Anda di halaman 1dari 30

A. JUDUL B.

TUJUAN

: LIPID :Identifikasi senyawa lipid Penentuan peroksida bilangan penyabunan dan bilangan

C. DASAR TEORI

Lipid adalah nama suatu golongan senyawa organik yang meliputi sejumlah senyawa yang terdapat di alam yang semuanya dapat larut dalam pelarut-pelarut organik tetapi sukar larut atau tidak larut dalam air. Pelarut organik yang dimaksud adalah pelarut organik nonpolar, seperti benzen, pentana,dietil eter,dan karbon tetraklorida.Dengan pelarutpelarut tersebut lipid dapat diekstraksi dari sel dan jaringan tumbuhan ataupun hewan. Lipid di kelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok lipid sederhana (simple lipids) dan kelompok lipid kompleks (complex lipid). Lipid sederhana mencakup senyawa-senyawa yang tidak mudah terhidrolisis oleh larutan asam atau basa dalam air dan terdiri dari subkelompok-kelompok: steroid,prostaglandin dan terpena. Lipid kompleks meliputi subkelompok-kelompok yang mudah terhidrolisis menjadi zat-zat penyusun yang lebih sederhana, yaitu lilin (waxes) dan gliserida. Komponen-komponen campuran lipid dapat difraksionasi lebih lanjut dengan menggunakan perbedaan kelarutannya didalam berbagai pelarut organik. Sebagai contoh; fosfolipid dapat dipisahkan dari sterol dan lemak netral atas dasar ketidaklarutannya di dalam aseton. Suatu reaksi yang sangat berguna untuk fraksionasi lipid, adalah reaksi penyabunan. Alkali menghidrolisa lipid kompleks dan menghasilkan sabun dari komponen-komponen yang mengandung asam-asam lemak yang dapat diesterkan.

Lipid mengacu pada golongan senyawa hidrokarbon alifatik nonpolar dan hidrofobik. Karena nonpolar, lipid tidak larut dalam pelarut polar seperti air, tetapi larut dalam pelarut nonpolar, seperti alkohol, eter atau kloroform. Fungsi biologis terpenting lipid di antaranya untuk menyimpan energi, sebagai komponen struktural membran sel, dan sebagai pensinyalan molekul. Lipid adalah senyawa organik yang diperoleh dari proses dehidrogenasi endotermal rangkaian hidrokarbon. Lipid bersifat amfifilik, artinya lipid mampu membentuk struktur seperti vesikel, liposom, atau membran lain dalam lingkungan basah. Lipid biologis seluruhnya atau sebagiannya berasal dari dua jenis subsatuan atau "blok bangunan" biokimia: gugus ketoasil dan gugus isoprena.[4] Dengan menggunakan pendekatan ini, lipid dapat dibagi ke dalam delapan kategori:[5] asil lemak, gliserolipid, gliserofosfolipid, sfingolipid, sakarolipid, dan poliketida (diturunkan dari kondensasi subsatuan ketoasil); serta lipid sterol dan lipid prenol (diturunkan dari kondensasi subsatuan isoprena). Meskipun istilah lipid kadang-kadang digunakan sebagai sinonim dari lemak. Lipid juga meliputi molekul-molekul seperti asam lemak dan turunan-turunannya (termasuk tri-, di-, dan monogliserida dan fosfolipid, juga metabolit yang mengandung sterol, seperti kolesterol. Meskipun manusia dan mamalia memiliki metabolisme untuk memecah dan membentuk lipid, beberapa lipid tidak dapat dihasilkan melalui cara ini dan harus diperoleh melalui makanan. Kategori lipid : 1. Asam Lemak Asam lemak atau asil lemak ialah istilah umum yang digunakan untuk menjabarkan bermacam-ragam molekul-molekul yang disintesis dari polimerisasi asetil-KoA dengan gugus malonil-KoA atau metilmalonil-

KoA di dalam sebuah proses yang disebut sintesis asam lemak.[7][8] Asam lemak terdiri dari rantai hidrokarbon yang berakhiran dengan gugus asam karboksilat; penyusunan ini memberikan molekul ujung yang polar dan hidrofilik, dan ujung yang nonpolar dan hidrofobik yang tidak larut di dalam air. Asam lemak adalah asam alkanoat dengan rumus bangun hidrokarbon yang panjang. Rantai hidrokarbon tersebut dapat mencapat 10 hingga 30 atom. Rantai alkana yang non polar mempunyai peran yang sangat penting demi mengimbangi kebasaan gugus hidroksil. Pada senyawa asam dengan sedikit atom karbon, gugus asam akan mendominasi sifat molekul dan memberikan sifat polar kimiawi. Walaupun demikian pada asam lemak, rantai alkanalah yang mendominasi sifat molekul.[13] Asam lemak terbagi menjadi:

Asam lemak jenuh Asam lemak tak jenuh Garam dari asam lemak Prostaglandin

2. Gliserolipid

Gliserolipid tersusun atas gliserol bersubstitusi mono-, di-, dan tri-, yang paling terkenal adalah ester asam lemak dari gliserol (triasilgliserol), yang juga dikenal sebagai trigliserida. Gliserida adalah ester dari asam lemak dan sejenis alkohol dengan tiga gugus fungsional yang disebut gliserol (nama IUPAC, 1,2,3-propantriol). Karena gliserol memiliki tiga gugus fungsional alkohol, asam lemak akan bereaksi untuk membuat tiga gugus ester sekaligus. Gliserida dengan tiga gugus ester asam lemak disebut trigliserida. Jenis asam lemak yang terikat pada ketiga gugus tersebut seringkali tidak berasal dari kelas asam lemak yang sama.

3. Fosfolipid (Glisero) fosfolipid (bahasa Inggris: phospholipid, phosphoglycerides, glycerophospholipid) sangat mirip dengan trigliserida dengan beberapa perkecualian. Fosfolipid terbentuk dari gliserol (nama IUPAC, 1,2,3propantriol) dengan dua gugus alkohol yang membentuk gugus ester dengan asam lemak (bisa jadi dari kelas yang berbeda), dan satu gugus alkohol membentuk gugus ester dengan asam fosforat. Fosfolipid merupakan komponen yang utama pada membran sel lapisan lemak. Fosfolipid yang umum dijumpai adalah:

Lecitin yang mengandung alkohol amino jenis kolina Kepalin yang mengandung alkohol amino jenis serina atau etanolamina

4. Sfingolipid Sfingolipid adalah keluarga kompleks dari senyawa-senyawa yang berbagi fitur struktural yang sama, yaitu kerangka dasar basa sfingoid yang disintesis secara de novo dari asam amino serina dan asil lemak KoA berantai panjang, yang kemudian dan diubah menjadi seramida, lainnya.

fosfosfingolipid,

glisosfingolipid,

senyawa-senyawa

Sfingolipid adalah jenis lemak kedua yang ditemukan di dalam membran sel, khususnya pada sel saraf dan jaringan otak. Lemak ini tidak mengandung gliserol, tetapi dapat menahan dua gugus alkohol pada bagian tengah kerangka amina.

5. Lipid Sterol Lipid sterol, seperti kolesterol dan turunannya, adalah komponen lipid membran yang penting, bersamaan dengan gliserofosfolipid dan sfingomielin. Steroid, semuanya diturunkan dari struktur inti empat-cincin lebur yang sama, memiliki peran biologis yang bervariasi seperti hormon

dan molekul pensinyalan. Contoh lain dari lemak sterol adalah asam empedu dan konjugat-konjugatnya,[33] yang pada mamalia merupakan turunan kolesterol yang dioksidasi dan disintesis di dalam hati. Pada tumbuhan, senyawa yang setara adalah fitosterol, seperti beta-Sitosterol, stigmasterol, dan brasikasterol; senyawa terakhir ini juga digunakan sebagai bagi pertumbuhan alga. Sterol dominan di dalam membran sel fungi adalah ergosterol.

6. Lipid Prenol Lemak prenol adalah alkohol alami yang merupakan turunan isoprena (disebut juga isoterpena) dengan kandungan oksigen. Lemak prenol tergolong hemiterpenoid, salah satu bentuk terpena yang paling sederhana. Prenol juga merupakan monomer dari karet alami dan mudah dijumpai pada buah jeruk, cranberry, bilberry, currants, anggur, raspberry, blackberry, tomat, white bread, hop oil, kopi, arctic bramble, cloudberry and passion fruit. Lemak prenol, dapat diperoleh melalui reaksi kimiawi antara formaldehida dan isobutena yang dilanjutkan dengan proses isomerisasi dari produknya yang masih berupa isoprenol (3-methyl-3-buten-1-ol). 7. Sakarolipid Sakarolipid (bahasa Inggris: saccharolipid, glucolipid) adalah asam lemak yang terikat langsung dengan molekul glukosa[41] dan membentuk struktur yang sesuai dengan membran dwilapis. Pada sakarolipid, monosakarida mengganti ikatan gliserol dengan asam lemak, seperti yang terjadi pada gliserolipid dan gliserofosfolipid. 8. Poliketida

Poliketida adalah metabolit sekunder yang terbentuk melalui proses polimerisasi dari asetil dan propionil oleh enzim klasik maupun enzim iteratif dan multimodular yang berbagi fitur mekanistik yang sama dengan asam lemak sintasi. Poliketida merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan secara alami oleh bakteri, fungi, tumbuhan, hewan, sumber daya laut dan organisme yang memiliki keanekaragaman struktural yang tinggi. Banyak poliketida berupa molekul siklik yang kerangkanya seringkali dimodifikasi lebih jauh melalui glikosilasi, metilasi,

hidroksilasi, oksidasi, dan/atau proses lainnya untuk menimba manfaat dari sifat antibiotik yang dimiliki. Beberapa jenis poliketida bahkan bersifat anti kanker, dapat menurunkan kolesterol serta menunjukkan efek imunosupresif.

D. ALAT DAN BAHAN Alat

Gelas kimia

- Penangas air

Gelas ukur

- Erlenmeyer

Tabung reaksi

- Neraca analitik

Pipet tetes

- Penjepit tabung

Bahan

KHSO4 KOH Alkoholis 10% Indicator PP HCl 0,5 N Aquades

- Minyak Olive - Larutan KI 10% Kloroform - Asam Asetat Glasial - Minyak Kelapa - Indikator Amilum

E. PROSEDUR KERJA 1. Uji Lipid ( Uji Akrolein )


0,5 gram minyak goreng ( minyak kampung )

dimasukkan kedalam tabung reaksi ditambahkan 0,5 gram KHSO4 dipanaskan


Tidak terjadi perubahan warna KHSO4 tidak larut

2. Penentuan bilangan penyabunan


5 gram minyak goreng ( minyak kampung )

dimasukkan kedalam erlenmeyer ditambahkan 30 ml larutan KOH alkanolis 10 % dikocok


Larutan berwarna orange

direfluks selama 30-60 menit


Larutan berwarna merah teh

ditambahkan sebanyak 1 ml
Larutan berwarna merah teh

indikator

fenoftalein

dititrasi dengan larutan HCl 0,5 N


Larutan menjadi merah tua Pada volume HCL = 7 ml

3. Penentuan bilangan peroksida


12 ml kloroform + 18 ml asam asetat

dimasukkan erlenmeyer

kedalam

250

ml

ditambahkan sampel ( minyak kampung ) sebanyak 5 gram ditambahkan 0,5 ml larutan KI jenuh dikocok selama 1 menit
Larutan dari bening menjadi kuning

ditambahkan 30 ml aquades ditambahkan indikator amilum 4 tetes Larutan berwarna biru

dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N


Warna biru menghilang pada volume Na2S2O3 = 0,1 ml

F. HASIL PENGAMATAN Kelompok 1 PERLAKUAN 1. Uji Lipid ( Uji Akrolein ) 0,5 gram minyak PENGAMATAN

dimasukkan ke dalam tabung reaksi. - di tambahkan 0,5 gram KHSO4, lalu panaskan. 2. Penentuan penyabunan - dimasukkan 5 gram minyak kedalam 250 ml erlenmeyer. - ditambahakan 50 ml larutan KOH alkanolis 10% - dikocok - direfluks selma 30-60 menit ditambahakan indikator fenoftalein larutan berwarna orange larutan berwarna merah tua larutan berwarna merah tua. bilangan tidak terjadi perubahan warna dan KHS4 tidak larut.

sebanyak 1 ml. - dititrasi dengan larutan HCl 0,5 N Volume HCl = 7 ml Larutan berwarna tua

3. Penentuan Bilangan peroksida Penentuan 12 ml Larutan bening

klorooform dan 18 ml

asam asetat kedalam 250 ml erlenmeyer. - ditambahakan sampel ( minyak kampung )

sebanyak 5 gram - ditambahkan 0,5 ml larutan KI jenuh. - dikocok selama 1 menit - ditambahkan 30 ml aquades - ditambahkan 4 tetes indikator amilum. dititrasi Na2S2O3 0,1 N dicatat Na2S2O3 dibutuhkan. volume yang dengan volume = 1 ml

PERHITUNGAN 1. Bilangan penyabunan = = = = 552,16


( ( ) ) ( ( ) )

2. Bilangan peroksida

= =

x 1000 x 1000

= 20

Kelompok 3 Perlakuan Uji Akrolein Memasukan 0,5 gr minyak zaitun Ada endapan putih Larutan bening Tidak ada perubahan Baunya seperti minyak zaitun Pengamatan

Menambahkan 0,5 gr KHSO4 Memanaskannya

Uji penentuan bilangan penyabunan Menambahkan 5 ml minyak zaitun -

5 ml minyak zaitun

terjadi perubahan dari bening menjadi merah bata dan minyak tidak larut

kedalam Erlenmeyer 250 ml Menambahkan 30 ml KOH alkoholisis 10 %, dikocok Merefluks 30-60 menit Mendinginkannya, lalu menambahkan PP dengan selama

tidak terjadi perubahan warna tetapi minyaknya larut

larutan menjadi warna ungu

warna ungu hilang dan menjadi warna merah bata

2 ml

indicator sebanyak 1ml Menitrasi

Larutan merah bata

Larutan tidak berubah

larutan HCl 0,5 N larutan menjadi ungu

mencatat

Volume hilang warna ungu dan larutan

HCl yang dibutuhkan untuk titrasi Bilangan Penyabunan (untuk blangko) Memasukkan 30 ml larutan KOH

menjadi warna merah bata kembali 105,6 ml

alkoholisis 10 % Merefluks mendidih sampai

Setelah menambahkan indicator sebanyak 1 ml

dingin,

PP

menitrasi HCl 0,5 N

dengan

Mencatat

volume

HCl yang digunakan

Perlakuan Penentuan Peroksida Mengukur kloroform sebanyak 12 ml dan asam asetat glacial Bilangan

Pengamatan

12 ml kloroform dan 18 ml asam asetat glacial

sebanyak 18 ml

Memasukkan 12 ml kloroform dan 18 ml asam asetat glacial kedalam Erlenmeyer

larutan bening

Larutan menjadi kuning muda

menambahkan minyak sebanyak 5 zaitun ml lebih muda dari sebelumnya

kedalam erlenmeyer larutan menjadi abu-abu kebiruan

menambahkan

0,5 larutan menjadi bening

ml larutan KI jenuh

mengocok selama 1 menit 1 ml

menambahkan ml aguades

30

menambahkan

tetes indicator PP

menitrasi Na2S2O3 hilang

dengan 0,1 N -

sampai warna biru larutan bening

mencatat Na2S2O3 digunakan sampel

volume yang untuk

larutan bening

larutan bening

larutan bening

Penentuan Peroksida blangko)

Bilangan (untuk

Mengukur kloroform sebanyak 12 ml dan asam asetat glacial

sebanyak 18 ml

menambahkan

0,5

ml larutan KI jenuh

menambahkan ml aguades

30

menambahkan tetes indicator PP

menitrasi Na2S2O3 hilang

dengan 0,1 N

sampai warna biru

mencatat Na2S2O3 digunakan sampel

volume yang untuk

Bilangan Penyabunan Dik : B = 105,6 ml S = 2 ml N = 0,5 N W = 5 gr Mr = 56 Dit : Bilangan Penyabunan ..? Penye : Bilangan Penyabunan =
( )

= 580,16 Bilangan Peroksida Dik : S = 1 ml B = 0 ml N = 0,1 N

W = 5 gr Dit : Bilangan Peroksida =


( )

x 1000

((

x 1000

=2

Kelompok 4 Perlakuan Uji Akrolein Memasukan 0,5 gr Pengamatan

minyak margarin Menambahkan 0,5 gr KHSO4 Memanaskannya mengamati mencatat yang terjadi dan perubahan terjadi perubahan KHSO4 larut

sebagian dan terbentuk 2 lapisan setelah dipanaskan

Uji penentuan bilangan penyabunan Menambahkan minyak 5 ml perubahan warna menjadi coklat muda

margarine

kedalam Erlenmeyer 250 ml Menambahkan 30 ml KOH alkoholisis 10 warna tetap coklat muda namun ada

%, dikocok mengamati mencatat yang terjadi dan perubahan -

terdapat endapan putih

warna menjadi merah

mencampurkan lalau merefluks selama 3060 menit dan perubahan

mengamati mencatat yang terjadi

10 ml larutan HCl yamng dibutuhkan

Mendinginkannya, lalu menambahkan dengan larutan tidak berubah

indicator PP sebanyak 1ml Menitrasi larutan merah bata

larutan HCl 0,5 N

mencatat volume HCl yang dibutuhkan larutan menjadi ungu

untuk titrasi Bilangan Penyabunan -

hilang

warna

ungu

dan

berubah

(untuk blangko) Memasukkan 30 ml larutan alkoholisis 10 % Merefluks sampai KOH -

menjadi merah bata kembali

105,6 ml

mendidih

Setelah menambahkan

dingin,

indicator PP sebanyak 1 ml

menitrasi dengan HCl 0,5 N

Mencatat volume HCl yang digunakan

Perlakuan Penentuan Peroksida Bilangan

Pengamatan

Memasukkan 12 ml kloroform dan 18 ml asam asetat glacial kedalam Erlenmeyer

menambahkan minyak sebanyak margarin 5 gr

kedalam erlenmeyer

menambahkan 0,5 ml larutan KI jenuh

mengocok selama 1 menit terbentuk 2 lapisan lapisan atas bening dan lapisan bawah kuning menambahkan 30 ml aguades menambahkan 4 tetes indicator amilum volume Na2S2O3 yang digunakan 1,3 ml

menitrasi

campuran

dengan Na2S2O3 0,1 N sampai warna biru hilang

mencatat Na2S2O3 digunakan

volume yang larutan bening

Penentuan Peroksida blangko)

Bilangan (untuk

larutan bening

larutan bening

Mengukur kloroform sebanyak 12 ml dan asam asetat glacial sebanyak 18 ml

larutan bening

menambahkan 0,5 ml larutan KI jenuh

menambahkan 30 ml aguades

menambahkan 4 tetes indicator PP

menitrasi Na2S2O3 sampai hilang

dengan 0,1 warna N biru

mencatat Na2S2O3 digunakan sampel

volume yang untuk

Bilangan Peroksida (sampel) Dik : S = 1,3 ml B = 0 ml N = 0,1 N W = 5 gr Dit : Bilangan Peroksida = =


( (( ) )

x 1000 x 1000

= 26

Kelompok 5 Uji Lipid ( Uji Akrolein) Perlakuan Didalam tabung reaksi memasukan 0,5 gram minyak bimoli Menambahkan KHSO4 Memanaskan 0,5 Setelah dipanaskan tidak tidak larut terjadi dalam KHSO4 tidak larut dalam minyak Hasil Pengamatan

perubahan,KHSO4 minyak

1. Penentuan Bilangan Penyabunan Perlakuan Sebanyak minyak, dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml Menambahkan ml larutan 50 KOH 10% Volume HCl yang digunakan adalah 6 ml Merefluks 30-60 menit selama dan larutan menjadi berwarna merah Volume blanko 105,6 ml Minyak tidak larut dalam KOH alkoholis 10% larutan berwarna orange tua Setelah direfluks larutan berwarna merah bata Larutan menjadi ungu tua Hasil Pengamatan

gr

alkoholis dikocok

Setelah

dingin,

menambahkan indikator fenoftalein sebanyak 1 ml Mentitrasi

dengan

larutan HCl 0,5 N

2. Penentuan Bilangan Peroksida, Perlakuan Didalam Hasil Pengamatan

erlenmeyer Tidak ada perubahan, larutan berwarna bening

250 ml, memasukkan 12 ml kloroform dan

18 ml asam asetat Terbentuk dua lapisan, lapisan atas yaitu glasial Menambahkan sampel (minyak minyak minyak, lapisan bawah yaitu campuran larutan kloroform dan asetat glasial dan larutan berwarna kuning bening Setelah dikocok 1 menit larutan

bimoli) sebanyak 5 gr

bercampur dan berwarna kuning Terbentuk dua lapisan, lapisan atas berwarna kuning keruh, lapisan bawah Menambahkan 0,5 ml larutan KI berwarna kuning jenuh, Larutan berwarna kuning kehijauan dan terbentuk dua lapisan, lapisan atas

mengocok selama 1 menit Menambahkan 30 ml aquades

berwarna kuning bening dan bawah berwarna kuning keruh Volume Na2S2O3 = 0,5 ml

Volume blangko = 0 ml Menambahkan 4 tetes indikator amilum

Mentitrasi

dengan

Na2S2O3 0,1N sampai warna hijau hilang

G. PEMBAHASAN Suatu lipid didefenisiiskan sebagai suatu senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non polar seperti suatu hidrokarbon atau dietil eter. Definisi ini terasa mencakup banyak macam senyawa dan memang demikian berbagai kelas lipid dihubungkan satu dengan yang lain berdasarkan kemiripan sifatnya tetapi hubungan kimia, fungsional, dan struktur lemak, minyak , terpena dan steroid ( Fessenden, 1989 :407 ). Lipid yang paling sederhana dan paling banyak mengandung asam lemak sebagai unit penyususn adalah triglliserol. Juga sering kali dinamakan lemak, lemak netral atau trigliserida. Trigliserol merupakan molekul hidrofobik non polar, karena molekul ini tidak mengandung muatan listrik atau gugus fungsional dengan polaritas tinggi ( Lehningger, 1988 : 394 ) Lemak cair disebut minyak, minyak mengandung minyak (lemak) tidak jenuh. Untuk menentukan derajat ketidakjenuhan asam lemak, tiap molekul lemak tidak jenuh dapat bereaksi dengan iodium, biasa disebut dengan bilangan iodium. Tiap iodium dapat mengadakan reaksi adisi pada suatu ikatan rangkap pada lemak yang tidak jenuh. Untuk selanjutnya apabila rantai karbon itu pendek, maka jumlah mol

asam besar, sebaliknya jika rantai karbon itu panjang jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk penyabunan 1 gram lemak disebut bilangan penyabunan. Dan apabila lemak dibiarkan di udara akan menimbulkan rasa dan bau tidak enak hal ini karena adanya proses hidrolisis menghasilkan asam lemak peroksida. Kandungan peroksida itu biasa disebut bilangan peroksida pada minyak ( Anna poedjiadi, 1994 : 60-61 ) Dalam praktikum lipid ini, sampel yang digunakan adalah minyak goreng ( minyak kampung ). Untuk sampel minyak bekas, minyak zaitun, minyak kemiri dan margarin dalam pembahasan nanti hanya akan digunakan sebagai bahan pembanding.

1. Uji Lipid ( Akrolein ) Uji akrolein untuk minyak tergantung pada dehidrasi dan oksidasi gliserol menjadi akrolein. Langkah awal yang dilakukan dalam percobaan ini yaitu menimbang 0,5 gram minyak kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi. Setelah itu ditambahkan 0,5 gram KHSO4, lalu dipanaskan. Hasil yang diperoleh pada percobaan ini yaitu larutan tidak terjadi perubahan warna dan KHSO4 tidak larut seperti terlihat pada gambar dibawah ini : Reaksi yang terjadi :
CH2OH HCOH CH2OH + KHSO4

H C=O CH CH2 + H2O

Gliserol

Akrolein

Menurut literatur yang ada, apabila gliserol dicampur dengan KHSO4 dan di panaskan hati-hati akan timbul bau yang tajam khas seperti bau lemak yang terbakar yang disebabkan oleh terbentuknya akrilaldehida atau akrolein. Oleh karena itu timbulnya bau yang tajam itu, akrolein mudah diketahui dan reaksi ini telah di jadikan reaksi untuk menentukan

adanya gliserol atau senyawa yang mengandung gliserol seperti lemak dan minyak. Akan tetapi hasil percobaan yang kami peroleh justru berbanding terbalik dengan literatur yang ada. Ini mungkin disebabkan oleh kurang telitinya praktikan pada saat mencium minyak dan KHSO4 setelah dipanaskan. Bila lemak dan minyak dicampur dengan KHSO4 dan dipanaskan hati-hati juga akan terjadi akrolein. Gliserol digunakan dalam industri kosmetik sebagai bahan dalam pembuatan preparat yang dihasilkan. Disamping itu gliserol berguna bagi kita untuk sintesis lemak didalam tubuh.

2. Uji penyabunan Uji penyabunan untuk asam-asam lemak dilakukan dengan cara memasukkan 5 gram minyak kedalam 250 ml erlenmeyer. Kemudian menambahkan 30 ml KOH alkoholis 10% kedalam minyak yang hendak diuji, kemudian dikocok. Pencampuran ini menghasilkan larutan berwarna orange. kemudian di refluks selama 30 60 menit, setelah 60 menit larutan berubah warna menjadi merah teh dan minyaknyapun menghilang. Sehingga yang tersisa hanya larutan KOH. Kemudian ditambahkan indikator phenoftalein sebanyak 1 ml, saat penambahan indicator larutan tidak terjadi perubahan warna. Setelah itu dititrasi dengan larutan HCl 0,5 N, dan pada voleme HCl=7 ml larutan menjadi merah tua. Reaksi yang terjadi : O
CH2OH C R1 O HCO C R2 + 3KOH O CH2O C R3
Lemak/Minyak

O CH2OH R1 C OK O + R2 C OK O R3 C OK
Sabun

HCOH CH2OH
Gliserol

Reaksi ini bertujuan untuk pengambilan asam-asam lemak dari minyak, sehingga dihasilkan campuran sabun dan gliserol yang mudah larut dalam air dan alkohol. Pada pengambilan asam lemak ini, minyak dihidrolisis dengan larutan alkali yaitu KOH (Kalium hidrosida). Proses hidrolisis yang menggunakan basa disebut proses penyabunan. Jumlah mol basa yang digunakan dalam proses penyabunan ini tergantung pada jumlah mol asam lemak. Untuk lemak dengan berat tertentu, jumlah mol asam lemak tergantung pada panjang rantai karbon pada asam lemak tersebut. Apabila rantai karbon itu pendek, maka jumlah mol asam lemak besar, sebaliknya apabila rantai karbon itu panjang, jumlah asam lemak kecil. Jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak disebut bilangan penyabunan. Perbandingan bilangan penyabunan

pada masing-masing sampel yaitu untuk minyak goreng/minyak kampung = 552,16, minyak jelanta = 428,96, minyak zaitun = 580,16, margarin = 490,56, dan minyak bimoli = 557,16. Besar dan kecilnya bilangan penyabunan ini tergantung pada panjang atau pendeknya rantai karbon asam lemak atau dapat dikatakan juga bahwa besarnya bilangan penyabunan tergantung pada berat molekul lemak tersebut makin kecil berat molekul lemak, makin besar bilangan

penyabunannya.

3. Uji peroksida Minyak atau lemak yang mengandung asam-asam lemak tidak jenuh dapat teroksi dari oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Apabila minyak mengalami oksidasi maka senyawa peroksida yang dihasilkan akan meningkat. Langkah awal yang akan dilakukan pada percobaan ini adalah memasukkan 12 ml kloroform dan 18 ml asam asetat kedalam

erlenmeyer 250 ml. Peranan asam asetat glasial dalam pemisahan asam lemak yaitu sebagai katalis, artinya asam asetat dapat mempercepat reaksi yang sedasng berlangsung sehingga reaksinya lebih cepat membentuk asam lemak. Warna kedua larutan itu adalah bening. Kemudian menambahkan sampel (minyak kampung)

sebanyak 5 gr. Selanjutnya campuran tersebut ditambahkan 0,5 ml larutan KI jenuh. Kemudian dikocok selama kurang lebih 1 menit. Larutan berubah warna dari bening menjadi kuning. Kemudian ditambahkan aquades sebanyak 30 ml, dan 4 tetes indicator amilum. Saat ditambahkan indicator amilum, larutan berubah warna menjadi biru. Setelah itu larutan dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N. Titrasi dihentikan pada saat warna biru pada larutan hilang. Dan warna biru hilang pada volume Na2S2O3 = 1 ml.

Reaksi yang terjadi :

Perbandingan besarnya bilangan peroksidda pada masingmasing sampel yaitu : untuk minyak kampung = 20, minyak jelanta = 340, minyak zaitun = 200, Margarin = 26, dan minyak bimoli = 10.

H. KESIMPULAN

Uji akrolein untuk gliserol tergantung pada dehidrasi dan oksidasi gliserol menjadi akrolein. Reaksi pembentukan sabun dari minyak dilarutkan dengan cara mereaksikan alkali dengan minyak sehingga didapatkan suatu sabun.

Minyak atau lemak yang mengandung asam-asam lemak tidak jenuh dapat teroksi dari oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida.

Dari hasil perhitungan bilangan penyabunan dan bilangan peroksida dari semua kelompok berbeda-beda. Itu karena sampel yang digunakan berbeda-beda. Kemungkinan Kesalahan Adapun kemungkinan keslahan pada saat percobaan adalah:

1. Saat mereaksikan larutan. 2. Pemanasan larutan. 3. Pengukuran larutan. 4. Pengamatan warna.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Chairil. 1994.

Pengantar Praktikum Kimia Organik.

Yogyakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi. Kristian. 2003. Kimia Organik I JICA. Malang: Universitas Negeri Malang Teaching Team. 2012. Penuntun Praktikum Biokimia. Gorontalo: Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNG. http://id.wikipedia.org/wiki/Lipid

Anda mungkin juga menyukai