Anda di halaman 1dari 17

Pendahuluan

Diabetes militus (DM) merupakan penyakit yang banyak ditemukan dikalangan orang dewasa. DM dikalangan masyarakat lebih dikenal dengan kencing manis atau penyakit gula. DM merupakan kelainan metabolic dengan etiologi multifasktorial. Penyakit ini memiliki 3 tipe dan tipe yang ketiga merupakan penyakit yang paling banyak ditemukan di Negara maju dan Negara berkembang.1

Tujuan
Agar dapat dipahami bahwa penyakit diabetes militus merupakan salah satu penyakit yang dapat diturunkan pada generasi selanjutnya,jika salah seorang dari parental secara jelas mengidap penyakit diabetes militus.

ISI
Diabetes Militus (DM) Tipe II Diabetes militus tipe II adalah penyakit metabolisme endokrin yang oleh difisiensi insulin relatif atau absolute atau normal tapi inaktif (kualitas menurun) atau terjadinya resistensi insulin. Pada awalnya masih belum menyebabkan diabetes secara klinis. Pada saat awal ini sel beta pancreas masih dapat menkompensasi keadaan ini dan terjadi sesuatu hiperinsulinemia dan glukosa darah masih normal atau baru sedikit meningkat. Kemudian setelah terjadi ketidaksanggupan sel beta pancreas,baru akan terjadi diabetes militus secara klinis,yang di tandai dengan terjadinya peningkatan kadar glukosa darah yang memenuhi criteria diagnosis diabetes militus.2 Kelainan dasar yang mungkin terjadi pada DM tipe II yaitu: Resistensi insulin pada jaringan lemak,otot dan hati Kenaikan produksi glukosa dalam hati Kekurangan sekresi insulin oleh pancreas
1

DM tipe 2 merupakan bentuk DM yang paling sering ditemukan dan ditandai oleh gangguan pada sekresi serta kerja insulin. Kedua efek ini terdapat pada DM klinis. Penyebab yang jumlahnya banyak dan berfariasi untuk terjadinya kelainan ini telah teridentifikasi. DM tipe II juga memiliki perubahan multifaktorial. Mayoritas pasien DM tidak tergantung pada insulin dan kebanyakan diantara mereka menderita di usia dewasa. Pada DM tipe II terdapat resistensi insulin dengan insulinopenia relative yang kadang-kadang pada saat stress memerlukan insulin. Penderita DM cenderung mengalami komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular. Factor etiologi meliputi factor genetic,usia,obesitas dan kurangnya aktivitas fisik. 2 Diabetes mellitus tipe 2,dulu disebut non-insulin-dependent diabetes mellitus (NIDDM, "diabetes yang tidak bergantung pada insulin") terjadi karena kombinasi dari "kecacatan dalam produksi insulin" dan "resistensi terhadap insulin" atau "berkurangnya sensitifitas terhadap insulin"(adanya defek respon jaringan terhadap insulin)yang melibatkan reseptor insulin di membran sel. Pada tahap awal abnormalitas yang paling utama adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Pada tahap ini, hiperglikemia dapat diatas dengan berbagai cara dan Obat Anti Diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulinpun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral (fat concentrated around the waist in relation to abdominal organs, not it seems, subcutaneous fat) diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin, mungkin dalam kaitan dengan pengeluaran dari adipokines ( nya suatu kelompok hormon) itu merusak toleransi glukosa. abdominal gemuk Adalah terutama aktip hormonally. Kegendutan ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia dikembangkan mendiagnose dengan jenis 2 kencing manis. Lain faktor boleh meliputi mengeram dan sejarah keluarga, walaupun di dekade yang ter]akhir [itu] telah terus meningkat mulai untuk mempengaruhi anak remaja dan anak-anak. Diabetes tipe 2 boleh pergi tak ketahuan bertahun-tahun dalam suatu pasien sebelum hasil diagnosa sebagain gejala yang kelihatan adalah secara khas lembut atau yang tidak ada, tanpa
2

ketoacidotic, dan dapat sporadis. Bagaimanapun, kesulitan yang menjengkelkan dapat diakibatkan oleh jenis tak ketahuan 2 kencing manis, termasuk kegagalan yang berkenaan dengan ginjal, penyakit yang vaskuler ( termasuk penyakit nadi/jalan utama serangan jantung), visi merusakkan, dan lain lain Diabetes Tipe 2 biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik (biasanya peningkatan), diet (umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat badan. Ini dapat memugar kembali kepekaan hormon insulin, bahkan ketika kerugian berat/beban adalah rendah hati,, sebagai contoh, di sekitar 5 kg ( 10 sampai 15 lb), paling terutama ketika itu ada di deposito abdominal yang gemuk. Langkah yang berikutnya, jika perlu,, perawatan dengan lisan antidiabetic drugs. Ketika produksi hormon insulin adalah pengobatan pada awalnya tak terhalang, lisan (sering yang digunakan di kombinasi) kaleng tetap digunakan untuk meningkatkan produksi hormon insulin ( e.g., sulfonylureas) dan mengatur pelepasan/release yang tidak sesuai tentang glukosa oleh hati ( dan menipis pembalasan hormon insulin sampai taraf tertentu ( e.g., metformin), dan pada hakekatnya menipis pembalasan hormon insulin ( e.g., thiazolidinediones). Jika ini gagal, ilmu pengobatan hormon insulin akan jadilah diperlukan untuk memelihara normal atau dekat tingkatan glukosa yang normal. Suatu cara hidup yang tertib tentang cek glukosa darah direkomendasikan dalam banyak kasus, paling terutama sekali dan perlu ketika mengambil kebanyakan pengobatan. Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang membutuhkan intervensi obat-obatan seumur hidup terutama untuk mengelola penyakit dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Diabetes merupakan penyakit mahal. Data 2002 di Amerika Serikat sekitar 6,2% penduduk atau 18,2 juta orang mengidap diabetes. Stiap tahun, ongkos perawatan per kapita penderita diabetes tak kurang dari 13.243 dollar. Bandingkan dengan hanya 2.560 dolar bagi yang terbebas dari penyakit ini . Berikut beberapa jenis pengobatan spesifik untuk diabetes melitus tipe 2:

Sulfonylurea
Pertama kali disetujui FDA pada 1962 dengan label tolbutamide (Orinase), obat golongan sekretagok dengan cepat menjadi pengobatan utama diabetes tipe 2, yang mempunyai efek hopoglikomik.2 Meski obat-obatan terbaru kemudian membanjiri pasar obat, sulfonylurea masih memegang peranan utama dalam farmakologi manajemen diabetes melitus tipe 2. Sulfonylurea menstimulasi sel-sel beta dalam pankreas untuk memproduksi lebih banyak insulin. Obat ini juga membantu sel-sel dalam tubuh menjadi lebih baik dalam mengelola insulin. Pasien yang paling baik merespon sulfonylurea adalah pasien DM tipe 2 berusia di bawah 40 tahun, dengan durasi penyakit kurang dari lima tahun sebelum pemberian obat pertama kali, dan kadar gula darah saat puasa kurang dari 300 mg/dL (16,7 mmol/L). Sekitar dua pertiga pasien yang memulai terapi dengan sulfonylurea menunjukkan respon meskipun lebih dari 20 persennya kemudian membutuhkan obat tambahan. Hanya sedikit pasien dengan diabetes tak terkontrol menerima manfaat klinis saat mengganti sulfonylureas dengan obat lain. Untuk mengontrol kadar gula darah secara adekuat, obat ini sebaiknya diberikan 20-30 menit sebelum makan. Beberapa jenis obat yang mengandung sulfonylurea antara lain chlorpropamide (Diabinese), tolazamide (Tolinase), acetohexamide, glipizide (Glucotrol), tolbutamide (Orinase), glimepiride (Amaryl), glyburide (DiaBeta, Micronase), glibenclamide, dan gliclazide. Kebanyakan pasien bisa menerima sulfonylurea dengan baik selama 7 hingga 10 tahun sebelum efektifitasnya menurun. Untuk meningkatkan manfaatnya, sulfonylureas bisa dikombinasikan dengan insulin dalam jumlah kecil atau dengan obat diabetes lain seperti metformin atau thiazolidinedione. Beberapa studi terhadap pasien diabetes melitus tipe 2 melaporkan, kombinasi insulin dengan dua jenis sulfonylurea yakni chlorpropamide atau glipizide, bisa mencapai kontrol glukosa yang lebih baik dalam jangka waktu lama dibandingkan hanya dengan insulin. Sulfonylurea sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil atau menyusui, dan pasien-pasien yang elergi terhadap obat golongan sulfa. Efek samping utama obat ini adalah kenaikan berat badan, dan retensi air.2 Meskipun sulfonylurea memiliki risiko hipoglikemia lebih rendah
4

dibandingkan insulin, namun hipoglikemia yang diakibatkan sulfonylureas bisa berlangsung lama dan berbahaya. Sulfonylureas jenis baru seperti glimipiride, memperlihatkan risiko hipoglikemia hanya sepersepuluh dibandingkan sulfonylureas terdahulu. Beberapa pasien juga dilaporkan mendapat risiko-meski kecil,gangguan pada jantung. Sulfonylureas berinteraksi dengan banyak sekali jenis obat, sehingga pasien perlu ditanya obat-obat apa saja yang mereka konsumsi termasuk obat-obatan OTC dan obat alternatif.

Meglitinida
Meglitinida juga termasuk jenis obat diebetes yang bekerja dengan menstimulasi sel-sel beta di pankreas untuk memproduksi insulin. Yang termasuk golongan Meglitinides adalah repaglinida (Prandin), nateglinida (Starlix), dan mitiglinida. Repaglinida merupakan derivat asam benzoat. Obat ini merupakan meglitinida non-sulfonylurea yang pertama dikenalkan pada 1998. Mekanisme aksi dan profil efek samping repaglinida hampir sama dengan sulfonylurea. Agen ini memiliki onset yang cepat dan diberikan saat makan, dua hingga empat kali setiap hari. Repaglinida bisa sebagai pengganti bagi pasien yang menderita alergi obat golongan sulfa yang tidak direkomendasikan sulfonylurea. Obat ini bisa digunakan sebagai monoterapi atau dikombinasikan dengan metformin. Harus diberikan hati-hati pada pasien lansia dan pasien dengan gangguan hati dan ginjal. Nateglinida cenderung bekerja lebih cepat dan aksinya lebih pendek dibandingkan repaglinida. Obat-obat ini secara khusus efektif bila dikombinasikan dengan metformin atau obat diabetes lain. Kelebihan lain, obat ini merupakan agen yang baik bagi pasien yang memiliki masalah ginjal. Efek samping umum golongan meglinitide adalah diara dan sakit kepala. Sama dengan sulfnylurea, repaglinida memilki risiko pada jantung. Jenis yang lebih baru, seperti nateglinida, memiliki risiko sama namun lebih kecil.

Metformin (Biguanida)
Metformin merupakan obat yang cara kerjanya terutama menurunkan glukosa darah dengan menekan produksi glukosa yang diproduksi hati dan mengurangi resistensi insulin. Metformin bisa digunakan sebagai monoterapi atau dikombinsikan dengan sulfonylurea. Kombinasi dengan obat-obat sekresi insulin, insulin-sensitizing, atau insulin sendiri akan efektif. Metformin tidak menyebabkan hipoglikemia atau penambahan berat badan, jadi sangat baik digunakan pada pasien diabetes melitus tipe 2 yang menderita obesitas (pada beberapa studi bahkan pasien mengalami penurunan berat badan). Metformin juga memiliki efek manfaat pada kadar lipid dan kolesterol dan bersifat protektif untuk jantung. Pada sebuah studi banding, metformin menurunkan angka kematian hingga 85% dibandingkan insulin (28%), sulfonylurea (16%), dan thiazolidinedione (14%). Obat ini juga pilihan pertama untuk anak-anak dan terbukti efektif untuk wanita yang menderita polikistik ovarium dan resistensi insulin. Metformin memiliki kontraindikasi dengan pasien yang memiliki insufisiensi ginjal (misal: kadar kreatinin dalam serum 1,5 mg/dL pada pria dan 1,4 mg/dL pada wanita, atau terdapat pembersihan kreatinin abnormal) atau asidosis metabolik akut maupun kronis. Namun yang lebih hati-hati lagi adalah penggunaan metformin pada gangguan hati berat dan hipoksemia (pada pulmonary obstruktif kronis atau gagal jantung kongenstif), dan pecandu alkohol berat maupun sedang. Pada pasien-pasien ini, metformin bisa menyebabkan asidosis laktat, suatu kondisi yang pada 50 persen pasien bisa fatal (1 episode per 100.000 pasien setiap tahun). Cimetidine (Tagamet) bisa mengurangi pembersihan ginjal oleh metformin dan bisa meningkatkan potensi metformin. Pasien yang menerima obat-obat antikoagulan dan metformin kemungkinan memerlukan warfarin dosis tinggi untuk mecapai efek antitrombotik. Indeks
6

hemogloblin, hematokrit, sel-sel darah merah, dan fungsi ginjal harus dimonitor setidaknya setiap tahun pada pasien yang menerima metformin. Meski manfaatnya sudah terbukti, namun Metformin juga tidak terlepas dari efek samping. Misalnya rasa metalik, masalah pada gastrointestinal termasuk neusa dan diare. Metformin juga mengurangi penyerapan vitamin B1 dan asam folat, yang sangat penting mencegah gangguan jantung. Ada laporan ditemukannya asidosis laktat, kondisi yang berpotensi mengncam jiwa, khususnya pada mereka yang memiliki faktor risiko. Namun analisis kesluruhan menyebutkan tidak ada risiko metformin yang lebih besar dibandingkan obat diabetes tipe 2 lain.

Thiazolidinedione
Thiazolidinedione (sering juga disebut TZDs atau glitazone) berfungsi memperbaiki sensitivitas insulin dengan mengaktifkan gen-gen tertentu yang terlibat dalam sintesa lemak dan metabolisme karbohidrat. Thiazolidinedione tidak menyebabkan hipoglikemia jika digunakan sebagai terapi tunggal, meskipun mereka seringkali diberikan secara kombinasi dengan sulfonylurea, insulin, atau metformin. Beberapa studi menunjukkan thiazolidinediones mengakibatkan berbagai efek baik pada jantung, termsuk penurunan tekanan darah dan peningkatan trigliserida dan kadar kolesterol (termasuk peningkatan kadar HDL, yang dikenal sebagi kolesterol baik). Obat ini juga meredam molekul yang disebut 11Best HSK-1 yang berperan penting pada sindrom metabolik (kondisi pre diabetes, termasuk tekanan darah tinggi dan obesitas) dan diabetes melitus tipe 2. Rosiglitazone (Avandia) dan pioglitazone (Actos) adalah obat dari golongan thiazolidinedione yang sudah disetujui. Salah satu studi meyakini rosiglitazone bisa memperbaiki fungsi sel beta dan membantu mencegah progresivitas diabetes. Tetapi, di balik manfaatnya yang besar, efek samping obat golongan ini pun mengkhawatirkan.3 Thiazolidinediones bisa menyebabkan anemia dan bersama obat diabetes oral lainnya bisa menaikkan berat badan meski masih dalam skala moderat. Obat ini juga meningkatkan risiko peningkatan cairan yang akan memperburuk gagal jantung. Faktanya, troglitazone (Rezulin), agen pertama golongan ini ditarik dari pasaran setelah ditemukan laporan gagal jantung, gagal
7

hati, dan kematian. Tetapi thiazolidinedione saat ini tidak menunjukkan efek yang sama pada hati meskipun ada beberapa laporan liver injury. Pasien yang mendapat thiazolidinedione harus dimonitor secara teratur menyusul studi tahun 2002 yang menemukan insiden cukup tinggi gagal jantung pada pasien yang menggunakan obat ini. Meski studi ini tidak dibuktikan dengan relasi penyebab dan ada dugaan temuan gagal jantung terjadi pada pasien yang memang sudah mengidapnya, namun studi lebih lanjut tetap diperlukan. Beberapa pasien yang mengalami kenaikan berat badan dengan cepat, retensi cairan, atau napas pendek harus dipantau lebih ketat. Obat jenis ini belum diteliti secara intensif dan para ahli meyakni seharusnya tidak digunakan secara rutin untuk manajemen diabetes melitus tipe 2, hanya dalam konteks studi klinis.

Alpha-Glucosidase Inhibitors
Alpha-glucosidase inhibitor, termsuk di dalamnya acarbose (Precose, Glucobay) dan miglitol (Glyset) memilki cara kerja mengurangi kadar glukosa dengan menginterfensi penyerapan sari pati dalam usus. Acarbose cenderung menurunkan kadar insulin setelah makan, yang merupakan keuntungan khusus obat ini, karena kadar insulin yang tinggi setelah makan berkaitan dengan pengingkatan risiko penyakit jantung. Studi tahun 2002 juga menemukan bahwa obat ini kemungkinan bisa menunda datangnya diabetes tipe 2 pada orang risiko tinggi. Alphaglucosidase inhibitor tidak seefektif obat lain bila digunakan sebagai terapi tunggal. Namun bila digunakan secara kombinasi, misalnya dengan metformin, insulin, atau sulfonylurea, bisa meningkatkan efektivitasnya.3 Efek samping yang paling sering dikeluhkan adalah produksi gas dalam perut dan diare, khususnya setelah konsumsi makanan tinggi kandungan karbohidrat yang menyebabkan sepertiga pasien berhenti menggunakan obat ini. Medikasi obat ini dilakukan saat makan.

Obat ini juga kemungkinan mempengaruhi penyerapan zat besi. Hepatotoksisitas (tergantung dosis) juga dikaitkan dengan obat ini. sehingga uji fungsi hati harus dilakukan terutama pada pasien yang menerima dosis tinggi (lebih dari 50 mg tiga kali sehari). Peningkatan enzim transaminase diakibatkan penghentian obat yang kadangkala asimtomatik. Kadar transaminase dalam serum harus dicek setiap tiga bulan di tahun pertama pasien menerima obat dan selanjutnya tetap dilakukan secara periodeik. Obat-obat yang mudah berikatan dengan obat lain seperti cholestyramine, seharusnya diberikan dengan rentang pemberian dua atau empat jam dengan alpha-glucosidase inhibitor untuk menghindari interaksi obat. Obat-obat absorban dan preparat enzim digestif sebaiknya tidak diberikan bersama acarbose.

Insulin
Untuk pasien yang tidak bisa mengontrol diabetes dengan diet atau pengobatan oral, kombinasi insulin dan obat-obatan lain bisa sangat efektif. Insulin kadangkala dijadikan pilihan sementara, misalnya selama kehamilan. Namun, pada psien dengan diabetes melitus tipe 2 yang memburuk, maka penggantian insulin total menjadi suatu kebutuhan. Ada beberapa bentuk insulin yang tersedia atau tengah dalam penelitian.

NPH yang merupakan insulin standar. Long-acting insulin (insulin glargine, ultralente insulin) yang menstimulasi sekresi insulin alami. Para ahli banyak menganjurkan insulin jenis ini.

Insulin lispro dan insulin aspart yang merupakan fast-acting insulins. Diberikan sebelum makan, dan aksi pendeknya mengurangi risiko hipoglikemia sesudahnya. Stud pada pasien diabetes melitus tipe 2, insulin lispro bisa memperbaiki kualitas hidup dan risiko hipoglikemia dibandingkan insulin reguler, meski dalam hal kontrol gula darah tidak ada perbedaan.

Investigative oral insulin kini tengah mendapat perhatian sebagai pengganti insulin. Beberapa diberikan secara inhaler atau oral spray yang diserap di cheek lining (Oralin). Pemberian secara oral kemungkinan bisa mengurangi komplikasi jantung dibandingkan insulin injeksi. Namun studi pada tikus melaporkan adanya masalah pada hati dan meningkatnya kadar trigliserida.
9

Obat yang masih dalam penelitian


Incretins merupakan hormon yang dibebaskan dari intestinal untuk meningkatkan sekresi insulin. Glucagon-like insulinotropic peptide atau GLP-1 (Betatropin) merupakan jenis incretin yang tengah dalam penelitian. Sepertinya obat ini membantu dalam memetabolisme glukosa dan mengurangi nafsu makan. Betatropin diberikan melalui suntikan. Studi awal melaporkan obat ini efektif dalam mengontrol kadar gula dan juga berat badan. Tablet transmukosal (ditempatkan di antara bibir dan gusi) yang masih dalam tahap penelitian juga terlihat efektif. Pramlintida (Symlin), dikenal juga sebagai analog amylin, merupakan derivat hormon alami yang bertindak seirama dengan insulin di pankreas untuk mengontrol hiperglikemia. Hormon ini memperlambat pengosongan lambung dan menunda penyerapan nutrisi pada usus. Beberapa studi mengindikasikan kombinasi pramlintida dengan insulin sendiri bisa mengontrol kadar gula darah, terpenting sesudah makan, tanpa meningkatkan risiko hipoglikemia atau penambahan berat badan. Obat ini bisa digunakan pada pasien diabetes melitus tipe 1 maupun 2. Efek reaksi yang mungkin timbul adalah kegagalan pengosongan lambung, yang kini menjadi komplikasi diabetes pada beberapa pasien neuropati. D-chiro-inositol (INS-1) juga jenis obat yang masih dalam penelitian. Obat ini meningkatkan sensitivitas insulin. Obat ini cukup menjanjikan dalam menangani pasien dengan diabetes yang tidak parah dan wanita dengan sindrom polikstik ovarium.3

Insulin
Proses Pembentukan Insulin Insulin merupakan hormone yang terdiri dari rangkaian asam amino,dihasilkan oleh sel beta pancreas. Dalam keadaan norma,bila ada rangsangan pada sel beta,insulin disintesis dan kemudian disekresikan ke dalam darah sesuai kebutuan tubuh untuk keperluan regulasi glukosa darah.4

10

Sintesis insulin dimulai dalam bentuk preproinsulin(precursor hormone unsulin) pada retikulim endoplasma sel beta. Dengan bantuan enzim peptidase ,preproinsulin mengalami pemecahan sehingga terbentuk proinsulin,yang kemudian dihimpun dalam gelembunggelembung dalam sel tersebut. Di sini,dengan bantuan enzim peptidase,proinsulin diubah menjadi insulin dan peptide-C yang keduanya siap untuk disekresikan secara bersamaan melalui membrane sel.2 Mekanisme diatas adalah mekanisme secara fisilogis,yang sangat diperlukan bagi berlangsungnya proses metabolism glukosa,sehubungan dengan fungsi insulin dalam proses utilisasi glukosa dalam tubuh. Kadar glukosa yang meningkat,merupakan komponen utama yang memberi rangsangan terhadap sel beta memproduksi insulin,meskipun beberapa jenis asam amino dan obat-obatan juga dapat memiliki efek yang sama. Mekanisme sintesis dan sekresi insulin setelah adanya rangsangan terhadap sel beta yang cukup rumit,dan belum sepenuhnya dapat dipahami secara jelas.

Dinamika Sekresi Insulin Dalam keadaan fisiologis,insulin disekresikan sesuai dengan kebutuhan tubuh normal oleh sel beta dalam dua fase,sehingga sekresinya terbentuk biphasic. Seperti dikemukakan, sekresi sekresi insulin normal yang biphasic ini akan muncul setelah adanya ransangan dari makanan dan minuman. Insulin yang dihasilkan, berfungsi menjaga regulasi glukosa darah agar selalu dalam batas-batas fisiologis, baik saat puasa setelah mendapat beban. Kedua fase sekresi insulin yang berlangsung secara sinkron tersebut, menjaga kadar glukosa darah normal, sekaligus mencerminkan metabolisme glukosa yang fisiologis. Sekresi fase I (acute insulin secretion response=AIR) adalah sekresi insulin yang terjadi setelah ada rangsangan terhadap sel beta, muncul cepat dan berakhir cepat.2 Sekresi fase I biasanya mempunyai puncak yang relative tinggi, karena hal itu memang diperlukan untuk mengantisipasi kadar glukosa darah yang biasanya meningkat tajam,segera setelah makan. Kinerja AIR yang baik amat penting dalam metabolisme glukosa karena akan sangat menentukan akan terjadinya peningkatan kadar glukosa darah pascaprandial. Dengan demikian, kehadiran AIR yang cepat serta adekuat perlu untuk mempertahankan berlangsungnya proses metabolisme
11

glukosa secara normal. AIR yang berlangsung normal, bermanfaat dalam mencegah terjadinya hiperglikemia akut pascapradial atau lonjakan glukosa darah pascaprandial. Setelah fase I berakhir, muncul sekresi fase II (sustained phase,latent phase), dimana sekresi insulin kembali meningkat secara perlahan dan bertahan dalam waktu relative lebih lama. Setelah berakhir fase I , tugas pengaturan glukosa darah selanjutnya diambil oleh sekresi fase II. Sekresi insulin relative lebih lama , puncaknya (secara kuantitave) akan ditentukan oleh seberapa besar kadar glukosa darah di akhir fase I. Aksi Insulin Insulin berperan penting pada berbagai proses biologis dalm tubuh terutama menyangkut metabolisme karbohidrat. Hormone ini berfungsi dalam proses utilisasi glukosa pada hamper seluruh jaringan tubuh, terutama pada otot,lemak dan hepar. Pada jaringan perifer seperti lemak dan otot, insulin berikata dengan reseptor IRS (Insulin reseptor substrat) yang terdapat dalam membrane sel. Ikatan antara membrane sel dengan reseptor akan menghasilkan semacam signal yang berguna bagi proses regulasi atau metabolisme glukosa di dalam sel otot dan lemak, dengan mekanisme kerja yang belum begitu jelas. Regulasi glukosa tidak hanya ditentukan oleh metabolisme glukosa di jaringan porifer,tati juga di jaringan hepar. Semakin tinggi tingkat resisten insulin, semakin rendah kemampuan inhibitasnya terhadap proses glikogenolisis dan glukoneogenesis, dan semakin tinggi tingkt produsi glukosa dari hepar.2

Efek Metabolisme Insulin Pada DMT II, gangguan berupa disfungsi sel beta dan resistensi insulin adalah dua factor etiologi yang bersifat bawaan (genetic). Secara klinis,muncul peningkatan kadar glukosa darah oleh karena utilisasi glukosa tidak berlangsung sempurna. Proses utilisasi yang normal membutuhkan insulin dalam jumblah yang cukup dan jaringan yang sensitive terhadap insulin agar dapat bekerja efektif.

12

Ganguan metabolisme glukosa yang terjadi,pada mulanya disebabkan oleh kelainan pada dinamika sekresi insulin. Kelainan tersebut berupa gangguan ada fase I sekresi insulin yang tidak sesuai kebutuhan (inadekuat). Defisiensi insulin yang terjadi menimbulkan dampak buruk terhadap homeostasis glukosa darah. Secara fisiologis,dampak peningkatan kadar glukosa darah yang diakibatkan gangguan fase I, diusahakan mengatasinya oleh fase II sekresi insulin. Pada mulanya, melalui mekanisme kompensasi, bahkan sering overkompensasi, insulin di sekresikan secara berlebihan untuk normalisasi kadar glukosa darah. Dapat di pahami bahwa lambat laun usaha ini akan membuat sel beta pancreas (exhausetion) yang disebut tahap dekompensasi sehingga terjadi defisiensi insulin secara absolute. Pada tahap akhir ini, metabolisme glukosa semakin buruk karena peningkatan glukosa darah (hiperglikemia) tidak hanya karena resistensi insulin,tetapi disertai juga oleh kadar insulin yang telah begitu rendah. Rangkaian kelaianan yang dilatarbelakangi oleh resistensi insulin, salah satunya adalah gangguan toleransi glukosa, sering muncul secara berkeompok pada subject tertentu,dinamakan sindrom resistensi insulin atau sindrom metabolic.

Genetika sintesa DNA terjadi melalui proses replikasi (dalam inti). Selama replikasi masingmasing dari dua rantai pada DNA asli berperan sebagai template untuk sintesis rantai komplementer. Setiap molekul DNA yang dihasilkan oleh proses replikasi terdiri dari 1 rantai polinukleotida asli dan 1 rantai polinukleotida baru yang bersifat semikonservatif. Kromosom tersusun dari DNA dan protein. DNA merupakan molekul yang menyimpan informasi genetic (genom). Genom DNA tersusun dari gen-gen. dengan kata lain gen adalah fragmen Dna dalam kromosom. Ekspresi gen merupakan proses diamana informasi yang dikodekan di dalam gen diterjemahkan menjadi urutan asam amino selama sintesa protein. DNA merupakan tempat penyimpanan informasi genetic dan merupakan makromolekul polinukleotida yang tersusun dari polimer nukleotida yang berulang-ulang dan rangkap membentuk DNA double helix dan berpilin ke kanan. Setiap nukleotida terdiri dari 3 gugus melekul yaitu gula,basa nitrogen dan fosfat.
13

Baik purin maupun pirimidin yang berikatan dengan deoxiribosa dinamakan nukleosida yang merupakan precursor elementer untuk sintesis DNA. Prekusor merupakan suatu awal pembentukan senyawa deoxiribonukleosida yang berikatan dengan fosfat membentuk nukleotida. Adenine selalu berpasangan dengan timin, dan sitosin selalu berpasangan dengan guanine melalui ikatan hydrogen,fosfodiester dan glikosidik. Adenine dan timin membentuk dua ikatan hydrogen sedangkan guanine dan citosin membentuk tiga ikatan hodrogen. Replikasi adalah peristiwa sintesis DNA. Replikasi DNA dapat terjadi dengan adanya sintesis nukleotida baru dari rantaian nukleotida lama. Prosesnya dengan menggunakan komplementasi pasangan basa untuk menghasilakan suatu molekul DNA baru yang sama dengan DNA lama. Ada 3 cara replikasi yaitu: 1. Konservatif Yaitu rantai DNA lama tetap tidak berubah, berfungsi sebagai cetakan untuk dua rantai DNA baru. 2. Semikonservatif Yaitu dua rantai DNA lama terpisah dan rantai baru disintesis dengan prinsip komplementasi dengan masing-masing satu rantai DNA lama tersebut. Akhirnya dihasilkan dua DNA baru yang masing-masing mengandung satu rantai dengan cetakan yang mengandung satu rantai DNA lama dan satu rantai dari hasil sintesis 3. Dispersive Yaitu beberapa bagian dari dua rantai lama digunakan sebagai cetakan untuk sintesis rantai DNA baru.

RNA merupakan makromelekul yang berfungsi sebagai penyimpan dan penyalur informasi. RNA merupakan rantai tunggal polinukleotida. Struktur DNA merupakan hasil transkripsi dari DNA, sehingga RNA merupakan polimer yang lebih pendek dari DNA.

14

Tipe RNA yaitu: 1. mRNA yaitu urutan basa komplementer dengan salah atu urutan basa rantai DNA. mRNA merupakan pembawa pesan kode genetic(kodon) dari kromosom ke ribosom. mRNA merupakan rantai tunggal yang relative panjang. 2. tRNA yaitu komponen utama yang structural dari ribosom. 3. rRNA yaitu salah satu molekul RNA yang membawa asam amino satu persatu ke ribosom yang spesifitasnya ditentukan oleh mRNA.5

SINTESA PROTEIN Ekspresi gen merupakan proses dimanana informasi yang dikodekan didalam gen diterjemahkan menjadi urutan asam amino selama sintesa protein.5 Selama ekspresi gen,

informasi genetic di transfer secara akurat dari DNA untuk menghasilkan polipeptida dari urutan asam amino yang spesifik. Ekspresi gen merupakan sintesa protein mencakup 2 tahap yaitu: 1. transkripsi yaitu sintesa RNA dari salah satu rantai DNA,yaitu rantai cetakan atau sense,sedangkan rantai komplemennya disebut rantai antisense. Transkripsi ada tiga tahap yaitu tahap inisiasi,elongasi,terminasi. 2. translasi ada 3 tahap yaitu inisiasi,terminasi dan elongasi

15

Kesimpulan
Diabetes Militus ada 3 tipe yaitu: a. Tipe I Disebabkan oleh kelainan sel beta pancreas dalam memproduksi insulin b. Tipe II Disebabkan oleh resistensinya insulin c. Tipe III Disebabkan oleh usia,obesitas,factor makanan,jarang melakukan aktifitas fisik,moderensasi.

Rangkaian kelaianan yang dilatarbelakangi oleh resistensi insulin, salah satunya adalah gangguan toleransi glukosa, sering muncul secara berkeompok pada subject tertentu,dinamakan sindrom resistensi insulin atau sindrom metabolic.

Pada

DMT2

dapat

terjadi

komplikasi

pada

mata,ginjal,jantung,pembuluh

darah,otak,hati,dll.

16

Daftar Pustaka

1. Cerasi E,2001. The islet type 2 diabetes: Back to center stage. Doabetes 50:S1-S3. 2. W Aru,Setiyohadi Bambang,Alwi Idrus,K Marcellus,2006. Ilmu penyakit dalam.Fakultas kedokteran universitas indinesia,Jakarta. 3. www.diabetes militus tipe 2.com. Diunduh tanggal 06 Febuari 2010. 4. www.insulin.com Diunduh tanggal 07 Februari 2010. 5. http://www.e-dukasi.net/mapok/mp_full.php?id=107 . diunduh tanggal 09 Febuari 2010 6. Priastini Anna. Dasar biologi sel 2. Fakultas Ukrida,Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai