Artikel ASI Lengkap
Artikel ASI Lengkap
DAFTAR ISI
Semua Ibu Pasti Bisa Menyusui Payudara Sehat Saat Menyusui ASI adalah Emas yang Diberikan Gratis Menyusui, Selamatkan Ibu dari Kanker Payudara ASI Eksklusif Turunkan Diare Pada Bayi Siap Kembali Ke Kantor Setelah Cuti Melahirkan Bila Payudara Bengkak Saat Menyusui Menyusui pun Butuh Bantuan Ayah Berbagai Masalah Menyusui Aneka Masalah Payudara Masalah Ibu Menyusui: Abses Payudara Problem Ibu Menyusui: Mastitis Bekerja tapi Harus Menyusui? Enggak Masalah.. Tips: Memerah ASI Bagi Ibu Bekerja Kiat Agar Proses Menyusui Berjalan Lancar Seluk Beluk Susu Formula Air Susu Ibu Versus Susu Formula Setelah Cuti Melahirkan Berlalu ASI Perah Tips : Cara Memerah ASI dengan Tangan DHA SULIT DISERAP BAYI, JANGAN TERPENGARUH IKLAN SUSU FORMULA Sebelum Memberi Susu Formula Bahayanya Pemberian Bantuan Susu Formula Atasi Dampak Kenaikan Harga Susu Formula Waspadai Promosi Susu Formula Susu Formula Merusak Usus Bayi
Seringkali, puting susu yang datar/mendelep dianggap menghambat proses menyusui. Pendapat ini timbul karena banyak ibu menyamakan puting susunya dengan dot, lalu digunakanlah pemanjang puting. Namun, menurut Utami, pemanjang puting tidak akan banyak berguna. Dalam proses menyusui, sebenarnya yang menjadi dot bukan hanya puting susu, tapi keseluruhan areola (bagian kecokelatan pada payudara). Puting susu sendiri hanya 1/3-nya. Jadi kalaupun puting susunya datar atau mendelep ia masih bisa menyusui karena masih ada 2/3 bagian lainnya. Lagi pula, setelah diisap bayi, puting susu yang datar biasanya akan menonjol keluar. Memang, ada puting yang benar-benar masuk dan terikat jaringan di dalamnya sehingga lubang susunya terbalik. Puting susu seperti ini jelas sulit diisap. Namun persentasenya hanya sekitar 1-2%. * Payudara merupakan sumber makanan yang tidak henti-hentinya. Jika payudara dikelola dengan benar, maka produksinya tidak akan berhenti. Cara pengelolaannya tak terlalu sulit, yaitu dengan selalu mengeluarkan ASI walau tidak diisap bayi. Jadi, bila karena suatu hal bayi tidak dapat menyusu, misalnya lahir prematur, sakit atau ibu bekerja, ASI harus dikeluarkan dengan cara dipompa atau diperah. Proses ini tidak akan membuat ASI habis, kecuali bila cara memompanya salah. Salah pompa sama kasusnya dengan posisi menyusui yang salah. Akibatnya ASI sama-sama tidak keluar atau hanya keluar sedikit. Jangan lupa, produksi ASI berlangsung dengan mekanisme demand and supply atau ada permintaan maka ada pasokan. Kalau ASI hanya dikeluarkan 10 cc karena cara pompa yang salah, maka supply-nya pun tak beranjak dari jumlah itu. Inilah yang membuat banyak ibu menyangka ASI-nya habis akibat dipompa. * Tak perlu selalu memberi 2 sisi payudara setiap menyusui Memang tak ada salahnya untuk menawarkan sisi payudara yang belum diisap kepada bayi, dengan catatan jika ia menolak tak perlu dipaksa. Prinsipnya, biarkan bayi yang menentukan berapa lama ia menyusu. Kekhawatiran bahwa menyusu yang cuma sebentar tidak akan memenuhi kebutuhannya ternyata tidak beralasan. Dalam menyusui, pada isapan pertama bayi akan mendapat foremilk. Pada isapan kedua, ia akan mendapatkan susu yang disebut hindmilk. Komposisi keduanya sangat berbeda. Foremilk lebih banyak mengandung air dan protein, sedangkan hindmilk banyak mengandung lemak dan karbohidrat yang berarti lebih kental. Memang, pada isapan pertama, bayi lebih banyak mendapat susu yang banyak mengandung air. Namun, kalau ia hanya sebentar saja menyusu, tak perlu kita khawatir bahwa kebutuhannya tak terpenuhi. Bisa saja, kan, bayi hanya haus dan tidak lapar? Bukankah yang tahu lapar atau haus hanya ia sendiri? Jadi biarkan bayi yang memutuskan berapa lama ia menyusu. Jika haus ia akan menyedot sebentar, tapi kalau memang lapar ia akan menyusu sampai mendapatkan hindmilk.
* Pompa bisa bikin ASI terkontaminasi Pompa berbentuk squeeze and bulb yang terbuat dari karet dan berbentuk bola tidak disarankan untuk digunakan karena mempunyai beberapa kekurangan: (1) Kurang steril karena bulb-nya sulit dibersihkan. Dengan demikian, ASI yang dipompa pun akan lebih mudah tercemar. (2) Bulb yang terbuat dari karet akan menyulitkan pengukuran tekanan negatif yang diperlukan. (3) Bentuknya yang kaku dapat membuat payudara lecet. Malahan, cara menekan payudara yang tidak benar bisa merusak jaringannya, sehingga ASI tidak banyak keluar. Pompa piston (dengan tuas piston yang dapat ditarik dan berbentuk seperti suntikan) ataupun pompa elektrik lebih disarankan. Namun, yang paling baik, karena murah dan higienis, adalah memerah dengan jari. Cara ini lebih praktis karena ibu tidak perlu membawa pompa ASI kemana-mana. * ASI perah bisa tahan sampai 3 bulan ASI yang sudah diperah tidak mudah basi. Di udara terbuka saja ASI perah bisa tahan 6-8 jam. Bahkan bisa bertahan sampai 3 bulan jika disimpan dalam freezer. Namun, cara penyimpanan di freezer tidak terlalu disarankan karena ASI akan mengalami perubahan jumlah imunoglobulin. Suhu yang dingin akan merusak molekul protein yang berfungsi sebagai pembangun daya tahan tubuh itu. Lebih baik, masukkan ASI ke dalam termos atau lemari pendingin biasa karena terbukti ASI perah tidak mengalami perubahan komposisi gizi sama sekali. Hanya mungkin warna dan bentuknya saja yang berubah. ASI dalam termos yang diberi es batu kira-kira tahan 124 jam, sedangkan di lemari es bisa tahan 224 jam. * ASI yang sudah habis bisa dirangsang kembali Teknik ini disebut relaktasi. Seorang ibu yang sudah berhenti menyusui, secara teoritis bisa memberikan ASI eksklusif lagi apabila payudaranya dirangsang kembali. Caranya adalah dengan mengonsumsi obat-obatan yang mengandung oksitosin untuk merangsang produksi ASI plus penggunaan alat bantu. Alat bantu ini bisa berupa lactation aid yang terdiri atas botol plastik yang diisi ASI donor atau susu formula. Botol plastik tersebut akan ditaruh dengan mulut terbalik. Dari ujung tutup botol dialiri 2 buah selang kecil yang ditempelkan di kedua puting susu. Sehingga ketika bayi mengisap payudara, ia akan mendapat asupan susu dari botol. Isapan yang diterima payudara sambil si bayi menyusu dari slang akan merangsang produksi ASI. Faras Handayani. sumber: Tabloid Nakita
Keluhan yang membuat Ibu kurang nyaman saat menyusui adalah pakaian basah akibat rembesan ASI. Selain dapat merusak penampilan, hal ini juga tidak baik bagi kesehatan ibu dan bayi. Karena payudara yang lembab dapat menjadi sumber berkembangnya bakteri dan jamur, sehingga dapat menimbulkan iritasi dan infeksi. Untuk mengatasinya hindari pemakaian sapu tangan, handuk maupun tissue karena akan membuat payudara tetap basah dan lembab. Pilihlah bantalan BH khusus untuk menahan rembesan ASI. Di pasaran banyak dijual produk Breast Pad, bantalan BH yang mampu mencegah ASI agar tidak merembes ke permukaan pakaian dan menjaga puting payudara tetap kering dan bersih. Ada yang dibuat dari bahan khusus yang dapat mengubah ASI menjadi bentuk gel dan lapisan luarnya terbuat dari tissue yang dilaminasi sehingga rembesan ASI tidak membasahi pakaian maupun permukaan payudara. Biasanya untuk sekali pakai. Ada juga yang terbuat dari kain lembut yang dapat dicuci untuk dipakai lagi. Yang penting pilihlah Breat Pad yang bahannya lembut dan halus sehingga nyaman dipakai. Seringlah mengganti Breast Pad, minimal 2 kali sehari. (MCH) sumber: Medicastore
Tari sebutlah begitu seorang ibu menyusui. Setelah empat bulan menyusui, tiba-tiba
ia merasa tak enak badan; tubuhnya mendadak pegal-pegal. Ia pun mengalami demam hingga menggigil. Gejalanya hampir mirip dengan yang dialami penderita flu berat. Bedanya, Tari merasakan nyeri pada payudara kanannya. Puting payudaranya terluka karena cara menyusui yang salah. Bila tersentuh sedikit saja, payudaranya langsung cenutcenut. Apalagi bila harus menyusui, sakitnya luar biasa. Apa yang sebenarnya terjadi? ASI TAK LANCAR KELUAR Menurut dr. Ayu Anita, Sp.OG., gejala sakit seperti yang dialami Tari, dalam istilah medis disebut mastitis. Rasa sakit timbul karena pada payudara terjadi suatu proses infeksi yang menimbulkan reaksi sistemik, seperti demam, nyeri, payudara berwarna kemerahan dan bila diraba agak keras, serta suhunya terasa hangat ketimbang payudara yang tidak terserang infeksi. Yang perlu diketahui, rasa sakit pada payudara di masa menyusui sebenarnya biasa terjadi. Namun sakit yang wajar disebabkan adanya stagnasi/pengeluaran air susu yang tak lancar. Jadi ini bukan mastitis melainkan bengkak payudara biasa, ujar ginekolog yang akrab disapa Anita. Dokter dari Jakarta Medical Center ini lalu menjabarkan penyebab terjadinya bengkak pada payudara, antara lain: * Bayi tak mau menyusu Biasanya ada suatu keadaan yang membuat bayi jadi tak suka menyusu. Misalnya, ASI keluar terlalu deras sehingga setiap kali mengisap puting susu ibunya, bayi jadi gelagapan. * Ibu tidak teratur mengeluarkan ASI, karena: - Terpisah sementara dari si kecil. Misalnya ibu yang bekerja dan tidak mengeluarkan ASInya dengan diperah/dipompa. - Ibu menyelingi pemberian ASI dengan susu botol. Jadi ada jarak waktu di mana ibu tidak mengeluarkan ASI. - Puting terluka sehingga ibu segan menyusui. Apa pun penyebabnya, ASI yang tidak dikeluarkan mengakibatkan terjadinya penggumpalan air susu dalam kelenjar susu di payudara (ini bisa terlihat dari bengkaknya payudara ibu). Makin lama, penggumpalan tersebut akan menyumbat kelenjar susu sehingga volume ASI yang keluar jadi sedikit. Desakan ASI yang tak lancar inilah yang
menimbulkan rasa sakit pada payudara. Nah, mastitis terjadi jika ada kuman masuk ke dalam kelenjar susu melalui puting susu. Bisa karena luka akibat posisi mulut bayi yang tidak tepat atau karena kurangnya higienitas puting. Umumnya bakteri yang menginfeksi adalah staphylococcus. PENANGANAN PAYUDARA BENGKAK Payudara yang sakit karena ASI tak lancar mengalir biasanya bisa cepat membaik dalam beberapa hari. Penanganan dapat dilakukannya tanpa obat-obatan sama sekali, yakni: * Pijat daerah payudara yang sakit sehari dua kali ke arah puting susu (akan lebih baik bila ibu mempelajari tentang pijat payudara). Gunakan baby oil untuk dapat melemaskan dan membuat daerah sekitar payudara tidak kaku. Pemijatan juga dapat membantu memperlancar pengeluaran ASI. * Susui bayi atau perah ASI sesering mungkin. ASI yang tidak dikeluarkan akan menambah rasa sakit apalagi jika ASI terus diproduksi. * Berikan kompres hangat untuk membantu memperlancar pengeluaran ASI. * Hindari tekanan lokal pada payudara. Jangan tidur dengan posisi yang menekan payudara atau jangan menggunakan bra yang terlalu ketat karena payudara akan tertekan. Ini bisa membuat payudara bertambah sakit. * Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan banyakbanyaklah minum cairan. PENANGANAN MASTITIS Mastitis yang parah dengan gejala seperti demam yang tak kunjung reda atau malah meninggi dan bahkan mencapai 40 derajat Celsius, serta payudara semakin terasa nyeri dan terjadi perubahan warna dari kecokelatan menjadi kemerahan, perlu dikonsultasikan pada dokter atau klinik laktasi. Infeksi yang tidak ditangani bisa memperburuk kondisi ibu karena kuman pada kelenjar susu akan menyebar ke seluruh tubuh, kemudian timbul abses (luka bernanah). Namun menurut Anita kasus tersebut jarang terjadi. Berikut penanganan mastitis: * Jangan lakukan pemijatan karena dikhawatirkan justru membuat kuman tersebar ke seluruh bagian payudara dan menambah risiko infeksi. * Bayi masih boleh menyusu kecuali bila terjadi abses. Kalau demikian keadaannya, untuk mengurangi bengkak, ASI harus tetap dipompa keluar. Bayi sebaiknya tetap menyusu pada payudara yang tak terinfeksi. * Obat-obatan antibiotik, yang aman untuk ibu menyusui, biasanya diberikan untuk mengatasi infeksi. Sementara rasa sakit bisa dikurangi dengan obat-obatan yang mengandung analgesik. * Bila terdapat abses, cairan nanah akan dikeluarkan dengan insisi abses/tindakan bedah.
* Makanlah makanan bergizi dan banyak minum karena kondisi mastitis membuat daya tahan tubuh ibu menurun. Daya tahan tubuh yang meningkat dapat mengatasi infeksi. * Banyak istirahat. Cara ini pun bisa meningkatkan daya tahan tubuh karena istirahat dapat memulihkan kondisi tubuh. PENCEGAHAN MASTITIS Untuk mencegah mastitis mau tak mau ibu harus menghindari penyebabnya, dengan: * Susui bayi segera dan sesering mungkin. Bila payudara terasa penuh, segera keluarkan dengan cara menyusui langsung pada bayi. Kalaupun bayi belum lapar, keluarkan ASI dengan cara diperah atau dipompa sehingga pengeluaran ASI tetap lancar. * Jaga kebersihan sekitar puting dan payudara. Selesai menyusui, bersihkan puting dengan menggunakan kapas yang dibasahi air matang. Keringkan puting dengan handuk agar suasana di sekitarnya tak lembap. Kelembapan akan memudahkan kuman berkembang biak. * Jangan membersihkan puting dengan sabun. Kandungan soda pada sabun dapat membuat kulit menjadi kering sehingga mudah terjadi iritasi seperti lecet atau luka bila disusu bayi. * Puting yang luka harus tetap dibersihkan sehabis diisap bayi. * Pilih bra khusus untuk ibu menyusui dengan bahan yang menyerap keringat. Jangan gunakan bra yang terlalu menekan payudara. Demi menjaga higienitas daerah payudara, ganti bra sesering mungkin setiap kali basah karena keringat atau setelah dipakai seharian. Dedeh Kurniasih.
ASI kurang Tidak sulit untuk menduga penyebabnya. Umumnya, terjadi karena tidak optimalnya kegiatan menyusui dan Anda memang stres. Jadi, perbaiki dulu proses menyusui Anda, seperti cari cara dan posisi menyusui yang paling nyaman, sering-sering menyusui, dan sebagainya. Stres bisa diatasi dengan membenahi gaya hidup, seperti cukup istirahat, rajin berolahraga, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, dan sebagainya. ASI terlalu deras Karena payudara Anda penuh susu, aliran ASI jadi tidak terkendali. Ini wajar terjadi pada minggu-minggu pertama masa menyusui. Payudara kan sedang menyesuaikan produksi ASI-nya dengan kebutuhan si kecil. Mengatasinya bisa dengan selalu memakai breast pads, mengeluarkan sebagian ASI sebelum menyusui, sering-sering menyusui, dan sebagainya. sumber: ANMUM Indonesia
Cara mengatasinya, lakukan teknik menyusui dengan benar, yaitu; - Si ibu harus duduk dengan tegak. - Mulut bayi harus masuk hingga ke areola mammae. - Bayi menghadap perut ibu dengan mulut dan dagu yang menempel betul pada payudara ibu. - Kuping dan tangan bayi berada pada garis lurus. - Jari tangan ibu jangan dalam posisi menggunting payudara karena akan mengunci gudang susu, sehingga ASI malah tak keluar. Yang benar, tangan dalam posisi menopang payudara, yaitu ibu jari di atas dan keempat jari di bawah puting. Puting lecet juga bisa disebabkan kesalahan teknik melepaskan puting setelah menyusui. Seringkali terjadi, melepaskan puting dari mulut bayi dengan menarik puting itu. Jika mulut bayi masih kuat tertanam di puting ibu, maka tarikan ini hanya akan membuat puting jadi lecet. Sebaiknya, lepaskan puting dari mulut bayi dengan cara memasukkan jari kelingking ibu ke mulut bayi melalui sudut mulut atau menekan dagu bayi ke bawah. Puting lecet juga disebabkan perawatan payudara tidak benar. Misalnya, membiarkan puting selalu dalam keadaan basah. Puting yang basah hanya akan mendatangkan atau menumbuhkan kuman, sehingga memudahkan infeksi dan lecet. Karena itu sebaiknya sebelum menyusui puting selalu dalam keadaan kering. Nah, untuk menghindari infeksi, sebaiknya sebelum menyusui, pijat puting sedikit agar keluar air susunya. Air susu ini kemudian digunakan untuk mengolesi puting dan sekitar areola. Begitu juga sesudah menyusui. Dengan demikian, puting selalu bersih dan terhindar dari infeksi. Sebab, di dalam ASI ada pelumas yang bisa melembutkan areola mammae dan puting, serta mengandung desinfektan yang bisa membersihkan. Jadi, tak usah membasuh puting dengan air segala macam, cukup dengan air ASI saja sudah bersih, kok. Juga jangan sekali-kali membersihkan puting memakai sabun, lo. Karena sabun mengandung soda yang memudahkan puting jadi lecet. Payudara saat menyusui itu, kan, lagi mekar, bengkak, dan muara ASI-nya sedang terbuka, sehingga jadi sensitif jika terkena soda. Kala mandi, cukuplah dibersihkan memakai air saja, tanpa sabun. Sebaiknya pula, jangan memakai bra yang memakai lapisan plastik di bagian dalamnya. Karena lapisan ini pun memungkinkan puting jadi lecet saat tergores permukaannya yang tak rata, misalnya. Paling aman adalah memilih bra yang memakai lapisan kain katun di bagian dalamnya. Jika keadaan lecet puting ini sangat parah sebaiknya payudara yang lecet untuk sementara diistirahatkan dari acara menyusui hingga 24 jam. Susuilah anak dengan payudara yang sebelah lagi. Kalau ternyata ASI dari payudara yang lecet itu sudah penuh, ASI sebaiknya dikeluarkan dengan jalan dipompa. ASI hasil pompaan ini dapat diminumkan ke bayi dengan jalan disendoki. Selanjutnya, puting lecet tersebut diobati dengan obat oles hingga lecetnya sembuh. Namun sebelum disusukan kembali, sebaiknya puting yang bekas diolesi obat ini dibersihkan dulu. Dengan demikian, bekas obat tidak terisap bayi. 3.SALURAN TERSUMBAT
Saluran tersumbat atau ASI membeku biasanya mengakibatkan benjolan lokal di salah satu bagian payudara, sementara bagian yang lain tidak. Misalnya, ada benjolan di atas payudara atau di bawah payudara. Mungkin saja saat ia menyusukan ada sedikit ASI yang tersumbat, sehingga lama-kelamaan semua ASI pun akan tersumbat, kan? Cara mengatasinya dengan jalan menyusukan semua ASI di payudara hingga kosong, jangan sampai tersisa. Kalau ternyata bayinya sudah kenyang tapi ASI-nya masih banyak, sebaiknya dipompa lantas disimpan. Entah itu di termos atau kulkas. Di kulkas tahan 48 jam, di termos 24 jam, sedangkan bila dibiarkan di udara terbuka tahan 8 jam. Menyimpan ASI di udara terbuka sebaiknya menggunakan botol kaca, karena botol plastik mudah bereaksi. Untuk mencairkan ASI yang baru dikeluarkan dari kulkas jangan direbus, ya, Bu, sebaiknya botolnya direndam dalam air panas. Massage-lah benjolan akibat penyumbatan ASI tersebut. Kemudian kompres dengan lap handuk yang direndam air panas dan selanjutnya dalam air dingin. Lakukan terus hingga benjolan hilang. Setelah itu, minta si bayi menyusu sering-sering di payudara itu hingga ASI kosong. Untuk menghindari timbulnya benjolan kembali sebaiknya jangan memakai bra yang terlalu sempit. Bra yang sempit hanya mengakibatkan stuing atau penekanan pada payudara yang mengakibatkan saluran ASI jadi tersumbat. 4.PAYUDARA BENGKAK Pnyebabnya tak lain karena pengeluaran ASI yang tidak lancar. Biasanya karena bayi tak cukup sering menyusu atau bayinya malas menyusu sehingga ASI bertumpuk di payudara ibu dan mengakibatkan bengkak. Bayi malas menyusu bisa lantaran kenyang atau ada gangguan penyakit atau gangguan pencernaan. Begitu juga ibu yang buru-buru menyapih bayinya gara-gara harus segera masuk kembali ke kantor karena cutinya habis juga menyebabkan payudara bisa membengkak. Pembengkakannya tak selalu terjadi pada kedua belah payudara. Bisa saja hanya terjadi pada satu payudara. Istilahnya asimetris. Biasanya terjadi karena bayi hanya menyusu di satu payudara, misalnya, di payudara kiri saja sementara kalau dipindah ke payudara kanan tak mau. Kalau hal ini dituruti, maka payudara yang kanan pasti membengkak. Untuk mengatasinya, sebaiknya dalam menyusui memakai cara menggiring bola. Jadi, jangan memutar kepala anak dari payudara kiri dipindah ke payudara kanan dengan posisi kepala berpindah. Kalau ia merasa nyaman menyusu di payudara kiri ibu, berarti posisi pipi kananlah yang selalu menempel ke payudara ibu, kan? Nah, gunakan taktik, menggesernya dari payudara kiri ke payudara kanan dengan tetap pada posisi pipi yang sama yang menempel di badan ibu. Tentu bayi akan merasa ia tetap menyusu di payudara kiri ibu padahal sudah bergeser ke payudara kanan. Sebaiknya dalam menyusukan harus sama waktunya antara payudara yang satu dengan yang lainnya. Sebagai ibu, toh, pasti akan tahu kemampuan anaknya menyusu. Kalau anaknya selalu menyusu selama 15 menit. Maka bagilah 15 menit itu untuk dua payudara dengan waktu yang sama. Karena kalau hanya satu saja yang sering disusukan, maka jadi besar sebelah. Yang sering disusui jadi lebih kecil dan yang tak pernah disusui jadi besar. Hasilnya jadi asimetris. Ini, kan, mengurangi keindahan.
Jika pun sudah kadung membengkak, maka payudara yang membengkak tersebut diolesi minyak atau baby oil, selanjutnya di-massage (dipijat). Urutlah payudara dengan kedua tangan mengelilingi payudara, kemudian dari pangkal payudara ke arah puting. Selanjutnya, kompres payudara dengan lap handuk yang telah direndam dalam air panas. Lalu kompres dengan lap yang telah direndam air dingin. Selama membengkak payudara tersebut harus tetap sering disusukan ke bayi. Dengan bayi menyusu maka isi gudang ASI pun berkurang. Kalau tidak disusukan, misalnya, bayi sudah kenyang, maka payudara yang membengkak harus dikosongkan dengan cara dipompa hingga ASI-nya habis. 5.MASTITIS ATAU INFEKSI PAYUDARA Pada payudara yang terkena infeksi akan terlihat ciri-ciri payudara membengkak, merah, dan nyeri. Mastitis biasanya merupakan kelanjutan dari payudara yang membengkak atau tersumbat lokal yang tidak ditangani tuntas. Jadi, bengkak dulu atau ada benjolan dulu baru terjadi mastitis. Tidak pernah mastitis terjadi tanpa adanya pembengkakan di payudara. Bila sudah terjadi mastitis, biasanya juga menimbulkan reaksi sistemik. Ibu akan demam di seluruh tubuh. Akhirnya, bukan hanya payudara yang terinfeksi, namun seluruh tubuh pun bisa terkena infeksi. Kalau sudah begini mau tak mau ibu harus minum antibiotika untuk mengatasi infeksi. Massage tidak boleh dilakukan, tapi cukup dengan pengompresan panas-dingin, serta minum yang banyak. Karena ibarat got kotor, jika kita guyur pakai air banyak-banyak, maka air kotor yang menyumbat akan terguyur keluar. Sementara untuk menahan nyeri, ibu juga akan diberi analgetik. Tentu saja, menyusui harus tetap jalan. Makin bayi tak menyusu, ASI akan makin menumpuk sehingga mau tak mau harus dikeluarkan dengan dipompa. Kalau keadaan mastitis masih dini, dalam seminggu-dua minggu akan sembuh. Karena jaringan payudara itu, kan, termasuk dalam jaringan yang gembur sehingga mudah sembuh. 6.PAYUDARA ABSES Bila mastitis ditangani terlambat atau tak ditangani dengan baik, maka bisa mengakibatkan payudara abses. Mastitis itu sebenarnya tak terlalu masalah. Tapi karena terlambat diobati, maka menyebabkan abses. Misalnya, ASI jadi basi sehingga tumbuhlah kuman yang mengakibatkan abses. Jika sudah abses bayi tak boleh lagi menyusu. Karena bisa saja ASI tercampur nanah dari abses itu. Abses bisa terjadi di sekitar puting, bisa juga di seluruh payudara. Ciri payudara yang mengalami abses adalah bentuknya merah kehitaman layaknya sedang bisulan. Payudara pun tidak setegang saat mastitis. Kalau abses, payudara jadi lembek karena sudah ada nanah di balik kulit.
Jika sudah abses, mau tak mau, di bagian nanah itu harus diinsisi/dibuka dan dikeluarkan nanahnya. Jadi, semacam operasi kecil yang membuka kulit sedikit dan mengeluarkan nanahnya dengan memakai tampon, kemudian dijahit lagi. Dalam waktu 1-2 minggu, biasanya abses pun sembuh setelah diinsisi. Tentu saja si ibu pun akan diberi antibiotika untuk menyembuhkan infeksinya. Sebaiknya ASI dari payudara yang abses tetap dipompa keluar dan dibuang. Sementara itu, anak menyusu dari payudara yang tidak abses. 7.RELUCTANT NURSER Suatu istilah dimana bayi tak mau menyusu karena ASI yang keluar dari si ibu begitu kuat. Penyebabnya karena ibunya terlalu sehat sehingga produksi ASI menjadi berlebihan. Memang bagus jika produksi ASI begitu banyak, namun kalau ASI yang keluar terlalu deras, maka bayi pun jadi gelagapan. Akibatnya, ia tak mau minum ASI lagi. Cara mengatasinya, si bayi sebaiknya diminta sering-sering menyusu atau kalau mau menyusu, pompa dulu ASI-nya separuh dalam botol, sehingga saat bayi menyusu tidak terlalu penuh lagi yang menyebabkan ASI mancur terlalu deras. Indah Mulatsih.
Dalam risetnya, para ahli merekam 40 responden yang menyusui bayinya dalam berbagai posisi. Ibu yang menyusui bayi sambil berbaring ternyata lebih sukses memberi ASI, meski awalnya juga mengalami kesulitan. Dukungan semua pihak Proses menyusui bisa menjadi hal yang menimbulkan stres, terutama di minggu-minggu awal. Mintalah dukungan dari keluarga, terutama suami dengan membantu melakukan pekerjaan rumah tangga sehingga si ibu tidak kelelahan. Selain pihak keluarga, peran perusahaan tempat ibu bekerja juga memang peran. Misalnya dengan menyediakan ruang memerah ASI atau tempat penitipan bayi jika ibu ingin membawa bayinya ke tempat kerja. Penulis: An sumber: Kompas Cyber Media, 2 Mei 2007
campuran air 30 cc untuk mengencerkan, dan sebagainya. Yang jelas, komposisinya tetap mengacu kepada kebutuhan nutrient tadi. Susu formula sendiri bermacam-macam, tergantung berat badan dan usia bayi. Di antaranya susu formula pertama, susu formula lanjutan, dan susu formula perkembangan. Selain disesuaikan dengan usia dan berat badan, ini juga disesuaikan dengan kebutuhan nutrient bayi yang kebutuhannya berbeda. Misalnya, kebutuhan protein untuk bayi dan anak usia satu tahun, kan, berbeda. Atau, pada usia yang lebih tua, kebutuhan kalori dan karbohidrat anak akan bertambah. TIDAK PERLU Nah, sekarang bagaimana memilih susu formula yang bagus? Apalagi, sekarang banyak sekali produk susu formula yang menawarkan kelebihannya masing-masing. Pada prinsipnya semua produk sama karena mereka mengacu pada kebutuhan nutrient seperti telah disebut di atas, ujar Yahya. Hal senada juga dikatakan Dr. Utami Roesli, Sp.A, MBA, Bahwa ada DHA, Omega 3, dan sebagainya, itu sebetulnya enggak masuk akal. Kita tak tahu,kan, berapa penyerapannya. Lagipula, zat-zat itu sebetulnya ada di ASI yang jelas-jelas diserap. Utami mengakui, susu, baik ASI maupun susu formula, merupakan bahan makanan tunggal bagi bayi di bawah satu tahun. Cuma, lanjutnya, Jika orangtua bisa tetap memberikan ASI sampai usia anak enam bulan dan setelah itu anak diberi makanan padat sambil tetap meneruskan memberi ASI sampai usia 1 atau 2 tahun, maka susu formula tidak lagi diperlukan, tegas Utami. Komposisi seperti yang terdapat pada susu, lanjutnya, bisa didapat dari bahan makanan lain. Khususnya bagi anak yang sudah mendapat makanan padat, lanjutnya. DARI BAHAN LAIN Banyak di antara kita yang berpendapat, balita harus minum susu formula. Padahal, sebetulnya tidak! tegas Utami. Jika kalori yang dikonsumsi lewat makanan padat sudah seimbang, maka balita sebetulnya tidak memerlukan susu. Jika kita tahu itu, maka kita tak perlu bingung memilih susu formula mana yang akan diberikan kepada anak, kata Utami. Anggapan keliru yang juga muncul adalah, makanan dengan gizi bagus haruslah mahal. Ada, kok, makanan yang cukup mempunyai nilai gizi yang bagus kendati harganya murah. Misalnya, ikan teri basah yang ternyata nilai proteinnya sama dengan susu yang harganya dua kali lipat lebih mahal, ujar Utami. Dengan kata lain, zat-zat yang ada dalam susu juga ada pada makanan atau bahan-bahan lain. Misalnya, bagi anak yang sudah diberi makanan tambahan, protein bisa diganti dengan telur, tahu, atau tempe. Sementara kebutuhan kalsium bisa diperoleh dari sayur-sayuran. Zat-zat yang ada pada susu bisa diganti dengan makanan lain. Kalau makanan padat sudah cukup kalorinya, maka susu bukan suatu keharusan lagi. Bukannya tidak boleh, melainkan tidak harus, lanjut Ketua Lembaga Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu Sint Carolus, Jakarta ini.
IQ TINGGI Pada kesempatan terpisah, Yahya menambahkan, kecukupan makanan pada bayi, bisa dinilai dari berat badan. Misalnya, tidak terjadi pengurangan berat badan lebih dari 10 persen atau kurva pertumbuhan berat badannya memuaskan. Kenaikan berat badan yang baik, lanjut Yahya, selama triwulan I, berat badan naik 150 sampai 250 gram perminggu, triwulan kedua 500-600 gram per bulan pada triwulan kedua, 350-450 gram perbulan, 250350 gram perbulan. Pada usia 4-5 bulan, berat badan menjadi 2 kali lipat dari berat badan waktu lahir dan menjadi 3 kali lipat pada umur 1 tahun. Tentu, semua perkembangan yang mestinya ada pada setiap fase pertumbuhan juga tercapai. Anggapan bahwa anak yang tidak minum susu formula akan menjadi anak bodoh juga perlu diluruskan. Anggapan ini keliru. Yang jelas, kecerdasan berhubungan erat dengan pemberian ASI. Jika ASI diberikan selama 4 sampai 6 bulan, anak akan memiliki kepandaian sampai 8,3 poin lebih tinggi daripada anak yang tidak diberi ASI, yang dinilai pada usia 7 tahun. Bahkan sebuah penelitian mengatakan, IQ anak yang mendapat ASI selama 4-6 bulan bisa lebih tinggi 10 poin, ujar Utami. Jadi, sekali lagi, ASI tetap yang terbaik dan terlengkap! Hasto Prianggoro. sumber: Tabloid Nakita
Kesimpulan itu ia peroleh dengan meneliti 32.000 anak. Ditemukan obesitas pada anak-anak yang mendapatkan ASI 30 persen lebih rendah dibanding mereka yang tidak mendapat ASI. Penelitian yang dilakukan selama tiga tahun itu juga menunjukkan, 4,5 persen anak yang diberi susu botol akan mengalami obesitas pada umur lima atau enam tahun. Sedangkan kasus kegemukan pada bayi yang diberi ASI hanya sekitar 2,8 persen. BBC.co.uk menjelaskan, kurangnya risiko obesitas terjadi karena ASI secara otomatis membantu memobilisasi lemak yang tersimpan di dalam tubuh. Sebelumnya, tahun 2001, mengutip jurnal American Medical Association, BBC mengatakan, bayi yang diberi ASI cenderung lebih langsing di masa remajanya nanti. Karena itu, ASI juga potensial dan sangat berguna sebagai strategi populasi dalam mencegah obesitas, kata Dr John Reilly. Brenda Phipps dari National Childbirth Trust menegaskan, ASI masih tetap yang terbaik. Alasan utama adalah karena ASI secara otomatis akan diproduksi oleh ibu yang melahirkan. Karena itu tidak harus dibeli. Kandungan dan nutrisi ASI ini sangat dibutuhkan oleh bayi pada enam bulan pertama. ASI mengandung antibodi yang membantu melindungi bayi dari infeksi. Antibodi ini sebenarnya diciptakan oleh si ibu sebagai respons atas kuman yang muncul di dalam ASI. Karena itu, ASI sekaligus mengurangi risiko bayi terkena alergi seperti eksema, asma, diabetes anak-anak, serta infeksi telinga. Sementara bagi ibu, meski tidak berarti membebaskan, ASI mengurangi risiko terkena kanker ovarium maupun payudara. Walau terbukti sangat bermanfaat, wanita kulit putih tidak tertarik. Memang 69 persen kaum wanita bersedia memberi ASI. Namun, 21 persen di antara mereka berhenti pada malam keempat dan 36 persen berhenti pada minggu keenam. Masih menurut penelitian BBC, hanya 67 persen wanita kulit putih yang bersedia memberi ASI. Jumlah itu jauh lebih kecil dibandingkan dengan perempuan Asia atau Afrika, tepatnya kulit hitam. Pemberian ASI pada perempuan Asia mencapai 87 persen, sementara kulit hitam 95 persen. ASI dan susu botol Untuk menyiasati pemberian ASI, banyak ibu bekerja yang kemudian mencoba mengombinasikan ASI dengan susu botol. Kombinasi seperti ini memang tidak dilarang. Namun, harus dilakukan dengan sangat hati-hati. ASI tercipta sebagai respons langsung atas kebutuhan makan si bayi. Karena itu, memberikan susu botol di tengah-tengah pemberian AS dikhawatirkan memengaruhi persediaan ASI. Walau begitu, kombinasi ini masih memungkinkan sejauh dikonsultasikan sungguh-sungguh dengan ahli kesehatan. Namun, akan jauh lebih baik jika diberikan pada saat pemberian ASI sudah benar-benar mapan sehingga ASI tidak terkena dampak dari susu formula. Saat terbaik penggabungan ini setelah minggu kelima atau keenam. Selain itu, disarankan memberikan ASI terlebih dulu baru susu botol untuk mencegah berkurangnya jumlah pasokan ASI.
Tiga bulan rasanya tidak cukup untuk merawat si kecil yang baru lahir. Tapi kalau cuti
melahirkan sudah habis dan ibu telah memantapkan pilihan untuk kembali bekerja, buatlah suatu tindakan transisi yang bisa memudahkan seluruh anggota keluarga. Terutama bagi si kecil yang mesti ber-adaptasi dengan kondisi baru. Jangan sampai si bayi merasa kaget dan merasa terbuang saat ditinggal ibu untuk bekerja. Ingat bayi juga seperti kita yang memiliki perasaan. Dia bisa sedih, takut dan bingung saat orang yang paling dekat dengannya (baca ibu) tiba-tiba menghilang seharian. Lantaran itu kala ibunya harus kembali bekerja, beberapa bayi akan rewel, enggan menyusu bahkan ada yang sampai berat badanya menyusut. Ibu pun demikian. Di kantor ia bisa gelisah karena pikiran dan hatinya berada di rumah. Alhasil, jangankan bersemangat dalam bekerja, ibu justru merasa cepat lelah dan ingin selalu buru-buru pulang. Evie Sukmaningrum, Psi., M.Si, dari Fakultas Psikologi Atma Jaya, Jakarta, mengakui adanya kondisi ini pada ibu-ibu yang baru saja kembali dari cuti melahirkan. Kalau sudah kepengin pulang jangan ditahan-tahan, pulang saja. Kalaupun ditahan percuma, malah tidak akan produktif, sarannya. Meski begitu ini bukan masalah tanpa solusi, lo. Intinya cuma satu; persiapan. Jadi sebelum kembali bekerja, ibu harus melakukan berbagai persiapan untuk si kecil juga untuk diri sendiri. Idealnya, persiapan dilakukan sekurang-kurangnya satu minggu sebelum masuk kerja. Berikut yang disarankan Evi: BERBAGAI PERSIAPAN UNTUK BAYI 1. Biasakan bayi mendapat ASI perah. Berikan perahan ASI melalui sendok bukan dot. Kenapa? Bila menggunakan dot dikhawatirkan si kecil akan mengalami bingung puting (bayi bingung antara mengisap puting dengan dot botol). Efek selanjutnya bayi bisa menolak puting ibu (menyusu ASI) jika ia tahu menyusu dari dot botol lebih mudah ketimbang jika harus mengisap payudara ibu. Proses pemberian ASI perah melalui sendok ini memang tidak mudah. Di hari-hari pertama bisa jadi bayi akan menolaknya. Ia bahkan bisa cemas dan gelisah dengan gejala rewel, tidak mau/tidak bernafsu minum susu. Tapi jangan patah semangat dan terlalu khawatir karena kondisi ini akan berlalu setelah 3-4 hari. Disarankan pemberian ASI perah ini sudah dilakukan jauh-jauh hari sebelum cuti melahirkan ibu habis sehingga dapat melancarkan proses adaptasi bayi. Misalnya dengan membiasakan bayi menerima ASI perah di siang hari sementara malam harinya menetek langsung dari payudara ibu. 2. Perkenalkan dengan dunia luar. Perkenalkan bayi dengan dunia luar selain kamarnya sehingga ia mengetahui adanya lingkungan selain rumah dan dapat mengenal banyak orang, bukan hanya dirinya, ibunya
atau ayahnya. 3. Belajar ditinggal ibu. Hal ini perlu dilatih minimal satu minggu sebelum hari H. Saat itu ibu harus bisa meyakinkan si kecil, bahwa ibu akan kembali dan akan bersamanya seusai bepergian. Kondisi ini juga memungkinkan bayi untuk lebih dekat dan berlama-lama dengan orang yang mengasuhnya selama ibu bekerja kelak. 4. Biasakan salam perpisahan sebelum berangkat kerja secara wajar. Cukup ucapkan salam sambil menciumnya. Kalau si kecil menangis, jangan ikut larut dengannya (dengan menunggunya tenang baru pergi, misalnya). Perbuatan seperti itu justru tidak mendidik dan si kecil akan lebih sulit untuk ditinggal bekerja. PERSIAPAN IBU Mempersiapkan diri sendiri menjadi penting karena emosi ibu sangat berpengaruh pada bayi. Jika di kantor ibu resah, gelisah dan tidak nyaman berpisah dengan si kecil, kemungkinan besar ia akan merasakan hal yang sama di rumah sehingga menjadi rewel. Maka dari itu, ibu yang sudah harus masuk kerja kembali perlu melakukan beberapa persiapan, yaitu: 1. Persiapkan mental untuk meninggalkan bayi. Pupuklah rasa percaya bahwa sang buah hati akan baik-baik saja di rumah. 2. Mulailah belajar memerah dua minggu sebelum cuti berakhir. Ketika bayi tidur dan payudara terasa membengkak, segera perahlah payudara lalu simpan ASI perah di kulkas. Esok siangnya berikan pada bayi. 3. Bekerja sama dengan pengasuh. Tekankan pada pengasuh soal pemberian ASI eksklusif (ini berarti bayi tidak boleh mendapatkan susu formula/makanan apa pun selain ASI selama ibu bekerja). Jika yang mengasuh si kecil adalah orangtua sendiri atau mertua yang pengetahuan akan ASI eksklusif masih terbatas, jelaskanlah secara baik-baik. Bu, bayi 3 bulan harus masih ASI eksklusif karena ia belum siap mencerna makanan selain ASI, misalnya. Intinya kerja sama yang baik dengan pengasuh amat menentukan keberhasilan ibu untuk menyusui secara eksklusif. 4. Jika menggunakan jasa babysitter pilihlah yang kompeten dan profesional. Akan lebih baik, jika sudah memanfaatkan jasa babysitter tersebut sejak kelahiran si kecil agar dapat memerhatikan cara kerja dan sikapnya. Berikan perluasan tugas dan kewajiban kepada pengasuh bayi setidaknya seminggu sebelum ibu kembali bekerja. Dengan demikian bayi dapat belajar membiasakan diri dengan sentuhan dan suara orang lain selain ibunya. 5. Tetap memberikan ASI meski dengan cara dan waktu yang berbeda. Memberikan ASI sangat membantu ibu untuk tetap membentuk ikatan batin dengan bayi. Saat kembali bekerja ibu masih dapat memberikan ASI secara langsung di waktu-waktu tertentu, semisal sebelum pergi ke kantor atau malam hari sepulang dari kantor. Di sela jam kerja, ibu masih dapat merasakan kedekatan dengan si kecil saat memerah ASI.
ASI Perah
Dr. Najib Advani SpAK MMed Paed, Dokter Spesialis Anak Konsultan-Ahli Jantung Anak (Bagian Kesehatan Anak FKUI RSCM) dan Staf Pengajar FKUI-RSCM Dokter Najib yang baik, saya mempunyai anak yang baru berusia 1 1/2 bulan. Saya ingin sekali memberikan ASI terus kepada anak saya. Namun karena saya bekerja, terpaksa saya memompa ASI dengan breast pump. ASI tersebut saya simpan di botol dan akan diberikan saat saya bekerja. Namun masalahnya, saya tidak tahu aturan pakainya karena petunjuknya memakai bahasa Jepang. Yang ingin saya tanyakan, apakah untuk sterilnya alat tersebut perlu direbus atau cukup direndam dengan air hangat saja? Setelah ASI dimasukkan ke dalam botol berapa lama ASI tersebut dapat bertahan (tanpa dimasukkan kulkas)? Apa yang harus saya perhatikan supaya ASI lebih tahan lama, adakah cara-cara tertentu? Terima kasih atas jawaban yang diberikan. Naira Ivan Dita - via email Pompa ASI (breast pump) ada 2 macam, yang manual dan yang menggunakan mesin. Saya tidak tahu mana yang Ibu gunakan. Untuk sterilisasi sangat tergantung pada bahan yang digunakan. Bahan kaca atau polikarbonat umumnya tahan terhadap suhu tinggi, tetapi bahan karet atau plastik biasa tentu tak akan tahan pada pemanasan tinggi. Sebaiknya cara sterilisasi mengacu pada spesifikasi dari alat tersebut, jika tidak tahu dapat Ibu tanyakan pada penjualnya. ASI yang disimpan dalam wadah sebaiknya tak disimpan pada suhu kamar dan secepatnya diletakkan dalam lemari es. Pada suhu ruangan sebaiknya ASI tidak dibiarkan lebih dari 4 jam. Jika disimpan dalam wadah kaca, sebagian sel darah putih yang bermanfaat untuk kekebalan akan menempel di dinding botol kaca tersebut, tetapi akan lepas lagi dalam satu hari. Jadi jika ingin menyimpan ASI untuk jangka pendek, jangan gunakan botol kaca, tetapi untuk lebih dari 1 hari tidak jadi masalah. Daya tahan ASI paling lama jika disimpan dalam freezer pada suhu -180C bisa selama 3-6 bulan. Daya tahan juga dipengaruhi oleh kebersihan puting, pompa dan wadah penampung selain suhu penyimpanan.
Peningkatan Pemanfaatan Lulusan Pendidikan Tenaga Kesehatan di Sektor Non-Departemen Kesehatan dan Kesejahteraaan Sosial kemarin di Jakarta, dia belum bersedia dimintai komentarnya. Saya baru mengkliping dan belum membaca literatur, ujarnya. Dia berjanji memberitahukan hal tersebut seminggu kemudian setelah segala informasi dikumpulkan dari berbagai sumber. Spesialis Anak Dr. Sri S. Nasar sebelumnya menginformasikan bahwa overdosis DHA pada manusia, sejauh ini baru terlihat dialami orang Eskimo yang banyak mengkonsumsi ikan laut. Dikatakan bahwa gejalanya berupa perdarahan, mirip flek-flek berwarna kebiruan di kulit. Efek yang lain baru ditemukan pada monyet maupun tikus, tapi gejalanya berbeda. (Rse/V-1) JAKARTA, JUMAT 22 SEPTEMBER 2000, HARIAN MEDIA INDONESIA HAL 9
Tiwi menambahkan, baik laktosa maupun DHA/AA hanya hadir lengkap dengan enzimenzimnya dalam ASI. Susu formula jenis apa pun, semahal apa pun, meski dibuat semirip mungkin dengan ASI, tetap saja tak ada enzimnya. Jadi, satu-satunya nutrisi terbaik untuk bayi memang hanya ASI, katanya. Tiwi menambahkan, akibat gencarnya promosi susu formula, banyak anggota masyarakat yang mengira DHA/AA tak terkandung dalam ASI. Jadi, tolong tekankan DHA/AA yang terbaik itu justru ada di dalam ASI. Komponen apa pun yang dipromosikan ada di dalam susu formula, semuanya sudah ada di ASI, kata Tiwi. Mitos dan promosi Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Husna Zahir juga mengatakan, pihaknya sama sekali tidak merekomendasikan pemberian susu formula kepada bayi. Susu formula hanya diberikan dalam kondisi-kondisi tertentu yang sangat darurat. Di luar itu, pemakaian susu formula hanya pemborosan belaka, tandasnya. Husna juga mengungkapkan adanya mitos bahwa bayi sehat adalah bayi yang gemuk. Sementara bayi yang diberi ASI eksklusif memang cenderung tidak menjadi gemuk. Mereka kemudian menambahkan susu formula agar bayinya gemuk. Padahal, bayi sehat tidak harus gemuk. Itu cuma mitos, ujar Husna. Husna mengingatkan, kondisi bayi baru lahir masih sangat rentan sehingga harus ekstra hati-hati saat memberi zat makanan dari luar. Klaim-klaim dari produsen bahwa susu formulanya dapat memberi berbagai dampak positif bagi bayi perlu dipertanyakan lebih lanjut. Misalnya, informasi dosis atau jumlah yang tepat supaya dampak tersebut akan terjadi. Selama ini banyak orang merasa aman apabila sudah mengonsumsi susu tersebut karena termakan promosi, tambah Husna. Di atas semuanya, ia juga menyarankan agar masyarakat waspada terhadap penawaranpenawaran susu formula di tempat-tempat pelayanan kesehatan. Sekarang ini banyak rumah bersalin yang menawarkan susu formula kepada orangtua bayi yang baru lahir. Itu sebenarnya melanggar kode etik, katanya. Kode etik yang dimaksud Husna adalah Kode Internasional Pemasaran Produk Pengganti ASI (International Code of Marketing of Breast-milk Substitutes) yang dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1981 lalu. Pemasaran produk susu formula untuk bayi berusia di bawah enam bulan seharusnya diatur secara tegas. Kalau perlu ada pelarangan promosi susu formula di tempat-tempat pelayanan medis resmi, ujarnya tegas. Sumber: Kompas, Penulis: Dahono Fitrianto, diambil dari: Kompas Cyber Media, 21 Mei 2007