Anda di halaman 1dari 15

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB UNTUK ANAK-ANAK

DENGAN PENDEKATAN ANALISIS KONTRASTIF

Oleh :
Nino Indrianto
Dosen Pembelajaran Bahasa Arab MI di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Jember

ABSTRAK
Dalam pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing, siswa sering
menghadapi kesulitan. Hal itu terjadi akibat siswa menggunakan
pengetahuan dan pengalaman dalam bahasa ibu. Dalam hal ini, siswa
menggunakan unsur-unsur kebahasaan dalam bahasa ibu untuk belajar
bahasa Arab. Dalam pembelajaran bahasa Arab, kesulitan dan
kesalahan siswa tersebut merupakan problem yang perlu dicarikan
solusinya oleh guru. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru
untuk mengatasi kesulitan siswa. salah satu alternatif yang dipandang
paling tepat untuk mengatasi kesulitan siswa akibat pengaruh unsur-
unsur kebahasaan itu adalah dengan menggunakan pendekatan analisis
kontrastif. Analisis kontrastif dimaksudkan untuk mengidentifikasi
perbedaan dan kesamaan bahasa ibu dan bahasa Arab yang dijadikan
landasan untuk memprediksi kesulitan yang akan dihadapi siswa
ketika belajar. Prediksi itu dibangun atas beberapa asumsi dan
hipotesis. Hasil prediksi tersebut selanjutnya digunakan untuk
menentukan materi, metode dan bahan ajar yang tepat. Dengan
demikian pembelajaran bahasa Arab diharapkan menjadi lebih efektif
dan efisien..

Kata kunci : Analisis Kontrastif, Pembelajaran Bahasa Arab


PENDAHULUAN
Kebutuhan dan kemajuan zaman telah menuntut kita untuk dapat

menguasai bahasa asing sebagai alat komunikasi di era globalisasi ini. Oleh

karena itu penguasaan terhadap bahasa asing menjadi persyaratan bagi

keberhasilan individu dalam menjawab tantangan zaman di era globalisasi. Dalam

hal ini bahasa Arab, merupakan bahasa asing yang penting untuk dikuasi karena

bahasa Arab tidak hanya menjadi bahasa agama Islam tetapi juga bahasa ilmu

pengetahuan, dan bahasa internasional. Bahasa Arab sebagai mata pelajaran yang

diajarkan secara formal di madrasah merupakan sarana utama bagi peserta didik

untuk menguasai bahasa Arab. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik dapat

merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan

dan teknologi.

Menyadari hal tersebut, akhir-akhir ini perhatian masyarakat terhadap

pembelajaran bahasa Arab untuk anak-anak juga semakin besar. Hal itu diikuti

pula oleh berbagai upaya pengembangan pembelajaran yang dilakukan oleh para

ahli bahasa dan guru-guru bahasa Arab agar bahasa Arab mudah dipelajari.

Menguatnya perhatian masyarakat tersebut dapat dilihat dari banyaknya lembaga

pendidikan berbasis Islam non-madrasah yang memasukkan bahasa Arab ke

dalam muatan kurikulumnya. Pembelajaran bahasa Arab kini tidak lagi hanya

menjadi dominasi madrasah dan pesantren saja.

Namun demikian, kita masih menghadapi banyak problem dalam

pengajaran bahasa Arab untuk anak-anak. Banyaknya problem tersebut

menyebabkan kurang berhasilnya dalam pembelajaran bahasa Arab sebagai

bahasa asing. Salah satu problem tersebut adalah adanya interfensi bahasa ibu

terhadap bahasa asing yang sedang dipelajari. Kebiasaaan bahasa ibu langsung

ditransfer kedalam bahasa asing yang sedang dipelajari sehingga menjadi sebuah

kesalahan. Kesalahan tersebut dikarenakan masing-masing bahasa memiliki


karakteristik yang berbeda satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan

bahasa kedua menjadi sulit untuk diajarkan.

Untuk mengatasi problem tertentu, guru dalam mengajarkan bahasa Arab

harus menggunakan pendekatan-pendekatan yang bervariasi. Salah satu

pendekatan yang dapat digunakan guru adalah analisis kontrastif. Dengan

menggunakan analisis kontrastif maka dapat mengidentifikasi perbedaan-

perbedaan karakter anatara bahasa ibu dan bahasa Arab yang akan dipelajari.

Identifikasi perbedaan perbedaan tersebut digunakan sebagai landasan dalam

memprediksi kesulitan-kesulitan belajar yang akan dipelajari siswa. Selain itu,

hasil dari kegiatan analisis itu dapat digunakan untuk mengatasi masalah dalam

pengajaran bahasa di madrasah.

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB UNTUK ANAK-ANAK

Pembelajaran bahasa Arab untuk anak-anak yang dimaksud dalam tulisan

ini adalah pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing, bukan sebagai bahasa

ibu. Artinya sebagai bahasa tambahan yang dipelajari oleh seseorang diluar bahasa
1
asli yang menjadi bahasa komunikasinya sehari-hari. Dan yang dimaksud

dengan anak-anak adalah mereka yang berusia antara 6 sampai 12 tahun atau

duduk pada sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah, yaitu sampai mereka mencapai

penghujung Masa Sekolah Bahasa Ibu. Masa sekolah bahasa ibu adalah sebuah

istilah yang diperkenalkan oleh Johan Amos Comenius yang membagi masa-masa

perkembangan manusia berdasarkan tingkat sekolah yang diduduki anak itu sesuai

dengan tingkat usia dan menurut bahasa yang dipelajarinya di sekolah.2

Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi kesiapan siswa mempelajari

bahasa asing adalah faktor usia. Terkait dengan faktor usia ini, yang pasti

disepakati oleh banyak pihak adalah tingkat kematangan berbahasa anak yang

diidentikkan dengan tingkat usia yang mempunyai pengaruh besar terhadap

1 Jos Daniel Parera, Linguistik Edukasional, (Jakarta: PT.Erlangga, 1997. cet.ke-2),hlm. 107.
2 Zulkifi, L., Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 18.
penguasaan bahasa asing. Lalu apakah anak-anak dianggap telah siap untuk

mempelajari bahasa asing? Ada yang beranggapan mereka sudah siap bahkan

semakin muda usia semakin mudah anak belajar bahasa asing dibandingkan orang

dewasa.3

Beberapa alasan para pendukung pengajaran bahasa asing untuk anak-anak

berikut ini, yaitu: (a) semakin hari kebutuhan akan penguasaan bahasa asing

semakin meningkat, karenananya harus dipersiapkan sejak dini, (b) secara sosial

banyak masyarakat yang menggunakan dua atau lebih bahasa untuk komunikasi

sehari-hari mereka, ada juga beberapa negara yang memiliki lebih dari satu bahasa

resmi (c) dari sudut pandang pendidikan, mengajarkan bahasa asing kepada anak-

anak sejak dini berarti membekali mereka dengan wawasan hidup yang

mengglobal, (d) anak-anak mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk belajar

banyak bahasa, diantaranya kemampuan mereka untuk meniru bunyi-bunyi bahasa

yang tidak dimiliki orang dewasa, (e) berdasarkan penelitian terhadap

perkembangan saraf-saraf otak manusia menunjukkan bahwa pada masa-kanak

kondisinya feksibel sehingga gampang untuk diperkenalkan dengan beberapa

bahasa, (f) perkembangan bahasa manusia bukan lahir begitu saja (instinctive),

tetapi harus dibiasakan, (g) karena bahasa adalah kebiasaan maka membiasakan

anak-anak untuk berbahasa dengan beberapa bahasa sekaligus sejak dini lebih

gampang dari pada ketika mereka sudah dewasa dimana kebiasaan berbahasanya

sudah mapan dengan suatu bahasa tertantu dan susah dirubah atau diperbaiki, (h)

pengalaman beberapa negara (seperti Amerika, Prancis, dan Jerman) dalam

mengajarkan bahasa asing untuk anak-anak menunjukkan hasil yang

menggembirakan.4

Namun, Perlu diingat bahwa salah satu tujuan penting pembelajaran

bahasa Arab di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah adalah menumbuhkan minat

3 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa, (Bandung: Angkasa, 2009), hlm. 5.
4 Ali Muhammad al-Qasimi, Itijahat Haditsah fi Talim al-Arabiyah li al-Nathiqin bi al-Lugah al-
Ukhra, (Riyadh: Jamiah Riyadh, 1979), hlm. 16-17.
dan sikap positif anak dalam belajar bahasa Arab. Maka pembelajaran bahasa arab

harus di desain semenarik mungkin dengan suasana yang menyenangkan. Untuk

dapat mencapai tujuan tersebut seorang guru perlu memprediksi kesulitan-

kesulitan yang akan dihadapi oleh siswa, sehingga guru bisa memilih metode dan

bahan pembelajaran yang tepat bagi mereka.

ANALISIS KONTRASTIF SEBAGAI PENDEKATAN DALAM


PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Pendekatan analisis kontrastif berupa prosedur kerja adalah aktivitas atau

kegiatan yang mencoba membandingkan struktur B1 ( bahasa ibu ) dengan

struktur bahasa kedua (B2) untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan diantara

kedua bahasa tersebut. Perbedaan-perbedaan antar dua bahasa yang diperoleh dan

dihasilkan melalui analisis kontrastif, dapat digunakan sebagai landasan dalam

meramalkan atau kmemprediksi kesulitan-kesulitan atau kendala-kendala belajar

berbahasa yang akan dihadapi oleh para siswa disekolah terutama dalam

mempelajari bahasa kedua.5

Hal ini diperjelas oleh Ahmad bin Abdullah al-Basyiryang menyatakan

bahwa: 6

5 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa, hlm. 4.


6 Ahmad bin Abdullah al-Basyir, Al-Tahlil al-Taqabuli bayna al-Nazhariyah wa al-Tathbiq, Al-
Muwajjih fi Talim al-Lughah al-Arabiyah Lighairi al-Nathiqin Biha, II, (Jakarta: LIPIA, 1988),
hlm. 66; Ahmad Sulaiman Yaqut dalam kitab Fi Ilm al-Lughat al-Taqabuli : Dirasat Tathbiqiyat,
(Iskandariyah: Dar al-Marifat al-Jamiiyat, t.t.), hlm. 7 menekankan bahwa termasuk studi
kontrastif linguitik apabila membandingkan dua sistem bahasa yang tidak serumpun, seperti
kontrastif antara bahasa Indonesia dengan bahasa Arab. Adapun kalau dua bahasa itu serumpun,
seperti sama-sama rumpun bahasa Sam, seperti bahasa Arab dengan bahasa Ibrani, hal ini masuk
dalam studi komparatif linguistik. Termasuk komparatif linguistik adalah studi perbandingan
antara bahasa Indonesia dengan bahasa Malayasia. Kedua studi ini linguistik kontrastif dan
linguistik komparatif merupakan cabang dari Ilmu Linguistik Terapan. Menurut Sulaiman
Muhammad Fatih dalam kitab Fi Ilm al-Lughat al-Tathbiqi, (Mesir: Dar al-Fikr al-Arabi, 1989),
hlm. 13 dijelaskan bahwa kedudukan linguistik terapan itu sebagai jembatan antara
linguistik teoritis dengan ilmu pendidikan.
Fisiak mengemukakan pengertian analisis kontrastif adalah suatu cabang

ilmu linguistik yang mengkaji perbandingan dua bahasa atau lebih atau sub sistem

bahasa-bahasa.7 Tujuannya untuk menemukan perbedaan-perbedaan dan

persamaan-persamaan kedua bahasa tersebut. James berpendapat bahwa analisis

kontrastif ialah suatu aktivitas linguistik yang bertujuan untuk menghasilkan

tipologi dua bahasa yang kontras, yang berdasarkan asumsi bahwa bahasa-bahasa

itu dapat dibandingkan dan tidak serumpun. Dalam analisis kontrastif dua bahasa,

perbedaan struktur kedua bahasa tersebut diidentifikasi, lalu unsur-unsur yang

berbeda dipelajari kemungkinannya sebagai penyebab kesukaran dalam

pembelajaran bahasa asing.8

Fuad Abdul Hamied mengemukakan bahwa analisis kontrastif sebagai

suatu studi perbandingan yang sistematik dari ciri-ciri linguistik yang spesifik dari

dua bahasa atau lebih. 9 Kridalaksana berpendapat bahwa analisis kontrastif adalah

metode sinkronis dalam analisis bahasa untuk menunjukkan persamaan dan

perbedaan antara bahasa-bahasa atau dialek-dialek untuk mencari prinsip yang

dapat diterapkan dalam masalah praktis, seperti dalam pengajaran bahasa dan

penerjemahan. 10

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahawa pendekatan

analisis konstrastif bahasa adalah sebuah proses kajian dimana peneliti melakukan

aktivitas memperbandingkan dua bahasa atau lebih. Perbandingan itu dilakukan

untuk mengetahui dan menjelaskan aspek-aspek perbedaan dan persamaam antar

7 Fisiak, J. (ed.), Contrastive Linguistics and The Language Teacher, (Oxford: Pergaman Press,
1985), hlm. 1.
8 James, C., Contrastive Analysis, (London: Longman, 1980), hlm. 3.
9 Fuad Abdul Hamied, Proses Belajar Mengajar Bahasa, (Jakarta: Depdikbud, 1989), hlm. 28.
10 Kridalaksana, H. Kamus Linguistik, (Jakarta : Gramedia), 1993, hlm. 12
bahasa. Tujuan utama dari pembandingan itu adalah untuk mengenali kesulitan-

kesulitan yang akan dihadapi para pelajar dalam mempelajari bahasa asing

tertentu. Pengetahuan tentang kesulitan-kesulitan tersebut dapat memberikan

kontribusi dalam mengembangkan perangkat pembelajaran seperti, penyusunan

buku dan bahan ajar, penyusunan latihan-latihan bahasa, dan hal-hal lain yang

berkaitan dengan pembelajaran bahasa asing.

Dasar-dasar Analisis Kontrastif

Analisis Kontrastif dibangun atas hipotesis tertentu. Tarigan menjelaskan,

bahwa hipotesis analisis semua kesalahan dalam B2 dapat diramalkan dengan

menidentifikasi perbedaan antara B1 dan B2 yang dipelajari oleh para siswa.

Hipotesis ini didasarkan kepada asumsi-asumsi berikut :

1. Penyebab utama atau penyebab tunggal kesulitan belajar dan kesalahan dalam
pengajaran bahasa asing adalah interferensi11 bahasa ibu. Kesulitan belajar itu
sebagian atau seluruhnya disebabkan oleh perbedaan B1 dan B2;
2. Semakin besar perbedaan antara B1 dan B2 semakin akut atau gawat kesulitan
belajar;
3. Hasil perbandingan antara B1 dan B2 diperlukan untuk meramalkan kesulitan
dan kesalahan yang akan terjadi dalam belajar bahasa asing;
4. Bahan pengajaran dapat ditentukan secara tepat dengan membandingkan kedua
bahasa itu, kemudian dikurangi dengan bagian yang sama sehingga apa yang

11 Situasi kedwibahasaan mulai terjadi pada pembelajaran bahasa asing. Kontak antara kedua
bahasa menimbulkan fonomena saling mempengaruhi. Bahasa mana yang terpangaruh besar
tergantung ke kepada tingkat penguasaan bahasa sang dwibahasawan. Bila yang bersangkutan
lebih menguasai bahasa ibu, mka bahasa itulah yang banyak mempengarahui B2. Sebaliknya,
karena sesuatu sebab, penguasaan B2 melebihi penguasaan B1, maka giliran B1 lah yang
dipengaruhi oleh B2. Dalam taraf permulaan pembelajaran bahasa asing dapat dipastikan bahwa
bahasa ibu lebih dikuasai daripada bahasa asing. Dalam situasi seperti ini pengaruh bahasa ibu
sangat menonjol terhadap bahasa asing. Bila pengaruh itu tidak sejalan dengan system bahasa
asing, maka terjadilah interferensi b1 terhadap b2. Interferensi menimbulkan penyimpangan.
Interferensi menimbulkan kesalahan berbahasa. Lihat, Henri Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis
Kontrastif Bahasa, hlm. 7-8.
harus dipelajari oleh siswa adalah sebilangan perbedaan yang disusun
berdasarkan analisis kontrastif.12
Keeempat asumsi di atas dapat dijelaskan lewat contoh kontrastif sebagai
berikut :
Menurut Alwi, tempat artikulasi /d/ dalam bahasa Indonesia adalah
dental-alveolar. Sedangkan cara arktikulasi adalah hambat13. Dalam bahasa
Arab // memiliki tempat artikulasi al Asnan al Latswi (dental alveolar)14.
Sedangkan cara artikulasi adalah infijariyyah (hambat/letupan)15. Dari aspek
ini, /d/ dan // sama, yaitu sama-sama mempunya daerah dan cara artikulasi yang
sama. Namun // memiliki sifat ithbaq yang tidak dipunyai oleh /d/. Berdasarkan
fakta ini, / / akan menjadi hal yang sulit bagi orang Indonesia karena dalam
sistem fonem bahasa Indonesia tidak dikenal sifat ithbaq. Interferensi dapat terus
terjadi ketika mengucapkan // yaitu menggantinya dengan /d/, misalkan
dirubah menjadi . Oleh karena perbedaan ini, bahan ajar harus
mengarahkan siswa untuk banyak berlatih // dengan sifat ithbaq-nya. 16

Ruang Lingkup Analisis kontrastif

Analisisi kontrastif mencakup seluruh tataran bahasa. Tarigan

menyebutkan bahwa tataran bahasa yang digarap oleh pengikut analisis kontrastif

tidak merata. Bidang fonologi paling banyak diperbandingkan, dengan alasan

bahwa peranan aksen bahasa itu sangat besar terhadap B2. Setelah bidang

fonologi menyusul bidang sintaksis. Bidang kosakata kurang mendapat

perhatian.17

12 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa, hlm, 5-6.


13 Dental alveolar adalah tempat artikulasi yang berlokasi pada pertemuan gigi bagian atas dan
langit-langit. Hambat adalah fonem yang pengucapkannya dengan menahan aliran udara sejenak
kemudian melepaskannya. Hambat sering juga disebut dengan letupan. Istilah letuparn merujuk
kepada terhamburnya aliran udara dari paru-paru ketika hambatan dilepaskan. Amril dan
Hermanto, Fonologi Bahasa Indonesia, (Padang, UNP Press, 2002), hlm. 79.
14 Ahmad Muhammad Qadur, Mabadi Lisaniyyat, (Damsyiq, Darul Fikri, 1996), hlm. 68.
15 Mahmud Saran, Ilm al Lughah, (Beirut, Dar al Nahdhah al Arabiyyah), hlm. 157.
16 Ithbaq adalah cara pengucapan bunyi dengan melakukan kuncian sesaat pada lidah ketika
lidah berinteraksi dengan sebuah makhraj (tempat artikulasi bunyi). Bunyi Ithbaq yang lain
adalah // ,//,//. Ahmad Muhammad Qadur, Mabadi Lisaniyyat, hlm. 83.
17 Ahmad Muhammad Qadur, Mabadi Lisaniyyat, hlm. 14.
Selain tataran bahasa, Lado menekankan pentingnya melakukan analisis

kontrastif pada tataran budaya. Lado menjelaskan bahwa pada manusia tumbuh

dalam budaya yang berbeda-beda. Sebuah budaya akan melahirkan persepsi

pemaknaan yang berbeda dengan budaya lainnya. Melalui pengetahuan akan

perbedaan-perbedaan itu, maka orang-orang dapat berkomunikasi dengan baik

tanpa adanya mispersepsi walau dilatar belakangi budaya yang berbeda-beda.18

Berdasarkan paparan di atas, analisis kontrastif memilki dua ruang

lingkup, yaitu pada bahasa dan budaya. Tataran bahasa yang digarap lewat analisis

kontrastif adalah tataran bunyi, kata, gramatika dan sintaksis. Dari keseluruhan

tataran bahasa, tataran fonologi sangat dominan diterapkan. Budaya sebagai objek

dari analisis kontrastif penting untuk dikaji agar proses pembelajaran bahasa dapat

melahirkan siswa-siswa yang dapat berkomunikasi dengan baik. Perbedaan

budaya yang melatar belakangi B1 dan B2 sangat penting untuk dipahami guna

menghidari kekacauan penggunaaan bahasa.

Langkah-langkah Analisis Kontrastif

Beberapa langkah pendekatan kontrastif dapat dilakukan sebagai berikut (a)

mendeskripsikan bahasa ibu secara lengkap, (b) mendeskripsikan bahasa target

yang akan dipelajari siswa, terutama yang menyangkut segi linguistik, (c)

membuat klasifikasi perbedaan antara bahasa ibu dan bahasa target, (4)

memprediksi atau memperkirakan kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa

target berupa identifikasi perbedaan bahasa ibu dan bahasa target, (5) menyusun

atau mengurutkan bahan pengajaran, (6) menentukan metode dan perangkat

pembelajaran yang sesuai dengan bahan pengajaran yang telah disusun.19

18 Mahmud Ismail Shiniy dan Ishaq Muhammad Al Amin, al Taqabul al Lughawy wa Tahlil al
Akhtha, (Riyadh, Jamiah al Malik Suud, 1979), hlm. 10-11.
19 Adopsi dari Guntur Tarigan, Hendry, Pengajaran Remidi Bahasa, Bandung: Angkasa,2009.
hlm 18.
APLIKASI ANALISIS KONTRASTIF DALAM PEMBELAJARAN

BAHASA ARAB UNTUK ANAK

Sebagai penjabaran dari langkah-langkah analisis kontrastif di atas,

penulis mencoba mengemukakan sebuah contoh pengajaran bahasa Arab, dalam

hal ini bahasa Arab pada tingkat dasar, tentang perbandingan kosakata dalam

bahasa Indonesia dan bahasa Arab berdasarkan bilangannya.

Pertama, yaitu mendeskripsikan fonetik bahasa ibu (bahasa Indonesia)

secara lengkap. Bilangan dalam Bahasa Indonesia dibedakan antara Tunggal dan

Jamak. Tunggal adalah kata benda yang merujuk pada satu bilangan. Dalam

bahasa Indonesia kosakata seperti ini mempunyai bentuk tunggal sesuai dengan

kata benda yang dimaksud. Kata benda tersebut biasanya terdiri atas nama orang,

nama benda, dan lain sebagainya. Berikut merupakan bentuk kosakata bilangan

tunggal dalam bahasa Indonesia. Bilangan tunggal dalam bahasa Indonesia

merupakan kosakata yang masih asli atau kosakata nominal yang menjadi entri

(belum berubah menjadi jamak). Berikut merupakan bentuk kosakata bilangan

tunggal dalam Bahasa Indonesia.

a. Ayah sedang menyeberang jalan

b. Ir. Soekarno adalah pahlawan proklamasi

c. Jendela itu terbuka

d. Saya adalah mahasiswa

e. Buku ini milik kakakku

Sedangkan Bentuk bilangan jamak adalah bentuk morfologis yang

merupakan kata benda berbilangan dua atau lebih. Dalam Bahasa Indonesia,

bentuk kosakata tunggal mempunyai beberapa kategori, diantaranya, (1)

penggunaan kata ulang, (2) penggunaan keterangan para,(3) penggunaan

keterangan seluruh/semua, (4) penggunaan keterangan kelompok, dan (5)


penggunaan kosakata bilangan (angka). Bentuk kosakata tersebut dipaparkan

sebagaimana berikut ini.

a. Jalan-jalan utama di dalam kota dan kawasan pemukiman terendam air.

b. Imron sedang mendengarkan kisah para pahlawan.

c. Seluruh jendela rumahnya terbuat dari kayu jati.

d. Kelompok mahasiswa itu adalah mahasiswa berprestasi.

e. Aku diberi hadiah enam buku baru

Dalam Bahasa Indonesia, kata ulang atau dapat disebut dengan reduplikasi

merupakan bentuk kata yang mempunyai makna lebih dari dua (banyak). Hal

tersebut dapat dilihat pada penggunaan kosakata anak-anak mempunyai makna

lebih dari dua (banyak).

Kedua, mendeskripsikan bahasa target (Bahasa Arab) yang akan dipelajari

siswa, terutama yang menyangkut segi linguistik. Bilangan dalam bahasa Arab

dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (1) tunggal (mufrad), dual (mutsanna),

jamak (jama). Mufrad adalah kata benda yang merujuk pada satu bilangan,

contoh: ( saya seorang muslim). Isim mutsanna, yaitu kata benda yang

merujuk pada dua bilangan, contoh: ( di dalam masjid ada dua

orang muslim). Sedangkan Jamak, yaitu kata benda yang merujuk pada lebih dari

dua, dibedakan menjadi dua yaitu jama salim dan jama taktsir. Jama salim

adalah jamak yang dibentuk dengan menambahkan akhiran tertentu sehingga

mudah dikenali. contoh: / ( orang-orang

muslim laki-laki pergi ke masjid/ orang-orang muslim wanita pergi ke masjid).

Sedangkan jama taksir adalah jamak yang bentuknya berubah dari bentuk

tunggalnya. Contoh: ( dikelas terdapat banyak kursi)

Ketiga, membuat klasifikasi perbedaan antara bahasa ibu dan bahasa target

seperti berikut.
Bilangan Dalam BahasaKeterangan Dalam Bahasaketerangan
Indonesia Arab
singular Kursi Asli (tidak ada Asli (tidak ada
muslim tambahan atau tambahan atau
perubahan) perubahan)
Ganda - Tidak mengenal Terdapat akhiran

Jamak Kursi-kursi Mengualang kata Terdapat akhiran
Para muslim Atau menambahkan atau ( jama
kata yang salim)
Terdapat perubahan
menunjukkan jamak
bentuk kata (jama
seperti para, banyak,
taksir)
seluruh. Sedangkan
kata bendanya tetap
Keempat, memprediksi atau memperkirakan kesulitan belajar dan

kesalahan berbahasa target berupa identifikasi perbedaan bahasa ibu dan bahasa

target. Setelah membandingkan bahasa ibu dan bahasa target maka langkah

selanjutkan memprediksi kesulitan belajar yang akan dialami. Diantara prediksi

kesulitan yang dialami siswa dalam belajar bilangan dalam bahasa Arab antara

lain:

1. Siswa akan sulit mengungkapkan bilangan dual (mutsanna). Karena tidak

ditemukan dalam bahasa Indonesia;

2. Siswa akan sulit mengungkapkan bilangan jamak. Karena pembentukannya

berbeda dengan bahasa Indonesia;

3. Siswa kesulitan membedakan bentuk jamak dalam bahasa Arab antara jama

salim dan jama taksir

Kelima, menyusun atau mengurutkan bahan pengajaran berkaitan dengan

cara menyusun atau mengurutkan bahan pengajaran. Identifikasi perbedaan antara

dua bahasa dipakai sebagai dasar memperkirakan kesulitan belajar dan kesalahan

berbahasa. Itulah yang dipakai sebagai dasar untuk menentukan urutan atau

susunan bahan pengajaran bahasa target. Misalnya dalam materi pembilangan


siswa harus dipahamkan dulu tentang bentuk mufrad, selanjutnya bentuk

mutsanna, baru bentuk jama salim dan baru jama taksir. Masing-masing materi

harus disertai contoh, peniruan, pengulangan, latihan runtun, dan penguatan untuk

dapat mengukur bahwa siswa telah benar-benar memahami materi mulai dari yang

paling mudah samapi materi berikutnya yang lebih sulit.

Keenam, menentukan metode dan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan

bahan pengajaran yang telah disusun. Siswa yang belajar bahasa target sudah

mempunyai kebiasaan tertentu dalam bahasa ibunya. Kebiasaan itu harus diatasi

agar tidak lagi menginterferensi bahasa target. Pembentukan kebiasaan dalam

bahasa target dilakukan dengan penyampaian bahan pelajaran yang telah disusun

berdasarkan langkah pertama, kedua, ketiga, keempat dan kelima dengan

menentukan metode dan media yang sesuai. Dengan cara ini diharapkan para

siswa mempunyai kebiasaan berbahasa target yang kokoh dan dapat

meminimalisir kerancuan dengan bahasa ibu.

Contoh diatas adalah sedikit memberikan gambaran aplikasi pendekatan

analisis kontrastif dalam pembelajaran bahasa Arab. Masih banyak materi-materi

kebahasaan dalam bahasa Arab yang harus terus dilakukan analisis kontrastif

sehingga permasalahan-permasalahan yang ada dalam pembelajaran bahasa arab

yang berkaitan dengan interfensi bahasa ibu dapat ditemukan solusinya.

KESIMPULAN
Pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing lebih mudah dipelajari
pada usia anak-anak dibanding usia dewasa. Maka, guru harus mampu
menumbuhkan minat dan sikap positif terhadap bahasa Arab. Dengan
menggunakan pendekatan analisis kontrastif guru dapat memprediksi kesulitan-
kesulitan yang akan dialami oleh siswa, dengan demikian guru dapat mencari
solusi yang tepat untuk mengatasinya. Pada akhirnya, pembelajaran bahasa arab
akan lebih menjadi lebih mudah, menyenangkan dan efektif.
Pendekatan analisis kontrastif adalah upaya untuk memperbandingkan
bahasa ibu dengan bahasa asing yang akan dipelajari. Hasil perbandingan itu
dapat memprediksi aspek-aspek yang sulit dan yang mudah dalam mempelajari
B2. Semakin berbeda B2 dan B1, maka akan semakin sulit dipelajari sehingga
harus diberikan perhatian yang lebih khusus.

Oleh sebab itu diperlukan penelitian yang mendalam tentang pembelajaran

bahasa Arab dengan pendekatan analisis kontrastif. Sehingga diharapkan dapat

menambah jumlah data untuk mengetahui lebih banyak perbedaan-perbedaan

yang ditemukan. Tetapi, yang lebih penting adalah memperbanyak data mengenai

kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran bahasa Arab yang ingin diungkap serta

menemukan solusi pembelajaran yang tepat untuk mengatasinya.


Daftar Pustaka

Ahmad bin Abdullah al-Basyir. 1988. Al-Tahlil al-Taqabuli bayna al-Nazhariyah


wa al-Tathbiq; Al-Muwajjih fi Talim al-Lughah al-Arabiyah Lighairi al-
Nathiqin Biha II. Jakarta: LIPIA.
al-Qasimi, Ali Muhammad. 1979. Itijahat Haditsah f Talim al-Arabiyah li al-
Nathiqin bi al-Lugah al-Ukhra. Riyadh: Jamiah Riyadh.
Amril dan Hermanto. 2002. Fonologi Bahasa Indonesi. Padang: UNP Press.
Fatih, Sulaiman Muhammad. 1989. Fi Ilm al-Lughat al-Tathbiqi. Mesir: Dar al-
Fikr al-Arabi.
Fisiak, J. (ed.). 1985. Contrastive Linguistics and The Language Teacher. Oxford:
Pergaman Press.
Hamied, Fuad Abdul. 1989. Proses Belajar Mengajar Bahasa. Jakarta:
Depdikbud.
James, C. 1980. Contrastive Analysis. London: Longman.
Kridalaksana, H. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia.
Parera, Jos Daniel. 1997. Linguistik Edukasional. Jakarta: PT.Erlangga. hlm. 107.
Qadur , Ahmad Muhammad. 1996. Mabadi Lisaniyyat. Damsyiq: Darul Fikri.
Saran , Mahmud, Ilm al Lughah, Beirut: Dar al Nahdhah al Arabiyyah.
Shiniy , Mahmud Ismail dan Ishaq Muhammad Al Amin. 1979. al Taqabul al
Lughawy wa Tahlil al Akhtha. Riyadh: Jamiah al Malik Suud.
Tarigan, Henry Guntur. 1992. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung:
Angkasa..
Yaqut, Ahmad Sulaiman. t.t. Fi Ilm al-Lughat al-Taqabuli; Dirasat Tathbiqiyat.
Iskandariyah: Dar al-Marifat al-Jamiiyat.
Zulkifi, L. 2000. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai