Anda di halaman 1dari 1

Mendongkrak suara lewat artis Dunia politik adalah dunia yang sedang digandrungi oleh masyarakat masa kini.

Hal itu terbukti dengan bertambahnya partai politik baru pada tahun 2009. Pada tahun 2004 saja jumlah partai politik yang ada adalah 24, sedangkan pada tahun 2009 jumlah partai politik di Indonesia meningkat menjadi 48 partai politik. Partai politik baru tersebut diantaranya adalah Hanura, Gerindra, dan sebagainya. bertambahnya antusiasme masyarakat di dunia politik tersebut membuat persaingan antar partai politik semakin ketat, sehingga berbagai cara dilakukan untuk menarik perhatian masyarakat pada suatu partai politik. Membagi-bagikan sembako pada masyarakat, membagi-bagikan uang, atau bahkan memberi jaminan terhadap masyarakat yang memilihnya ketika posisi yang diinginkan tercapai, itulah cara oknum partai politik untuk menarik perhatian masyarakat disamping berorasi. Namun kini, ada cara baru yang dilakukan para partai politik untuk menarik perhatian masyarakat, yaitu dengan menggunakan public figure atau yang biasa disebut dengan artis untuk menjadi calonnya. Seperti Adjie Massaid, Angelina Sondakh, Inggrid Kansil yang menjadi calon di partai democrat, dan para artis lainnya. Berita yang belakangan ini muncul adalah bahwa golkar akan merekrut 2 artis untuk menjadi anggota dewannya. "Saat ini kita sedang menyiapkan dua artis untuk jadi anggota Dewan. Kita memang tak akan banyak-banyak, paling hanya dua saja,'' tutur Nurul Arifin seperti dikutip sejumlah media di Indonesia, Selasa (1/5).
Para Oknum politik boleh saja mengerahkan beribu ide untuk menarik perhatian masyarakat pada partai politiknya, namun kita sebagai masyarakat haruslah cermat dalam mengatasi kondisi yang demikian. Pada kenyataannya para artis yang digunakan sebagai motif baru untuk mendongkrak suara tidak sepenuhnya membawa kabar baik. Pada bulan April lalu terungkap bahwa sejumlah artis yang terjun di dunia politik terbukti campur tangan dalam kasus korupsi. Salah satu contohnya adalah kasus Angelina Sondakh yang terlibat dalam penggelapan dana wisma atlet. Dari kasus diatas, sebagai masyarakat yang cerdas harusnya kita tidak tertipu dengan modus yang dilakukan oleh para oknum politik tersebut. Pemilu diadakan agar inspirasi kita tersalurkan melalui calon yang kita pilih. Oleh karena itu dalam memilih calon dewan ataupun pemimpin sebaiknya didasarkan pada hati nurani, bukan berdasarkan public figure, atau taktik yang dilakukan oleh oknum politik. Dalam memilih pemimpin juga hendaknya kita benar-benar mengetahui karakteristik calon pemimpin yang akan kita pilih agar dunia politik kita bersih dan yang dicita-citakan masyarakat terwujud.

Anda mungkin juga menyukai