Anda di halaman 1dari 2

BANTEN BAYAKAON DI DALAM KEHIDUPAN SOSIAL RELIGIUS DI DESA ADAT SIBANGGEDE (PERSPEKTIF PENDIDIKAN AGAMA HINDU) ABSTRAK Suatu

upacara dalam agama Hindu selalu disertai dengan upakara, baik dalam wujud kecil / sederhana, menengah / madya maupun utama, hendaknya dibarengi dengan memahami akan makna dan tujuan dari upacara yang dilaksanakannya, karena suatu upacara dan upakara adalah sebagai wujud dari pengejewantahan dari tattwa (Filsafat) yang bersumber dari ajaran agama Hindu, maka dari itu suatu upakara atau bebanten hendaknya harus mengacu pada sastra - sastra agama, bukan hanya dilandasi dengan Gugon Tuwon Tujuan penelitian secara umum untuk mengembangkan ilmu pengetahuan agama Hindu khususnya dalam bidang upakara / banten bayakaon, mengembangkan diri pribadi karya siswa dalam kehidupan masyarakat, serta melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya dalam bidang pendidikan. Rumusan masalah: (1) Bagaimanakah bentuk banten bayakaon di dalam kehidupan sosial religius di desa adat Sibanggede, (2) Apakah fungsi banten bayakaon di dalam kehidupan sosial religius di desa adat Sibangede, (3) Nilai pendidikan apakh yang terkandung pada banten bayakaon di dalam kehidupan sosial religius di desa adat Sibangede. Penelitian ini menggunakan teori: (1) Teori Relegi menjelaskan bahwa ada satu hal yang selalu ada dalam segala macam gagasan dan prilaku keagamaan manusia yaitu perasaan bahwa hal hal yang bersangkutan dengan religi atau agama, yaitu yang bersifat profane. Dengan demikian ia sampai pada satu sistem yang berkaitan dari keyakinan - keyakinan dan upacara upacara yang keramat. (2) Teori Fungsional Struktural berlaku terhadap suatu kepercayaan yang menyangkut syarat dan upacara yadnya Hindu di Bali. (3) Teori Semiotik digunakan untuk membedah makna banten bayakaon dalam kehidupan sosial religius di desa adat Sibanggede. (4) Teori Simbol untum membedah dalam bentuk banten dalam upacara merupakan suatu media untuk menyampaikan sradha dan bhakti pada Kemahakuasaan Hyang Widhi. Untuk menjawab masalah sesuai dengan tujuan, penelitian ini menggunakan metode terdiri atas beberapa tahapan yaitu: (1) Jenis penelitian, (2) Lokasi penelitian, (3) Jenis dan sumber penelitian, (4) Instrumen Penelitian, (5) Teknik penentuan informan, (6) Teknik pengumpul data yaitu: Teknik observasi, Wawancara, Studi kepustakaan, Studi dokumentasi, (7) Teknik analisis data, (8) Teknik penyajian analisis penelitian.

Penelitian tentang banten bayakaon di dalam kehidupan sosial religius di desa adat Sibanggede adalah: (1) Bentuk banten bayakaon di dalam kehidupan sosial religius di desa adat Sibanggede adalah: Banten bayakaon ini dibuat dengan alas menggunakan ayakan dalam bahasa Bali namanya Sidi. Di atas ayakan itu diletakan kulit sayut. Kulit sayut itu dibuat dari janur yang masih hijau yang sering disebut slepan. Kulit sayut itu bentuknya bundar. Banten bayakaon dilengkapi nasi metajuh dan nasi metimpuh. Nasi ini dibuat dengan nasi dan garam. Banten bayakaon juga menggunakan sampian yang disebut Lis Alit. Banten bayakaon dilengkapi dengan sampian Padma, nasi beralaskan dengan tempurung kelapa sebanyak dua genggam, ambengan tiga batang, lidi tiga batang, serabut kelapa ini diikat menjadi satu dengan benang tri datu, coblong, uang kepeng dua biji. (2) Fungsi banten bayakaon di dalam kehidupan sosial religius di desa adat Sibanggede adalah setiap mengadakan Upacara Panca Yadnya dari tingkatan paling sederhana sampai tingkatan paling utama selalu ada banten bayakaon. Adapun fungsi banten bayakaon adalah untuk menghilangkan marabahaya atau merubah keadaan dari yang kurang baik menjadi baik. (3) Nilai pendidikan yang terkandung pada banten bayakaon di dalam kehidupan sosial religius di desa adat Sibanggede adalah: kepada generasi muda umat Hindu agar lebih banyak membaca sastra sastra Hindu dalam melaksanakan Upacara Yadnya jangan menyimpang dari sastra yang ada. Kata kunci : Banten Sibangede. Bayakaon, Kehidupan Sosial Religius, Desa Adat

Anda mungkin juga menyukai