Anda di halaman 1dari 37

MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN MANDIRI Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Konsep Kebidanan

KELOMPOK 2 Disusun Oleh :

Riza Dwi Seni Garnis Yuniar Yeni Silpia Eulis N Juariyah

130103100004 130103100007 130103100033 130103100034

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2011

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya makalah ini tidak akan terselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Kebidanan. Makalah ini memuat tentang Manajemen Pelayanan Kebidanan Mandiri. Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangankekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Bandung, Mei 2011

Penulis

DAFTAR ISI Kata Pengantar ............................................................................................ i Daftar Isi .................................................................................................... ii BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang.. .............................................................................. 1 1.2 Tujuan umum .......................................................................... 2 1.3 Tujuan khusus.. ........................................................................... 2 BAB II Isi 2.1 Konsep Pelayanan Kebidanan Mandiri 2.1.1 Pengertian pelayanan kebidanan mandiri. .......................... 3 2.1.2 Landasan hukum pelayanan kebidanan .............................. 3 2.1.3 Kewenangan bidan .............................................................. 10 2.2 Teori kepemimpinan. .......................................... 16 2.3 Perkembangan Konsep Manajemen............................................19 2.4 Kepemimpinan mandiri. ................................................................. 25 2.5 Merintis, memulai dan mengembangkan usaha. .............................. 27 2.5.1 Pengertian produk, barang dan jasa. ................................... 30 BAB III Penutup 3.1 Kesimpulan................................................................................33 Daftar Pustaka ........................................................................................... iii

ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktek pelayanan bidan perorangan (swasta), merupakan penyedia layanan kesehatan, yang memiliki kontribusi cukup besar dalam memberikan pelayanan, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak. Supaya masyarakat pengguna jasa layanan bidan memperoleh akses pelayanan yang bermutu dari pelayanan bidan, perlu adanya regulasi pelayanan praktek bidan secara jelas, persiapan sebelum bidan melaksanakan pelayanan praktek, seperti perizinan, tempat, ruangan, peralatan praktek, dan kelengkapan administrasi semuanya harus sesuai dengan standar1. Setelah bidan melaksanakan pelayanan dilapangan, untuk menjaga kualitas dan keamanan dari layanan bidan, dalam memberikan pelayanan harus sesuai dengan kewenangannya. Pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota dan organisasi Ikatan Bidan memiliki kewenangan untuk pengawasan dan pembinaan kepada bidan yang melaksanakan praktek perlu melaksanakan tugasnya dengan baik. Penyebaran dan pendistribusian bidan yang melaksanakan praktek perlu pengaturan agar terdapat pemerataan akses pelayanan yang sedekat mungkin dengan masyarakat yang membutuhkannya. Tarif dari pelayanan bidan praktek akan lebih baik apabila ada pengaturan yang jelas dan trasparans, sehingga masyarakat tidak ragu untuk datang ke pelayanan bidan praktek perorangan (swasta). Informasi dari jasa pelayanan bidan untuk masyarakat perlu pengaturan yang jelas, agar masyarakat mendapatkan informasi yang jelas, sehingga konsumen bidan praktek swasta mendapatkan kepuasan akan layanan yang diterimanya. Dari regulasi praktek bidan yang ada, baik itu peraturan pusat maupun peraturan daerah yang menyangkut perizinan dan retribusi belum semua bidan yang melaksanakan praktek di Kota Jambi mematuhinya.

1.2 Tujuan umum

Untuk mengetahui bagaimana manajemen pelayanan kebidanan mandiri 1.3 Tujuan khusus y y y y y :

Untuk mengetahui pengertian manajemen Untuk mengetahui pengertian manajemen kebidanan Untuk mengetahui pengertian pelayanan kebidanan Untuk mengetahui standar pelayanan kebidanan Untuk mengetahui manajemen pelayanan kebidanan mandiri

BAB II ISI

2.1 KONSEP PELAYANAN KEBIDANAN MANDIRI 2.1.1 Pengertian Managemen Pelayanan Kebidanan Mandiri Managemen pelayanan kebidanan mandiri yaitu bagaimana langkah dan cara menjalankan profesi bidan sebagai kegiatan usaha yang mengedepankan sisi pelayanan kebidanan, dan dikelola secara mandiri, profesional dan berjalan secara berkesinambungan.

2.1.2 Landasan Hukum Pelayanan Kebidanan

Permenkes Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan

Pelayanan Kebidanan Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan. Pelayanan Kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga, sesuai dengan kewenangan dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga, dan masyarakat yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan pelayanan kebidanan dapat dibedakan menjadi :

1) Layanan Primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi anggung jawab bidan. 2) Layanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota timyang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan. 3) Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke system layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat/ fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun vertical atau meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya. Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan Pelayanan kebidanan berfokus pada upaya pencegahan, promosi kesehatan, pertolongan persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, melaksanakan tindakan asuhan sesuai dengan kewenangan atau bantuan lain jika diperlukan, serta melaksanakan tindakan kegawat daruratan. Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak. Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat, Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/149/2010 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN

BAB III PENYELENGGARAAN PRAKTIK

Pasal 8 Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan meliputi: a. Pelayanan kebidanan b. Pelayanan reproduksi perempuan; dan c. Pelayanan kesehatan masyarakat

Pasal 9 1. Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf a ditujukan kepada ibu dan bayi

2. Pelayanan kebidanan kepada ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan pada masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas dan masa menyusui. 3. Pelayanan kebidanan pada bayi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan pada bayi baru lahir normal sampai usia 28 (dua puluh delapan) hari.

Pasal 10 1. Pelayanan kebidanan kepada ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (2) meliputi: a. Penyuluhan dan konseling b. Pemeriksaan fisik c. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal d. Pertolongan persalinan normal
5

e. Pelayanan ibu nifas normal

2. Pelayanan kebidanann kepada bayi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (3) meliputi: a. Pemeriksaan bayi baru lahir b. Perawatan tali pusat c. Perawatan bayi d. Resusitasi pada bayi baru lahir e. Pemberian imunisasi bayi dalam rangka menjalankan tugas pemerintah; dan f. Pemberian penyuluhan

Pasal 11 Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf a berwenang untuk: a. Memberikan imunisasi dalam rangka menjalankan tugas pemerintah b. Bimbingan senam hamil c. Episiotomi d. Penjahitan luka episiotomi e. Kompresi bimanual dalam rangka kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan; f. Pencegahan anemi g. Inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu eksklusif h. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia i. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk; j. Pemberian minum dengan sonde/pipet k. Pemberian obat bebas, uterotonika untuk postpartum dan manajemen aktif kala III; l. Pemberian surat keterangan kelahiran m. Pemberian surat keterangan hamil untuk keperluan cuti melahirkan
6

Pasal 12 Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf b, berwenang untuk; a. Memberikan alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat kontrasepsi dalam rahim dalam rangka menjalankan tugas pemerintah, dan kondom; b. Memasang alat kontrasepsi dalam rahim di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah dengan supervisi dokter; c. Memberikan penyuluhan/konseling pemilihan kontrasepsi d. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah; dan e. Memberikan konseling dan tindakan pencegahan kepada perempuan pada masa pranikah dan prahamil.

Pasal 13 Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf c, berwenang untuk: a. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu dan bayi; b. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas; dan c. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan Infeksi Menular Seksual

(IMS), penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) serta penyakit lainnya.

Pasal 14 1. Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang/pasien dan tidak ada dokter di tempat kejadian, bidan dapat melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8. 2. Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter, dalam rangka melaksanakan tugas pemerintah dapat melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8. 3. Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah kecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 4. Dalam hal daearah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) telah terdapat dokter, kewenangan bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku.

Pasal 15 1. Pemerintah daerah menyelenggarakan pelatihan bagi bidan yang memberikan pelayanan di daerah yang tidak memiliki dokter. 2. Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diseleenggarakan sesuai dengan modul Modul Pelatihan yang ditetapkan oleh Menteri.

3. Bidan yang lulus pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memperoleh sertifikat.

Pasal 16 Pada daerah yang tidak memiliki dokter, pemerintah daerah hanya menempatkan Bidan dengan pendidikan Diploma III kebidanan atau bidan dengan pendidikan Diploma I kebidanan yang telah mengikuti pelatihan.

Pasal 17 Bidan dalam menjalankan praktik harus membantu program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Pasal 18 1. Dalam menjalankan praktik, bidan berkewajiban untuk: a. Menghormati hak pasien b. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dengan tepat waktu. c. Menyimpan rahasia kedokteran sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; d. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan yang dibutuhkan; e. Meminta persetujuan tindakan kebidanan yang akan dilakukan; f. Melakukan pencatatan asuhan kebidanan secara sistematis; g. Mematuhi standar; dan
9

h. Melakukan pelaporan penyelenggaraan praktik kebidanan termasuk pelaporan kelahirana dan kematian.

2. Bidan dalam menjalankan praktik senantiasa meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya.

Pasal 19 Dalam melaksanakan praktik, bidan mempunyai hak: a. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik sepanjang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan; b. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan/ atau keluarganya; c. Melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan, standar profesi dan standar pelayanan; dan d. Menerima imbalan jasa profesi.

2.1.3 Kewenangan Bidan Kewenangan bidan diatur dalam Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 Tentang Registrasi Dan Praktik Bidan, disini bidan berwenang untuk melakukan atau memutuskan sesuatu hal yang berhubungan dengan pekerjaannya. Jadi merupakan dasar yang digunakan oleh bidan dalam melakukan tugasnya secara otonomi dan mandiri. Dalam menjalankan kewenangan yang diberikan, bidan harus : 1. 2. 3. Melaksanakan tugas kewenangan sesuai standar profesi Memiliki ketrampilan dan kemampuan untuk tindakan yang dilakukan Mematuhi dan melaksanakan protap yang berlaku diwilayahnya
10

Bertanggung jawab atas pelayanan yang diberikan dan berupaya secara optimal dengan mengutamakan keselamatan ibu atau janin. Menurut pasal 1 ayat 3 undang undang No.23/1992 Tentang Kesehatan, tenaga kesehatan yaitu setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Pelayanan adalah kewenangan dari tenaga kesehatan untuk melaksanakan pekerjaan, yang dikenal dengan kewenangan profesional. Di Indonesia yang berhak memberi kewenangan seorang tenaga kesehatan bekerja sesuai profesinya adalah Departemen Kesehatan dalam bentuk Surat Ijin Praktek. Kewenangan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain yang disahkan oleh yang berhak mengesahkan. Kewengangan seorang tenaga kesehatan adalah kewenangan hukum yang dipunyai oleh seorang tenaga kesehatan untuk melaksanakan pekerjaannya. Bilamana seorang tenaga kesehatan melaksanakan pekerjaan tanpa kewenangan maka tenaga kesehatan tersebut melanggar salah satu standar profesi tenaga kesehatan. Pemberian kewenangan oleh yang berhak mensahkan yaitu departemen kesehatan, menyebabkan seorang profesional mempunyai apa yang dikenal sebagai kewenangan profesional dalam melakukan pekerjaannya. Kewenangan profesional ini sangat diperlukan, sebab pekerjaan bidan adalah pekerjaan yang selalu berhubungan dengan tubuh klien, melakukan tindakan medik tanpa kewenangan profesional adalah perbuatan yang melanggar hukum. Tanpa kewenangan profesional maka tenaga kesehatan tidak dapat melakukan pekerjaan sebagai tenaga kesehatan seperti yang dimaksud oleh UU No.23/1992 Tentang Kesehatan. Sesuai Kepmenkes No.900/2002 disebutkan bahwa bidan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang diatur dalam Kepmenkes ini dapat dikenakan sangsi berupa teguran lisan, teguran tertulis sampai pencabutan ijin praktik.
11

Sedangkan kewenangan bidan menurut IBI: 1. Pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan dimaksudkan untuk mendekatkan pelayanan kegawatan obstetric dan neonatal kepada setiap ibu hamil / bersalin, nifas dan bayi baru lahir ( 0 28 hari ) agar penanganan atau pertolongan pertama sebelum rujukan dapat dilakukan secara cepat dan tepat waktu 2. a. b. c. d. Dalam menjalankan kewenangan yang diberikan bidan harus : Melaksanakan tugas kewenangan sesuai dengan standar profesi Memiliki keterampilan dan kemampuan untuk tindakan yang dilakukannya Mematuhi dan melaksanakan protap yang berlaku di wilayahnya Bertanggung jawab atas pelayanan yang diberikan dan berupaya secara optimal dengan mengutamakan keselamatan yang diberikan ibu dan bayi atau janin 3. Pelayanan kebidanan kepada wanita oleh bidan meliputi pelayanan pada masa pranikah termasuk remaja puteri, pra hamil, kehamilan, persalinan, nifas, menyusui dan masa antara kehamilan ( periode interval ) 4. Pelayanan kepada wanita dalam masa pra nikah meliputi konseling untuk remaja puteri, konseling persiapan pra nikah dan pemeriksaaan fisik yang dilakukan menjelang pernikahan. Tujuan dari pemberian pelayanan ini untuk memepersiapakan wanita usia subur dan pasangannya yang akan menikah agar mengetahui kesehatan reproduksi sehingga dapat berperilaku reprodukasi sehat secara mandiri dalam kehidupan rumah tangganya kelak. 5. Pelayanan kebidanan dalam masa kehamilan, masa persalinan dan masa nifas meliputi pelayanan yang berkaitan dengan kewenangan yang diberikan. Perhatian khusus diberikan kepada masa sekitar persalinan karena kebanyakan kematian ibu dan bayi terjadi pada masa tersebut. 6. Pelayanan kesehatan pada anak diberikan pada masa bayi ( khususnya bayi baru lahir ) balita dan anak pra sekolah. 7. 8. Dalam melaksanakan pertolongan persalinan bidan dapat memberikan uterotonika. Pelayanan dan pengobatan kelainan ginekologik yang dapat dilakukan oleh bidan adalah kelainan ginekologik ringan seperti keputihan dan penundaan haid.
12

Pengobatan ginekologik yang diberikan tersebut pada dasarnya bersifat pertolongan sementara sebelum dirujuk ke dokter atau tindak lanjut pengobatan sesuai advis dokter. 9. a. Pelayanan kesehatan pada anak meliputi : Pelayanan neonatal essential dan tata laksana neonatal sakit di luar rumah sakit meliputi : 1) 2) 3) 4) 5) Pertolongan persalinan yang atraumatik, bersih dan aman Menjaga tubuh bayi agar tetap hangat dengan kontak dini Membersihkan jalan nafas, mempertahankan bayi bernafas spontan Pemberian ASI dini 30 menit setelah persalinan Mencegah infeksi pada bayi baru lahir antara lain melalui perawatan tali pusat secara higienis, pemberian imunisasi dan ASI ekslusif b. c. Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dilaksanakan 0-28 hari Penyuluhan pada ibu tentang pemberian ASI ekslusif untuk bayi dibawah 6 bulan dan makanan pendamping untuk bayi di atas 6 bulan d. Pemantauan tumbuh kembang balita untuk meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang balita e. Pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit ringan sepanjang sesuai dengan obat-obatan yang sudah ditetapkan dan segera merujuk pada dokter. 10. Beberapa tindakan yang termasuk wewenang bidan antara lain : a. Memberikan imunisasi pada wanita usia subur termasuk remaja puteri, calon pengantin, ibu dan bayi b. Memberikan suntikan pada penyulit kehamilan meliputi pemberian secara parental antibiotika pada infeksi / sepsis, oksitosin pada kala III dan kala IV untuk pencegahan/penanganan perdarahan post partum karena hipotonia uteri, sedativa pada pre eklamsi/eklamsi sebagai pertolongan pertama sebelum di rujuk c. Melakukan tindakan amniotomi pada pembukaan servik lebih dari 4 cm pada letak belakang kepala pada distosia karena inertia uteri dan di yakini bahwa bayi dapat lahir pervaginam
13

d.

Kompresi bimanual internal/eksternal dapat dilakukan untuk menyelamatkan jiwa ibu pada perdarahan post partum untuk mennghentikan perdarahan. Diperlukan keterampilan bidan dan pelaksanaan tindakan sesuai dengan protap yang berlaku.

e.

Versi luar pada gemelli pada kelahiran bayi kedua. Kehamilan ganda seharusnya dari semula direncanakan pertolongan persalinannya dirumah sakit oleh dokter. Bila hal tersebut tidak diketahui, bidan yang menolong persalinan terlebih dahulu dapat melakukan ekstrasi vacum atau cunam bila janin dalam posisi belakang kepala dan kepala janin telah berada di dasar panggul

f.

Ekstrasi vacum pada bayi dengan kepala di dasar panggul, demi penyelamatan ibu dan bayi, bidan telah mempunyai kompetensi dapat melakukan ekstrasi vacum atau cunam bila janin dalam posisi belakang kepala dan berada di dasar panggul

g.

Resusitasi pada bayi baru lahir engan asfiksia. Bidan diberikan wewenang melakukan resusitasi pada bayi baru lahir yang mengalami asfiksia yang sering terjadi pada partus lama, KPD, persalinan dengan tindakan pada bayi dengan BBLR, utamanya prematur. Selanjutnya bayi tersebut dirawat di fasilitas kesehatan khususnya yang mempunyai berat lahir kuranng dari 1750 gr

h.

Hipotermi pada BBL. Bidan diberi wewenang untuk melaksanakan penanganan hipotermi pada BBL dengan mengeringkan, menghangatkan, kontak dini dan metode kanguru.

11. Bidan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana harus memperhatikan kompetensi dan protap yang berlaku di wilayahnya meliputi : a. Memberikan pelayanan KB yakni pemasangan IUD, AKBK, pemberian suntikan, tablet, kondom, diafragma, jelly dan melaksanakan konseling b. Memberikan pelayanan efek samping pengunaan kontrasepsi. Pertolongan yang diberikan oleh bidan bersifat pertolongan pertama yang perlu mendapatkan pengobatan oleh dokter bila gangguan berlanjut c. Melakukan pencabutan AKBK tanpa penyulit. Tindakan ini dilakukan atas dasar kompetensi dan pelaksanaannya berdasarkan protap. Pencabutan AKBK tidak di anjurkan untuk dilaksanakannya melalui pelayanan KB keliling
14

d.

Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan jiwa bidan berwenang melakukan pelayanan kebidanan selain kewenangan yang diberikan bila tidak mungkin memperoleh pertolongan dari tenaga ahli. Dalam memberikan pertolongan bidan harus mengikuti protap yang berlaku.

12. Bidan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat mengacu pada pedoman yang telah ditetapkan 13. Beberapa kewajiban bidan yang perlu diperhatikan dalam menjalankan kewenangan : a. Meminta persetujuan yang akan dilakukan. Pasien berhak untuk mengetahui dan mendapat penjelasan mengenai semua tindakan yang dilakukan kepadanya. Persetujuan dari pasien dan orang terdekat dalam keluarga perlu di mintakan sebelum tindakan dilakukan. b. Memberikan informasi. Informasi mengenai pelayanan/tindakan bidan yang diberikan dan efek samping yang ditimbulkan perlu diberikan secara jelas sehingga memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi dirinya c. Melakukan rekam medik dengan baik. Setiap pelayanan yang diberikan oleh bidan perlu di dokumentasikan / di catat seperti hasil pemeriksaan dan tindakan yangn diberikan dengan menggunakan format yang berlaku. 14. Penyediaan dan penyerahan obat-obatan a. Bidan harus menyediakan obat-obatan maupun obat suntik sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan b. Bidan diperkenakan menyerahkan obat kepada pasien sepanjang untuk keperluan darurat dan sesuai dengan protap 15. Pemberian surat keterangnan kelahiran dan kematian dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Untuk surat keterangnan kelahiran hanya dapat dibuat oleh bidan yang memberikan pertolongan persalinan dengan menyebutkan : 1) 2) Identitas bidan penolong persalinan Identitas suami dan ibu yang melahirkan
15

3) 4) b.

Jenis kelamin, BB dan PB anak yang dilahirkan Waktu kelahiran ( tempat, tanggal dan jam ) Untuk surat keterangan kematian hanya dapat diberikan kepada ibu dan bayi yang meninggal pada waktu pertolongan persalinan dilakukan dengan menyebutkan :

1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) c.

Identitas bidan Identitas ibu / bayi yang meninggal Identitas suami dari ibu yang meninggal Identitas ayah dan ibu dari bayi yang meninggal Jenis kelamin Waktu kematian ( tempat, tanggal dan jam ) Umur Dugaan penyebab kematian Setiap pemberian surat keterangan kelahiran atau kematian harus dilakukan pencatatan.

2.2 Teori Kepemimpinan

1.teori kepepimpinan sifat. Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpinitu sendiri. Teori sifat berkembangpertama kali di yunani kuno dan romawi yang branggapanbahwa pemimpin itu dilahirkan ,bukan nya yang diciptakan yang kemudian teori ini dikenal sebagai the greatma theory Dalam perkembangan nya ,teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruh nya

16

dilahirkan , akanbteptapi juga dapat dicapai melalu pendidikan dan pengalaman.sifatsifat itu antara lain:sifat fisik,mental dan lepribadian. 2.Teori kepemimpinan perilaku. Berdasarkan penelitian,seorang pemimpin yang mendasarkan teiri ini memiliki kecenderungan kearah dua hal: Pertama yang disebut konsiderasi yaitu kecenderungan pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan .sontoh gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan,member masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan. Kedua disebut struktur inisiasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan,contoh yang dapat dilihat bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil apa yang akan dicapai. Jadi berdasarkan teori ini ,seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi juga. Kemudian timbul juga teori kepemimpinan situasi dimana seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel,sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan. 3. Teori kontingensi. Mulai berkembang tahun 1962,teori ini menyatakan bahwa tidak ada satu system manajemen yang optimum,system tergantung pada tingkat perubahan lingkungan nya .sistem ini disebut system organic (sebagai lawan system mekanistik),pada system ini mempunyai beberapa cirri:

17

y y y y y

Substansinya adalah manusia bukan tugas Kurang menekan hiraki. Struktur saling berhubungan ,fleksibel dalam bentuk kelompok. Kebersamaan dalam nilai kepercayaan dan norma. Pengendlian diri sendiri,penyesuaian bersama.

4.Teori behavioristik. Behaviorisme merupakan salah satu alirab psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental.dengan kata lain,behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan ,bakat minat dan perasaan individu dalam suatu belajar.pendekatan ini menekankan bahwa manajemen yang efektif bila ada pemahaman tentang pekerja lebih berorientasi pada manusia sebagai prilaku. Beberapa tokoh antara lain. 1. Maslow Individu mempunyai 5 kebutuhan dasar yaitu physical needs,security needs,self actualizations needs .kebutuhan tersebut akan menimbulkan suatu keinginan untuk memenuhi nya.organisasi perlu mengenali kebutuhan tersebut berusaha memenuhi nya agar timbul kepuasan 2. Douglas Mc Gregor Teori X dan teori Y. Teori X melihat karyawan dari segi pessimistic .manager hanya mengubah kondisi kerja dan mengektifkan penggunaan rewords dan punishment untuk meningkatkan produktifitas karayawan.teori Y melihat karyawan dari segi optimistic ,manajer perlu melakukan pendekatan humanistic kepada karyawan nenantang karyawan untuk berprestasi ,mendorong pertumbuhan pribadi,mendorong kinerja.

18

5. Teori humanistic Teori ini lebih menekan kan pada prinsif kemanusiaan. Teori humanistic biasanya dicirikan dengan ada nya suasana saling menghargai dan ada nya kebebasan.Teori humanistic dengan para pelopor argrys,blake dan mouton,resensis likert,dan douglas mcgregor.Teori ini secara umum berpendapat ,secara alamiah manusia merupakan motivated organism. Organisasi memiliki struktur dan system control tertentu. Fungsi dari kepemimpinan adalah memodifikasi organisasi agar individu bebas untuk merealisasikan potensi motifasi nya dalam memenuhi kebutuhan nya dan pada waktu yang sama sejalan dengan arah tujuan kelompok.apabila dicermati dalam teori humanistic ,terdapat tiga variable pokok yaitu. y Kepemimpinan yang sesuai dan memperhatikan hati nurani anggota dengan segenap harapan ,kenutuhan,dan kemampuan nya. y Organisasi yang di susun dengan baik agar tetap relevan dengan kepentingan anggota disamping kepentingan organisasisecara keseluruhan y Interaksi yang akrab dan harmonis antara pimpinan dan anggota untuk menggalang persatuan dan kesatuan serta hidup damai bersamasama.Blanchard,Zigami, dan Drea bahkan menyatakan,kepemimpinan bukanlah sesuatu yang anda lakukan terhadap orang lain,melainkan sesuatu yang anda lakukan bersama dengan orang orang lain.

2.3 PERKEMBANGAN KONSEP MANAJEMEN Secara garis besar konsep manajemen dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu: 1. Networking - Klasik 2. Behavioristik 3. Systems

19

4. Networking I. CLASSICAL MANAGEMENT Konsep ini mempelajari manajemen secara ilmiah berdasarkan prinsip spesialisasi, sentralisasi, formalitas dan sistem hirarki yang kuat berkaitan dengan wewenang, pengawasan, untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Ada beberapa konsep klasik: A. Scientific Management Approach Berusaha untuk menentukan secara ilmiah metode terbaik untuk melaksanakan tugas, untuk menyeleksi, melatih, memotivasi pekerja dengan tujuan meningkatkan produktivitas melalui peningkatan efisiensi pekerja. Ada beberapa tokohnya, yaitu: 1. Federick W. Taylor (1856 - 1915) Prinsip dasarnya: - Menentukan metode terbaik untuk melaksanakan tiap tugas dengan dasar ilmiah - Seleksi secara ilmiah sehingga setiap pekerja akan diberikan tanggung jawab untuk tugas yang lebih cocok - Pendidikan dan pengembangan karyawan secara ilmiah - Kerjasama antara pihak manajemen dan karyawan. - Menggunakan sistem upah yang berbeda berdasar produktivitasnya. 2. Hendry L.Gantt (1816 - 1919) Merupakan penemu Scheduling and Rewarding Employees. Supervisor dan pekerja akan mendapat penghargaan bila menyelesaikan tugasnya sesuai jadwal. 3. Frank (1868 - 1924) dan Lillian M.Gilberth (1878-1972) Mereka adalah penemu Motion Times Studies Lillian juga menganjurkan 3 posisi pekerja, yaitu: 1. Mempersiapkan Promosi 2. Pekerja melaksanakan tugas

20

3. Melatih pengganti

4. Mary Parker FOllet (1868-1933) Merupakan pioner dalam pemecahan konflik di tempat kerja. Ia menganjurkan pendekatan secara kemitraan dengan collaborative approach. Kontribusi Scientific Management Approach - Mendorong pendekatan rasional untuk memecahkan masalah organisasi - Meletakkan landasan untuk profesionalisme dan manajemen - Teknik efisiensi digunakan di banyak organisasi - Job design, sleksi yang ilmiah, pengembangan karyawan secara ilmiah Kelemahannya - Lemah dalam pendekatan human beingnya - Tidak melihat kebutuhan manusia secara individual (kepuasan kerja) dan kelompok. - Penekanan pada produktivitas yang dapat mengeksploitasi pekerja B. Administrative Management Approach Beberapa tokoh penganut aliran ini adalah 1. Henry Fayon (1841-1925) Ia memberikan perhatian pada manajemen organisasi secara keseluruhan dan mendefinisikan fungsi manajemen yaitu planning, organizing, commanding, coordinating, controlling. Ia mengemukakan 14 prinsip manajemen, yaitu: pembagian kerja, wewenang, disiplin, kesatuan komando, kesatuan arah - unity of deriction, subordination of the individual, renumerisasi, sentralisasi, hirarkhi, order, keadilan, stabilitas personil, inisiatif, esprit de corps. 2. Max Weber (1864-1920)
21

Mengembangkan bereaucratic management yang menekankan perlunya hirarki yang ditentukan secara tegas, diatur dengan ketentuan dan nilai wewenang yang jelas. Kontribusi Administrative Management Approach adalah digunakannya beberapa prinsip manajemen. Kelemahannya teori ini lebih sesuai untuk organisasi yang stabil, kondisi lingkungan dapat diramalkan.

II. BEHAVIORISTIK Pendekatan ini menekankan bahwa manajemen yang efektif bila ada pemahaman tentang pekerja - lebih berorientasi pada manusia sebagai pelaku. Beberapa konsep behavioristik, antara lain: A. Human Relations Berusaha menemukan secara sistematis faktor sosial dan psikologi yang dapat menciptakan hubungan manusia yang efektif. 1. Elton Mayo (1880-1949) - Hawthorne Experiment Hasil studi Hawthorne (pembangkit listrik) yang dilakukan oleh Elton Mayo, dkk: - Produktivitas berkaitan dengan variabel sosial dan psikologi - Pekerja akan bekerja lebih keras bila manajemen memperhatikan kesejahteraan mereka dan supervisornya memberikan perhatian pada mereka. - Kelompok kerja informal mempunyai pengaruh positif pada produktivitas. - Mayo mengajukan konsep social man yang dimotivasi oleh kebutuhan sosial daripada konsep rational man yang dimotivasi oleh kebutuhan ekonomis. Kontribusi dan pendekatan Human Relations: - Penyempurnaan pendekatan klasik yang menganggap bahwa produktivitas semata persoalan mekanis. - Menunjukkan pentingnya manager style dan memberikan perhatian pada teaching people management skills daripada teaching technical skills.

22

- Mendorong perhatian pada group dynamic. Kelemahan nya: - Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perbaikan kondisi kerja dan kepuasan karyawan hanya salah satu dari beberapa faktor yang berpengaruh pada produktivitas. - Konsep social man tidak dapat menggambarkan tuntas individu di tempat kerja.

B. Behavioral Science Approach Pendekatan ini yakin bahwa self actualizing man adalah konsep yang lebih akurat untuk menerangkan motivasi manusia dan mencoba mengintegrasikannya dengan organisasi. III. SYSTEM MODEL a. Teori Contingency Mulai berkembang th 1962, teori ini menyatakan bahwa tidak ada satu sistem manajemen yang optimum, sistem tergantung pada tingkat perubahan lingkungannya. Sistem ini disebut sistem organik (sebagai lawan sistem mekanistik), pada sistem ini mempunyai beberapa ciri: - Substansinya adalah manusia bukan tugas. - Kurang menekankan hirarki - Struktur saling berhubungan, fleksibel, dalam bentuk kelompok - Kebersamaan dalam nilai, kepercayaan dan norma - Pengendalian diri sendiri, penyesuaian bersama b. Model Open Systems (berkembang sejak 1870 an) Asumsi yang dikembangkan adalah - Saling ketergantungan - Keterbukaan - memberi reaksi atas penaruh lingkungan

23

- Totalitas gugus - Rasional - Obyektivitas - Pentingnya kerjasama dan group yang kompak

Model ini juga mengandung 3 aspek pokok, yaitu: - Organisasi adalah suatu sistem yaitu suatu rangkaian bagian yang saling berhubungan. Sistem tersebut ditentukan oleh cara bagaimana bagian-bagian tersebut saling berhubungan. - Sistem terbuka artinya beroperasi dalam suatu lingkungan yang dinamis. Sifat dari lingkungan menentukan sifat dari sistem dan kelangsungan hidupnya. - Tugas manajerial adalah mendiagnosa sifat lingkungan dan memilih bentuk organisasi yang sesuai.

4. NETWORK Muncul sejak akhir th 1980 an. Asumsi dasarnya: - DIscontinuity secara sosil, ekonomis, teknologi - Loosely coupled organizations: organisasi terbagi dalam unit yang kecil dan longgar. Loose coupling: situasi dimana unsur organisasi responsif satu sama lain, tetapi tetap dipertahankan terpisah dan mempunyai identitas sendiri. - Synergies dan alliances: unit membentuk networks dan alliances di dalam dan di luar organisasi untuk mencapai synergies yang lebih tinggi. - COllaborative: ditandai dengan kultur yang memberi nilai tinggi untuk individu yang mandiri, proactive, empowered, collaborative. - The management of meaning, mission and vision: shared values, goals, and beliefs mencerminkan visi bersama dari organisasi dan misi yang diterima bersama.

24

- Transformational leadership: memerlukan pola kepemimpinan yang dapat mengadakan transformasi dan pola perubahan. Dari 6 asumsi atau blueprints diatas dibentuk suatu model integratif organisasi yang disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi organisasi tersebut.

2.4 KEPEMIMPINAN MANDIRI

2.4.1 Ciri-Ciri Pemimpin

1. Jujur terhadap diri sendiri dan orang lain. Jujur dengan kekuatan diri dan kelemahan dan usaha untuk memperbaikinya. 2. Pemimipin harusnya berempati terhadap bawahannya secara tulus 3. Memiliki rasa ingin tahu dan dapat didekati sehingga orang lain merasa aman dalam menyampaikan umpan balik dan gagasan-gagasan baru secara jujur, lugas dan penuh rasa hormat kepada pemimpinnya. 4. Bersikap transparan dan mampu menghormati pesaing dan belajar dari mereka dalam situasi kepemimpinan ataupun kondisi bisnis pada umumnya. 5. Memiliki kecerdasan, cermat dan tangguh sehingga mampu bekerja secara professional keilmuan dalam jabatannya. 6. Memiliki rasa kehormatan diri dan berdisiplin pribadi, sehingga mampu dan mempunyai rasa tanggungjawab pribadi atas perilaku pribadinya. 7. Memiliki kemampuan berkomunikasi, semangat " team work ", kreatif, percaya diri, inovatif dan mobilitas.

2.4.2 Orientasi Pemimpin Studi Michigan menemukan bahwa pemimpin mempunyai dua orientasi yakni (1) orientasi tugas/pekerjaan yaitu kepemimpinan yang ditunjukan dengan focus kepada pekerjaan-pekerjaan serta tanggungjawab (2) orientasi hubungan manusia

25

yaitu kepemimpinan yang ditunjukan seseorang dengan memperhatikan kinerja serta hubungan diantara para bawahan. Untuk melihat perbedaan sikap dan perilaku pemimpin berdasarkan dua orientasi tersebut dapat dilihat pada bagian d bawah ini :

26

2.5 MERINTIS, MEMULAI DAN MENGEMBANGKAN USAHA

1. Aspek-aspek usaha y y y y y y y y y y y Jiwakewirausahaan Kebijakanpemerintah KepemilikandanLegalitasusaha Sumberdaya(sarana& prasarana) Manajemen(pengelolaanusaha) danSDM Produksi& teknis Pasar& Pemasaran Permodalan& keuangan Kemitraanbisnis Pengembanganusaha Perpajakan

2. Bisnis secara profesional y y y y Bersungguh-sungguh Sabar (uletulet, , gigih) Jujur (amanahamanah),cerdas (fathonahfathonah) SenantiasaSenantiasamembangunmembangunukhuwahukhuwah(netw ork), (silaturahmisilaturahmi& & membinanyamembinanya y y Husnuzhon (berpikiran atau berprasangka positif) SukaSukasenyumsenyumdandanramahramah OptimisOptimis, , yakinyakin y Membuat rencana dan belajar dari pengalamanMembuat pengalaman

27

y y y y y

Berbuatdengancara-cara yang baik Tanggung jawab Menepati janji Konsekwen (istiqomah) Selalu menambah dan menimba ilmu berupa wawasan maupun keterampilan

Memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan, supplier , dan karyawan

Pandai bersyukur bersyukur dan dan menjauhi sifat iri-dengki, rakus, dendam, takut disaingi, khawatir dan ragu disaingi, ragu-ragu

3. Merintis usaha baru dan model nya

Cara memulai usaha baru

1. Merintis usaha baru. a. Mendirikan sendiri b. Persekutuan c. Berbadan hukum dengan modal saham 2.Membeliperusahaanoranglain 3.Kerjasamamanajemen(franchisor/parent company)

4. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merintis usaha baru:

1. Bidang dan jenis usaha yang dimasuki. 2. BentukBentukusahausaha& & kepemilikan

28

3.Tempat usaha yg akan dipilih 4. Organisasi usaha yg digunakan 5.LingkunganLingkunganusahausaha.

Cara Merintis Bisnis/ Usaha Baru Dalam dunia bisnis seperti sekarang ini, pada umumnya ada tiga cara untuk memasuki suatu usaha/ bisnis yaitu:

1. Merintis usaha baru sejak awal

2. Membeli perusahaan yang telah ada

3. Kerja sama menajemen atau waralaba (franchising)

Untuk memulai atau merintis usaha baru, modal utama yang harus ada pertama kali adalah ide, baik ide untuk melakukan proses imitasi dan duplikasi, ide untuk melakukan pengembangan, maupun ide untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Setelah memiliki ide, sebaiknya segera dilakukan analisis kelayakan usaha seperti analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (strength, weakness, opportunity, and threat) atau analisis SWOT.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merintis usaha baru, yaitu: 1. Bidang usaha dan jenis usaha yang akan dirintis 2. Bentuk dan kepemilikan usaha yang akan dipilih 3. Tempat usaha yang akan dipilih 4. Organisasi usaha yang akan digunakan 5. Jaminan usaha yang mungkin diperoleh

29

6. Lingkungan usaha yang mungkin berpengaruh

Untuk mengelola usaha harus diawali dengan: 1. Perencanaan usaha 2. Pengelolaan keuangan 3. Aksi strategis usaha 4. Teknik pengembangan usaha

2.5.1 DEFINISI PRODUK

Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan . Segala sesuatu yang termasuk ke dalamnya adalah barang berwujud, jasa, events, tempat, organisasi, ide atau pun kombinasi antara hal-hal yang baru saja disebutkan. Siswanto Sutojo mengemukakan bahwa (2005:78)ada beberapa faktor penting yang wajib diperhatikan perusahaan dalam menyusun strategi produk mereka. Faktor pertama adalah strategi pemilihan segmen pasar yang pernah mereka tentukan sebelumnya. Adapun faktor kedua adalah pengertian tentng hakekat produk di mata pembeli. Faktor ketiga adalah strategi produk pada tingkat kombinasi produk secara individual, pada tingkat seri produk dan pada tingkat kombinasi produk secara keseluruhan. Adapun faktor keempat adalah titik berat strategi pemasaran pada tiap tahap siklus kehidupan produk.

Berdasarkan fungsinya produk dibedakan menjadi tiga level. Level pertama adalah core product yaitu suatu produk yang fungsinya merupakan alasan dasar konsumen untuk membelinya. Contoh sederhana dari core product adalah pakaian, fungsinya dasarnya untuk melindungi tubuh manusia. Actual product adalah fitur-fitur yang ada pada produk untuk menambah nilainya. Misal desain yang menarik, nama merk, dan
30

kemasan. Augmented product adalah tambahan manfaat-manfaat yang tidak terpikirkan oleh konsumen tapi akan memberi kepuasan bagi mereka, seperti garansi.

Produk juga digolongkan berdasarkan tujuan konsumen membeli barang secara umum. Produk yang dibeli oleh konsumen untuk kepentingan sendiri disebut consumer product. Produk yang dibeli oleh konsumen untuk kepentingan organisasi atau bisnisnya disebut business atau industria product. Produk bisnis bisa dikatakan sebagai produk yang dibeli untuk dijual lagi.

Consumer product dibedakan menjadi empat yaitu : convinience product,shopping product, dan specialty product. Convinience product adalah produk yang sering dibeli langsung, harganya rendah, biasanya kegiatan promosi dilakukan melalui mass advertising. Shopping product adalah produk sekunder yang harganya lebih mahal daripada convenience product. Produk jenis ini digunakan untuk memenuhi kkebutuhan sekunder manusia. Dalam proses pembeliannya, orang memerlukan waktu untuk membandingkan baik dengan cara survey maupun tes. Unsought product adalah produk yang sering tidak terpikir untuk dibeli konsumen, contohnya asuransi, tanah kuburan, dan ensiklopedi. Barang industrial dibagi menjadi tiga golongan yaitu bahan baku dan bahan pembantu, bahan pendukung, dan barang modal.

Dari berbagai faktor yang diperhatikan perusahaan dalam menyusun strategi produk tingkat produk individual, tiga diantaranya perlu mendapat perhatian khusus. Ketiga faktor tersebut adalah atribut produk, penggunaan merek dagang, dan kemasan .

Sebagian bear perusahaan menghasilkan lebih dari satu seri produk. Tiap seri produk. Tiap seri produk seringkali terdiri lebih dari satu jenis produk. Sayangnya tidak semua seri dan jenis produk memberikan sumbangan hasil penjualan dan keuntungan yang sama.Oleh karena itu, pengelolaan tiap seri dan jenis produk juga tidak sama.
31

Kapasitas produk menyumbang keuntungan ditentukan oleh jumlah satuan produk yang terjual tiap masa tertentu dan besarnya contribution margin. Contribution margin adalah selisih antara harga jual per satuan produk dan biaya variabelnya .

Karena berbagai macam alasan perusahaan dapat memutuskan memperluas usaha bisnisnya. Upaya perluasan bisnis tersebut dapt dilakukan dengan memproduksi produk baru dengan mutu, bentuk, ukuran dan harga yang lebih rendah dari produk lama. Strategi menambah jenis produk baru seperti ini disebut downward stretching yaitu memproduksi produk yang mutu, bentuk dan harganya lebih tinggi dari produk lama. Di samping itu perusahaan juga dapat memperluas usahanya dengan jalan product line-filling, yaitu menambah jenis produk bau pada seri-seri produk yang sudah berjalan .

Hal lain yang wajib diperhatikan perusahaan dalam menyusun produk adalah adanya kenyataan bahwa setiap jenis produk mempunyai siklus kehidupan yang terdiri dari empat tahap. Keempat, tahap pertumbuhan, tahap kematangan dan tahap penurunan. Masing-masing tahap siklus kehidupan produk memerlukan strategi pemasaran yang berbeda.

32

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Manajemen kebidanan adalah metode pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga, dan masyarakat. Pelayanan kebidanan adalah proses pelaksanaan pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan anak, kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider.

Managemen pelayanan kebidanan mandiri yaitu bagaimana langkah dan cara menjalankan profesi bidan sebagai kegiatan usaha yang mengedepankan sisi pelayanan kebidanan, dan dikelola secara mandiri, profesional dan berjalan secara berkesinambungan

33

DAFTAR PUSTAKA

Dodi Wirawan Irawanto, Kepemimpinan (Esensi dan Realitas), Bayu Media Publishing, Malang, 2008 http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-media-studies/1837086-ciriciri-pemimpin-berkarakter/#ixzz1N3mBO8N5

iii

Anda mungkin juga menyukai

  • Analgesik Narkotik
    Analgesik Narkotik
    Dokumen8 halaman
    Analgesik Narkotik
    Chasubi
    100% (1)
  • 149
    149
    Dokumen37 halaman
    149
    Chasubi
    Belum ada peringkat
  • Askeb 22
    Askeb 22
    Dokumen6 halaman
    Askeb 22
    Chasubi
    Belum ada peringkat
  • 58 Langkah APN
    58 Langkah APN
    Dokumen2 halaman
    58 Langkah APN
    Chasubi
    Belum ada peringkat
  • A
    A
    Dokumen6 halaman
    A
    Chasubi
    Belum ada peringkat
  • 149
    149
    Dokumen37 halaman
    149
    Chasubi
    Belum ada peringkat
  • Ayah Ia
    Ayah Ia
    Dokumen45 halaman
    Ayah Ia
    Chasubi
    Belum ada peringkat
  • A
    A
    Dokumen6 halaman
    A
    Chasubi
    Belum ada peringkat
  • Analgesik
    Analgesik
    Dokumen9 halaman
    Analgesik
    Chasubi
    Belum ada peringkat
  • 149
    149
    Dokumen37 halaman
    149
    Chasubi
    Belum ada peringkat
  • A
    A
    Dokumen6 halaman
    A
    Chasubi
    Belum ada peringkat
  • A
    A
    Dokumen6 halaman
    A
    Chasubi
    Belum ada peringkat
  • A
    A
    Dokumen6 halaman
    A
    Chasubi
    Belum ada peringkat
  • Kasus Distosia Kelainan His
    Kasus Distosia Kelainan His
    Dokumen6 halaman
    Kasus Distosia Kelainan His
    Chasubi
    Belum ada peringkat
  • Kasus
    Kasus
    Dokumen14 halaman
    Kasus
    Chasubi
    0% (1)
  • BACA
    BACA
    Dokumen5 halaman
    BACA
    Chasubi
    Belum ada peringkat