Anda di halaman 1dari 21

EMERGENCY MEDICINE II

[PBL I _ BLOK 30]

BAB I PENDAHULUAN
Pembunuhan bayi menurut hukum pidana Indonesia ialah pembunuhan terhadap bayi yang dilahirkan hidup yang dilakukan oleh wanita yang melahirkannya pada saat bayi tersebut dilahirkan atau tidak lama setelah dilahirkan. Pada saat dilahirkan diartikan sejak mulai terjadinya kelahiran bayi sampai dengan keluarnya plasenta secara tuntas. Sedangkan tidak lama setelah dilahirkan berarti sejak selesainya proses kelahiran sampai dengan selesainya perawatan post partus. Saat dilakukannya kejahatan tersebut dikaitkan dengan keadaan mental emosional dari si ibu, selain rasa malu, takut, benci, serta nyeri bercampur aduk menjadi satu, sehingga perbuatannya itu dianggap dilakukan tidak dalam keadaan mental yang tenang, sadar, serta dengan perhitungan matang. Inilah yang menjelaskan mengapa ancaman hukuman pada kasus pembunuhan bayi lebih ringan bila dibandingkan dengan kasus pembunuhan lainnya. Pada kasus pembunuhan bayi terdapat 3 unsur yang penting, yaitu : 1. 2. 3. Si pelaku haruslah ibu kandung korban Alasan pembunuhan adalah karena takut ketahuan akan melahirkan anak Pembunuhan segera dilakukan pada saat anak dilahirkan atau tidak berapa lama kemudian, yang dapat diketahui dari ada tidaknya tanda-tanda perawatan. Pada kasus bunuh bayi, jaksa harus membuktikan bahwa bayi dilahirkan dalam keadaan hidup dan kematian bayi itu adalah akibat tindakan criminal berupa kekerasan terhadap bayi tersebut. Telah lama sekali diketahui, bahwa seorang bayi yang bayi lahir mudah sekali menjadi korban tindakan criminal . Dalam hal ini, maka dokter harus memeriksa mayat bayi dan ibu (tersangka) untuk mencari bukti berupa tanda-tanda baru melahirkan. Untuk dapat dituntut sebagai pembunuhan bayi, harus memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Adanya rasa takut akan ketahuan melahirkan anak. Karena adanya rasa takut akan ketahuan melahirkan anak, si calon ibu jauh sebelumnya berusaha menyembunyikan kehamilannya.

EMERGENCY MEDICINE II

[PBL I _ BLOK 30]

Meskipun ia dapat menyembunyikan kandungannya, tetapi ada beberapa orang dekat yang mengetahuinya. Pada waktu melahirkan anak, ia berusaha bersembunyi, supaya tidak ada orang yang menyaksikan ia telah melahirkan anak. 2. Pembunuhan dilakukan pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian.

Anak mulai dilahirkan, bila kontraksi rahim atau his sudah mulai teratur. Pada waktu ini belum nampak bagian anak. Bila kepala sudah keluar dan dapat dijangkau si ibu, ia dapat melakukan beberapa tindakan : mencekik, menusuk ubun-ubun, menutup lubang pernapasan dengan kain basah

EMERGENCY MEDICINE II

[PBL I _ BLOK 30]

BAB II SKENARIO
Sesosok mayat baru lahir ditemukan di suatu tempat sampah. Masyarakat melaporkannya kepada polisi. Mereka juga melaporkan bahwa semalam melihat seorang perempuan yang menghentikan mobilnya didekat sampah tersebut dan berada disana cukup lama. Seorang dari anggota masyarakat setempat mencatat nomor perempuan tersebut. Polisi mengambil mayat bayi tersebut dan menyerahkannya kepada anda sebagai dokter direktur rumah sakit. Polisi juga mengatakan bahwa sebentar lagi si perempuan yang dicurigai sebagai pelakunya akan dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Anda harus mengatur segalanya agar semua pemeriksaan dapat berjalan dengan baik dan akan membriefing para dokter yang akan menjadi pemeriksa.

I.

Aspek Hukum

Pengertian Pembunuhan Bayi (Infanticide) Menurut Perundang-undangan di Indonesia Dalam wilayah tutorial hukum Indonesia yang tertuang pada Kitab Undang-undang Hukum Pidana, pada pasal 341, dinyatakan sebagai berikut: Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Demikian juga yang tertuang pada pasal 342 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) sebagai berikut: Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. Hal ini dapat dicermati adanya unsur-unsur sengaja ataupun terkaitnya unsur tanpa kesengajaan yang dilakukan oleh ibu dari anak yang kemudian melakukan pembunuhan setelah

EMERGENCY MEDICINE II

[PBL I _ BLOK 30]

bayi itu lahir ataupun saat bayi itu lahir menjadi batasan terhadap infanticide di Negara Republik Indonesia. Konsep pemberian pidana dan sistem peradilan pidana dalam kasus pembunuhan bayi Telah disebutkan sebelumnya bahwa pemberian pidana dan penjatuhan pidana dalam praktek peradilan selama ini dengan mempertimbangkan kualifikasi kejahatannya, dan segala bentuk pidana tersebut diberikan oleh negara dengan asumsi bahwa warga negaranya adalah mahluk yang bertanggung jawab dan dapat mempertanggung jawabkan perbuatannya. Sementara remaja dan ibupun dianggap sebagai individu yang dapat sepenuhnya mempertanggung jawabkan perbuatannya. Dengan demikian akan muncul semacam kontradiksi ketika pemberian pidana dan penjatuhan pidana terjadi pada pelaku ibu dan remaja yang melakukan pembunuhan bayi. dengan kejahatan pembunuhan biasa. Dalam Tata Peradilan di Indonesia, penyelenggaraan Peradilan bagi ibu dan remaja yang melakukan pembunuhan bayi dalam Sistem Peradilan Pidana, telah ada dalam KUHP, KUHAP serta peraturan-peraturan pelaksananya dan Undang-Undang Perlindungan Anak. Dalam praktek pelaksanaannya pedoman pemidanaan yang digunakan oleh hakim adalah Pasal 7 UU Pokok Kekuasaan Kehakiman NO.14 Tahun 1970 (Undang-undang ini sudah dicabut), yang intinya tiada seorang pun dapat dikenakan penangkapan, penahanan, penggeledahan,dan penyitaan, selain atas perintah tertulis oleh kekuasaan yang sah. Pasal 5 ayat (1); Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang . Pasal 6 ayat (1); Tidak seorang juapun dapat dihadapkan ke Pengadilan selain dari pada yang ditentukan oleh undang-undang. Pasal 6 ayat (2); Tidak seorang juapun dapat dijatuhi pidana kecuali bila Pengadilan karena alat bukti yang sah dan orang yang dianggap bertanggung jawab dinyatakan bersalah. Pasal 8; Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau dihadapkan ke Pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya keputusan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Bila dihubungkan dengan Pasal 66 KUHAP tentang Asas Praduga Tidak Bersalah Pasal 1 KUHP: Nulum delictum nula poena sine previa lege punali;

EMERGENCY MEDICINE II

[PBL I _ BLOK 30]

1. Tiada suatu perbuatan dapat dipidana, kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan dilakukan. 2. Jika sesudah perbuatan dilakukan ada perubahan dalam perundang-undangan, dipakai aturan yang paling ringan bagi terdakwa.

Bentuk pidana pokok seperti yang diatur dalam Pasal 341 KUHP ini, adalah sama bentuk sengaja merampas nyawa orang lain seperti yang diatur dalam Pasal 338 KUHP. Dalam kasus ini terdakwa telah melakukan perbuatan telah merampas nyawa orang lain itu segera setelah anak dilahirkan, menunjukkan bahwa perbuatan itu dilakukan karena ada rasa takut akan diketahui orang lain yang merupakan alasan yang meringankan pidana apabila dibanding dengan ancaman pidana terhadap tindak pidana pembunuhan pada umumnya. Keadaan yang sifatnya mempengaruhi perbuatan tersebut diuraikan dalam surat dakwaan sebagai tambahan unsur yang dapat meringankan ancaman pidana. Delik yang mengandung unsur yang menentukan sifatnya perbuatan yaitu Pasal 341 KUHP, Pasal 342 KUHP dan Pasal 281 KUHP. Proses Penyidikan Pembunuhan Bayi Bahwa proses penyidikan tindak pidana pembunuhan bayi dilakukan oleh Polri merupakan subsistem dari pada Sistem Peradilan Pidana (Criminal Justice System) yang terdiri dari Polri (Penyidik), Jaksa (Penuntut), dan Pengadilan/Hakim (pemutus perkara). Bahwa kembali mengacu pada Pasal 183 dan Pasal 184 KUHAP, maka penyidik sekurangkurangnya harus dapat membuktikan dua alat bukti yang sah untuk dapat diajukan ke sidang pengadilan, sehingga keterangan saksi dan tersangka yang biasa selama ini dikerjakan oleh penyidik, maka peran forensik dalam rangka penyidikan sangat diperlukan dan harus dilakukan karena kapasitasnya sesuai Pasal 184 KUHAP adalah sebagai Keterangan Ahli dan Surat sebagaimana diatur pada Pasal 187 huruf c KUHAP yaitu Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya. Dalam pembunuhan bayi peran penyidik minta bantuan kepada Ahli Kedokteran Forensik untuk menentukan apakah bayi yang ditemukan lahir hidup atau lahir mati ,dan sudah dilakukan perawatan /belum, umur bayi

EMERGENCY MEDICINE II

[PBL I _ BLOK 30]

II.

Aspek Medikolegal Dokter yang memeriksa sering mendapatkan pertanyaan berikut ini pada sidang pengadilan

sehubungan dengan kasus pembunuhan bayi. Apakah bayi tersebut lahir dalam keadaan hidup atau mati ? Jika bayi lahir hidup, berapa lama bayi tersebut bertahan ? Apa penyebab kematian bayi ? Apakah bayi baru dilahirkan sudah dirawat atau belum dirawat? Apakah bayi sudah mampu hidup terus di luar kandungan ibu (viable) atau belum (nonviable)? Umur bayi dalam kandungan, premature, matur, atau postmatur? Bila terbukti lahir hidup dan telah dirawat, berapa jam/hari umur bayi tersebut (umur setelah dilahirkan)? Adakah tanda-tanda kekerasan? Bila terbukti lahir hidup, apakah sebab matinya?

Bayi baru lahir dan sudah dirawat Anak yang baru dilahirkan tubuhnya diliputi suatu bahan seperti salep, verniks kaseosa. Anak masih berhubunggan dengan uri. Bila tali pusat sudah terputus, ujungnya perlu diperiksa untuk menentukan apakah tali pusat dipotong dengan benda tajam atau robek. Bila tali pusat sudah kering, terlebih dahulu direndam dalam air supaya tali pusat mengembang lagi dan diperiksa dibawah mikroskop. Bayi baru lahir dan belum dirawat Keadaan baru lahir dan belum dirawat sebagai petunjuk dari tidak lama setelah dilahirkan, berarti tubuh bayi masih berlumuran darah dan verniks kaseosa serta tali pusat mungkin masih berhubungan dengan uri atau sudah terpisah, tetapi belum diikat (belum dirawat). Dalam hal bayi tercemplung atau dicemplungkan dalam air maka darah dan sebagian dari verniks kaseosa dapat tersingkirkan dari tubuhnya, namun masih bisa ditemukan pada lipat-lipat kulit dileher, belakang daun telinga,ketiak, lipat siku, lipat lutut, dan selangkangan. Menurut ponsold, bayi baru lahir

EMERGENCY MEDICINE II

[PBL I _ BLOK 30]

adalah bayi yang baru dilahirkan dan belum dirawat, dan tali pusat yang belum diikat merupakan petunjuk terpenting dari keadaan belum dirawat.

Ciri-Ciri Eksternal : Daun telinga pada bayi lahir cukup bulan, menunjukkan pembentukan tulang rawan yang sudah sempurna, pada helix teraba tulang rawan yang keras pada bagian dorsokrnialnya dan bila dilipat cepat kembali ke keadaan semula. Puting susu pada bayi yang matur, sudah berbatas tegas, areola menonjol diatas permukaan kulit dan diameter tonjolan susu 7 mm atau lebih. Kuku jari tangan sudah panjang, melampaui ujung jari, ujung distalnya tegas dan relative keras sehingga tersa bila digarukkan pada telapak tangan. Terdapat garis-garis pada seluruh telapak kaki, dari depan hingga tumit. Yang dinilai garis yang relative lebar dan dalam. Pada bayi laki-laki matur, testis sudah turun dengan sempurna, yakni sampai pada dasar skrotum dan rugae pada kulit skrotum sudah lengkap. Dan pada bayi perempuan yang matur, labia minor sudah tertutup dengan baik oleh labia mayor. Rambut kepala relative kasar, masing-masing helai terpisah satu sama laindan tampak mengkilat, batas rambut pada dahi jelas. Skin opacity cukup tebal sehingga pembuluh darah yang agak besar pada dinding perut tidak tampak atau tampak samara-samar. Processus xyphoideus membengkok kedorsal, sedangkan bayi premature membengkok keventral atau satu bidang dengan korpus manubrium sterni. Alis mata sudah lengkap, yakni bagian lateralnya sudah ada. Pada bayi cukup bulan terdapat pusat penulangan epifisial diujung distal femur dengan diameter 4-5 mm.dan adanya pusat penulangan pada tallus dan calcaneus. (3,7) Umur bayi tidak cukup bulan (prematur) Untuk menentukan umur anak dalam kandungan selain mengukur panjang badan menrut rumus Haase, perlu diperiksa initi penulangan, sentrum osifikasi. Calcaneus (24 minggu)

EMERGENCY MEDICINE II

[PBL I _ BLOK 30]

Talus (28 minggu) Distal Femur (38 minggu) Proximal tibia (genap bulan)

Kesimpulan bila tidak ditemukan inti penulangan adalah anak belum sampai unur tersebut di atas atau mungkin pembentukan inti penulangan terlambat. (7) Bayi dilahirkan dalam keadaan hidup dan bernapas Untuk mengetahui apakah bayi yang dilahirkan benar-benar hidup, hal ini dapat diketahui melalui pemeriksaan terhadap tiga fungsi utama organ tubuh manusia yaitu respirasi, sirkulasi dan aktivitas otak.Terdapat beberapa pemeriksaan yang harus dilakaukan bagi menentukan bayi sudah bernapas atau tidak 1. Rongga dada yang telah mengembang, pada pemeriksaan didapati diafragma yang letaknya rendah, setinggi iga ke-5 atau ke-6. Pada bayi yang telah bernapas, paru tampak mengembang dan telah mengisi sebagian besar rongga dada. Tertelannya udara (yang menyertai pernapasan) mangakibatkan telinga tengah dan saluran pencernaan mengandung udara. 2. Gambaran makroskopis paru Paru-paru bayi yang sudah bernapas (sudah teraerasikan) berwarna merah muda tidak homogen tetapi berupa bercak-bercak (mottled) dan menunjukkan gambaran mozaik berupa daerah-daerah poligonal yang berwarna lebih muda dan menimbul di atas permukaan berselangseling dengan yang berwarna lebih tua dan kurang menimbul. Gambaran tersebut tampak jelas pada tepi lobus paru. Tepi-tepi paru tumpul. Paru-paru bayi yang belum bernapas (belum teraerasikan) berwarna merah hitam seperti warna hati bayi, homogen, tidak menunjukkan gambaran mozaik dan tepi-tepinya tajam. Kadang-kadang tampak guratan-guratan yang membentuk pola daerah-daerah poligonal pada permukaan paru. Warna daerah-daerah yang poligonal itu tidak berbeda satu sama lain dan juga tidak berbeda dengan warna paru di bagian lainnya. Uji apung paru positif yang membuktikan telah terdapatnya udara dalam alveoli paru. Dengan cara mengeluarkan seluruh alat rongga dada kemudian dimasukkan dalam air, dan memperhatikan apakah kedua paru terapung. Kemudian dilanjutkan dengn mengapungkan paru kanan dan kiri secara tersendiri. Dan lobus paru dipisah dan diapungkan diair. Selanjutnya

EMERGENCY MEDICINE II

[PBL I _ BLOK 30]

membuat 5 potongan kecil ( 5 mm x 10 mm x 10 mm) dari masing-masing lobus dan diapungkan kembali. Pada paru yang telah mengalami pembusukan, potongan kecil dari paru dapat mengapung sekalipun paru belum pernah bernapas. Hal ini disebabkan oleh pengumpulan gas pembusukan pada jaringan interstisial paru, yang dengan menekan potongan paru yang bersangkutan antara 2 karton, gas pembusukan dapat didesak keluar. Uji apung paru dinyatakan positif bila potongan paru yang telah ditekan antara dua karton sebagian besar masih tetap mengapung. Penekanan tersebut bertujuan untuk menyingkirkan gas pembusukan dan tidal air, yang terdapat dalam jaringan intertisial paru-paru yang membusuk. Namun, bila paru tersebut sudah mebusuk sekali, alveoli sudah pecah atau menjadi pecah pada penekanan, maka residual air tersingkirkan sehingga jaringan paru akan tenggelam. Dengan demikian bayi yang telah bernapas dapat dinilai sebagai belum bernapas setelah dilahirkan. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa pada hasil uji apung paru yang negatif tidak dapat dibuat kesimpulan bahwa bayi pasti belum bernapas. Bila uji apung paru negatif, hanya dapat dibuat kesimpulan bayi mungkin belum bernapas. Kepastian bahwa bayi belum bernapas baru diperoleh setelah dipadu dengan tidak ditemukannya gambaran mozaik pada permukaan paru dan tidak ditemukannya gambaran histologik yang khas untuk paru-paru yang belum mengalami aerasi, yakni crumpled sac alveoli atau karusselalveolen. Pada pemeriksaan mikroskopik akan tampak jaringan paru dengan alveoli yang telah terbuka dengan dinding alveoli yang tipis. Cara pengambilan jaringan untuk pemeriksaan mikrosopis, yaitu dengan memasukkan seluruh paru kanan ke dalam formalin netral 10%. Setelah kira-kira 12 jam dibuat beberapa irisan melintang pada paru untuk memungkinkan fiksatif meresap dengan baik ke dalamnya. Setelah difiksasi selama 48 jam diambil potongan-potongan melintang dari ketiga lobus dengan menggunakan scalpel yang tajam atau pisau silet. juga dari sisa paru kiri diambil beberapa potongan jaringan. Biasanya digunakan pewarnaan hematoksilin eosin, namun untuk paru yang sudah membusuk , Reh (34) menganjurkan pewarnaan cara Gomori, tatapi dapat pula dilakukan dengan pewarnaan cara Ladewig yang lebih murah. Dengan pewarnaan cara Gomori, ruang kosong akibat gas pembusukan atau akibat aerasi dapat dibedakan, karena serabut-serabut retikulin yang terdapt pada septa alveoli relatif resisten terhadap pembusukan. Pada pembusukan, ruang kosong menunjukkan batas yang tidak rata

EMERGENCY MEDICINE II

[PBL I _ BLOK 30]

karena tidak dibatasi oleh serabut retikulin yang tegang, sebaliknya pada ruang kosong akibat aerasi, menunujukkan batas yang rata dimanan tampak serabut yang tegang. Di sini sukar untuk menentukan, apakah anak bernapas pada waktu sebelum atau sesudah dilahirkan. Ada kalanya anak masih dalam kandungan sudah bernapas dan menangis, vagitus uterinus/vaginalis. Dimana apabila selaput ketuban pecah dan air ketuban keluar, sehingga terjadi hubungan antara dunia luar dengan anak dalam kandungan. Pada saat yang singkat ini, udara terisap oleh anak, anak benapas kemudian menangis. Bila rahim berkontraksi kembali, vagitus uterinus tidak terjadi lagi. Bayi dilahirkan dalam keadaan still born atau dead born Still born adalah jika bayi dilahirkan setelah melewati usia kehamilan 28 minggu dan setelah dilahirkan tidak pernah menunjukkan adanya tanda kehidupan. Karena bayi berada dalam lingkungan steril maka proses pembusukan dimulai dari permukaan kulit menuju ke jaringan yang lebih dalam. Dead born adalah bayi yang meninggal dalam uterus dan setelah dilahirkan menunjukkan : Tanda-tanda rigor mortis saat dilahirkan Tanda-tanda maserasi yaitu proses otolisis yang aseptic dimana bayi berada dalam uterus 3-4 hari setelah meninggal. Mayat menjadi lunak, kempis dan mengeluarkan bau busuk. Pada kulit terdapat lepuhan yang berisi cairan serosa dan kulit bewarna merah. Jaringan tubuh membengkak dan sutura pada tulang tengkorak terpisah. Tali pusat bewarna merah, lunak dan tebal. Mumifikasi akibat berkurangnya aliran darah ke jaringan terutama jika cairan amnion sudah sangat berkurang dan tidak ada udara yang masuk ke dalam uterus. Janin menjadi kering dan menyusut. Bayi yang dilahirkan hidup dan penentuan berapa lama bayi itu hidup Terdapat beberapa pemeriksaan medis yang harus dilakukan melalui autopsi untuk menentukan berapa lama bayi tersebut telah hidup sebelum dibunuh seperti : 1. Perubahan pada kulit ( Kulit bayi baru lahir bewarna merah terang disertai lapisan verniks kaseosa yang terdapat pada lipat paha, ketiak, dan leher. Verniks kaseosa ini baru

10

EMERGENCY MEDICINE II

[PBL I _ BLOK 30]

bisa hilang jika dibersihkan dalam waktu 2 hari. Warna kulit menjadi lebih gelap pada hari ke-2 dan ke-3 akhirnya berubah menjadi bewarna merah bata san sedikit kuning. Warna kulit normal akan tampak dalam waktu 1 minggu. 2. Perubahan pada kaput suksedaneum dimana pada proses persalinan jaringan kulit kepala bayi mengalami pembengkakan yang berisi cairan darah atau lebih sering berisi serum. Pembengkakan ini akan hilang setelah 1 hingga 3 hari. 3. Perubahan pada usus besar dan lambung dimana jika terdapat udara di dalam usus besar, berarti bayi telah hidup beberapa jam. Jika lambung berisi udara, berarti bayi telah hidup selama satu hari. 4. Perubaan pada mekonium, jika meckonium telah hilang sama sekali, berarti bayi sudah hidup selama 4 hari. 5. Perubahan pada cephal hematom yaitu bila menghilang, berarti bayi tersebut telah hidup selama 8-14 hari 6. Perubahan pada tali pusat a. Bekuan darah pada bekas potongan : setelah 2 jam b. Tali pusat mulai kering masih menempel pada bayi : 12-14 jam c. Peradangan sekitar tali pusat bayi : 36-48 jam d. Tali pusat terlepas dari bayi : 5-8 hari e. Luka menyembuh atau pembentukan jaringan parut : 8-12 hari

III.

Pemeriksaan bayi dan interpretasi

Pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu terhadap anak kandungnya pada saat lahir atau tidak lama kemudian karena takut ketahuan telah melahirkan anak. Dengan demikian, persyaratan yg harus dipenuhi dalam kasus pembunuhan anak : Pelaku : ibu kandung Korban : anak kandung Alasan : takut ketahuan telah melahirkan anak Waktu : pada waktu melahirkan atau beberapa saat setelah melahirkan

11

EMERGENCY MEDICINE II

[PBL I _ BLOK 30]

Bayi lahir hidup : Ialah bila setelah bayi terpisah lengkap dari si ibu, menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti jantung yang aktif, pernapasan, pergerakan anggota tubuh, menangis dan sebagainya. Bayi lahir mati : Ialah keadaan bila setelah bayi terpisah lengkap/sama sekali dari si ibu tidak bernafas ataupun menunjukkan tanda-tanda kehidupan lain. Tanda-tanda kehidupan : 1. Pernapasan : a. Paru mengembang. b. Udara dlm lambung atau usus 2. Menangis 3. Pergerakan otot 4. Sirkulasi darah & denyut jantung serta perubahan 5. Hb. 6. Isi usus 7. Keadaan tali pusat. Pernapasan Pernapasan spontan terjadi akibat rangsangan atmosfer & adanya gangguan sirculasi placenta, dan ini menimbulkan perubahan penting yg permanen pada paru. Pernapasan dapat terjadi dalam vagina (vagitus vaginae) atau bernafas dalam uterus (vagitus uterinus). Berat jenis paru sebelum pernapasan 1,04 1,05. Karena itu tenggelam dlm air. Paru akan mengapung bila berta jenisnya kurang dari 1,00 dan hal ini dpt terjadi akibat pernafasan artificial inflation atau pembusukan. Untuk membedakannya dilakukan test hydrostatik (docimasia hydrostatika pulmonum). Percobaan Apung Paru Paru-paru bersama dengan jantung & thymus diambil sebagai kesatuan kemudian diapungkan ke dalam air. Bila masih mengapung maka paru kanan & kiri dipisahkan kemudian

12

EMERGENCY MEDICINE II

[PBL I _ BLOK 30]

masing-masing diapungkan juga. Bila masih mengapung maka diambil dari masing-masing lobus dari diapungkan ke dalam air. Bila masih mengapung maka diambil lagi bagian kecil yang masih mengandung beberapa alveoli kemudian ditaruh diantara 2 kasa & dilakukan penekanan terhadapnya dengan beban berat tubuh pemeriksa dan diapungkan lagi. Bila hal ini masih mengapung berarti test apung paru positif. Berarti bayi lahir pernah bernafas, karena masih ada udara residu dalam alveoli akibat pernafasan.

Penilaian terhadap percobaan apung paru 1. Bila percobaan apung positif : sudah pernah bernafas. 2. Bila percobaan apung negatif : Belum pernah bernafas Pernafasan lemah & udara diresorbsi kembali.

13

EMERGENCY MEDICINE II

[PBL I _ BLOK 30]

Atelectase Pneumonia

Menangis Bernafas dapat terjadi tanpa menangis, tetapi menangis tidak dapat terjadi tanpa bernafas. Suara tangis yg terdengar belum berarti bayi tersebut lahir hidup karena tangisan dapat terjadi dalam uterus atau dalam vagina. Yang merangsang bayi menangis dlm uterus adalah : Masuknya udara dlm uterus. Kadar oksigen dlm drh menurun & atau kadar CO2 dlm darah meningkat. Pergerakan otot Keadaan ini harus disaksikan oleh saksi mata, karena post mortem tidak dapat dibuktikan. Kaku jenasah dapat terjadi pada bayi yang lahir hidup kemudian mati maupun yang lahir mati. Peredaran darah, denyut jantung & perubahan pada hemoglobin Meliputi bukti fungsional & bukti anatomic : Bukti fungsional : denyut tali pusat & detak jantung (harus ada saksi mata). Bukti anatomis : perubahan2 pada Hb, dalam duktus arteriosus. Pada foramen ovale dan dalam duktus venous (cab. vena umbilicalis & langsung masuk vena cava inferior) Bila ada yg menyaksikan denyut tali pusat atau detak jantung pd bayi yg sudah terlahir lengkap, maka ini merupakan bukti suatu kelahiran hidup. Foramen ovale tertutup bila telah terjadi pernafasan dan sirculasi ( 1 hari sampai beberapa minggu) Peredaran darah, denyut jantung & perubahan pada hemoglobin : Ductus arterious perlahan-lahan menjadi jaringan ikat (paling cepat dalam 24 jam). Ductus venosus menutup dlm 2 3 hr sampai beberapa minggu. Perubahan pada Hb (Barcrofft) : Waktu lahir : Hb 20 %, 80 % Foetal Hb, Erythrocyt 6,2 juta.

14

EMERGENCY MEDICINE II

[PBL I _ BLOK 30]

Hari ke 8 : Hb 18 %, foetal Hb menurun, Erytrocyt 5,4 juta. Bulan ke 3 : foetal Hb 7 8 % Bulan ke 6 : foetal Hb habis.

Foetal Hb dan adult Hb berbeda dalam hal : Selubility Bentuk Sifat isoelektrik Spectrogram Inti sel darah merah hilang setelah 24 jam

Isi usus & lambung Bila dalam lambung bayi ditemukan benda asing yang hanya dapat masuk akibat reflek menelan, maka ini merupakan bukti kehidupan (lahir hidup). Udara dalam lambung dan usus dapat terjadi akibat pernafasan wajar, pernafasan buatan atau tertelan. Cara pemeriksaan : Oesophagus diikat, dikeluarkan bersama lambung yg diikat pada jejunum pertama, kemudian dimasukkan ke dalam air. Makin jauh udara masuk ke dalam usus, makin kuat dugaan adanya pernafasan. Keadaan tali pusat Yang harus diperhatikan pada tali pusat adalah : Ada atau tidak adanya denyut tali pusat setelah kelahiran. Pengeringan tali pusat, letak & sifat ikatan, bagaimana tali pusat itu diputus (secara tajam atau tumpul ) 18 24 jam post natal : pengeringan tali pusat di daerah melekatnya tali pusat pada dinding abdomen. 30-36 jam post natal : kemerahan melingkari pusat 5 8 hari post natal : tali pusat terlepas. 10 12 hari post natal : penyembuhan tempat bekas melekatnya tali pusat pada dinding abdomen.

15

EMERGENCY MEDICINE II

[PBL I _ BLOK 30]

Keadaan kulit Tidak satupun keadaan kulit yang dapat membuktikan adanya kehidupan setelah bayi lahir. Tanda yang dapat memastikan bahwa bayi tersebut tidak lahir hidup : Maceration terjadi bila bayi sudah mati in utero beberapa hari (8 - 10 hr). Harus dibedakan dgn proses pembusukan : pd maceration tdk terbentuk gas krn terjadi secara steril. Bila bayi yg mengalami macerasi dibiarkan dlm udara terbuka akan mengalami proses pembusukan biasa. Bayi yang mati waktu dilahirkan belum sempat kemasukan bakteri dalam paru atau GI tractnya, sehingga proses pembusukan terjadi lambat, seringkali terjadi mummifikasi. Bukti kematian dalam kandungan Adanya ante partum rigor mortis sering menimbulkan kesulitan waktu melahirkan. Maceration dengan ciri-ciri : IV. Warna merah kecoklatan (pada pembusukan warnanya hijau) Kutikula putih, sering membentuk bula berisi cairan kemerahan. Tulang2 lentur & lepas dari jaringan lunak. Tidak ada gas, baunya khas.

Pemeriksaan Ibu dan interpretasi

Pada tindak pidana Pembunuhan Anak Sendiri, terdapat tiga unsur yang khas, yaitu pelaku adalah ibu kandung dari bayi yang bersangkutan, pembunuhan dilakukan dalam tenggang waktu tertentu dan si ibu dalam keadaan kejiwaan takut akan ketahuan bahwa ia melahirkan anak. Ibu kandung Hanya seorang ibu kandung yang dapat dipidana karena melakukan pembunuhan anak sendiri (kinderdoodslag) ataupun pembunuhan anak sendiri yang direncanakan (kindermoord). Seorang ayah yang membunuh anaknya pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian, karena takut akan ketahuan bahwa karenanya telah lahir anak itu, akan dipidana karena melakukan pembunuhan

16

EMERGENCY MEDICINE II

[PBL I _ BLOK 30]

(KUHP pasal 338) atau pembunuhan dengan rencana (KUHP pasal 340). Tidak dipermasalahkan, apakah wanita terdakwa tersebut mempunyai suami atau tidak, dan apakah anak itu didapat didalam perkawinan atau diluar perkawinan. Tenggang waktu Apa yang dimaksud dengan perkataan pada saat atau tidak lama setelah dilahirkan, undangundang tidak memberikan tafsiran otentik.Undang-undang menetapkan tenggang waktu pada saat dilahirkan hingga tidak lama kemudian. Dari uraian tersebut d atas, dapatlah disimpulkan bahwa pengertian pada saat bayi dilahirkan sebagaimana tercantum dalam KUHP adalah saat keluarnya bayi dari kandungan sampai dengan saat keluarnya placenta yang mana pada kelahiran normal proses ini berlangsung dalam waktu kurang lebih 15-20 menit. Namun, ukuran ini tidaklah mutlak. Dalam hal ibu kandung membunuh anaknya setelah batas waktu tidak lama kemudian, maka ia dapat dipidana karena melakukan pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana. Undang-undang tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan tidak lama kemudian, tidak ditentukan berapa menit, jam, atau hari setelah kelahiran. Hendaknya tidak lama kemudian diartikan sebagai selama bayi baru lahir itu belum dirawat. Dengan perkataan lain selama bayi tersebut masih dalam keadaan seperti pada saat ia meninggalkan jalan lahir. Tubuh yang masih berlumuran darah serta tali pusat yang belum diikat dan dipisahkan dari uri menunjukkan bayi tersebut belum dirawat. Keadaan kejiwaan si ibu Keadaan kejiwaan takut akan ketahuan ia melahirkan anak, mendorong si ibu untuk melakukan pembunuhan terhadap anaknya pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian. Unsur kejiwaan inilah yang merupakan alasan yang mendasari ditentukannya hukuman yang lebih ringan (dibandingkan dengan pidana pembunuan biasa) pada tindak pidana Pembunuhan Anka Sendiri. Tidak dipersoalkan hal apa yang menyebabkan rasa takut ketahuan melahirkan anak itu, apakah karena melahirkan anak haram atau karena hal lain. Syarat takut ketahuan sudah terpenuhi bila si ibu mempunyai alasan untuk merahasiakan kelahiran anak tersebut.

17

EMERGENCY MEDICINE II

[PBL I _ BLOK 30]

Bila keputusan untuk membunuh anak telah diambil sebelum anak dilahirkan, maka si ibu diancam dengan pidana telah melakukan Pembunuhan Anak Sendiri dengan rencana (pasal 342 KUHP). Tidak dipermasalahkan jangka waktu antar saat pengambilan keputusan dengan saat pelaksanaan PAS itu. Sekalipun jangka waktu tersebut sangat pendek, pembunuhan anak itu tetap dianggap sebagai pembunuhan anak sendiri dengan rencana. Menyembunyikan kelahiran dan kematian anak Pasal 181 : Barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau kelahirannya, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lirna ratus rupiah. Dalam hal terbukti bayi lahir mati atau tidak dapat dibuktikan (karena mayat sudah sangat busuk atau tidak terdapatnya alat bukti lain), atau terbukti bayi lahir hidup, tetapi tidak lama kemudian meninggal karena sebab yang wajar serta tidak terbukti bahwa si ibu dengan sengaja meninggalkan anaknya itu, maka pidana penjara atau denda karena menyembunyikan kelahiran dan kematian anaknya dapat dijatuhkan kepada yang bersangkutan. Tindak pidana lain yang menyangkut anak yang baru dilahirkan Pasal 308 Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang tentang kelahiran anaknya, tidak lama sesudah melahirkan, menempatkan anaknya untuk ditemukan atau meninggalkannya dengan maksud untuk melepaskan diri daripadanya, maka maksimum pidana tersebut dalam pasal 305 dan 306 dikurangi separuh. Pasal 305 Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun untuk ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan diri daripadanya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

18

EMERGENCY MEDICINE II

[PBL I _ BLOK 30]

Pasal 306 1. Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancamdengan pidana penjara paling lama tujuh tahun enam bulan. 2. Jika mengakibatkan kematian pidana penjara paling lama sembilan tahun.

Terdorong oleh rasa takut akan ketahuan bahwa ia telah melahirkan anak, seorang ibu mungkin tidak membunuh anaknya yang baru dilahirkannya, tetapi menempatkannya di suatu tempat untuk ditemukan oleh seseorang atau meninggalkannya dengan maksud untuk melepaskan diri daripadanya. Bila perbuatan si ibu tidak menimbulkan luka berat pada bayinya, maka ia diancam dengan pidana maksimal 2 tahun 9 bulan (separuh dari 5 tahun 6 bulan). Bila si bayi mengalami luka berat, ancaman pidana menjadi maksimal 3 tahun 9 bulan (separuh dari 9 tahun). V. Pemeriksaan Penunjang

VI.

Visum et Repertum

VII.

Kesimpulan

19

EMERGENCY MEDICINE II

[PBL I _ BLOK 30]

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

20

EMERGENCY MEDICINE II

[PBL I _ BLOK 30]

1. Herlambang, Penggalih Mahardika. Mekanisme Biomolekuler Luka Memar. 2010. Available at: http://sibermedik.files.wordpress.com/2008/10/biomol-memar_rev.pdf. 2. Wales J. Visum et Repertum. 2010. Available at : http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Visum_Et_Repertum. [cited : 04 Juni 2010]. 3. Dahlan, Sofwan. Pembuatan Visum Et Repertum. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang : 2003. 4. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Luka Dalam. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004. 5. Dahlan, Sofwan. Traumatologi Dalam. Ilmu Kedokteran Forensik.. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang; 2004. h. 67-91. 6. Budiyanto, Arif. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 1997. H. 37-54. 7. Idries, Abdul Mun'im. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta; Binarupa Aksara. 1997. h. 85-129. 8. Satyo, Alfred C. Sejarah Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi II. Cetakan III. Penerbit dan Percetakan Medan, Sumatra Utara. 2004; h. 7-10. 9. Satyo, Alfred C. Kumpulan Peraturan Perundang-undangan dan Profesi Dokter. Edisi II. Cetakan II. Penerbit dan Percetakan Medan, Sumatra Utara. 2004; h. 21- 34. 10. Redaksi Bumi Aksara. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Lengkap. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara. 2001. h. 57.

21

Anda mungkin juga menyukai