html
www.ptpn12.com www.agro-ptpn12.com
Seminggu sekali untuk menambah protein diberi daging ayam dan selama tidak ada buah kopi Luwak diberi makan buah-buahan. Pada musim kopi , binatang luwak dapat menghabiskan 0,88 - 1,15 Kg kopi glondong per hari. Buah kopi yang diberikan adalah buah kopi yang masak dan segar. Biji kopi yang dimakan mengalami proses fermentasi selama +/-12 jam dalam perut luwak yang mengandung berbagai macam enzim. Biji tersebut kemudian keluar bersama kotoran pada proses ekskresi.
Luwak adalah binatang yang suka tinggal di tempat yang bersih. Bahkan ketika membuang kotoranpun luwak memilih tempat yang bersih, misalnya di tanah yang kering, di atas bebatuan, dan di atas batang pohon yang tumbang. Karenanya, kandang pemeliharaan luwak harus dijaga kebersihannya setiap hari. Secara berkala luwak dipantau kesehatanya oleh Dokter Hewan setempat.
Kopi Luwak ( Civet Coffee ) adalah biji kopi yang diperoleh dari kotoran Luwak (sejenis kucing/ Musang). Luwak memakan buah kopi (Cherries). Pada buah kopi yang matang terdapat sejenis aroma yang sangat khas , wangi seperti buah anggur
atau buah lechi sehingga disukai oleh Luwak. Secara naluri luwak hanya memakan buah kopi yang benar-benar matang , dan punya aroma khusus. Buah kopi yang dimakan oleh Luwak, diproses melalui sistem pencernaan dan kemudian dikeluarkan dalam bentuk kotoran berupa gumpalan memanjang biji kopi yang bercampur lendir. Kotoran tersebut kemudian diambil biji kopinya, dibersihkan dengan dengan cara mencuci sehingga tersisa biji kopi yang masih utuh. Proses selanjutnya adalah dikeringkan dengan sinar matahari (full sun drying) sehingga menjadi Biji Kopi Luwak.
Profil Kami
Mitrabhumi Bondowoso, Jawa Timur, Indonesia Kami adalah industri rumah tangga yang memproduksi kopi luwak jenis robusta dan arabika yang diolah secara tradisional untuk menghasilkan kopi luwak yg berkualitas. Lihat profil lengkapku
Herbal Coffee
Civet Coffee
Civet Coffee
Civet coffee
Wood Pack
powered by
http://www.wisata-bondowoso.blogspot.com
Rp 250.000/Person
Rp 500.000/Person
17.1.10
Tahukah Anda Tentang Kopi Luwak?
Kopi luwak (civet coffee) adalah kopi yang diproses dari buah kopi yang dimakan oleh binatang luwak, sejenis musang atau Asian Palm Civet (Paradoxurus hermaphroditus). Buah kopi yang dimakan luwak adalah buah kopi pilihan. Luwak hanya memilih dan memakan buah-buah yang masih segar dan benar2 masak pohon. Buah kopi akan berada didalam system pencernaan kurang lebih 10 12 jam, kemudian biji kopi yang telah
bersih kulit buahnya akan dikeluarkan kembali bersama kotoran luwak dalam proses ekskresi. Biji2 kopi inilah yang disebut dengan kopi luwak.
Proses pembuatan kopi luwak melalui beberapa tahap, diantaranya pengumpulan biji kopi luwak, pemisahan kotoran, pencucian, penjemuran, penyangraian dan terakhir penggilingan untuk menjadi kopi bubuk. Kopi luwak memiliki kelebihan dibandingkan dengan kopi biasa. Wajar saja, karena memang dari bahan dasarnya adalah kopi yg benar2 masak. Selain itu fermentasi didalam system pencernaan dengan bantuan enzim2 tertentu membuat kopi luwak memiliki beberapa khasiat tertentu. Cita rasa (rasa dan aroma) kopi luwak berbeda dengan kopi biasa. Kopi luwak memiliki aroma lebih harum dan rasa yang kesat, milky/lemak dan ada rasa semacam segar/mint di tenggorokan. Selain itu rasa kopi luwak di dinding dan atap mulut lebih stabil dan lama meski 1-2 jam setelah kita meminumnya. Khusus jenis arabika, rasa masam atau acidity sangat kuat sekali terasa di mulut. Harga kopi luwak di pasaran lebih tinggi dibandingkan kopi biasa. Hal ini disebabkan karena ketersediaannya yang terbatas (kurang lebih 3 %) selain memang karena cita rasanya yang dinilai lebih oleh penggemar kopi. Beberapa perkebunan di Indonesia berusaha menjaga ketersediaan kopi luwak dengan memelihara luwak dalam kandang2 untuk diberi makan buah kopi dan diambil biji kopi luwaknya. Namun cara ini oleh beberapa kalangan dinilai kurang alami, meski efektif. Tidak salah jika kopi luwak menjadi salah satu makanan dan minuman paling mahal di dunia. Kopi Luwak (civet coffee) is processed coffee from the coffee fruit is eaten by animals mongoose, a type of mongoose or Asian Palm Civet (Paradoxurus hermaphroditus). Fruit eaten Luwak coffee is coffee fruit choice. Mongoose just pick and eat the fruit fresh and cooked benar2 tree. Coffee fruit will be in the digestive system approximately 10 - 12 hours, then the coffee beans that have been clean fruit skin will be issued back with dirt mongoose in the process of excretion. This coffee beans is called a Luwak coffee.
Luwak coffee-making process through several stages, including Luwak coffee beans collection, separation of dirt, washing, drying, and the last roasting a coffee mill to a powder. Kopi Luwak has advantages compared with regular coffee. Naturally, because of the material is essentially wrote real ripe coffee. Also fermentation in the digestive system with the help of certain enzims Luwak coffee has some specific properties. Taste (taste and smell) different Luwak coffee with regular coffee. Kopi Luwak has a more fragrant smell and taste of coarse, Milky / fat and there is such a fresh taste / mint in the throat. In addition Luwak coffee taste on the walls and roof of the mouth is more stable and longer
even though we are 1-2 hours after drinking it. Specific types of arabica, taste sour or very strong Acidity felt in the mouth.
Luwak coffee prices in the market is higher than regular coffee. This is because availability is limited (approximately 3%) than did because its taste is judged more by fans of coffee. Some plantations in Indonesia tried to maintain availability by maintaining Luwak Coffee Luwak in kandang2 to be fed fruit and coffee beans luwaknya taken. But this way by some circles considered less experienced, though effective. Not wrong if Luwak coffee became one of the food and beverage in the world's most expensive.
c. Biji Kopi Luwak Arabika Sangrai/ Arabica civet coffee roasted beans Harga : Rp 950.000/Kg Price : 950.000 IDR/Kg d. Biji Kopi Luwak Robusta Sangrai/ Robusta civet coffee roasted beans Harga : Rp 450.000/Kg Price : 450.000 IDR/Kg
e. Biji Kopi Luwak Arabika Mentah/ Arabica civet coffee green beans Harga : Rp 900.000/Kg Price : 900.000 IDR/Kg f. Biji Kopi Luwak Robust Mentah/ Robusta civet coffee green beans Harga : Rp 400.000/Kg Price : 400.000 IDR/Kg
c. Kopi Rempah/ Herbal Coffee Terbuat dari bahan-bahan pilihan berupa kopi robusta asli yang diracik dan dipadu dengan rempah-rempah alami. Menghasilkan rasa dan aroma yg unik dan istimewa. Bermanfaat untuk menghangatkan dan menyegarkan badan. Made of choice materials in the form of original robusta coffee formulated and combined with natural spices. Produce flavor and aroma unique and special. Useful to warm and refreshing body.
Cara Pemesanan
Anda dapat memesan produk kami melalui email : Rintorinaldi@hotmail.com Pembayaran dapat dilakukan melalui rekening : BCA (Bank Central Asia) capem bondowoso 1200.290.280 Bukti pembayaran dapat difax ke 0332-427849 atau email diatas. Mohon sertakan alamat lengkap.
http://swa.co.id/2009/07/jurus-sukses-ptpn-xii-berbisnis-kopiluwak/comment-page-1/
harga luwak per ekor dalam berbagai usia. Kami lantas menciptakan harga. Sambil setengah bercanda, kami sampaikan, kalau ada yang sebesar kambing, kami siap beli Rp 100 ribu per ekor. Lebih kecil, lebih murah. Tentu, ukuran itu tidak ada karena luwak yang paling besar hanya sebesar kucing. Kami mendapatkan dua ekor. Kami tangkarkan, tetapi kami bingung, bagaimana cara memelihara luwak yang baik. Karena tidak ada satu pun referensi yang membahas tentang pemiliharaan luwak, kami terpaksa trial and error. Beberapa orang menyebut bahwa makanan luwak adalah buah. Terus, kami beri makan pisang dan pepaya. Dan, memang benar luwak menyukainya. Namun kalau terus-terusan, kan biayanya menjadi mahal. Bayangkan saja, seekor luwak membutuhkan 21 biji pisang (dua sisir) per hari. Harga per sisirnya Rp 4 ribu. Maka dalam setahun, seekor luwak membutuhkan biaya pakan pisang sebesar Rp 2,92 juta. Belum lagi ditambah dengan makanan sampingannya berupa pepaya, obat-obatan yang harus diberikan kalau sakit, tenaga kerja yang memelihara, dan biaya kandang. Padahal, harga jual kopi luwak waktu itu hanya Rp 60 ribu/kg. Sementara kopi nonluwak kualitas terbaik Rp 25 ribuan. Pokoknya, waktu itu kami dibuat puyeng. Namun, kami tidak mau menyerah. Kami berpikir memberi makanan lain yang biayanya lebih murah. Muncul ide. Karena mirip kucing, kami beli ikan asin. Kami giling. Terus kami campur dengan nasi. Ternyata mau. Bahkan ketika kami dapatkan 10 ekor, yang semula kurus-kurus, begitu diberi makan nasi campur ikan asin, berubah menjadi gemuk. Permasalahan ternyata tidak hanya berhenti di situ. Suatu ketika, 10 ekor luwak tersebut terserang penyakit. Kami bawa luwak tersebut ke dokter hewan di Situbondo. Kami pikir masalah sudah beres. Kenyataannya malah sebaliknya. Begitu sampai di Kayu Mas, 7 ekor malah mati. Belakangan ketahuan, si dokter hewan ternyata tidak memiliki informasi lengkap tentang luwak. Pemahaman dokter hewan hanya terbatas pada binatang yang dilindungi. Dan, serum suntikan yang diberikan ternyata disamakan dengan suntikan kepada kucing. Karena perlakuan-perlakuan demikian, kami membuat keputusan: Balai Kesehatan yang berada di kebun, selain bertanggung jawab atas kesehatan karyawan, juga harus memantau perkembangan kesehatan luwak. Setidaknya seminggu sekali, orang Balai Kesehatan aktif mengunjungi kandang untuk melihat kesehatan luwak, memberi vitamin kalau dibutuhkan. Itu masih di sisi pemeliharaan. Pada sisi upaya memberi makanan kopi, kami juga sempat bingung. Karena luwak menyantap kopi di atas pohon, semula kandangnya kami letakkan di pohon kopi. Terus kami berikan biji-biji kopi merah-merah yang kami letakkan pada tempayan anyaman bambu (kalo). Ternyata, yang dimakan cuma sedikit. Kami coba cara lain. Memberi makanan di kandang (tangkaran) dalam
kondisi kopi merah-merah kami hampar. Ternyata, yang dimakan jauh lebih banyak. Ini temuan paling menakjubkan. Akan tetapi, perlu diingat juga, kalau terus diberi makan kopi, luwak bisa terkena penyakit ambeien. Jadi, kami mesti hati-hati memberi makanan. Begitulah. Dari trial and error, akhirnya kami memperoleh pemahaman meskipun belum utuh bagaimana cara memelihara luwak. Pembeli kopi luwak hasil tangkaran kami yang pertama adalah sebuah perusahaan di Semarang. Dari semula hanya Rp 60 ribu/kg, terus kami naikkan menjadi Rp 125 ribu/kg, mengingat tingkat kesulitan memelihara dan biaya yang harus dikeluarkan. Tahun 2007, kami naikkan lagi menjadi US$ 40/kg, mereka tidak keberatan. Dan, terus melakukan serapan. Beberapa bulan kemudian, kami naikkan lagi menjadi US$ 75/kg. Itu pun diserap pasar. Pada awal 2008, tanpa kami duga, sebuah perusahaan dari Jerman melakukan pemesanan unik. Mereka membeli dalam bentuk prongkolan (berupa feces, kopi masih lengket berbentuk bulat panjang), seharga US$ 100/kg. Tampaknya mereka ingin memperoleh kepastian, bahwa kopi luwak kami benar-benar hasil dari hewan luwak. Bukan karena proses kimiawi, atau proses-proses lain. Dari situlah, kami mulai mengetahui bahwa kopi luwak kami mulai dilirik pasar internasional. Dan benar, ketika kami buka website-nya, kopi luwak PTPN XII ditempatkan pada posisi sebagai kopi luwak terbaik di Jerman. Sungguh, kami tidak menyangka. Dalam waktu singkat (dua tahun), harga bisa melonjak tajam. Dari hanya US$ 6/kg (Rp 60 ribu) naik menjadi US$ 100/kg. Bahkan, sekarang US$ 125/kg. Itu dalam bentuk biji kering (kadar air 11,5%). Bandingkan dengan harga kopi biasa kualitas nomor 1 yang hanya US$ 4,5/kg. Kalau dirupiahkan, harga kopi luwak kami (dalam bentuk biji kopi kering) senilai Rp 1,9 juta/kg. Saat ini, kami telah menangkar 656 luwak dewasa. Sebanyak 405 ekor berada di area kebun kopi Arabika (Kebun Kalijampit sebanyak 80 ekor, Pancur Angkrek 55, Kayu Mas 92, dan Belawan 178, semuanya di Bondowoso). Sisanya (251 ekor) berada di kebun kopi Robusta (Malangsari Bondowoso 75, Rayap/Renteng Bondowoso 20, Bangela Malang 26, Ngrangkah Pawon Kediri 30, Silos Sanen Jember, 100). Jadi, kalau ditotal, produksi kopi luwak kami bisa sampai 131,2 kg. Akan tetapi, masa panen kopi luwak terbatas. Karena itu, kami menargetkan dalam setahun memproduksi kopi luwak sekitar 2 ton. Sekarang kami sedang dalam proses penelitian untuk mengembangkan produksi kopi luwak yang tidak tergantung pada musim panen. Sehingga, produksi dapat terus berlangsung. Namun, tetap dalam jumlah terbatas, mengingat kemampuan luwak dan keunikan produk kopi luwak. Kami memahami, perusahaan lain bisa juga melakukan hal serupa (menangkar luwak). Bagi kami, itu wajar. Dan, kami welcome terhadap persaingan ke depan yang mungkin muncul. Kami tidak gentar menghadapinya. Yang perlu diingat,
kamilah pencipta pertama kopi luwak kualitas terbaik. Ini tidak akan menggoyahkan posisi kami. Pemain lain yang masuk kemungkinan besar akan melalui celah rasa yang berbeda. Sehingga, yang terjadi, kami bakal tetap pada posisi nomor wahid. Pemain lain akan berada di bawah kami. Jadi, harga kopi luwak produksi PTPN XII akan tetap tertinggi. Tidak akan goyah oleh terpaan angin persaingan yang mungkin muncul di masa mendatang. Kutipan: Jumlah luwak : 656 ekor Target produksi kopi luwak: 2 ton per tahun Harga kopi luwak: US$ 125/kg Harga kopi biasa kualitas nomor satu US$ 4,5/kg BOKS PTPN XII Memberikan Nilai Kali Handito Joewono, Presdir Arrbey Indonesia, mengacungkan jempol terhadap terobosan PTPN XII dalam mengembangkan kopi luwak. Kopi dari feces luwak ini memang sudah lama diketahui kualitasnya, tetapi PTPN XII berhasil mendongkrak pamor kopi ini. Perusahaan ini berhasil menangkarkan luwak sehingga bisa menjamin kelangsungan produksi. Kalau biasanya dikenal istilah value added, PTPN XII saya katakan bisa memberikan nilai kali pada kopi, kata pengamat dari Arrbey Indonesia itu. Bayangkan saja, harga kopi yang mencapai kurang-lebih Rp 1 juta/kg merupakan prestasi tersendiri. Dengan demikian, PTPN XII mampu meningkatkan daya saing untuk produknya. Yang membuat Handito terkesan adalah terobosan cukup inovatif ini dilakukan BUMN. Pasalnya, banyak pandangan miring tentang BUMN. Anggapan bahwa BUMN tidak kreatif, kurang inovatif, monoton, dan sederet komentar miring lainnya seperti dilawan oleh PTPN XII. Saya melihat PTPN XII sebagai bukti bahwa BUMN juga sama dengan perusahaan swasta yang bisa bersaing, ia menegaskan. Ke depan, Handito menyarankan agar PTPN XII terus menginovasi produknya. Dan yang terpenting, bagaimana men-delivery produk ke konsumen, misalnya membuka gerai khusus di berbagai tempat eksklusif, seperti di bandara. Sigit A. Nugroho