Anda di halaman 1dari 19

Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala

ISSN 1412-548X pp. 1- 19

ANALISIS PERANCANGAN TARIF DAN SUBSIDI


Amalia, Mulia Ulfa, Mutia Safrina, Nova Ronalita, Nurnadiya, Ridhia Maisarina
Jurusan Magister Teknik Sipil, Prodi MPP, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111, <dekya_amalia@yahoo.co.id, <ulfa_ki@yahoo.co.id>, <mutiasafrina@yahoo.co.id>,<ova_cf@yahoo.com>, <nad_diya3@yahoo.com>,<ridhia_putri@yahoo.com>,

A.PENDAHULUAN Seperti halnya negara berkembang

prasarana dan pelayanan perkotaan dengan relatif terbatasnya kemampuan keuangan negara untuk memenuhi kebutuhan

lainnya, perkembangan kota di Indonesia berlangsung Pertumbuhan dengan kota sangat yang pesatnya. pesat ini

tersebut. Beberapa peluang dan potensi yang dimiliki oleh pemerintah, khususnya berkaitan dengan mobilisasi sumber

mempunyai implikasi, yaitu meningkatnya tuntutan permintaan atas pengadaan dan perbaikan prasarana dan pelayanan

penerimaan yang sudah dimanfaatkan oleh pemerintah daerah umumnya masih

perkotaan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas Berdasarkan perkiraan Bank Dunia, tekanan penduduk di daerah perkotaan ini selain disebabkan karena adanya

bersifat konvensional (tradisional), seperti misalnya pajak, retribusi dan pinjaman. Pada kenyataannya, di luar sumber-sumber yang bersifat konvensional tersebut masih banyak jenis sumber-sumber lainnya yang bersifat non-konvensional (non-tradisional), yang sebenarnya berpotensi tinggi untuk dikembangkan, seperti misalnya

pertumbuhan penduduk secara alamiah dan tingginya perpindahan penduduk dari desa ke kota, juga disebabkan karena

meningkatnya sebagai

pengharapan dari

masyarakat

betterment levies, development impact fees, excess condemnation, obligasi , concession, dan sebagainya.

akibat

meningkatnya

pendapatan. Keadaan ini pada gilirannya menyebabkan terjadinya pembengkakan pada investasi infrastruktur perkotaan, yang diperkirarkan dalam tahun 1990 - an dapat mencapai sekitar US $ 10 milyar. Tantangan yang dihadapi oleh kota-kota di Indonesia di masa mendatang adalah bagaimana caranya mengurangi dan

B.Instrumen

Keuangan

Bagi

Pembangunan Perkotaan 1.Pembangunan Perkotaan Seiring dengan pertumbuhan penduduk serta perkembangan kota yang semakin pesat, sarana perlu dan dilakukan prasarana pembangunan kota guna
- 1

mengatasi gap antara kebutuhan investasi

Volume 1, Tahun I, No. 1, Mei 2011

meningkatkan kualitas hidup masyarakat serta menunjang berbagai aktivitas

transportasi, melalui jaringan

pos

dan

telekomunikasi secara pos optimal dan

pemanfaatan transportasi,

masyarakat serta pemerintah yang ada didalamnya. Berbagai upaya pembangunan untuk bidang sarana dan prasarana kota tersebut dituangkan dalam arah kebijakan pemerintah daerah sesuai fungsinya, yang meliputi : a. Kelengkapan Kota Membangun dan mengembangkan

telekomunikasi serta perbaikan kuantitas dan kualitas pelayanan. 1. Program Pengembangan Jaringan Jalan dan Jembatan 2. Program Pengembangan Sarana dan Fasilitas Perhubungan 3. Program Pengembangan Sarana dan Fasilitas Perhubungan 4. Perumahan dan Permukiman Membangun fasilitas perumahan dan permukiman, dalam pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat akan hunian yang layak dan terjangkau. 1. Program Pengembangan Perumahan 2. Program Penataan Lingkungan

fasilitas penerangan jalan dan tempat umum, serta jaringan utilitas yang

dibutuhkan masyarakat guna mendukung serta menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat. Meliputi: 1. Program Pembangunan Prasarana Jaringan Utilitas 2. Program Penerangan Jalan dan Tempat Umum 3. Program Pengembangan

Permukiman 5. Tata Ruang Mewujudkan penataan ruang yang

Pelayanan Air Limbah 4. Program Pengembangan

Pelayanan Air Bersih 2. Tata Air Melanjutkan pengendali pembangunan banjir dan sarana drainase

berkualitas dan partisipatif berdasarkan prinsip adil, efisien dan berkelanjutan 1. Program Perencanaan Ruang 2. Program Pemanfaatan dan

kota,sehingga ancaman bencana banjir dan genangan air dapat dikurangi, baik

Pengendalian Pemanfaatan Ruang 3. Program Penataan dan Pengawasan Bangunan 4. Program Pengembangan Kawasan Khusus/Strategis.

banyaknya lokasi maupun sebarannya. Adapun kegiatannya meliputi: 1. Program Pengendalian Banjir 2. Program Peningkatan Drainase Kota 3. Perhubungan Meningkatkan
2-

6.Tata Bangunan Mewujudkan penataan bangunan

dan gedung Pemda yang berkualitas dan kinerja sistem handal untuk mendukung

Volume 1, Tahun I, No. 1, Mei 2002

penyelenggaraan fungsi pemerintahan dan pelayanan masyarakat . 1. Program Penataan Bangunan dan Gedung Pemda

Untuk setiap modal tersebut, terdapat beberapa jenis instrumen keuangan yang secara berikut: 1. Pembiayaan melalui pendapatan umum dikategorikan sebagai

Untuk melaksanakan berbagai program pembangunan perasaran perkotaan tersebut banyak faktor untuk mewujudkannya. Terutama terkait dengan faktor

(revenue financing) 2. Pembiayaan melalui hutang (debt financing) P 3. embiayaan dengan kekayaan

sumberdaya. Sumberdaya manusianya dan sumberdaya keuangannya.

(equity financing)

2.1. Public Revenue Financing 2. Pemanfaatan Instrument Keuangan Sebagai Sumber Pembiayaan Berdasarkan kategori ini ada 3 jenis instumen keuangan yang biasa digunakan, yaitu: 1. pajak 2. retribusi 3. betterment levies Dilihat dari sifatnya maka pajak dan retribusi termasuk dalam kategori sumber keuangan Sementara yang itu, bersifat konvensional. levies

Pembangunan Prasarana Perkotaan Pertumbuhan kota yang pesat

mempunyai implikasi, yaitu meningkatnya tuntutan permintaan atas pengadaan dan perbaikan prasarana dan pelayanan

perkotaan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Tantangan yang dihadapi oleh kota-kota di Indonesia di masa mendatang adalah bagaimana caranya mengurangi dan

betterment

merupakan instrumen yang bersifat non konvensional. 2.1.1. Public Revenue Financing Yang Bersifat Konvensional a. Pajak Pajak merupakan instrumen keuangan konvensional yang sering digunakan di banyak negara. Penerimaan pajak

mengatasi gap antara kebutuhan investasi prasarana dan pelayanan perkotaan dengan relatif terbatasnya kemampuan keuangan negara tersebut. Secara teoritis, modal bagi pembiayaan pembangunan perkotaan dapat diperoleh dari 3 sumber dasar: 1. pemerintah/publik 2. swasta/private 3.Gabungan antara pemerintah dengan swasta untuk memenuhi kebutuhan

digunakan untuk membiayai prasarana dan pelayanan perkotaan yang memberikan manfaat bagi masyarakat umum, yang biasa disebut juga sebagai "public goods". Penerimaan pajak dapat digunakan untuk membiayai satu dari 3 pengeluaraan di
3

bawah ini, yaitu: 1. untuk membiayai biaya investasi total ("pay as you go"); 2. untuk membiayai pembayaran

tarif retribusi umumnya bersifat proporsional, dimana tarif yang sama diberlakukan untuk seluruh konsumen, terlepas dari besarnya konsumsi masing-masing konsumen. Namun demikian, di beberapa daerah yang maju, misalnya di Jakarta, besarnya retribusi untuk prasarana tertentu, seperti pelayanan air bersih cenderung bersifat progresif, dimana semakin banyak konsumsi air bersih akan semakin tinggi tarif retribusinya. Jenis retribusi yang memberikan sumbangan penerimaan relatif tinggi bagi pemerintah daerah adalah berasal dari retribusi perizinan, parkir, dan pasar. Secara rata-rata, dalam tahun 1990/91 penerimaan retribusi mencapai sekitar 65% (kota kecil) dan 47% (kota besar) dari total penerimaan asli daerah. 2.1.2. Public Revenue Financing Yang Bersifat Non Konvensional Bentuk lain dari public revenue financing namun yang bersifat non-konvensional ialah betterment levies, yaitu merupakan tagihan modal (capital charges) yang ditujukan untuk

hutang ("pay as you use") 3. menambah dana cadangan yang dapat digunakan untuk investasi di masa depan. Bagi pemerintah daerah tingkat II di Indonesia, penerimaan pajak yang

terpenting dan dominan adalah yang bersumber dari Pajak Pembangunan I, pajak hiburan/tontonan, dan pajak reklame. Selain itu, PBB, yang pada dasarnya merupakan penerimaan bagi hasil dari pemerintah pusat kepada pemerintah

daerah, dapat dianggap juga sebagai sumber penerimaan pajak yang utama bagi
daerah tingkat II. Oleh karena itu, PBB sering bersama-sama dengan PAD dikategorikan

sebagai Penerimaan Daerah Sendiri (PDS).

b. Retribusi Bentuk lainnya dari public revenue

menutupi/membiayai

biaya

modal

dari

investasi prasarana. Dalam kenyataannya, jenis pungutan ini relatif kurang banyak digunakan. Adapun tujuan utama dari pengenaan jenis pungutan ini adalah mendorong masyarakat yang memperoleh manfaat turut dari adanya

financing adalah retribusi. Secara teoritis retribusi mempunyai 2 fungsi, yaitu 1) sebagai alat untuk mengatur (mengendalikan)

pemanfaatan prasarana dan jasa yang tersedia; dan 2) merupakan pembayaran atas

prasarana

umum agar

menanggung

penggunaan prasarana dan jasa. Untuk wilayah perkotaan jenis retribusi yang umum digunakan misalnya air bersih, saluran limbah,

biayanya. Dengan demikian, pungutan ini dikenakan langsung kepada mereka yang memperoleh manfaat langsung dari adanya perbaikan prasarana umum tersebut. Adapun dasar pengenaannya bisa didasarkan atas jumlah area atau berdasarkan nilai taksiran manfaat yang diperolehnya.

persampahan dan sebagainya. Pengenaan retribusi sangat erat kaitannya dengan prinsip pemulihan biaya (cost recovery), dengan demikian retribusi ini ditujukan untuk menutupi biaya operasi, pemeliharaan,

depresiasi dan pembayaran hutang. Adapun 4Volume 1, Tahun I, No. 1, Mei 2002

2.2. Private Revenue Financing Jenis instrumen keuangan yang biasa

karena misalnya

adanya

pembangunan

baru,

pembangunan yang

kompleks pada

digunakan dalam kelompok ini antara lain adalah: 1. connection fees (biaya penyambungan); 2. development impact fees, Dari kedua fees jenis instrumen di atas,

perumahan,

berdampak

dibutuhkannya prasarana baru di luar kompleks yang bersangkutan, misalnya, saluran pembuangan kotoran, sistem

connection

cenderung

dikategorikan

transportasi dan sumber air bersih. Tujuan utama dari pengenaan pungutan ini adalah untuk menutupi biaya yang berkaitan dengan pembangunan prasarana yang

sebagai instrumen keuangan yang bersifat konvensional, sementara itu development

impact fees dikategorikan sebagai instrumen keuangan yang bersifat nonkonvensional. 2.2.1. Private Revenue Financing Yang

dibutuhkan sebagai akibat dari adanya pembangunan di suatu lokasi, misalnya kompleks sebagainya. dikenakan bangunan pemerintah perumahan, Pungutan pada (IMB) daerah, saat industri, ini izin dan

Bersifat Konvensional

Connection fees merupakan pungutan yang dikenakan oleh perusahaan jasa pelayanan kepada individu, misalnya air bersih, saluran telephone. pembuangan Tujuan kotoran, utama dan dari

biasanya membuat oleh lebih

dikeluarkan sehinggan

merupakan pungutan yang harus dibayar di muka. 2.3. Public-Private Revenue Financing Land readjustment merupakan salah satu instrumen keuangan yang biasa digunakan dalam kelompok ini. Dilihat dari sifatnya, maka land readjustment dapat

dikenakannya pungutan ini adalah untuk menutupi biaya yang timbul sebagai akibat adanya tambahan konsumen dalam

jaringan yang sudah ada. Walaupun secara tradisional sebenarnya jenis pungutan ini termasuk dalam kategori "private revenue financing", namun di Indonesia lebih dikenal sebagai "public revenue financing", karena umumnya perusahaan-perusahaan yang menyelenggarakan tersebut adalah jenis-jenis perusahaan

dikategorikan sebagai instrumen yang bersifat non-konvensional. Instrumen ini dinilai cukup kompleks, dan biasa

diterapkan pada suatu daerah tertentu yang relatif belum berkembang namun

pelayanan pemerintah

mempunyai catatan regristrasi tanah yang akurat dan lengkap. Umumnya dengan adanya land readjustment luas tanah yang dimiliki seseorang akan berkurang namun nilainya akan bertambah. Hal inilah yang merupakan mendorong motivasi utama yang land
5

2.2.2. Private Revenue Financing Yang Bersifat Non-Konvensional Development impact fees dibayar oleh developer kepada pemerintah daerah atau perusahaan daerah sebagai kompensasi dari adanya dampak yang ditimbulkan

dilakukannya

readjustment. Contoh-contoh negara yang telah berhasil melaksanakan program land readjustment di kawasan Asia adalah Jepang, Korea, Taiwan, dan Hong Kong. 2.4. Public Debt Financing Jenis instrumen keuangan yang biasa digunakan dalam kategori ini antara lain adalah: 1. pinjaman 2. obligasi Pinjaman keuangan sedangkan konvensional. 2.4.1. Public Debt Financing Yang Bersifat Konvensional Pinjaman merupakan instrumen yang merupakan bersifat instrumen konvensional, bersifat non

pemerintah dan perusahaan daerah untuk membiayai investasi prasarana. Sumber dana obligasi diperoleh melalui mobilisasi dana di pasar modal. 2.5. Private Debt Financing Jenis instrumen keuangan yang biasa digunakan dalam kategori ini adalah development exactions, yang dilihat dari sifatnya dikategorikan sebagai instrumen keuangan non konvensional. Pungutan ini dikenakan pada developer dalam rangka pembangunan prasarana di dalam

obligasi

lingkungan (on-site) area pembangunan, sebagai salah satu syarat sebelum

pembangunan itu sendiri di mulai. Adapun jenis prasarana yang biasanya diharapkan dari developer yang bersangkutan adalah jalan, saluran air bersih dan kotor,

keuangan yang sering digunakan dalam kelompok ini. Secara umum pinjaman mempunyai jangka waktu lebih pendek dan relatif lebih mahal dibandingkan dengan obligasi. Namun demikian,

penerangan jalan, taman, dan sebagainya. Berbeda dengan development imnpact fees, dimana oleh bessarnya pungutan

ditentukan

pemerintah/perusahaan

pemerintah atau perusahaan daerah bisa melakukan pinjaman tidak hanya dalam bentuk pinjaman komersial, tetapi dapat juga dalam bentuk pinjaman non komersial, baik yang bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri (melalui pemerintah pusat). 2.4.2. Public Debt Financing Yang Bersifar Non Konvensional Obligasi merupakan instrumen

daerah, besarnya pungutan development exaction ini ditentukan antara berdasarkan developer

negosiasi/perjanjian

dengan institusi yang mewakili aktivitas masyarakat daerah yang bersangkutan. Salah satu keuntungan dari development exaction adalah tidak ada biaya konstruksi prasarana yang ditanggung oleh

pemerintah. Namun demikian, instrumen ini juga mempunyai kekurangan, yaitu kemungkinan terjadinya pembangunan

keuangan yang bersifat non-konvensional. Pada dasarnya obligasi juga merupakan bentuk pinjaman yang dilakukan oleh
6Volume 1, Tahun I, No. 1, Mei 2002

prasarana di bawah standard. 2.6. Private-Public Debt Financing Dua jenis instrumen keuangan yang

biasa digunakan dalam kelompok ini ialah: 1. excess condemnation 2. linkage Kedua jenis instrumen sebagai tersebut instrumen

diberikannya

izin

untuk

membangun

perumahan mewah. 2.7. Private-Public Equity Financing Instrumen keuangan yang biasa

dikategorikan

digunakan dalam kelompok ini adalah: 1. joint ventures 2. concessions

keuangan non-konvensional. a. Excess Condemnation Excess condemnation merupakan

Dilihat dari sifatnya, maka kedua jenis instrumen ini tergolong sebagai instrumen keuangan non-konvensional. a. Joint Ventures Joint ventures merupakan kerjasama antara swasta dengan pemerintah (privatepublic partnership) dimana masing-masing pihak mempunyai posisi yang seimbang dalam perusahaan yang bersangkutan. Tujuan utama dari kerjasama ini adalah untuk memadukan keunggulan yang

metode pembiayaan prasarana secara tidak langsung, dimana sejumlah tanah

disisihkan untuk pembangunan prasarana, dan sejumlah lainnya diberikan padsa developer swasta untuk pembangunan komersial. Sebagai imbalannya, developer berkewajiban untuk membangun prasarana yang dibutuhkan. Instrumen ini biasa digunakan untuk membangun kembali daerah-daerah kumuh ("slum"), dimana melalui instrument ini penyediaan

dimiliki sektor swasta, misalnya modal, teknologi dan kemempuan manajemen, dengan keunggulan yang dimiliki oleh sektor pemerintah, misalnya sumber-

prasarana perkotaan di daerah tersebut dapat dilaksanakan tanpa dibiayai oleh sektor public. b. Linkage Linkage pada dasarnya merupakan

sumber, kewenangan dan kepercayaan masyarakat. b. Concessions Adapun concessions antara private

pendekatan yang bersifat langsung, dimana developer diharuskan menyediakan dan membiayai prasarana yang sejenis (paralel) di daerah lain yang kurang diinginkan, dalam rangka mendapatkan persetujuan pembangunan di daerah yang mereka inginkan. Metode semacam ini di

dengan public dapat terjadi dalam berbagai bentuk, diantaranya adalah: kontrak jasa, kontrak manajemen, kontrak sewa, BOT (Build, Operate, and Transfer), BOO (Build, Operate, and Own), dan divestiture (sektor swasta mengambil alih seluruh kontrol perusahaan dengan membeli

Indonesia sudah mulai dikenal, khususnya berkaitan perumahan, diwajibkan dengan dimana untuk pembangunan para developer

seluruh aset pemerintah). 3. Perancangan Tarif Dan Subsidi Dalam Penyaluran Sumber
7

pembangunan

perumahan sederhana sebagai kompensasi

Keuangan

Untuk

Pembiayaan Prasarana

pemerintah dan masyarakat Penetapan tarif didasarkan pada prinsip : a. Keterjangkauan dan keadilan

Pembangunan Perkotaan Berbagai sumber

pembiayaan

Di

dalam

penetapan

tarif

harus

keuangan yang ada di gunakan untuk pembangunan perkotaan di segala bidang, bidang social, bidang budaya hingga fisik dengan pemenuhan kelengkapan sarana dan prasarana perkotaan. Untuk

optimal dan memperhatikan mekanisme pasar sehingga tarif yang ditentukan dapat terjangkau (tidak memberatkan) dan adil bagi masyarakat. Contohnya pada tarif air minum. Tarif memenuhi prinsip keterjangkauan dan keadilan apabila pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi standar

melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana perkotaan ini erat kaitannnya dengan instrument pembiayaan. Dalam pembiayaan pembangunan ini dikenal adanya mekanisme tariff dan subsidi. 1. Tarif Tarif adalah harga satuan jasa atau aturan pungutan. Tarif juga dapat didefinisikan sebagai sejumlah harga yang harus dibayar untuk memperoleh pelayanan/jasa. Tarif dibedakan dalam 4 (empat) jenis, yaitu : a) Tarif rendah Tarif rendah adalah tarif yang nilainya lebih rendah dibanding biaya dasar b) Tarif dasar Tarif dasar adalah tarif yang nilainya sama atau ekuivalen dengan biaya dasar c) Tarif Penuh Tarif penuh adalah tarif yang nilainya lebih tinggi dibanding biaya dasar d) Tarif kesepakatan Tarif kesepakatan adalah tarif yang nilainya berdasarkan kesepakatan antara
8Volume 1, Tahun I, No. 1, Mei 2002

mekanisme keuangan

pemanfaatan sebagai sumber

kebutuhan

pokok air minum tidak

melampaui 4% (empat perseratus) dari pendapatan masyarakat pelanggan. b. Mutu pelayanan Tarif ditetapkan dengan keseimbangan

mempertimbangkan

dengan tingkat mutu pelayanan yang diterima oleh masyarakat. c. Pemulihan biaya atau pengembalian biaya (Cost Recovery) Tarif Recovery berdasarkan prinsip Cost dengan

ditetapkan

memperhitungkan tarif rata-rata minimal sama dengan biaya dasar atau tarif ratarata yang dihitung dan direncanakan harus menutup biaya dasar ditambah tingkat keuntungan yang wajar. d. Transparansi dan akuntabilitas Tarif yang ditetapkan harus dilakukan secara transparan dan akuntabel

Tahapan-tahapan perhitungan tarif adalah sebagai berikut : 1. Menghitung biaya dasar

2. Menghitung tarif dasar 3. Menghitung tarif rendah 4. Menghitung tarif penuh

saja. Mengapa pemerintah begitu konsen terhadap permasalahan ekonomi, karena kondisi ekonomi yang mapan dapat

memberikan jaminan sehatnya kondisi Dalam pelaksanaannya penetapan tarif untuk instrumen keuangan non-ekonomi lainnya. Misalnya saja

pendidikan, kriminalitas, kesehatan bahkan iklim politik. Isu-isu yang terkait dengan sektor-sektor tersebut tidaklah terlepas dari keberadaan kondisi ekonomi suatu negara. Sedangkan subsidi menurut bahasa

konvensional berupa pajak dan retribusi, penetapan tarifnya tidak terlepas dari jenisjenis tarif diatas.Sehingga dalam

instrument pajak dan retribusi berdasarkan jenis sistem pemungutan tarif, yang dapat erat dibagi berarti tunjangan atau sebagai bantuan uang dsb kpd yayasan, perkumpulan, dsb (biasanya dr pihak pemerintah). Sebagai contoh subsidi BBM yaitu bayaran yang sistem pemungutan harus dilakukan oleh pemerintah pada Pertamina pemungutan dalam simulasi dimana

kaitannya

dengan

kepada beberapa jenis. Untuk pajak ada beberapa jenis pajaknya Yaitu: 1. Pajak

proporsional 2. Pajak Progresif 3. Pajak sistem pemungutan regresifl 4. Pajak sistem pemungutan degresif Untuk retribusi dikenal dua istilah jenis retribusi berdasarkan tarifnya yaitu: 1. Retribusi sistem pemungutan proporsional 2. Retribusi sistem pemungutan flat 2.Subsidi Subsidi pemerintah menjadi sebuah jaringan penting dalam sebuah negara. Yang berperan sebagai bukti nyata adanya tanggung jawab pemerintah dalam rangka mensejahterakan masyarakatnya. Dampak dari sebuah kesejahteraan tidak sematamata terkandung permasalahan ekonomi sistem

pendapatan yang diperoleh Pertamina dari tugas menyediakan BBM di tanah air adalah lebih rendah dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Definisi di atas menunjukkan bahwa subsidi dilakukan untuk membantu warga negara yang kurang mampu, namun oleh kenyataannya kelas

disalahgunakan

kalangan

menengah ke atas. Hal ini menyebabkan subsidi BBM salah sasaran dalam

penyaluran, karena subsidi yang tujuannya diberikan oleh kelompok yang kurang mampu tapi ternyata lebih banyak

dinikmati oleh golongan masyarakat kelas atas. Subsidi dapat juga digunakan untuk menyebut membatasi tindakan kompetisi pemerintah atau yang

menaikkan
9

harga di mana produsen bisa menjual

produk mereka, misalnya, dengan cara proteksi tarif. Meskipun ekonomi umum menyatakan mendistorsi bahwa pasar dan subsidi dapat

di belakang mereka, penerima subsidi, sumber dana (pemerintah, konsumen,

pendapatan pajak umum, dll). Dalam ilmu ekonomi, salah satu cara utama untuk mengklasifikasikan subsidi adalah cara mendistribusikan subsidi. Ekonomi juga secara eksplisit mengidentifikasi beberapa area dimana subsidi sepenuhnya

menghasilkan

inefisiensi, ada sejumlah kasus yang diakui di mana subsidi mungkin solusi yang paling efisien Subsidi menjadi sebuah cara yang lazim digunakan pemerintah dalam anggaran keuangannya.

dibenarkan oleh ekonomi, khususnya di bidang penyediaan barang publik. 1. subsidi langsung

Adapun beberapa landasan pokok dalam penerapan subsidi antara lain: 1. Suatu bantuan yang bermanfaat yang diberikan oleh pemerintah kepada kelompok-kelompok atau individu-individu yang biasanya dalam bentuk cash payment atau potongan pajak. 2. Diberikan dengan maksud untuk mengurangi beberapa beban dan fokus pada keuntungan atau Sebuah subsidi tenaga kerja adalah setiap bentuk subsidi dimana penerima menerima subsidi untuk membayar biaya tenaga kerja. Contoh mungkin termasuk subsidi tenaga kerja untuk pekerja di industri tertentu, seperti film dan / atau industri televisi. 3. subsidi Infrastruktur Dalam hal landasan penerapan subsidi tersebutlah peran penentuan tariff menjadi hal yang penting. Terutama pada tari-tari yang bias mengambil kebijakan penuh, yaitu pajak dan retribusi. Ada banyak cara untuk Dalam beberapa kasus, subsidi bisa merujuk ke menguntungkan satu jenis produksi atau konsumsi atas yang lain, efektif mengurangi daya saing atau subsidi langsung tunai (slt) kepada rumah tangga miskin (rtm) adalah sejumlah uang yang diberikan oleh pemerintah kepada rumah rangga yang tergolong miskin sebagai kompensasi pengurangan subsidi bbm. 2. subsidi Ketenagakerjaan

manfaat bagi masyarakat. 3. Subsidi didapat dari pajak. Jadi, uang pajak yang dipungut oleh pemerintah akan kembali lagi ke tangan masyarakat melalui

pemberian subsidi.

penghambat pengganti

pengembangan

potensi

mengklasifikasikan subsidi, seperti alasan


10 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Mei 2002

4. subsidi perumahan Rumah Susun atau Rusun merupakan kategori resmi pemerintah Indonesia untuk tipe hunian bertingkat seperti apartemen, kondominium, flat, dan lain-lain. Namun pada perkembangannya kata ini digunakan secara umum untuk menggambarkan

yang merupakan subsidi untuk industri disukai. Dalam kasus lain, langkah-

langkah fiskal dapat digunakan untuk memastikan bahwa ekspor diperlakukan "adil" di bawah sistem pajak. Penentuan apa yang merupakan subsidi (atau ukuran subsidi itu) mungkin rumit. Dalam banyak kasus, subsidi ekspor dibenarkan sebagai sarana kompensasi untuk subsidi atau perlindungan yang diberikan oleh negara asing untuk produsen sendiri. 7. subsidi Pengadaan Pemerintah di mana-mana relatif

hunian bertingkat kelas bawah. Istilah lain yang sering diusung oleh para pengembang untuk rusunami adalah

Apartemen Bersubsidi. Pengembang lebih senang menggunakan istilah apartemen daripada rusun karena konotasi negatif yang melekat. Sedangkan penambahan kata bersubsidi disebabkan subsidi karena bagi

konsumen kecil dari berbagai barang dan jasa. Subsidi dapat terjadi dalam proses ini dengan pilihan atas produk yang

pemerintah

memberikan

pembeli rusunami jika memenuhi syarat. Sedangkan yang tidak memenuhi syarat tetap dapat membeli rusunami namun tidak mendapatkan subsidi. 5. perlindungan (pembatasan impor) Perdagangan

diproduksi, produser, sifat produk itu sendiri, dan dengan cara lain, termasuk pembayaran harga lebih tinggi dari pasar barang yang dibeli. 3.Konsumsi subsidi Pemerintah memberikan subsidi di

Langkah-langkah yang digunakan untuk membatasi diberikan baik daripada mereka akan membayar tanpa penghalang

mana-mana konsumsi dalam beberapa cara: dengan benar-benar memberikan pelayanan yang baik atau, menyediakan penggunaan aset pemerintah, properti, atau jasa di lebih rendah dari biaya penyediaan, atau dengan memberikan insentif ekonomi (subsidi tunai) untuk membeli atau

perdagangan; industri dilindungi secara efektif menerima subsidi. langkah-langkah tersebut termasuk kuota impor , impor tarif , larangan impor, dan lain-lain. 6. subsidi Ekspor (promosi perdagangan) Berbagai pajak atau tindakan lain dapat digunakan untuk mempromosikan ekspor

menggunakan barang tersebut. Di banyak negara, konsumsi pendidikan, perawatan kesehatan, dan infrastruktur (seperti jalan) banyak subsidi, dan dalam banyak kasus
11

disediakan secara gratis. Dalam kasus lain, pemerintah harfiah pembelian atau

goreng, dan sebagainya. Subsidi yang diberikan negara untuk sektor pelayanan publik yang dilaksanakan oleh negara, misalnya: (1) jasa telekomunikasi seperti telepon, pos, fax, internet; (2) jasa perbankan seperti transfer, simpanan, dan penukaran valuta asing; dan

memproduksi barang (seperti roti, gandum, bensin, atau listrik) dengan biaya lebih tinggi dari harga jual kepada publik (yang memerlukan penjatahan untuk mengontrol biaya). Pemberian terhadap barang publik melalui subsidi konsumsi adalah contoh dari jenis subsidi yang secara ekonomi mungkin akan mengenali sebagai efisien . Dalam kasus lain, subsidi tersebut dapat solusi terbaik kedua yang masuk akal, misalnya, sementara itu mungkin secara teoritis efisien untuk biaya untuk semua penggunaan prakteknya, jalan biaya umum, pelaksanaan dalam suatu

(3) jasa transportasi umum seperti kereta api, kapal laut, dan pesawat terbang. (4) Subsidi untuk sektor energi (seperti BBM dan listrik)

Dapat dilihat di sini bahwa subsidi menjadi sebuah alat pemerintah dalam melakukan masyarakat. Di Indonesia sendiri, kebijakan distribusi pendapatan

sistem untuk biaya untuk penggunaan tersebut mungkin tidak bisa dijalankan atau tidak bisa dibenarkan. Dalam kasus lain, subsidi konsumsi mungkin ditargetkan pada kelompok

subsidi yang paling santer terdengar adalah subsidi harga BBM. Subsidi BBM adalah salah satu contoh suatu kebijakan ekonomi yang tidak adil. Menurut data dari sebuah survei misalnya, pemilik mobil pribadi rata-rata menikmati subsidi dari BBM sebesar 1,2 juta perbulan, sangat tidak sebanding dengan apa yang diterima oleh

tertentu pengguna, seperti utilitas besar, perumahan rumah pemilik, dan lain-lain. 4.Subsidi yang dijalankan di Indonesia Pemberian subsidi kepada rakyat yang bertindak sebagai produsen, seperti subsidi pupuk dan benih bagi petani, atau subsidi bahan baku kedelai bagi perajin tahu dan tempe, dan sebagainya. Pemberian subsidi kepada rakyat yang bertindak sebagai konsumen, seperti subsidi pangan

masyarakat yang kurang mampu terutama yang tidak mempunyai kendaraan bermotor. Subsidi memang kurang sangat membantu untuk

masyarakat

mampu

menjangkau harga BBM. Tapi kalau dibiarkan terus menerus, subsidi yang diberikan oleh pemerintah akan

menggerogoti keuangan negara dalam APBN. Karena ternyata subdisi tersebut salah sasaran. Masyarakat kelas atas yang

(sembako murah), atau subsidi minyak


12 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Mei 2002

sebenarnya mampu membeli BBM secara normal ternyata malah disubsidi.

Dalam kaitannya dengan program subsidi kepada masyarakat yang kurang mampu, maka keuntungan yang diperoleh dari pola kemitraan dengan swasta adalah fee yang diberikan sebagai swasta kepada pemerintah kewenangan

Sedangkan kendaraan-kendaraan roda dua milik masyarakat kurang mampu biasanya membeli BBM yang dijual di kios-kios eceran yang harganya pasti lebih mahal dari SPBU. Jadi jika subsidi ini diteruskan maka akan buang-buang uang dari APBN karena hanya kalangan menengah ke atas saja yang menikmati subsidi ini. a) Konsep subsidi dalam pola

kompensasi

pengelolaan sistem. Besaran dana ini bersifat terukur dan kontinyu sepanjang berlakunya kerjasama. Semestinya dana tersebut dimanfaatkan kembali untuk

masyarakat, terutama yang kurang mampu. kemitraan dengan swasta Pengertian yang beredar di banyak pihak, bahwa dengan adanya kemitraan dengan pihak swasta, maka kewajiban pemerintah sudah beralih kepada pihak swasta. Selanjutnya dari kerjasama ini, pemerintah akan mendapatkan fee untuk meningkatkan Daerah). PAD (Pendapatan tersebut Asli tidak Di bagian muka telah dijelaskan bahwa ada 2 pola subsidi yang diberlakukan kepada masyarakat: i) dalam bentuk bantuan untuk sistem/infrastrukturnya b) Alternatif pemberian subsidi kepada masyarakat miskin

sendiri seperti bantuan untuk pemasangan jaringan distribusi untuk membuka

Pemahaman

aksesibilitas masyarakat kepada sistem. Pola yang lain adalah ii) bantuan langsung kepada masyarakat seperti bantuan diskon terhadap beban tagihan rekening air yang dipergunakan. Masing-masing pola

seluruhnya benar, karena tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat, tetap ditangan pemerintah. Walaupun ada pihak swasta yang terlibat, fungsinya hanya sebagai operator. Fungsi kontrol ditangan dan pengaturan masih tetap itu,

mempunyai kelebihan dan kekurangannya. c) Subsidi terhadap sistem: Dalam kasus air bersih, subsidi yang diberikan pemerintah dapat berupa penyediaan sharing equity untuk investasi pemasangan jaringan pipa distribusi ke daerah miskin perkotaan yang belum mempunyai sistem air bersih. Dengan adanya pembagian beban investasi maka
13

pemerintah.

Disamping

sangat sulit membebankan pihak swasta untuk menjalankan fungsi sosial.

Dimanapun di dunia ini, prinsip yang berlaku untuk kegiatan usaha adalah untuk mendapatkan karenannya keuntungan. dalam hal Oleh

penanganan

infrastrukfur publik, fungsi sosial harus tetap menjadi tanggung jawab pemerintah.

biaya investasi yang dikeluarkan oleh pihak swasta menjadi lebih kecil, sehingga besaran Return on Investment secara nominal menjadi lebih kecil juga. Pada akhirnya tarif yang diberlakukan kepada masyarakat dapat ditekan. Mengacu pada prinsip keadilan yang berlaku, hak privilege dapat diberikan, namun dengan batasan tertentu. Dalam hal ini adalah batasan volume pemakaian. Kontrol terhadap volume penggunaan air dapat dilakukan secara teknis. Misalnya: pembatasan aliran dengan meter air khusus yang hanya dapat menampung kapasitas tertentu saja ataupun penyesuaian diameter pipa service yang masuk kedalam halaman rumah. Praktek yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk sistem PLN. Tarif dasar untuk daya 450 watt (yang paling rendah) tetap tidak berubah walaupun PLN memberlakukan kenaikan tarif beberapa kali. Dalam pola ini, kapasitas jelas kontrol dan ternadap penerapan terjadi

mengkhawatirkan

bahwa

air

yang

dipasarkan tidak akan mampu dibayar di kawasan yang miskin. Masyarakat yang kurang mampu akan dibantu dan biaya tagihan

pemasangan

sambungan

rekening dalam batasan volume tertentu dengan cara menunjukan kartu diskon khusus. Batasan volume yang tertera dalam kartu diskon ini ditentukan berdasarkan jumlah anggota keluarga (kurang mampu) yang tinggal dalam satu atap. Masyarakat yang benar-benar tidak mampu harus mendaftarkan diri untuk mendapatkan kartu diskon tadi. Agar kartu diskon ini benar-benar mencapai sasarannya harus ditentukan kriteria/parameter bagi

masyarakat yang kurang mampu. Indikator yang sederhana untuk menilai status penerima kartu diskon antara lain: hanya yang mempunyai sambungan PLN daya 450 watt; persil rumah yang maksimum 60 m2, dll. Secara natural, masyarakat yang kemudian meningkat pendapatannya dan berubah statusnya, tidak memerlukan kartu diskon tadi karena prosesnya yang lebih rumit dan memerlukan waktu. Secara implisit, pendekatan ini memberikan

penggunaan sangsi yang

apabila

pelanggaran harus dapat dilaksanakan secara pasti. d) Subsidi masyarakat Dalam pola yang kedua ini, tidak ada perbedaan antara daerah yang mampu dan kurang mampu. Dalam perluasan jaringan distribusi, pihak swasta tidak perlu langsung kepada

pendidikan kepada masyarakat. Privilege hanya dapat diberikan untuk sasaran yang tepat dan harus ada upaya khusus untuk mendapatkannya. Penggunaan volume yang melebihi batasan dalam kartu diskon, akan menjadi

tanggungan masyarakat sendiri dan ditagih sesuai dengan tarif aslinya. Masyarakat

14 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Mei 2002

dengan sendirinya akan melakukan kontrol diri agar tidak terkena beban biaya yang memberatkan. Pola subsidi ini mirip dengan sistem blok tarif dasar (tarif A). Perbedaannya adalah bahwa dengan pola ini, blok tarif dapat diterapkan secara lebih fleksibel dan sederhana, dimana antara blok dasar dengan blok di atasnya tidak terjadi perbedaan rentang yang terlalu besar. Kemudian bagi masyarakat yang kurang mampu dengan anggota keluarga yang besar dengan pemakaian air yang melebihi dari umumnya, tidak akan terkena tarif reguler, karena batasan volume disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga. Penerapan sistem ini sangat membutuhkan akurasi data demi mencegah ketidak-adilan ataupun kecurangan/ manipulasi status untuk mendapatkan diskon.

meningkatkan

tingkat

penyediaan

jasa

pelayanan sarana dan prasarana menghadapi tiga dimensi permasalahan. Pertama,

pembangunan sarana dan prasarana tidak mudah karena mencakup penggunaan kapital yang sangat besar, waktu pengembalian modal yang panjang, penggunaan lahan yang cukup luas, pemanfaatan teknologi tinggi,

perencanaan dan implementasi perlu waktu panjang untuk mencapai skala ekonomi yang tertentu. Di lain pihak kemampuan ekonomi nasional pada saat ini sangat terbatas, baik dana yang berasal dari pemerintah maupun swasta. Kedua, pembangunan sarana dan prasarana merupakan prakondisi bagi

berkembangnya kesempatan dan peluang baru di berbagai bidang. Peningkatan jumlah penduduk mendorong perlunya tambahan pelayanan sarana dan prasarana. Ketiga, menghadapi persaingan global dan sekaligus memenuhi permintaan masyarakat akan jasa pelayanan sarana dan prasarana memerlukan restrukturisasi dalam penyelenggaraan usaha

C. MEKANISME PENERAPAN TARIF DAN SUBSIDI DALAM PSP

pelayanan jasa sarana dan prasarana. Tujuan kebijakan mempertahankan

tingkat jasa pelayanan infrastruktur adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan kondisi sarana dan prasarana yang telah ataupun sedang dibangun agar tingkat pelayanannya dapat dipertahankan dan ditingkat sesuai dengan kualitas yang memadai, serta tetap dapat dioperasikan dan dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam rangka menunjang sektor-sektor Upaya untuk mempertahankan dan produktif. Untuk itu diprioritaskan
15

infrastruktur yang sudah dibangun ataupun sedang dalam proses pembangunan,

tidak mampu, tetap akan diberikan subsidi. Namun demikian subsidi tersebut akan diberikan secara eksplisit dan transparan. Mekanisme kenaikan tarif akan diberlakukan sehingga merupakan insentif untuk lebih efisien, dan juga untuk mencegah subsidi yang makin besar di masa datang, serta untuk mendukung struktur industri yang baru. Selain, itu subsidi itu diberlakukan hanya jika keuntungan (manfaat) yang

diupayakan pemeliharaannya agar nilai ekonomisnya tidak menurun. Sedangkan untuk peningkatan dan pembangunan hanya untuk

infrastruktur

diarahkan

menunjang pertumbuhan permintaan jasa pelayanan kapasitasnya yang telah dan melebihi untuk

(bottleneck)

menunjang ekspor. Sasaran kebijakan ini adalah: (1)

diperoleh lebih besar daripada jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pemberian subsidi. Meskipun subsidi ada untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat,

tersedianya pelayanan jasa infrastruktur yang mampu memenuhi kebutuhan minimum dalam pemulihan ekonomi; (2) terjaganya kondisi konstruksi maupun peralatan

mereka mengakibatkan pajak yang lebih tinggi atau peningkatan harga konsumen. untuk

infrastruktur yang belum selesai pembangunan konstruksinya atau belum beroperasi dengan sempurna; (3) terlaksananya peninjauan ulang atas disain ataupun rencana konstruksi infrastruktur fisik, dan (4) tersedianya data serta informasi bagi landasan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Sementara itu, untuk mempromosikan transparansi, maka penyediaan infrastruktur dapat dilaksanakan berdasarkan atas prinsip komersial oleh swasta. Sedangkan, misi sosial termasuk juga misi strategis tetap ditangani oleh Pemerintah melalui pemberian sistem subsidi (public service obligation-PSO) dan insentif lainnya secara transparan. Dalam kaitan itu, pemerintah akan menerapkan program rasionalisasi tarif secara

barang-barang

Logikanya:

karena subsidi meningkat maka pajak yang dipungut juga meningkat karena pajak merupakan sumber dana untuk subsidi, sehingga harga-harga barang pun juga akan meningkat karena adanya tuntutan pajak yang semakin naik. Ini semua tentu saja menuntut kehati-hatian pemerintah dalam memutuskan kebijakan subsidi. Karena bila tujuan subsidi yang pada awalnya bertujuan ekonomi meningkatkan secara kesejahteraan berubah

keseluruhan

menjadi sebuah keputusan yang hanya memberikan keuntungan bagi segelintir golongan.
a) Mekanisme Subsidi Silang Dalam kebijakan subsidi ini sangat dikenal istilah subsidi silang. Hak ini muncul sebagai dampak dari banyaknya instrument

komprehensif. Secara bertahap tarif akan dinaikkan agar dapat mengembalikan biaya (full cost-recovery), kecuali untuk pemerataan pembangunan dan melindungi masyarakat
16 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Mei 2002

pembiayaan yang ada dan objek yang dikenai tariff juga terdiri dari berbagi jenis kelopok.

Sehingga terwujud

secara konsep

sederhana keadilan.

diharapkan yang dengan menutupi

tinggi tersebut dapat mensubsidi pemakaian sarana air bersih yang lebih rendah

Dimana

pemakiannya

banyak

kuantitasnya

pemakaiannya. Atau dikenal istilah subsidi silang. Dalam penetapan tariff ini sangat diperlukan real deman survey. Dengan pengumpulan data dan informasi tentang pelanggan pdam :

jumlah yang sedikit diharapkan

konsumen yang jumlahnya banyak namun pemakain kuantisanya sedikit. Jika Pemerintah membutuhkan dana untuk pelayanan umum, dapat didanai dari gabungan antara subsidi silang dan hibah pemerintah dari pendapatan pajak

a. Jumlah strata.

pelanggan,

berdasarkan

b. Penggunaan air bersih per bulan, berdasarkan strata. c. Kemampuan membayar masingmasing strata.
Dilaksanakan melalui metoda survey.

c)
b) Contoh Kasus Contoh hubungan penetapan tarif dan subsidi pada peneyediaan sarana prasarana pada

Subsidi dalam sistem yang full cost recovery Pada Penelolaan PDAM Sudah sedemikian seringnya kita

mendengar dan mengetahui konsep full cost recovery dalam pengelolaan PDAM. Pada prinsipnya dalam konsep ini, PDAM harus bersifat mandiri dalam menjalankan perusahaannya: membiayai mengganti asset

pembangunan

misalnya

adalah

penyediaan air bersih sebagai salah satu bagian kelengkapan prasarana sebuah kota. Retribusi air bersih tepat untuk diangkat sebagai kasus penetapan tarif progresif-regresif dengan subsidi silang. DImana proses subsi silang yang terjadi, mekanismenya adalah, pelanggan yang mengkonsumsi air semakin banyak maka ia akan dikenakan kewajiban mebayar tariff lebih besar. Begitu juga

operasi/pemeliharaan, yang rusak

serta

melakukan

pengembangan perusahaan. Kenyataannya sampai saat ini hanya sebagian kecil saja PDAM yang mampu untuk

menerapkannya. Secara teknis banyak PDAM yang saat ini sudah sangat berat untuk menjalankan perusahaannya, karena beban hutang yang menumpuk dan belum terbayar, biaya operasi yang lebih besar
17

sebaliknya. Hasilnya, Pelanggan dengan tariff tinggi yang jumlahnya tidak banyak dengan tariff yang

dari pendapatan (tarifnya yang masih rendah), kebocoran tinggi dll. Ajaibnya PDAM tersebut masih tetap eksis.

subsidi terhadap pengadaan bus atau suku cadangnya, meningkatkan kepada ternyata kualitas tidak dapat

pelayanannya Pihak yang

Walaupun secara ekonomi sebenarnya sudah bangkrut. Barang ajaib yang subsidi

masyarakat.

diuntungkan dengan pola subsidi ini adalah para pemilik kendaraan bukan masyarakat pengguna, walaupun tarif telah dinaikkan beberapa kali, pelayanan masih tetap buruk. Subsidi langsung kepada masyarakat yang diberlakukan terhadap peserta ASKES

membantu

PDAM

adalah

pemerintah pusat/daerah. Walaupun hal ini tidak pernah dihitung dalam akutansi perusahaan. Sebaliknya operator swasta akan

ternyata cukup efektif walaupun masih banyak hal yang perlu diperbaiki. Kendala yang dihadapi dengan pola subsidi

menerapkan konsep full cost recovery secara konsisten. Alasannya sederhana bahwa mereka tidak pernah bermimpi untuk mendapatkan subsidi dari luar sistem. Segala sesuatunya berputar dari sistem yang dikelolanya. Operator swasta dengan segala upaya akan mencegah dirinya menjadi bangkrut. Sebenarnya bagi perusahaan publik yang mengemban misi sosial seperti PDAM, subsidi adalah sesuatu yang sahsah saja, asalkan dapat dihitung secara jelas dan dimanfaatkan sebenar-benarnya untuk kepentingan masyarakat, terutama yang tidak mampu. Ada dua konsep subsidi yang berlaku: i) yang diberlakukan untuk membiayai sistem, seperti subsidi untuk investasi perpipaan dari pemerintah pusat/daerah atau ii) subsidi kepada masyarakat yang membutuhkan (kurang mampu). Berdasarkan pengalaman dari sektorsektor lainnya, seperti angkutan bus kota,
18 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Mei 2002

langsung ini adalah ketiadaan data yang akurat bagi masyarakat yang benar-benar tidak mampu. Kecurangan-kecurangan

dalam memalsukan identitas masih banyak terjadi demi mendapatkan fasilitas yang lebih murah.
D. SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan Terdapat berbagai jenis pembangunan prasaran perkotaan. Yaitu Kelengkapan kota, tata air, perhubungan, perumahan dan

pemukiman, tata ruang dan tata bangunan. Untuk mewujudka pembanguan semua aspek saran dan prasarana pembangunan tersebut adanya instrument pembiayaan yang baik sudah menjadi keharusan. Mulai dari sumber pendapatannya yang harus jelas dari mana dan bagaimana mekanisme pengelolaan dan

pendistribusiannnya. Dari sini di kenal ada 3 sumber instrument pembiayaan utama dalam

pembangunan prasaran perkotaan, yaitu, pajak,

retribusi dan betterment levies. Dalam pendistribusianya sumber-sumber pembiayaan tersebut harus dikelola dengan baik. Dalam pengelolaan dan pendistribusian sumber-sumber pembiayaan ini sangat dikenal adanya penetapan tariff dan subsidi. Kejelasan mekanisme penetapan dan pemungutan pembiayaan tariff itu dari dapat sumber-sumber mendatangkan

2. Saran Dalam memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana perkotaan diperlukan instrument keungan dan pembiayaan yang jelas dan mapan. Dalam mekanisme pemungutan dan

pendistribusiannya instrument pembiayaan ini juga harus mengedapan kan prinsip keadilan.. Mekanisme kebijakan tariff dan subsidi menjadi hal yang penting untuk dapat menghimpun secara sumber-sumber optimal kembali pembiayaan berikut kepada

keutungan dan kejelasan akan kekuatan pembiayaan yang ada. Dengan kejelasan pendapatan dari sumber sumber pembiayaan / pendapatan tersebut, para pengambul kebijakan dapat mensitribusikannnya kepada masyarakat secara lebih adil dan merata. Pada mekanisme pendistribusian

lebih

mendistribusikannya masyarakat secara adil .


DAFTAR PUSTAKA

pendapatan/pembiayaan inilah dikenal istilah subsidi. Dana yang terkumpul dari berbagai jenis tariff yang ada di pakai untuk mensubsi pospos pembangunan dan sarana memenuhi prasarana kebutuhan

Dr. Susiyati B. Hirawan , Kepala Biro Analisa Keuangan Daerah Departemen Keuangan., 2008. Pembiayaan

Pembangunan Perkotaan Melalui Pemanfaatan Instrument Keuangan.


Jurnal Kwik kian gie, 2009. Pembiayaan pembangunan infrastruktur Dan permukiman. Materi kuliah disampaikan pada studium general institut teknologi bandung

perkotataan

masyarakat yang belum dapat marasakan sarana-dan prasarana yang layak. Dalam menetapkan tariff dan subsidi ini ada mekanisme tersendiri, Mekanisme yang mengedepankan keadilan dengan aktif

melakukan survey demand

Tidak diketahui, Telah Diterbitkan: Januari 27, 2009 / 7:59 am. Konsep Pelayanan Air Bersih untuk daerah Miskin Perkotaan. http://calleda03.wordpress.com

19

Anda mungkin juga menyukai