Anda di halaman 1dari 3

Tari Kanjar dalam Aruh Bawanang

Nama : Yuniar Triana NPM : 30610D5006 Email : uninyayuniar@gmail.com Bagi masyarakat Dayak Meratus, bahuma merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sekaligus aktivitas religius yang menjadi bagian keyakinan terhadap Sang Pencipta. Begitu kuatnya kepercayaan di sekitar pertanian ini, hingga ada yang menyebutnya sebagai religi huma. Puncak dari tradisi ritual bahuma adalah aruh ganal, yakni pesta adat berupa syukuran atau selamatan yang dilakukan di balai (rumah adat khas Dayak Meratus). Aruh ganal ini disebut juga bawanang banih halin atau upacara mahanyari banih barat . Artinya, melakukan acara selamatan karena terpenuhi hajat mendapat hasil panen padi yang baik dan selama bahuma tidak mendapat musibah. Padi yang diikutkan dalam upacara ini adalah padi yang terakhir dipanen atau disebut hasil panen yang kedua. Beras dari hasil panen itu belum bisa dimakan sebelum dilakukan upacara ritual tersebut. Dalam upacara bawanang/aruh ganal ini terdapat beberapa tarian adat sebagai salah satu fase kegiatan yang tidak boleh ditinggalkan yakni Tari Kanjar, Tari Babangsa dan Tari Elang. Tari Kanjar dilakukan oleh para pria dan Tari Babangsa dilakukan oleh para wanita dengan penari masing-masing sebanyak tujuh orang, sedangkan Tari Elang hanya dilakukan seorang diri. Tarian upacara termasuk tari kanjar ini sifatnya sangat sacral karena tarian ini suatu bentuk fase atau bagian upacara adat suku dayak meratus yang tidak boleh ditinggal. Mereka melakukan kegiatan ini berupa berdoa, menari dan makan bersama. Selain para undangan masyarakat dayak ini percaya para leluhur nenek moyang mereka juga ikut bersama-sama melanggar adat akan didenda adat sesuai dengan beratnya kesalahan yang telah dilakukan. Tari kanjar atau ba-kanjar sebagaimana dijelaskan terdahulu bahwa tarian para pria berlari-lari kecil sambil berputar-putar mengelilingi sebuah altar (ancak) yang terbuat dari bambu dan diberi hiasan dari janur. Altar ini berisi sesajen yang

dimasukkan dalam wadah (bakul arangan) yang dianyam dari bambu dengan motifmotif tradisional yang tiap motif mempunyai makna yang sakral . Tari kanjar yang terdapat dalam upacara adat masyarakat dayak meratus ini merupakan tarian upacara untuk menyambut tamu upacara atau bawanang tersebut yang sifatnya sangat sakral. Tarian ini gerakannya mirip dengan tari Tortor dari Suku Batak di Provinsi Sumatra Utara, terutama gerakan tangan ke atas dan ke bawah. Tarian ini juga mirip dengan tari Ondel-ondel dari Betawi juga gerakan tangannya. Selain tariannya sama-sama untuk menyambut tamu atau menghormati tamu, bedanya tari kanjar dilakukan sangat sacral dalam sebuah upacara adat. Musik pengiring tari kanjar adalah gendang, sarunai dan bunyi pantulan gelang balian. Ada beberapa upacara adat yang dilakukan oleh Suku Dayak Meratus seperti juga Dayak Loksado, yaitu : A. Aruh Basumbu Aruh ganal ini biasanya dilaksanakan pada bulan Februari, yakni ketika orang dayak selesai melaksanakan tanam padi (bahuma/manugal). B. Aruh Bawanang Lalaya Aruh ganal ini biasanya dilaksanakan pada bulan Juni, yakni ketika masyarakat dayak melaksanakan panen padi. C. Aruh Bawanang Banih Halin Bawanang berasal dari kata manang (red ; menang) karena hasil padi mereka sangat memuaskan. Aruh ini merupakan aruh penutup karena masyarakat Dayak Loksado telah selesai melaksanakan panen padi, dengan waktu pelaksanaan usai musim panen dan semua padi sudah dimasukkan ke dalam kindai. Sebelum upacara, terlebih dahulu di adakan musyawarah adat untuk menetapkan kapan waktu pelaksanaan aruh bawanang dimana aruh ganal ini biasanya dilaksanakan pada bulan September. Segala persiapan dan pekerjaan pun dilakukan secara bergotong-royong. Perlengkapan pokok yang wajib disediakan adalah langgatan yang terdiri atas langgatan besar, langgatan pabahataraan, langgatan ayang-ayang, langgatan dulang, langgatan sangkar, dan ancak sedapa. Tiap-tiap langgatan antara lain berisi lamang, beras dalam bakul, peralatan penginangan, kelapa muda, rokok

panting, kembang ungkun dan kembang tahun. Mereka yang berperan penting dalam upacara aruh bawanang, yakni Balian yang selalu didampingi oleh Panjulang, Patati, Penabung gendang dan Mantir. Balian merupakan tokoh sentral terutama dalam mengubungkan manusia dengan roh gaib atau kepada yang dianggap Maha Kuasa, Panjulang adalah wanita yang selalu memperhatikan pembicaraan Balian, Mantir atau kepala kampung dia membuka Upacara Bawanang dengan batandik mengelilingi langgatan yang terletak di tengah-tengah balai. Keseluruhan prosesi aruh bawanang cukup panjang, yakni sebagai berikut: 1. Upacara Padarah; 2. Upacara Batandang pidara; 3. Upacara Barabun Dahupa; 4. Upacara Bajanji Balai; 5. Upacara Panyarahan; 6. Upacara Minta Tangga; 7. Bapunah Sahut atau Pemenuhan Janji; 8. Upacara Bapamali. Dalam tari ini menceritakan tentang upacara menurut kepercaan mereka, dimana upacara dimaksudkan atas rasa bersyukur mereka karena hasil panennya memuaskan. Gerakan yang mereka lakukan pun cukup sederhana yang mana gerakan itu sesuai menurut keperluan mereka dan dipercaya dapat memanggil rohroh gaib. Tari ini mengandung aktivitas system religi dan upacara dan keagamaan, dapat kita liat pula betapa beragamnya kesenian di daerah kita yang dilakuan secara turun temurun menurut adatnya masing-masing. Sumber rujukan : 1. Drs. Ikhlas Budi Prayogo, selaku pimpinan redaksi Buletin Bandarmasih. 2. Buletin Bandarmasih edisi 28 vol. I tahun 2011. 3. Dokumentasi Tari Kanjar Dayak Loksado milik Museum Lambung Mangkurat Banjarbaru tahun 2010.

Anda mungkin juga menyukai