Anda di halaman 1dari 22

BASALIOMA

PENDAHULUAN Tumor ganas merupakan hal yang lazim terjadi di beberapa Negara, dan dari tahun ke tahun jumlahnya terus meningkat. Tumor ganas biasanya memperlihatkan struktur yang tidak teratur. Sel-selnya sering menunjukkan struktur yang tidak normal. Jenis tumor ganas kulit yang sering dijumpai di seluruh dunia ialah : karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa dan melanoma maligna.(1,2,3) Basalioma merupakan suatu tumor ganas kulit yang berasal dari pertumbuhan neoplastik sel basal epidermis dan apendiks kulit, berkembang lambat, invasif dan mengadakan destruksi lokal. Tumor ini jarang bermetastase dan umumnya tidak menyebabkan kematian.(1,4) Predileksinya terutama pada kepala, wajah, dan leher. Penderita umumnya berusia 40-70 tahun, pria lebih banyak daripada wanita.(1,3,4,5) Gambaran klinisnya bervariasi, dibagi menjadi 5 bentuk yaitu : nodulo-ulseratif, berpigmen, morfea/fibrosing, superfisial dan fibroepitelial. Diagnosis dibuat berdasarkan pemeriksaan klinis dan biopsy kulit.(6,7) Penatalaksanaan basalioma meliputi : bedah eksisi, kuretase, radioterapi, bedah beku, terapi medikamentosa dan bedah mikrografik Mohs.(1,6.7) Prognosisnya cukup baik, biasanya memberikan angka kesembuhan sekitar 95%. Dijumpai angka kekambuhan 5 tahun pada metode kuretase dan eletrodesikasi; bedah eksisi; radioterapi; bedah beku; bedah mikrografik mohs masing-masing sebesar 7,7%; 10,1%; 8,7%; 7,5%; 1%.(1,4)

DEFINISI Basalioma merupakan suatu tumor ganas kulit yang berasal dari pertumbuhan neoplastik sel basal epidermis dan apendiks kulit, berkembang lambat, invasif dan mengadakan destruksi lokal. Tumor ini jarang bermetastase dan umumnya tidak menyebabkan kematian.(1,4)

SINONIM Beberapa sinonim dikenal antara lain : Basal Cell Epithelioma (BCE), Ulkus Rodens, Ulkus Jacob, Tumor Komprecher, Basal Cell Carsinoma (BCC).(1,2,5)

EPIDEMIOLOGI Tumor ini lebih banyak dijumpai pada orang kulit putih dan relatif jarang pada orang berkulit gelap. Pada pria lebih banyak daripada wanita, terutama dijumpai pada usia 40-70 tahun. Basalioma dapat juga terjadi pada dewasa muda dan anak-anak.(1,3,4) KSB dapat juga terjadi pada dewasa muda dan anak anak, dimana biasanya menyertai sindroma sel basal nevoid, nevus sebaseus, xeroderma pigmentosum, nevus sel basal linier unilateral, dan sindroma bazex, dan kadang kadang dapat pula timbul pada kulit yang sebelumnnya tidak menunjukkan kelainan (de novo). (1)

ETIOLOGI Penyebab dari karsinoma sel basal yang pasti belum diketahui, diduga paparan sinar matahari berperan penting, disamping faktor faktor lain seperti radiasi sinar X, senyawa kimia arsen, trauma dan ulkus kronik. (1)

Kemungkinan berkaitan dengan beberapa faktor berikut : a. Faktor luar, yang terdiri dari : Faktor fisik Sinar UV : studi epidemiologi menunjukkan sinar UV merupakan karsinogen terpenting untuk karsinoma kulit, terutama sinar UV dengan panjang gelombang 290-320 nm.(2,3) Radiasi : pasien yang mendapat radioterapi setelah bertahun-tahun sebagian kecil dapat menderita karsinoma kulit di area yang diradiasi. (2,3) Tukak kronik, fistel yang lama tidak sembuh dan jaringan parut luka bakar setelah bertahun-tahun dapat timbul perubahan kearah keganasan. (2,3) Faktor kimia, misalnya senyawa arsen, ter, dan aspal. (2,3) Faktor virus : virus yang mempunyai inti DNA akan mengakibatkan tumor jinak sedangkan virus dengan inti RNA akan menyebabkan tumor ganas. (2,3) b. Faktor dalam Faktor dalam meliputi : genetik, imunologi, ras, dan jenis kelamin. Faktor genetik misalnya pada xeroderma pigmentosum.(2,3)

Faktor predisposisinya ialah faktor lingkungan dan genetik. Faktor lingkungan ialah radiasi, bahan kimia (arsen), pekerjaan tertentu yang banyak terkena sinar matahari (misalnya nelayan, petani) ; adanya trauma (luka bakar, ulkus sikatrik). Faktor genetik misalnya xeroderma pigmentosum, albinisme.(2)

PATOGENESIS Patogenesis basalioma melibatkan pancaran ultra violet, terutama ultra violet B dengan panjang gelombang 290-320 nm, yang menginduksi mutasi gen supresor tumor. Beberapa studi mengatakan bahwa mereka yang terkena sinar yang berulang memiliki resiko tinggi dibandingkan mereka yang terkena paparan sinar akibat pekerjaan. Ini menunjukkan bahwa pancaran sinar UV yang lama, dalam beberpa bulan atau tahun memberikan efek yang merugikan dalam jangka panjang. (6) Radiasi sinar ultraviolet adalah penyebab paling umum dari kanker kulit baik yang melanoma maupun yang non melanoma. Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh binatang, sinar ultraviolet dengan panjang gelombang yang paling efektif adalah UVB. Hal ini disebabkan oleh karena kemampuan dari UVB itu sendiri untuk menembus kedalam lapisan ozon dan juga startum korneum yang akhirnya akan diabsorbsi oleh DNA. Langkah pertama dari proses karsinogenik ini adalah penginduksian DNA oleh photon UVB. Photon UVB ini biasanya akan diabsorbsi pada 5 6 ikatan dobel dari pyrimidine, yang akan menyebabkan terbukanya ikatan tersebut. Sebagai hasilnya akan terbentuk cyclobutane dimmer atau pyrimidine-pyrimidone photoproduct. Keduanya menyebabkan struktur DNA yang abnormal. (6) Pada saat terjadi replikasi DNA, DNA polymerase sering salah memasukkan cytosine yang telah rusak berseberangan dengan thymine. Mutasi ini muncul hanya apabila cytosine berada berseberangan dengan thymine atau dengan cytosine yang lain, yang merefleksikan sisi spesifik dimana photoproduct UV muncul. Dua gen yang secara normal dapat mencegah terjadinya kanker akan tetapi menjadi tidak aktif pada kanker kulit adalah PTCH dan P53. PTCH yang merupakan komponen dari jalur signal seluler, bermutasi pada sekitar 90% dari BCC. Sedangkan P53 yang mengkode regulator dari siklus sel dan kematian sel bermutasi bermutasi pada sekitar setengah dari BCC dan lebih dari 90% SCC. (6) Aspek terpenting dari basalioma adalah bahwa kanker kulit ini terdiri dari sel tumor epitelial berasal dari sel primitif selubung akar rambut sementara komponen stroma menyerupai lapisan papilaris dermis dan terdiri dari kolagen, fibroblast dan subtansia dasar yang sebagian besar berupa berbagai jenis glukosa aminoglikans (GAGs). Kedua komponen ini saling ketergantungan sehingga tidak bisa berkembang tanpa komponen yang lainnya. Hubungan ketergantungan ini sifatnya sangat unik, hal inilah yang dapat menjelaskan mengapa basalioma

sangat jarang bermetastase dan mengapa pertumbuhan basalioma pada kultur sel dan jaringan sangat sulit terjadi. Hal ini dikarenakan bolus metastase yang besar dengan komponen sel dan stroma didalamnya sulit memasuki sistem limfatik ataupun sistem vaskular. Dan inilah yang membedakan antara basalioma dengan melanoma maligna dan karsinoma sel skuamosa yang keduanya sering mengadakan metastase. (6) Dianggap berasal dari sel-sel pluripotensial (sel yang dapat berubah menjadi sel-sel lain) yang ada pada stratum basalis epidermis atau lapisan folikuler. Sel ini diproduksi sepanjang hidup kita dan membentuk kelenjar sebasea dan apokrin. Tumor tumbuh dari epidermis dan muncul dibagian luar selubung akar rambut, khususnya dan stem sel folikel rambut, tepat dibawah duktus glandula sebasea. (6) Sinar ultraviolet menginduksi mutasi pada gen suppressor tumor p53, yang terletak pada kromosom 17p. Sebagai tambahan mutasi gen suppressor tumor pada lokus 9q22 yang menyebabkan sindrom nevoid basalioma, suatu keadaan autosomal dominan ditandai dengan timbulnya basalioma secara dini. Mutasi pada gen supresi tumor p53 ditemukan dalam hampir 50% kasus karsinoma sel basal secara sporadik. Kebanyakan dari mutasi ini adalah translasi dari C T dan CC TT pada susunan dipyrimidine, yang merupakaan mutasi khas yang mengindikasikan bahwa adanya paparan terhadap radiasi ultraviolet B. Akhir-akhir ini terdapat nukleus -catenin yang menunjukkkan hubungannya dengan peningkatan proliferasi sel tumor. Fungsi spesifik dari gen-gen ini masih belum diketahui. (6) Faktor lain yang terlibat dalam patogenesis basalioma adalah paparan ion radiasi dan perubahan dari imunitas. Peran sistem imun dalan petogenesis kanker kulit masih belum di mengerti sepenuhnya. Pasien dengan penurunan imunitas misalnya penderita limfoma atau leukemia dan pasien yang menerima organ transpantasi dapat meningkatkan insidensi karsinoma sel skuomous dan hanya sedikit yang meningkatkan insidensi basalioma.(6)

GEJALA KLINIS Predileksinya terutama pada bagian kepala, wajah (pipi, dahi, hidung, lipat nasolabial, daerah periorbital, mulut) dan leher. Meskipun jarang dapat pula dijumpai pada lengan, tangan, badan, tungkai, kaki, dan kulit kepala yang bersifat invasif, jarang mempunyai metastasis. Dapat merusak jaringan di sekitarnya, malah dapat sampai ke tulang, serta cenderung untuk residif lebih-lebih bila pengobatan tidak adekuat. (1,2,3,4,5) Gambaran klinis basalioma bervariasi, Lever membagi basalioma menjadi 5 bentuk: 1. Nodulo ulceratif (ulkus rodens) Merupakan jenis yang paling sering dijumpai. Paling sering mengenai wajah, terutama pipi, lipat nasolabial, dahi dan tepi kelopak mata. Pada tahap permulaan sangat sulit ditentukan karena dapat berwarna seperti kulit normal atau menyerupai kutil. Pada awalnya tampak papul atau nodul kecil, transparan seperti mutiara, berdiameter kurang dari 2 cm, dengan tepi meninggi. Permukaannya tampak mengkilat, sering dijumpai adanya telangiektasis dan kadang kadang dengan skuama yang halus atau krusta tipis. Lesi membesar secara perlahan dan suatu saat bagian tengah menjadi cekung, meninggalkan tepi yang meninggi dan keras. Jika terabaikan lesi ini akan mengalami ulserasi (ulkus rodens) dengan destruksi jaringan di sekitarnya.(1,2,3,4,6,7) 2. Tipe berpigmen Merupakan sub tipe dari nodulo ulceratif, bedanya pada jenis ini berwarna coklat atau hitam berbintikbintik atau homogen, yang secara klinis dapat menyerupai melanoma.(1,6,7) 3. Tipe morfea / fibrosing / sklerosing Biasanya terjadi pada kepala dan leher. Lesi tampak sebagai plak sklerotik yang cekung, berwarna putih kekuningan dan batas tidak jelas. Lesi tampak sebagai bercak sklerodermatosa. Pertumbuhan perifer diikuti oleh perluasan sklerosis di tengahnya.(1,6) 4. Tipe superfisial Lesi biasanya multipel, mengenai badan. Secara klinis tampak sebagai plak transparan, eritematosa sampai berpigmen terang, berbentuk oval sampai ireguler dengan tepi berbatas tegas, sedikit meninggi, seperti benang atau kawat. Biasanya dihubungkan dengan ingesti arsenik kronis.(1,6)

5. Tipe fibroepitelial Paling sering terjadi pada punggung bawah. Secara klinis, lesi berupa papul kecil yang tidak bertangkai atau bertangkai pendek, dengan permukaan halus atau noduler, dengan warna yang bervariasi.(1,6) Disamping itu terdapat pula 3 sindroma klinis, yaitu: Sindroma epitelioma sel basal nevoid Dikenal pula sebagai sindrom Gorlin Goltz. Merupakan kelainan autosomal dominan dengan penetrasi yang bervariasi Merupakan kelainan autosomal dominan dengan penetrasi yang bervariasi, ditandai oleh 5 gejala mayor yaitu: 1. Karsinoma sel basal multipel yang terjadi pada usia muda. 2. Cekungan cekungan pada telapak tangan dan telapak kaki. 3. Kelainan pada tulang, terutama tulang rusuk. 4. Kista pada tulang rahang. 5. Kalsifikasi ektopik dan falks serebri dan struktur lainnya.(1) Disamping gejala mayor ini, dijumpai banyak kelainan sistem organ multipel yang berhubungan dengan sindrom ini. (1) Nervus sel basal unilateral linier Yang merupakan jenis yang sangat jarang dijumpai. Lesi berupa nodul dan komedo, dengan daerah atrofi bentuk striae, distribusi zosteriformis atau linier, unilateral. Lesi biasa dijumpai sejak lahir dan lesi ini tidak meluas dengan meningkatnya usia. (1) Sindroma Bazex Sindroma ini digambarkan pertama kalinya oleh bazex, diturunkan secara dominan, dengan ciri khas sebagai berikut: 1. Atrofoderma folikuler, yaitu ditandai oleh folikuler yang terbuka lebar, seperti ice pick marks terutama pada ekstremitas.

2. Epitelioma sel basal kecil, multipel pada wajah, biasanya timbul pertama kali pada saat remaja atau awal dewasa. Namun kadang kadang dapat juga timbul pada akhir masa anak anak. Disamping itu dapat dijumpai anhidrosis lokal atau hipohidrosis generalisata, hipotrikosis kongenital pada kulit kepala dan daerah lainnya. (1)

HISTOPATOLOGI Banyak gambaran patologi yang berbeda yang ditemukan pada basalioma, namun semuanya menunjukan proliferasi sel-sel dengan inti basofilik yang relatif besar dan sitoplasma yang tidak penuh.(1) Tipe Nodulo-ulseratif Menunjukan masa irregular dari sel-sel basaloid yang terletak dalam dermis, dengan selsel paling atas membentuk lapisan palisade ditepinya. Ciri khas, stroma disekelilingnya memperlihatkan reaksi fibrosa. Lesi-lesi ini dapat berdiferensiasi ke struktur yang mirip struktur imatur dari adneksa kulit (folikel rambut dan kelenjar kulit).(1) Tipe Berpigmen Pada tipe ini melanin tampak dalam stroma dan sel-sel tumor.(1) Tipe Sklerosing Gambaran yang menonjol adalah stroma fibrotik padat yang hanya mengandung sedikit sel tumor dalam bentuk untaian-untaian sempit.(1) Tipe Superfisial Masa sel-sel basaloid meluas ke dalam dermis superfisial, tetapi tetap berhubungan dengan epidermis diatasnya.(1)

Tipe Fibroepitelial Menunjukkan fibrosis stroma yang menonjol, dan tampak untaian-untaian anastomosis tipis yang panjang dari sel-sel basaloid yang meluas dari permukaan epidermis.(1)

DIAGNOSIS Diagnosis basalioma beradasarkan pemeriksaan klinis dan biopsi kulit. Dermoskopi juga membantu untuk basalioma tipe berpigmen. Dermoskopi adalah suatu metode non invasif yang memungkinkan dalam evaluasi warna dan struktur epidermis secara mikro (histologis) yang tidak bisa dilihat dengan mata biasa. Evaluasi penyebaran warna dari lesi dan struktur histologis dapat membedakan apakah lesi tersebut jinak atau ganas terutama pada lesi kulit berpigmen. Hal yang diperhatikan adalah ABCDE (asymmetry, irregular borders, multiple colors, diameter >6 mm, enlarging lesion), bila hal tersebut didapatkan pada lesi yang diperiksa, kemungkinan lesi tersebut bersifat ganas (karsinoma). (6,7)

DIAGNOSIS BANDING Adapun diagnosis banding dari basalioma adalah: 1. Karsinoma sel skuamosa Lesi berupa macula eritamatosa erosif, konsistensinya keras, tanpa krusta dan mirip kembang kol. Predileksinya lebih banyak pada daerah muka dan ekstremitas.(1,3,4) 2. Hiperplasia sebasea Biasanya lesi cekung dibagian tengah, tidak berdarah dan berkrusta.(4) 3. Melanoma maligna Lokalisasinya paling banyak di ekstremitas bawah, di daerah badan, leher, kepala, dan ekstremitas atas. Biasanya berasal dari nervi melanostik yang sudah ada.(2,5)

Tipe Nodulo ulseratif: Nevus pigmentosus papilomatosus Keratoakantoma Karsinoma sel skuamosa Dermatofibroma Silindroma Granuloma Tipe berpigmen: Melanoma maligna Dermatofibroma Keratosis seboroika Nevus pigmentosus(1) Tipe Morfea: Skleroderma sirkumskripta Dermatofibrosarkoma Sikatriks Tipe Superfisial: penyakit bowen Penyakit paget Superfisial spreading melanoma Keratosis aktinik Lupus eritematosus diskoid(1) Tipe Fibroepitelial: Keratosis seboroika Papiloma Fibroma Nevus(1)

10

PENATALAKSANAAN Terdapat banyak alternatif pengobatan pada KSB yaitu: 1. Kuretase dan elektrodesikasi. 2. Bedah eksisi. 3. Radioterapi 4. Bedah beku 5. Bedah mikrografik Mohs 6. Beberapa cara pengobatan baru meliputi : 5-fluorourasil yang dikombinasi dengan kuretase ringan; retinoat; interferon; terapi fotodinamik.(1) Tiap metode tersebut pada umumnya memberikan hasil penyembuhan yang hampir sama baiknya. Tiap klinik mempunyai cara pengobatan tertentu, sesuai fasilitas dan pengalaman masing-masing. Dalam memilih metode pengobatan yang tepat untuk karsinoma sel basal, perlu diperhatikan beberapa faktor berikut : 1. Faktor penderita a. Keadaan umum dan usia penderita b. Sosio-ekonomi penderita 2. Faktor tumor a. Lokasi dan hubungannya dengan jaringan sekitarnya (perlekatan dengan tulang rawan, tulang,daerah mata, dan bibir) b. Ukuran tumor c. Jenis histologi d. Riwayat tumor (rekurensi, pengobatan sebelumnya) e. Terjadinya metastasis 3. Faktor fasilitas a. Peralatan yang memadai b. Keahlian yang mengobati 4. Faktor metode yang akan digunakan a. Mempertimbangkan dan kemungkinan komplikasi yang terjadi, terutama daerah wajah.

11

b. Memilih metode yang telah dikuasai dengan angka kesembuhan yang tinggi. (1)

1. Bedah eksisi Yang sering menjadi indikasi bedah eksisi yaitu : Membuang ruam jinak atau ganas Untuk memastikan diagnosis secara histopatologik Membuang cacat kulit berupa kerut, parut, bekas luka operasi, trauma atau radiasi atau cacat bawaan lahir lainnya. (1) Eksisi merupakan cara terapi utama, batas eksisi harus berjarak 2-3cm dari tepi tumor, namun lesi di daerah wajah dan kepala sering kali menyangkut masalah pemulihan, penampilan dan fungsi pasca operasi. Batas insisi juga harus 1 cm dari tepi tumor.
(1,2,3,4,5,6,7)

Keuntungan : Penyembuhannya cepat dengan luka yang teratur dan kering. Dari segi kosmetik baik, memungkinkan pengambilan jaringan tumor secara menyeluruh dan dapat ditentukan batas eksisi dengan pemeriksaan histopatologi. Kerugian : Membutuhkan waktu. Biaya mahal. Memerlukan pengalaman yang luas. Pengambilan jaringan normal dapat berlebihan. (1)

2. Kuretase Indikasi: Kuretase dan elektrodesikasi berguna untuk karsinoma sel basal yang superfisial dan kecil. Karsinoma sel basal morfea sebaiknya tidak diobati dengan bedah listrik karena percabangan sukar diketahui. Juga karsinoma sel skuamosa sebaiknya tidak diobati dengan kuretase dan elektrodesikasi. (1)

12

Kuretase meninggalkan luka yang teratur dan kering sehingga tidak efektif untuk tumor primer yang luas atau residif.(1,6,7) Keuntungan : Tekniknya sederhana Meninggalkan luka yang teratur dan kering

Kerugian : Tidak efektif untuk tumor primer yang luas atau residif Tidak didapat konfirmasi batas tepi pembuangan jaringan yang adekuat. (1)

3. Radiologi Karsinoma kulit sensitif terhadap radioterapi, radioterapi saja dapat membawa kesembuhan, khususnya hasil radioterapi terhadap karsinoma sel basal. Angka kesembuhan karsinoma kulit stadium dini dapat mencapai 95% atau lebih. Terutama sesuai untuk lokasi ala nasi, pina, palpebra, kantus orbita, dan daerah yang bila dioperasi mudah terjadi deformasi. Radioterapi tidak dinajurkan untuk lesi dengan lokasi sulit.(1,3,5,6,7) Keuntungan : Bermanfaat pada daerah anatomis yang sulit diterapi dengan metode pembedahan. Bermanfaat bagi penderita dengan lesi yang luas yang tidak memungkinkan untuk dilakukan anastesi umum. Pada umumnya KSB sangat radiosensitif.

Kerugian : Memerlukan peralatan yang mahal. Memerlukan kunjungan yang berulang kali. Memberikan efek samping yang signifikan. (1)

13

4. Bedah Beku Terutama untuk karsinoma sel basal yang superfisial, dan berbagai jenis tumor yang superfisial. Bedah beku sesuai untuk lesi yang relatif kecil dan terlokalisasi dikulit. Bedah beku baik untuk basalioma superfisial.(1,6,7) Keuntungan : Tekniknya cepat Peralatan yang dibutuhkan sederhana. Tidak mempengaruhi syaraf, pembuluh darah besar, tulang rawan, dan sistem saluran air mata. Bermanfaat pada daerah tumor yang suit diterapkan dengan metode pengobatan lainnya, seperti kelopak mata. Dapat dikombinasi dengan metode lainnya, seperti kuretase. Dapat digunakan untuk pengobatan tumor yang luas bagi penderita rawat jalan.

Kerugian : Rasa nyeri dan edema Timbul bula, edema, dan lesi yang basah. Dapat terjadi hipopigmentasi. Batas tepi tumor perlu ditentukan terlebih dahulu. Resisten untuk jenis morfea atau jenis adenoid. (1)

5. Terapi medikamentosa Pada baslioma yang kecil dan superfisial, dapat digunakan olesan obat anti kanker lokal. Pada umumnya efektivitas metode ini dianggap tidak sehandal operasi, radioterapi, dan lain-lain. Oleh karena itu pemberian obat lokal harus hati-hati digunakan pada lesi yang lebih besar. Obat yang digunakan yaitu: cream imiquimod 5% dan 5 fluorouraci (5fu), bias digunakan untuk jangka panjang. Biasanya, 3x seminggu selama 6 minggu untuk basalioma superfisial. Pengobatan ini biasanya digunakan pada kasus yang multiple, rekurens dan orang tua.(1,2,6,7)

14

6. Bedah mikrografik Mohs Indikasi : Tumor yang berukuran lebih dari 2 cm Tumor yang dengan gambaran histologik dengan tipe agresif Tumor yang kambuh kembali Karsinoma sel basal dengan eksisi yang tidak sempurna Pasien dengan imunosupresi pasca transplantasi organ Tumor yang berpredileksi resiko tinggi termasuk mask area dari wajah, kulit kepala, periorbital, dan kelopak mata. (6) Reseksi hanya pada daerah tumor, sehingga dapat menghemat jaringan atau meminimalkan jaringan atau meminimalkan jaringan yang hilang. (1)

Keuntungan : Evaluasi histopatologi pada tepi irisan mendekati 100% dibandingkan dengan teknik seksi vertical tradisional. Dengan analisa tepi irisan yang lengkap dapat diketahui dan ditelusuri semua fokus-fokus tumor yang masih tertinggal. Reseksi hanya pada daerah tumor, sehingga dapat menghemat jaringan atau meminimalkan jaringan yang hilang. Kerugian : Memerlukan dokter dan petugas laboratorium histopatologi yang terlatih. Biayanya mahal. (1)

15

TINDAK LANJUT Dilakukan 2,6 dan 12 bulan setelah terapi, kemudian tiap 6-12 bulan selama sekurangkurangnya 5 tahun. (1)

PROGNOSA Pada pasien dengan stadium dini dan sedang umumnya dapat sembuh dengan radioterapi. Namun, pada stadium lanjut dengan metastasis kelenjar limfe regional hasil terapi relatif buruk.(2) Prognosisnya cukup baik, biasanya memberikan angka kesembuhan sekitar 95%. Dijumpai angka kekambuhan 5 tahun pada metode kuretase dan eletrodesikasi; bedah eksisi; radioterapi; bedah beku; bedah mikrografik mohs masing-masing sebesar 7,7%; 10,1%; 8,7%; 7,5%; 1%.(1,4) Pengobatan pada KSB rekurens adalah lebih sulit daripada KSB primer , dan angka kekambuhan setelah dilakukan prosedur yang kedua adalah tinggi. Pengobatan pilihan pada kasus ini adalah bedah mikrografik mohs yang member angka kekambuhan 5 tahun sebesar 5,6%; sedang bila dilakukan dengan cara lain sebesar 19,9%.(1)

16

LAMPIRAN

17

18

Gambar histologi kulit normal

19

Infiltrating non-sclerosing basal cell carcinoma (h&E, magnification x 200)

Infiltrating sclerosing basal cell carcinoma (h&E, magnification x 20)

20

Superficial basal cell carcinoma (h&E, magnification x 40)

Nodular basal cell carcinoma (h&E, magnification x 20)

21

DAFTAR PUSTAKA
1. Harahap M. Tumor-Tumor Kulit dan Bedah Kulit dalam Ilmu Penyakit Kulit. Jakarata : Hipokrates, 2000. Hal: 222-226, 318-322. 2. Djuanda A. Tumor Kulit dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Kelima. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Hal: 229-236. 3. Japaries W. Tumor Kulit, Jaringan Lunak dan Tulang dalam Buku Ajar Onkologi Klinis. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008. Hal 599-605 4. Siregar, RS. Karsinoma Sel Basal dalam Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Edisi 2. Jakarta : EGC. 2005. Hal: 286-288. 5. Graham-Brown Robin, Burns Tony. Karsinoma Sel Basal (KSB). Lectures Notes On Dermatology Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga; 2005. Hal 98-100. 6. Fitzpatrick TB, wolff K, Johnson RA. Basal Cell Carcinoma, Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7 th ed. New York : Mcgraw-Hill. 2008. Hal: 1036-1042. 7. J. Gawkrodger David. Malignant Epidermal Tumours. Dermatology An Illustrated Colour Text Third Edition. London: Churchill Livingstone; 2003. Hal 96-97. 8. Buxton, Paul, K. Basal Cell Carcinoma. ABC of Dermatology Fourth Edition. London: BMJ Books; 2003. Hal 61-67.

22

Anda mungkin juga menyukai