Anda di halaman 1dari 17

Tugas Organisasi dan Program Kesehatan di Indonesia Gangguan Akibat Kecelakaan dan Tindak Kekerasan (GAKTI)

Kelompok : Ayu Anastasia Lisna Agustiyah Sutanto Relita L. M. Wibowo Mukti 1006818854 1006820511 1006822082 1006821432 0906617901

Fakultas Kesehatan Masyarakat UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2012

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi semua sektor kehidupan. Pada tahun 2002 diperkirakan sebanyak 1,18 juta orang meninggal karena kecelakaan. Angka kecelakaan ini merupakan 2,1% dari kematian global, dan merupakan indikator penting dalam status kesehatan.1 Pada tahun 1990, kecelakaan lalu lintas menduduki peringkat ke 9 (WHA) penyebab utama factor resiko, penyakit dan kematian dan meliputi 2,6% dari kehilangan kualitas hidup secara global. Selain itu pada tahun 2020 diperkirakan angka kecelakaan lalu lintas menduduki urutan ke 3 di atas masalah kesehatan yang lain seperti malaria, TB paru, dan HIV/AIDS berdasarkan proyeksi penyakit secara global. Dalam perkembangan sistem transportasi penggunaan kendaraan bermotor mengindikasikan peningkatan kejadian kecelakaan lalu lintas. Pada tahun 2006, pertambahan volume kendaraan meningkat secara cepat, terutama sepeda motor dengan populasi sebesar 70% dari seluruh kendaraan bermotor yang ada. Kontribusi sepeda motor terhadap kejadian kecelakaan secara nasional sebesar 67,69%. Pada tahun 2002, 90% dari kematian global karena kecelakaan lalu lintas terjadi di negara-negara dengan penghasilan rendah sampai sedang. Cedera karena kecelakaan lalu lintas secara tidak seimbang menimpa golongan miskin di negaranegara tersebut, dengan sebagian besar korban adalah pemakai jalan yang rentan seperti pejalan kaki, pengendara sepeda, anak-anak, dan penumpang. 2 Masalah dan beban karena kecelakaan lalu lintas bervariasi menurut wilayah secara geografi. Lebih dari separoh kematian karena kecelakaan lalu
1

Margi Peden, et.al., World Report on Traffic Injury Prevention, WHO, 2004
Ibid.

lintas jalan terjadi di Asia Tenggara dan wilayah Pasifik Barat dan angka tertinggi kecelakaan terjadi di wilayah Afrika. Data dari Jasa Marga menunjukan bahwa tingkat fatalitas kecelakaan lalu lintas kendaraan bermotor pada tahun 2003 meningkat dari 1,7 pada tahun sebelumnya hingga mencapai 2,7 padatahun 2003. Penyebab kecelakaan sebagian besar karena kelalaian supir, kelelahan fisik, pecah ban dan rem blong. Risiko kecelakaan lalu lintas dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin, hampir 50% kematian global terjadi pada golongan dewasa dengan kisaran umur 15 44 tahun. Secara global, angka kematian global karena kecelakaan lalu lintas yang menimpa laki-laki hampir 3 kali lebih besar dibandingkan dengan perempuan.3 Kategori korban kecelakaan lalu lintas bervariasi menurut tingkat ekonomi Negara. Di Negara-negara dengan tingkat ekonomi tinggi, mayoritas korban kecelakaan lalu lintas adalah pengemudi dan penumpang, sedangkan di Negaranegara dengan tingkat ekonomi rendah sampai sedang, sebagian besar kematian terjadi pada pejalan kaki, pengendara motor, dan pemakai kendaraan umum. Di Indonesia, sebagian besar (70%) korban kecelakaan lalu lintas adalah pengendara sepeda motor dengan golongan umur 15-55 tahun dan berpenghasilan rendah, dan cedera kepala merupakan urutan pertama dari semua jenis cedera yang dialami korban kecelakaan.4 Mencermati kecenderungan meningkatnya kasus-kasus tersebut dan tingginya angka kecacatan dan kematian akibat kecelakaan lalu lintas dan cedera di Indonesia, maka perlu dilakukan peningkatan upaya pencegahan dan penanggulangannya secara nasional yang melibatkan program, sektor terkait, pemerintaha daerah serta masyarakat. Sementara ini kegiatan pengendalian penyakit serta kematian akibat kecelakaan dan cedera di Indonesia belum terprogram secara optimal. Untuk itu, Pemerintah Indonesia mulai memberikan apresiasi dan perhatian dengan membentuk Subdit Gangguan Akibat Kecelakaan & Cedera (GAKCE) yang mulai efektif pada tanggal 8 Februari 2006, yang
3

Departement Kesehatan, Pedoman Pengendalian Faktor Resiko Gangguan Akibat Kecelakaan dan Cedera Lalu Lintas (Jakarta: Departement Kesehatan, 2008), hal. 2 4 Ibid.

merupakan bagian dari Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL). Tetapi pada tahun 2008, Subdit Gangguan Akibat Kecelakaan & Cedera berubah namanya menjadi S Kecelakaan & Tindak Kekerasan (GAKTI). 1.2 Tujuan Untuk mengetahui fungsi dari Subdit GAKTI 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui sejarah serta struktur organisasi GAKTI 2. Mengetahui peranan GAKTI dalam pelayanan kesehatan 3. Mengetahui peranan GAKTI dalam promosi kesehatan 1.3 Sasaran Petugas lapangan lintas program dan lintas sektor terkait dalam penangan korban akibat kecelakaan sebelum mendapat pelayanan di rumah sakit. ubdit Gangguan Akibat

1.2.1 Tujuan Umum :

BAB II GAKTI

2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Gakti adalah gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan yang merupakan bagian dari Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL). Pada awalnya nama dari subdit ini adalah gangguan akibat kecelakan dan cedera (GAKCE) tetapi berhubungan dengan lingkup yang ditangani subdit ini juga menangani cedera yang diakibatkan tindak kekerasan. Gangguan Akibat Kecelakaan dan Cidera Ruang lingkup pengendalian diantaranya : 1) Kecelakaan transportasi terdiri dari lalu lintas darat, laut/sungai dan udara, 2) Kecelakaan kerja terdiri dari dari pekerja pabrik, tambang, konstruksi, kantor, dan pelabuhan, 3) Kecelakaan di rumah tangga, 4) Kecelakaan olah raga, 5) Kekerasan di rumah tangga, 6) Kekerasan di komunitas khusus, 7) Kekerasan anak dan perempuan, 8) Keracunan dan bunuh diri, 9) Kecacatan (disabitlty), dan 10) Gangguan akibat kecelakaan lainnya.

Gambar 1. Struktur Organisasi Ditjen PP&PL

2.2 Peran Gakti dalam Upaya Kesehatan a. Penanganan pra rumah sakit yang kurang memadai Memberikan pelatihan untuk kelompok masyarakat yang dapat menjadi penolong yang pertama (first responder) seperti: Pengemudi alat transportasi missal, polisi, kader kesehatan, tokoh masyarakat. Materi pelatihan mengenai pertolongan medis dasar (Basic Life Support), antara lain meliputi : (i) (ii) (iii) Bagaimana melakukan pelaporan (kontak telepon) untuk mencari bantuan. Cara memadamkan kebakaran secara sederhana dan cepat. Cara mengamankan lokasi kecelakaan (Mencegah bahaya ikutan, (iv) Cara menurunkan memberikan risiko bahaya untuk penolong, (Resusitasi, mengendalikan massa). pertolongan pertama Menghentikan perdarahan, Memasang bidai dan pembalut, transportasi korban). Menyiapkan nomor telepon yang dapat dihubungi untuk menginfrmasikan kejadian kecelakaan (Ambulans 118, Polisi, Pemadam Kebakaran). Membuat kode atau standar pelaporan masyarakat terhadap kejadian kecelakaan yang sederhana dan mudah diingat. Membuat standar ambulans untuk pertolongan dan evakuasi korban kecelakaan. Memberikan pelatihan kepada petugas Puskesmas. b. Penanganan di UGD/sarana pelayanan kesehatan yang kurang memadai. c. Pengaturan kompetensi petugas rumah sakit, meliputi pelatihan penanganan trauma (ATLS, ACLS). d. Pemenuhan kebutuhan peralatan medis Memperbaiki sistim perencanaan dan manajemen organisasi dengan menetapkan : (i) Jenis layanan kesehatan yang dapat diberikan.

(ii)

Kebutuhan tenaga dan sarana untuk menjamin kualitas layanan kesehatan yang diberikan administrasi dengan untuk mempertimbangkan factor ekonomi dan geografi.

(iii)

Mengembangkan

mekanisme

meningkatkan/memberdayakan organisasi. 2.3 Peran dalam Promosi Kesehatan Upaya-upaya pengendalian faktor resiko kecelakaan : 1. Manusia Peningkatan perilaku positif dalam pemakaina jalan melalui edukasi, sosialisasi dan kampanye : Kampanye melalui media massa (elektronik dan cetak). Memberikan sanksi bagi pengemudi yang didalam darahnya mengandung kadar alkohol di atas ambang batas. Rehabilitasi untuk pengendara yang terbukti melanggar batas kadar alkohol dalam darah. Larangan mengemudikan kendaraan saat dalam pengaruh obat tertentu. Pengaturan jam kerja dan lama mengemudikan kendaraan terutama untuk pengemudi alat transportasi missal. Pemasangan kamera lampu lalu lintas untuk memantau perilaku pemakai jalan. Melengkapi dan mengharuskan sabuk keselamatan dan kursi khusus untuk bayi dan anak-anak. 2. Faktor Kendaraan dan Lingkungan Fisik Desain sistem lalu lintas untuk keamanan dan pemakaian yang berkelanjutan : - Kerjasama lintas sektor dalam penyusunan rencana strategis system lalu lintas dengan mempertimbangkan 3 elemen utama yaitu kendaraan, pemakai jalan dan infrastruktur jalan.

3. Sosial Peningkatan kesadaran masyarakat dalam pemakaian jalan melalui edukasi, advokasi, sosialisasi dan kampanye meliputi : Pendidikan berlalu lintas dengan baik sejak usia dini. Pemahaman batasan usia pemakaian kendaraan bermotor. Perlindungan pemakai jalan yang termasuk dalam kelompok rentan. Pemakaian terhadap pembatasan pemakaian jaloan tertentu seperti pelarangan pejalan kaki, pengendara sepeda dan kendaraan roda dua di jalan bebas hambatan. Pentingnya pembatasan kecepatan kendaraan bermotor sesuai jenis jalan. Perilaku aman bagi pejalan kaki. Tidak minum minuman beralkohol dan obat yang menyebabkan ngantuk pada saat mengendarai kendaraan. 2.4 2.4.1 Peran Gakti dengan Lintas Sektor POLRI (DITLANTAS POLRI) 1. Peran Fungsi Lalu Lintas Penyediaan data dan informasi kecelakaan Lalu Lintas di jalan, penyidikan dan penyelidikan kecelakaan Lalu Lintas, serta penelitian/pengkajian faktor-faktor penyabab kecelakaan lalu lintas. 2. Penangan factor resiko GAKTI (manusia, kendaraan jalan dan lingkungan) berperan dalam penangan keamanan, keselamatan, keterlibatan dan kelancaran lalu lintas. a. Tindakan pertama di tempat kejadian perkara (TPTKP) adalah tindakan kepolisian yang diharuskan dilakukan segera setelah terjadinya suatu kecelakaan lalu lintas, dalam bentuk penutupan dan pengamanan (status Quo) TKP. b. Pengolahan TKP adalah penyelidikan yang dilakukan petugas kepolisian setelah tindakan pertam di TKP dengan maksud untuk mencari bukti pemulaan yang cukup, dan meminta keterangan saksi.

c. Penyelidikan kecelakaan adalah tindakan petugas kepolisian untuk membuat terang suatu perkara, dan dianjurkan dengan pemberkasan suatu perkara, atau perkara dihentikan demi hukum. d. Penangan korban kecelakaan : 1). Meminta bantuan ke Rumah Sakit, Puskesmas rujukan yang terdekat apabila terjsdi kecelakaan lalu lintas. 2). Meminta bantuan petugas pemadam kebakaran yang terdekat apabila terjadi kebakaran kendaraan bermotor. 3. Penanganan informasi GAKTI (Pengamatan, Tindakan Evakuasi, Koordinasi Penyelesaian) : a. Penelitian pengkajian Melaksanakan penelitian dan pengkajian factor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas aspek jalan, kendaraan, manusia serta linkungan. b. Pendataan kecelakaan lalu lintas. c. Kerjasama penangan informasi lalu lintas : kerjasama melalui badan koordinasi lalu lintas dengan angkutan jalan : 1). Kerja sama dengan pemerintah daerah . 2). Kerja sama informasi dengan Ditjen Bina Mrga, Dep. PU, Ditjen Hubad, Dep. Perhubungan dan Dep. Kesehatan. 3). Kerja sama informasi dengan PT. Jasa Raharja, ambulan 118 dan Dinas Pemadam Kebakaran. 4). Kerja sama informasi dengan GAIKINDO, perusahaan otomotif, dan perusahaan swasta serta lembaga swadaya masyarakat.

2.4.2 Departement Perhubungan 1) Mengembangkan transportasi. system informasi manajemen keselamatan

2) Menyiapkan norma, standard dan manual keselamatan transportasi jalan. 3) Mengembangkan peraturan kelembagaan di bidang keselamatan jalan . 4) Mengidentifikasikan factor-faktor penyebab kecelakaan dengan mengembangkan kompetensi auditor dan investigator keselamatan jalan. 5) Meningkatkan kemampuan pengemudi dengan mengembangkan pelatihan-pelatihan. 6) Menetapkan standard an melakukan pengawasan kelaikan di jalan. 7) Mengembangkan manajemen dan rekayasa lalu lintas 8) Menetapkan jaringan pelayanan angkutan umum. 9) Melakukan pengawasan terhdap kinerja pelayanan angkutan umum. 10) Mengembangkan system angkutan perkotaan yang berwawasan lingkungan. 11) Melakukan promosi, kampanya, sosialisasi dan kemitraan di bidang keselamatan jalan. 2.4.3 Menkominfo Menyediakan data dan informasi serta penyediaan jaringan telekomunikasi dalam penanganan korban. 2.4.4 Departement Pekerjaan Umum Penyedia data dan informasi infrastruktur jalan dan transportasi rawan kecelakaan.

2.4.5 Pemadam Kebakaran Peran pemadam kebakaran : a. Melaksanakan penyelamatan terhadap korban akibat kebakaran Kegiata :

Mengeluarkan korban yang terjebak dalam bangunan yang terbakar Memberikan pertolongan pertama terhadap korban Mengantarkan korban ke rumah sakit untuk pertolongan lanjutan

b. Melaksanakan penyelamatan terhadap korban selain akibat kebakaran, seperti : Tercebur sumur, Tenggelam, Banjir Gempa bumi Ledakan bom Termasuk kecelakaan lalu lintas.

Kegiatan : Mengeluarkan korban dari lokasi kecelakaan Memberikan pertolongan pertama terhadap korban Mengantarkan korban ke rumah sakit untuk pertolongan lanjutan 2.4.6 Organda Memfasilitasi antara pemerintah dan pengusaha angkutan umum. Pada tingkat DPP ORGANDA (Pusat) Menjadi mitra pemerintah dalam pemantauan dan pengawasan dimensi kendaraan dan pencegahan Overloaded kendaraan angkutan barang. Memberikan himbauan kepada para pengusaha untuk mematuhi peraturan lalu lintas dan mengutamakan keselamatan, penekanan/penghematan biaya tidak boleh mengurangi keselamatan. Membawa kebijakan pemerintah pusat ke tingkat DPD dan DPC/Unit.

Pada tingkat DPD ORGANDA (Provinsi) Mendukung lapangan yang menunjang keselamatan jalan, turut mensosialisasikan program keselamatan jalan yang digagas oleh Dephub, Dishub maupun kepolisian. Melakukan koordinasi dan menjadi mitra Pemerintah Provinsi dalam upaya menekan tingkat kecelakaan. Pada tingkat DPC (Kab/Kota) Menjadi penghubung antara pemerintah daerah Kab./Kota dengan pengusaha angkutan Membantu pemantauan dan berhubungan langsung dengan anggota untuk masalah pemantauan layanan infrastruktur dan pengelolaan lalu linntas Memberikan rujukan dan kepada pemerintah terkait masalahmasalah keselamatan di jalan. 2.4.7 Asuransi Jasa Raharja Pelaksana dana pertanggungan wajib kecelakaan alat angkutan penumpang umum dan kecelakaan lau lintas jalan. Membayar santunan bagi korban yang mengalami luka-luka, perawatan baik meninggal dunia atau cacat tetap, sesuai UU No. 33 Tahun 1964 dan UU No.34 tahun1964, Peraturan Pemerintah No. 17 dan 18 tahun 1965 2.4.8 Tim Penggerak PKK Penggerak pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian factor resiko gangguan kecelakaan dan cedera. 2.4.9 Komnas Anak Memfasilitasi perlindungan anak dari tindak kekerasan. 2.4.10 Komnas Perempuan

Memfasilitasi perlindungan perempuan dari tindak kekerasan. 2.4.11 Komnas HAM Memfasilitasi perlindungan dari pelanggaran Hak Asasi Manusia 2.4.12 PSIKI Membantu pemberdayaan masyarakat dengan keterbatasan fisik.

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan

Angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia masih cukup tinggi bahkan setelah dibentuknya Subdit. GAKTI. Oleh sebab itu, kecelakaan lalu lintas masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian karena kecelakaan lalu lintas adalah masalah yang luas dan kompleks dengan faktor penyebab utamanya adalah manusia, angka kematian yang ditimbulkan cukup tinggi, dan kejadiannya dapat terjadi di semua tempat. Sampai saat ini, kecelakaan masih menjadi permasalahan

pemerintah di bidang transportasi. Untuk mengatasinya perlu terlebih dahulu diketahui faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas. Ada 3 faktor yang dianggap menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas yaitu manusia, kendaraan, dan lingkungan. Pemerintah juga menempatkan tingginya jumlah kecelakaan sebagai permasalahan lalu lintas dan angkutan jalan. Oleh sebab itu, salah satu arah kebijakan pembangunan lalu lintas dan angkutan jalan adalah peningkatan keselamatan lalu lintas jalan dengan cara mengurangi dan memperbaiki 3 (tiga) faktor resiko utama terjadinya kecelakaan yaitu manusia, kendaraan, dan lingkungan.

3.2

Saran

Upaya pengendalian faktor risiko GAKTI Upaya tatalaksana penanganan korban GAKTI sampai ke sarana pelayanan kesehatan. Upaya edukasi yang benar dalam penggunaan alat penyediaan sarana prasarana serta pengaturan . Intervensi terhadap faktor risiko yang paling tinggi (manusia) Edukasi serta sosialisasi yang berkala sangat diperlukan untuk mengubah kebiasaan manusia

REFERENSI

Departement Kesehatan. 2008 . Petujuk Teknis Surveilans Gangguan Akibat Kecelakaan dan
Cedera Lalu Lintas . Jakarta:

Departement Kesehatan.

Departement Kesehatan. 2008 . Pedoman Pengendalian Faktor Resiko Gangguan Akibat


Kecelakaan dan Cedera Lalu Lintas . Jakarta : Departement Kesehatan.

Peden, Margi, et.al., World Report on Traffic Injury Prevention, WHO, 2004. http://www.binfar.depkes.go.id, dibuka Selasa 20 Maret 2012 http://blog.tp.ac.id/wp-content/uploads/3709/download-strukturorganisasidepartemenkesehatan.pdf, dibuka Rabu 21 Maret 2012 http://perpustakaan.depkes.go.id , dibuka Rabu 21 Maret 2012

Anda mungkin juga menyukai