Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang Sembelit dan inkontinensia fekal kerap kali dialami oleh pasien lansia yang dirawat di rumah sakit. Pada pasien lansia perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya menurun. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagai bagian dari proses penuaan yang normal, seperti berkurangnya ketajaman panca indera, menurunnya daya tahan tubuh , lebih mudah terkena konstipasi merupakan ancaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka masih harus berhadapan dengan kehilangan peran diri, kedudukan sosial serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai karena proses hospitalisasi. Eliminasi alvi adalah sebuah proses pengeluaran veses atau tinja melalui kolon. Pada usia lanjut biasanya terjadi inkontinensia alvi dikarenakan penurunan fungsi usus yang sebelumnya bertugas sebagai penyerap dan pengeluaran feses sekarang telah menurun fungsinya. Inkontinensia tinja adalah ketidakmampuan untuk mengontrol buang air besar, menyebabkan tinja (feses) bocor tak terduga dari dubur. Inkonteinensia tinja juga disebut inkontinensia usus. Inkontinensia tinja berkisar dari terjadi sesekali saat duduk hingga sampai benar-benar kehilangan kendali. Inkontenensia dapat terjadi pada usia lanjut. Makin tua makin meningkat frekuensinya. Di atas usia 65 tahun 30 40 % penderita mengalami masalah dengan keluhan inkontenensia ini. perawatan efektif tersedia untuk inkontinensia tinja. Dokter umum kemungkinan dapat membantu mengatasi masalah. Atau juga bisa menemui dokter yang mengkhususkan diri dalam menangani kondisi yang mempengaruhi usus besar, rektum dan anus, seperti pencernaan, proktologis atau ahli bedah kolorektal. Pengobatan untuk inkontinensia tinja biasanya dapat membantu memulihkan kontrol buang air besar atau setidaknya secara substansial mengurangi keparahan kondisi. Konstipasi merupakan keluhan saluran cerna terbanyak pada usia lanjut; terjadi peningkatan dengan bertambahnya usia dan 30 40 % orang di atas usia 65 tahun mengeluh konstipasi . Di Inggris ditemukan 30% penduduk di atas usia 60 tahun merupakan konsumen yang teratur menggunakan obat pencahar . Di Australia sekitar 20% populasi di atas 65 tahun

mengeluh menderita konstipasi dan lebih banyak pada wanita dibanding pria. Menurut National Health Interview Survey pada tahun 1991, sekitar 4,5 juta penduduk Amerika mengeluh menderita konstipasi terutama anak-anak, wanita dan orang usia 65 tahun ke atas. Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya konstipasi pada lansia seperti kurangnya gerakan fisik, makanan yang kurang sekali mengandung serat, kurang minum, akibat pemberian obat-obat tertentu dan lain-lain. Akibatnya, pengosongan isi usus menjadi sulit terjadi atau isi usus menjadi tertahan. Pada konstipasi, kotoran di dalam usus menjadi keras dan kering, dan pada keadaan yang berat dapat terjadi akibat yang lebih berat berupa penyumbatan pada usus disertai rasa sakit pada daerah perut. Tujuan Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa jurnal dan memanfaatkan jurnal sebagai referensi dalam mengerjakan tugas kuliah. Memenuhi penugasan analisa jurnal dalam mata kuliah keperawatan pencernaan. Meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam manajemen pasien lansia yang mengalami masalah inkontinensia fekal dan konstipasi. Mahasiswa dapat mengaplikasikan jurnal pada kegiatan pembelajaran. Manfaat Bagi mahasiswa Meningkatkan pemahaman dalam managemen pasien lansia yang mengalami konstipasi dan inkontinensia fekal.

BAB II PEMBAHASAN Judul penelitian Approach to Fecal Incontinence and Constipation in Older Hospitalized Patients Metode penelitian
1. Penelitian dilakukan selama 6 bulan, di unit perawatan intensif di sebuah rumah sakit di

universitas pada pasien yang dirawat 3 hari yang dinilai tidak memerlukan operasi usus.
2. Pada pasien yang mengalami cedera spinal di rumah sakit St Markus (London, Inggris

Kingdom) dan Unit Cedera Spinal, Royal National Orthopaedic Hospital (London, Inggris).
3. Pasien rawat inap yang mengalami operasi darurat karena fraktur femur dan leher,

penggunaan opioid dan pencahar diperiksa, disamping kejadian konstipasi, status gizi, dan mobilitas (N=46) Hasil penelitian Dari 70% subyek mengalami konstipasi, kasus konstipasi terlepas dari fitur demografi, penggunaan opiat, terapi antibiotik, dan ventilasi mekanik. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa konstipasi secara umum terjadi pada pasien yang kritis. Pada pasien yang mengalami cedera spinal di rumah sakit St Markus (London, Inggris Kingdom) dan Unit Cedera Spinal, Royal National Orthopaedic Hospital (London, Inggris). Konstipasi berhubungan dengan lambatnya peristaltik usus. Dua penelitian observasional terakhir secara konsisten menunjukkan bahwa efek samping konstipasi berhubungan dengan pengobatan opioid untuk mengatasi nyeri pada pasien dengan kanker. Dalam sebuah penelitian terhadap pasien rawat inap yang mengalami operasi darurat karena fraktur femur dan leher, penggunaan opioid dan pencahar diperiksa, disamping kejadian konstipasi, status gizi, dan mobilitas. Semua pasien (N=46) menerima analgesik opioid dan sembelit terjadi pada 33(71,7%). Analisa jurnal Jurnal ini meninjau sejumlah studi baru pada inkontinensia tinja dan sembelit dalam pengaturan rumah sakit dan mendiskusikan manajemen perawatan jika diperlukan, dilengkapi dengan klinis penulis dan pengalaman penelitian. Dari jurnal ini didapat penatalaksanaan pada pasien

lansia yang mengalami inkontinensia fekal dan konstipasi. Sehingga dapat diterapkan pada proses keperawatan di rumah sakit. BAB III PENUTUP Kesimpulan Inkontinensia fekal Evaluasi faktor predisposisi dan riwayat obat terutama obat pencahar, lakukan pemeriksaan fisik, neurologis, dan dubur. Konsultasi dengan ahli gizi mengenai manajemen diet untuk mringankan sembelit, sehingga pengguanan obat pencahar dapat dikurangi. Dengan meningkatkan asupan serat makanan (4 gr/ minggu). Jadwalkan proses toileting, usahakan tiap hari pasien mengalami bab teratur. Toileting bantuaan, olahraga, dan pilihan makanan dan cairan setiap 2 jam sampai 8 jam setiap hari selama 3 bulan dapat meningkatkan bowel movements meskipun tidak mengurangi frekuensi inkontinensia fekal. Konstipasi Suplemen serat mengurangi kejadian diare dan merupakan obat pencahar yang aman digunakan pada pasien konstipasi. Serat juga menormalkan kebiasaan buang air besar. Perawatan kulit dan kebersihan pada pasien rawat inap Komplikasi dermatologis dapat dicegah dengan Control hidrasi lokal yang berlebih, pengaturan ph, dan meminimalkan interaaksi antara urin dan fekal, dan mencegah infeksi. Penggunaan tissu yang lembut untuk membersihkan perianal dapat mengurangi terjadinya infeksi. Tujuan dari perawatan ini adalah menghilangkan bahan-bahan iritan dari kulit yang terkena dan pemberantasan infeksi kulit seperti kandidiasis.

sumber

Approach to Fecal Incontinence and Constipation in Older Hospitalized Patients


Felix W. Leung, MD, FACG and Satish S. C. Rao, MD, PhD, FRCP (LON)

Anda mungkin juga menyukai