Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu rangkaian proses kegiatan yang dilakukan secara sadar, berencana, sistematik, berkesinambungan, terpola, dan terstruktur terhadap anak didik dalam rangka membentuk para peserta didik menjadi seorang insan yang berkualitas baik sacara intelek maupun moral spiritual. Pendidikan adalah aspek kehidupan yang harus dan pasti dijalani oleh semua manusia di muka bumi sejak kelahiran, selama masa pertumbuhan dan kedewasaannya. Pendidikan adalah merupakan elemen yang sangat signifikan dalam menjalani kehidupan. Karena dari sepanjang perjalanan manusia pendidikan merupakan barometer untuk mencapai maturasi nilai-nilai kehidupan. Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu yang penting, karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya. Menurut Irwanto (1997:23) belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu. Dengan belajar, siswa dapat mewujudkan cita-cita yang diharapkan. Permasalahannya terletak pada kebutuhan akan pendidikan setiap siswa yang berbeda-beda. Hal ini didasari oleh bakat, minat, dan kemampuannya mereka yang beragam. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri mengikuti pendidikan lebih lanjut. Sebagai pelaksanaan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikeluarkan Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanana undang-undang tersebut. Peraturan Pemerintah yang telah dikeluarkan dan harus segera dilaksanakan penyesuaian-penyesuaian aturan adalah Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan. Pendidikan diharapkan dapat meningkatkan sumber daya manusia yang sangat penting dan urgen dalam Pembangunan Nasional dan dapat mendukung tercapainya target-target Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional memerlukan kualitas sumber daya manusia yang unggul, baik dalam kapasitas ilmu pengetahuan, teknologi, seni, keterampilan, olah raga maupun sikap mental. Kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan dan harus diperhatikan serta dikelola dengan pemanfaatan secara efektif dan efisien. Kurikulum adalah program pembelajaran yang disediakan untuk membelajarkan siswa dalam sebuah lembaga pendidikan sehingga akan menghasilkan output sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu perlu diadakannya manajemen kurikulum yang baik sehingga dapat menghasilkan output yang diharapkan. Banyak definisi kurikulum yang saling berbeda antara satu dan lainnya, disebabkan karena perbedaan landasan filsafat yang dianut oleh para penulis berbeda-beda, akan tetapi adanya kesamaan fungsi, yaitu bahwa kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan ( H.Dakir, 2004:1). Maka sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia, terutama bagi perkembangan dan perwujudan diri individu dalam pembangunan bangsa dan Negara. Kemajuan suatu bangsa bergantung kepada cara kebudayaan bangsa tersebut mengenali, menghargai dan memanfaatkan sumber daya manusia dan dalam hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada masyarakatnya, yaitu kepada para peserta didik. Melihat kondisi masyarakat Indonesia yang seperti ini, banyak para orang tua peserta didik memasukkan anak-anak mereka ke dalam pondok pesantren dengan nuansa keagamaan yang masih sangat kental. Mereka ingin mendidik anak-anak mereka dalam suasana keagamaan sebanyak mungkin agar dapat menjadi pondasi yang kokoh dalam

menghadapi dampak negatif perkembangan zaman. Usaha ini menghadapi problem yang serius, yaitu tertinggalnya anak-anak mereka dari kehidupan modern selepas mereka dari pendidikan tradisional tersebut. Lulusan sekolah-sekolah keagamaan tradisional ini pada umumnya menjadi gagap dan tidak mampu untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan modern. Program pendidikan barupun lahir dan diterapkan karena sekolah-sekolah formal sudah tidak dapat lagi menjamin untuk membimbing para siswa dengan kondisi kelas yang tidak stabil karena di dalam suatu kelas (reguler) terdapat perbedaan kemampuan dan keterbatasan yang terjadi pada setiap siswa. Dan dalam hal lain, proses pembelajaran juga diharapkan mampu membina mental maupun intelektual siswa tersebut. Keberadaannya harus bisa dilaksanakan secara komprehensif dan berhubungan antara nilai dan sikap (afeksi), pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan (life skill) serta kemampuan berkomunikasi terhadap sekitarnya. Oleh karena itu, munculah sebuah pemikiran untuk membuat program-program pendidikan baru yang merupakan sebuah ide pengembangan dari program kurikulum sebelumnya. Pada awal tahun 1990 masyarakat Indonesia mulai gelisah dengan kualitas hasil pembelajaran siswa yang cenderung terdikotomi secara berlebihan. Sekolah agama yang lebih dikenal dengan pondok pesantren cenderung terlalu keagamaan dan yang sekolah umum terlalu berorientasi pada hal yang bersifat duniawi. Maka lahirlah program pendidikan baru yang mengawinkan pendidikan umum dan pendidikan agama yang disebut Islamic Boarding School. Kehadiran Islamic Boarding School telah memberikan alternatif pendidikan bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya. Dari sisi kualitas, Kurikulum Islamic boarding school memungkinkan interaksi antara siswa dengan guru terjalin lebih leluasa. Interaksi yang kerap ini membuat siswa terhindar dari pengaruh negatif yang berasal dari luar. Komunikasi antara siswa dengan guru jauh lebih baik dibandingkan dengan sekolah formal. Para siswa memandang gurunya tidak hanya sebagai pengajar, namun lebih dari itu, yakni sebagai pengganti orang tua mereka, yang dengannya mereka bebas untuk berbicara tentang apa saja. Dengan cara ini pengawasan terhadap perilaku siswa dapat lebih dipertanggung jawabkan. Mekanisme pembentukan siswa menjadi pribadi yang mandiri terlaksana lebih maksimal sehingga anak didik lebih memiliki kepribadian yang utuh dan khas.

Hanun (1999:77) menyatakan bahwa Islamic Boarding School lebih menekankan pada pendidikan kemandirian siswa dan berusaha menghindari dikotomi keilmuan antara ilmu agama dan ilmu umum. Dengan pembelajaran yang mengintegrasikan kedua aspek tersebut diharapkan akan membentuk kepribadian yang utuh setiap siswanya. Pelayanan pendidikan dan bimbingan dengan sistem boarding school yang diupayakan selama 24 jam. Menimbulkan penjadwalan pembelajaran yang lebih leluasa dan menyeluruh. Segala aktifitas siswa akan senantiasa terbimbing, kedekatan antara guru dengan siswa selalu terjaga, masalah kesiswaan akan selalu diketahui dan segera terselesaikan. Pembinaan mental siswa secara khusus mudah dilaksanakan, ucapan, perilaku dan sikap siswa akan senantiasa terpantau, tradisi positif para siswa dapat terseleksi secara wajar, terciptanya nilai-nilai kebersamaan dalam komunitas siswa, komitmen komunitas siswa terhadap tradisi yang positif dapat tumbuh secara leluasa, para siswa dan guru-gurunya dapat saling berwasiat mengenai kesabaran, kebenaran, kasih sayang, dan penanaman nilai-nilai kejujuran, toleransi, tanggungjawab, kepatuhan dan kemandirian dapat terus-menerus diamati dan dipantau oleh para guru dan pembimbing. Hal inilah yang menjadikan islamic boarding school terasa lebih kondusif dan efisien. Terlepas dari segala kekurangannya, pembelajaran dengan Sistem Islamic Boarding School sebenarnya sangat efektif untuk mendidik kecerdasan, keterampilan, pembangunan karakter dan penanaman nilai-nilai moral siswa. Prinsip dasar pendidikan dengan sistem islamic boarding school, berupaya mengintegrasikan dan meramu semua aspek dari berbagai ranah pembelajaran pada semua aktivitas siswa yang diprogramkan, diatur dan dijadwalkan dengan jelas dan terkonsep menjadi satu paket dalam kegiatan sehari-hari mereka. Maka segala aktifitas siswa akan senantiasa terencana dan terbimbing dengan baik. Islamic boarding School juga mempunyai banyak nilai positif sebagai sasaran bagi peningkatan kualitas hasil pendidikan itu sendiri. Dalam perkembangan dunia pendidikan, lembaga-lembaga ini juga mempunyai peran dan andil besar dalam membangun Indonesia.

Lulusan atau para alumni dari lembaga ini mayoritas berhasil dan cukup berprestasi dimasyarakat. Hal itu berdampak kepada tingginya minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya di lembaga tersebut. Oleh karenanya dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini Lembaga Islamic Boarding School banyak sekali bermunculan diseluruh wilayah Indonesia. Seperti SMA Pesantren Unggul Al Bayan Sukabumi, YAPIZDA Bekasi, SMP DDI Sumenep, SMA Semesta Semarang, SMP dan SMA Athirah Makassar, MA Madania Bogor, SMA AlAzhar Cikarang, SMA Insan Cendekia Serpong, SMA Dwiwarna Bogor, SMP Hasbunallah Tabalong, SMP dan SMA Al-Kautsar Sukabumi, SMA Salman Al-Farisi Bandung, SMA IIBS Cikarang, SMP KUMI Tarakan, SMA Rafah Bogor, dan masih banyak lagi. Selanjutnya menjadi hal yang sangat menarik bagi peneliti untuk memahami lebih jauh tentang Penerapan kurikulum Islamic Boarding School dalam meningkatkan kualitas hasil pembelajaran siswa. Khususnya di SMP Al-Izzah Batu, Malang.

B. Perumusan Masalah Dari latar belakang yang ada, serta keterbatasan peneliti, maka penelitian kali ini akan lebih memperhatikan pada pokok permasalahan yang secara sederhana bisa dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Kurikulum Islamic Boarding School di SMP Al-Izzah Hidayatullah Batu? 2. Bagaimanakah Pelaksanaan Kurikulum Islamic Boarding School di SMP Al-Izzah

Hidayatullah Batu?
3. Bagaimanakah Kualitas Hasil Pembelajaran Di SMP Al-Izzah Hidayatullah Batu?

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka, secara garis besar tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui secara umum tentang konsep dan penerapan kurikulum serta kualitas hasil belajar siswa pada lembaga sekolah berasrama (Islamic Boarding School) di Indonesia, adapun yang lebih khusus tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk Mendeskripsikan Kurikulum Islamic Boarding School di SMP Al-Izzah

Hidayatullah Batu

2. Untuk Mendeskripsikan Pelaksanaan Kurikulum Islamic Boarding School di SMP Al-

Izzah Hidayatullah Batu


3. Untuk Mendeskripsikan Kualitas Hasil Pembelajaran Di SMP Al-Izzah Hidayatullah

Batu D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan SDM terutama bagi masyarakat yang menggunakan sekolah dasar pesantren sebagai alternatif pilihan dalam memperoleh pendidikan. 2. Manfaat Praktis Sedangkan dimensi praktis dari penelitian ini adalah untuk menemukan sebuah pola pengelolaan dan manajemen sekolah dasar berbasis pesantren sehingga dapat dijadikan sebagai kerangka acuan bagi pengembangan SDM sekolah dasar berbasis pondok pesantren yang lainnya. Serta diharapkan dengan penelitian ini akan memberikan masukan bagi pembuat kebijakan terutama berkaitan dengan pengembangan SDM pada lembaga pendidikan tersebut. Adapun kegunaan penelitian dalam skripsi ini adalah: 1. Bagi peneliti:
a.

dan

Sebagai proses pembelajaran bagi peneliti dalam menambah ilmu pengetahuan

dan serta wawasan keilmuan, dalam rangka mengikuti perkembangan kurikulum sekolah berasrama khususnya, dan pendidikan pada umumnya, sekaligus untuk mengembangkan pengetahuan penulis dengan landasan dan kerangka teoritis yang ilmiah atau pengintegrasian ilmu pengetahuan dengan praktek serta melatih diri dalam penelitian ilmiah.
b.

Untuk memenuhi beban SKS dan sebagai bahan penyusunan skripsi yang

merupakan tugas akhir penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Strata satu (S1) pada jurusan Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Malang.
2.

Bagi Obyek Penelitian a. b. c. Sebagai sumbangsih pemikiran ke dalam dunia pendidikan di lapangan Sebagai bahan masukan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan Sebagai sumbangan kepada Universitas Negeri Malang, khususnya kepada

khususnya di SMP Al-Izzah Hidayatullah Batu. sekaligus peningkatan hasil belajar siswa di SMP Al-Izzah Hidayatullah Batu. perpustakaan sebagai bahan bacaan yang bersifat ilmiah dan sebagai kontribusi wacana intelektual pendidikan. E. Definisi Operasional Sebuah penelitian yang sifatnya ilmiah, maka perlu adanya sebuah pembatasan dan penegasan masalah yang akan diteliti, agar penelitian tersebut lebih terfokus. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengertian dalam judul skripsi ini, maka penulis menggambarkan beberapa istilah-istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini, yakni sebagai berikut: Kurikulum Rencana pembelajaran. Atau bisa di definisikan sebagai seperangkat rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar-mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.
Islamic Boarding School

Islamic boarding school ialah sebuah lembaga pendidikan islam di mana beberapa atau bahkan seluruh murid tidak hanya belajar di sekolah, tetapi juga tinggal di sana. Boarding berarti untuk menyediakan makanan dan penginapan. Sekolah dengan sistem yang sangat baik dengan kegiatan yang teratur. Semua penghuninya tinggal dalam satu kawasan belajar.

Hasil Pembelajaran Pencapaian yang telah dihasilkan siswa dalam suatu tolok ukur tertentu.

Siswa Siswa adalah seseorang individu yang melakukan aktifitas belajar di lembaga formal atau sekolah untuk mencari ilmu pengetahuan. Atau secara sederhana bisa diartikan sebagai peserta didik. Dari uraian beberapa istilah di atas, maka yang dimaksud dengan judul skripsi ini adalah bahasan mengenai Penerapan kurikulum Islamic Boarding School dalam meningkatkan kualitas hasil pembelajaran siswa.

1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah jenis penelitian lapangan yang berjenis kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miler (2003 : 3) adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya. Menurut S. Nasution (2003: 18), penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik. Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan kuantitatif, karena tidak menggunakan alat-alat pengukur. Disebut naturalistik karena situasi lapangan penelitian bersifat natural atau wajar, sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen atau test. Penelitian kualitatif bersifat general teory bukan hypotesis testing sehingga teori yang dihasilkan berupa teori substantive dan teori-teori yang diangkat dari dasar (grounded theory).

2. Obyek Penelitian Adapun obyek penelitian adalah komponen kurikulum sebagai rencana pembelajaran dan program pendidikan yang diterapkan di SMP Al-Izzah Hidayatullah Batu yang

merupakan kurikulum integral dari berbagai kurikulum yang ada. Untuk menentukan subyek penelitian untuk dijadikan informan menurut Molleong ada beberapa kriteria yaitu: ia harus jujur, tata pada janji, patuh pada peraturan, tidak termasuk salah satu kelompok yang bertentangan dalam latar penelitian, dan mempunyai pandangan tertentu tentang suatu hal atau peristiwa yang terjadi. (2003 : 90) 3. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Partisipan Observasi partisipan menurut Bodgan adalah penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara penelitian dan subyek dalam lingkungan obyek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan (2003:117). Pendapat diatas diperkuat oleh M.Q. Patton yang menyatakan bahwa agar menjadi partisipan dan sekaligus pengamat, peneliti hendaknya turut serta dalam berbagai peristiwa dan kegiatan (2003:60). Observasi partisipan merupakan teknik utama dalam penelitian ini, untuk dapat memaksimalkan hasil yang diperoleh Bodgan dan Taylor memberikan petunjuk sebagai berikut: (1) Jangan mengambil sesuatu dari lapangan secara pribadi, (2) Jangan berambisi untuk mengambil sebanyak mungkin informasi pada harihari pertama berada dilapangan, (4) Bertindaklah secara relative pasif, (5) Bertindaklah dengan lemah lembut (2003:120). Dengan petunjuk tersebut diharapkan peneliti benarbenar menjadi instrument dalam penelitian kualitatif. Kegunaan teknik pengumpulan data berupa observasi partisipan adalah mengumpulkan data dalam bentuk catatan lapangan dan peristiwa kegiatan pelaksanaan program kurikulum yang diterapkan di SMP Al-Izzah. b. Wawancara Wawancara menurut Lexy J. Molleong adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee) (2003 : 120). Wawancara dalam penelitian kualitatif biasanya merupakan jenis wawancara tak berstruktur.

Wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. (Lexy J. Molleong 2003 :

120). Pada mulanya belum dipersiapkan pertanyaan yang spesifik, karena belum dapat diperkirakan keterangan yang akan diberikan oleh responden, belum jelas kearah mana pembicaraan akan berkembang. Metode ini dipergunakan oleh penulis untuk mendapatkan berbagai data diantaranya tentang sejarah perkembangan SDITQ, kapengurusan dan pengelolaan SDITQ, gambaran secara umum tentang model dan pelaksanaan kurikulum di SDITQ Al-Irsyad, faktor pendukung dan penghambatnya. Wawancara akan dilakukan dengan ustadz, santri, dan pengelola pondok pesantren Al-Irsyad. c. Dokumentasi Yaitu cara memperoleh data dengan meneliti dan mempelajari serta menganalisa dokumen-dokumen yang berupa data umum yang berhubungan dengan pengelolaan dan manajemen kurikulum SDITQ dan pondok pesantren yang sedang diteliti. Metode ini dipergunakan untuk mendapatkan data berupa penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di SDITQ yang meliputi, visi dan misi, kegiatan harian di asrama, rencana pembelajaran guru, dan penerapan kurikulum baik kurikulum KTSP dan kurikulum pondok. 4. Teknik Analisa Data Proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah, maka langkah berikutnya adalah mereduksi data yang dilakukan dengan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan. Satuan itu kemudian dikategorikan pada langkahlangkah berikutnya. Katagori-katagori itu dilakukan sambil membuat coding. Tahap terakhir dalam analisa data ini ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data (Lexy J. Molleong 2003 : 190).

Anda mungkin juga menyukai