, penyusunan latihan-latihan bahasa, dan hal-hal lain yang
1. Penyebab utama atau penyebab tunggal kesulitan belajar dan kesalahan dalam
pengajaran bahasa asing adalah interferensi11 bahasa ibu. Kesulitan belajar itu
sebagian atau seluruhnya disebabkan oleh perbedaan B1 dan B2;
2. Semakin besar perbedaan antara B1 dan B2 semakin akut atau gawat kesulitan
belajar;
3. Hasil perbandingan antara B1 dan B2 diperlukan untuk meramalkan kesulitan
dan kesalahan yang akan terjadi dalam belajar bahasa asing;
4. Bahan pengajaran dapat ditentukan secara tepat dengan membandingkan kedua
bahasa itu, kemudian dikurangi dengan bagian yang sama sehingga apa yang
11 Situasi kedwibahasaan mulai terjadi pada pembelajaran bahasa asing. Kontak antara kedua
bahasa menimbulkan fonomena saling mempengaruhi. Bahasa mana yang terpangaruh besar
tergantung ke kepada tingkat penguasaan bahasa sang dwibahasawan. Bila yang bersangkutan
lebih menguasai bahasa ibu, mka bahasa itulah yang banyak mempengarahui B2. Sebaliknya,
karena sesuatu sebab, penguasaan B2 melebihi penguasaan B1, maka giliran B1 lah yang
dipengaruhi oleh B2. Dalam taraf permulaan pembelajaran bahasa asing dapat dipastikan bahwa
bahasa ibu lebih dikuasai daripada bahasa asing. Dalam situasi seperti ini pengaruh bahasa ibu
sangat menonjol terhadap bahasa asing. Bila pengaruh itu tidak sejalan dengan system bahasa
asing, maka terjadilah interferensi b1 terhadap b2. Interferensi menimbulkan penyimpangan.
Interferensi menimbulkan kesalahan berbahasa. Lihat, Henri Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis
Kontrastif Bahasa, hlm. 7-8.
harus dipelajari oleh siswa adalah sebilangan perbedaan yang disusun
berdasarkan analisis kontrastif.12
Keeempat asumsi di atas dapat dijelaskan lewat contoh kontrastif sebagai
berikut :
Menurut Alwi, tempat artikulasi /d/ dalam bahasa Indonesia adalah
dental-alveolar. Sedangkan cara arktikulasi adalah hambat13. Dalam bahasa
Arab // memiliki tempat artikulasi al Asnan al Latswi (dental alveolar)14.
Sedangkan cara artikulasi adalah infijariyyah (hambat/letupan)15. Dari aspek
ini, /d/ dan // sama, yaitu sama-sama mempunya daerah dan cara artikulasi yang
sama. Namun // memiliki sifat ithbaq yang tidak dipunyai oleh /d/. Berdasarkan
fakta ini, / / akan menjadi hal yang sulit bagi orang Indonesia karena dalam
sistem fonem bahasa Indonesia tidak dikenal sifat ithbaq. Interferensi dapat terus
terjadi ketika mengucapkan // yaitu menggantinya dengan /d/, misalkan
dirubah menjadi . Oleh karena perbedaan ini, bahan ajar harus
mengarahkan siswa untuk banyak berlatih // dengan sifat ithbaq-nya. 16
menyebutkan bahwa tataran bahasa yang digarap oleh pengikut analisis kontrastif
bahwa peranan aksen bahasa itu sangat besar terhadap B2. Setelah bidang
perhatian.17
kontrastif pada tataran budaya. Lado menjelaskan bahwa pada manusia tumbuh
lingkup, yaitu pada bahasa dan budaya. Tataran bahasa yang digarap lewat analisis
kontrastif adalah tataran bunyi, kata, gramatika dan sintaksis. Dari keseluruhan
tataran bahasa, tataran fonologi sangat dominan diterapkan. Budaya sebagai objek
dari analisis kontrastif penting untuk dikaji agar proses pembelajaran bahasa dapat
budaya yang melatar belakangi B1 dan B2 sangat penting untuk dipahami guna
yang akan dipelajari siswa, terutama yang menyangkut segi linguistik, (c)
membuat klasifikasi perbedaan antara bahasa ibu dan bahasa target, (4)
target berupa identifikasi perbedaan bahasa ibu dan bahasa target, (5) menyusun
18 Mahmud Ismail Shiniy dan Ishaq Muhammad Al Amin, al Taqabul al Lughawy wa Tahlil al
Akhtha, (Riyadh, Jamiah al Malik Suud, 1979), hlm. 10-11.
19 Adopsi dari Guntur Tarigan, Hendry, Pengajaran Remidi Bahasa, Bandung: Angkasa,2009.
hlm 18.
APLIKASI ANALISIS KONTRASTIF DALAM PEMBELAJARAN
hal ini bahasa Arab pada tingkat dasar, tentang perbandingan kosakata dalam
secara lengkap. Bilangan dalam Bahasa Indonesia dibedakan antara Tunggal dan
Jamak. Tunggal adalah kata benda yang merujuk pada satu bilangan. Dalam
bahasa Indonesia kosakata seperti ini mempunyai bentuk tunggal sesuai dengan
kata benda yang dimaksud. Kata benda tersebut biasanya terdiri atas nama orang,
nama benda, dan lain sebagainya. Berikut merupakan bentuk kosakata bilangan
merupakan kosakata yang masih asli atau kosakata nominal yang menjadi entri
merupakan kata benda berbilangan dua atau lebih. Dalam Bahasa Indonesia,
Dalam Bahasa Indonesia, kata ulang atau dapat disebut dengan reduplikasi
merupakan bentuk kata yang mempunyai makna lebih dari dua (banyak). Hal
siswa, terutama yang menyangkut segi linguistik. Bilangan dalam bahasa Arab
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (1) tunggal (mufrad), dual (mutsanna),
jamak (jama). Mufrad adalah kata benda yang merujuk pada satu bilangan,
contoh: ( saya seorang muslim). Isim mutsanna, yaitu kata benda yang
orang muslim). Sedangkan Jamak, yaitu kata benda yang merujuk pada lebih dari
dua, dibedakan menjadi dua yaitu jama salim dan jama taktsir. Jama salim
Sedangkan jama taksir adalah jamak yang bentuknya berubah dari bentuk
Ketiga, membuat klasifikasi perbedaan antara bahasa ibu dan bahasa target
seperti berikut.
Bilangan Dalam BahasaKeterangan Dalam Bahasaketerangan
Indonesia Arab
singular Kursi Asli (tidak ada Asli (tidak ada
muslim tambahan atau tambahan atau
perubahan) perubahan)
Ganda - Tidak mengenal Terdapat akhiran
Jamak Kursi-kursi Mengualang kata Terdapat akhiran
Para muslim Atau menambahkan atau ( jama
kata yang salim)
Terdapat perubahan
menunjukkan jamak
bentuk kata (jama
seperti para, banyak,
taksir)
seluruh. Sedangkan
kata bendanya tetap
Keempat, memprediksi atau memperkirakan kesulitan belajar dan
kesalahan berbahasa target berupa identifikasi perbedaan bahasa ibu dan bahasa
target. Setelah membandingkan bahasa ibu dan bahasa target maka langkah
kesulitan yang dialami siswa dalam belajar bilangan dalam bahasa Arab antara
lain:
3. Siswa kesulitan membedakan bentuk jamak dalam bahasa Arab antara jama
dua bahasa dipakai sebagai dasar memperkirakan kesulitan belajar dan kesalahan
berbahasa. Itulah yang dipakai sebagai dasar untuk menentukan urutan atau
mutsanna, baru bentuk jama salim dan baru jama taksir. Masing-masing materi
harus disertai contoh, peniruan, pengulangan, latihan runtun, dan penguatan untuk
dapat mengukur bahwa siswa telah benar-benar memahami materi mulai dari yang
bahan pengajaran yang telah disusun. Siswa yang belajar bahasa target sudah
mempunyai kebiasaan tertentu dalam bahasa ibunya. Kebiasaan itu harus diatasi
bahasa target dilakukan dengan penyampaian bahan pelajaran yang telah disusun
menentukan metode dan media yang sesuai. Dengan cara ini diharapkan para
kebahasaan dalam bahasa Arab yang harus terus dilakukan analisis kontrastif
KESIMPULAN
Pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing lebih mudah dipelajari
pada usia anak-anak dibanding usia dewasa. Maka, guru harus mampu
menumbuhkan minat dan sikap positif terhadap bahasa Arab. Dengan
menggunakan pendekatan analisis kontrastif guru dapat memprediksi kesulitan-
kesulitan yang akan dialami oleh siswa, dengan demikian guru dapat mencari
solusi yang tepat untuk mengatasinya. Pada akhirnya, pembelajaran bahasa arab
akan lebih menjadi lebih mudah, menyenangkan dan efektif.
Pendekatan analisis kontrastif adalah upaya untuk memperbandingkan
bahasa ibu dengan bahasa asing yang akan dipelajari. Hasil perbandingan itu
dapat memprediksi aspek-aspek yang sulit dan yang mudah dalam mempelajari
B2. Semakin berbeda B2 dan B1, maka akan semakin sulit dipelajari sehingga
harus diberikan perhatian yang lebih khusus.
yang ditemukan. Tetapi, yang lebih penting adalah memperbanyak data mengenai