Anda di halaman 1dari 8

Muhammad Azmi Hakim (1102012170) LI 1. Memahami dan Menjelaskan Asam Basa LO 1.

1 Definisi Asam Basa Asam Asam adalah suatu zat yang menghasilkan ion hidrogen (H+). Suatu asam akan terdisosiasi (terpisah) dalam larutan dan melepaskan H+. Basa Suatu zat dalam suatu larutan melepaskan ion hidroksida (OH-) yang akan mengikat H+, sehingga basa bertindak sebagai akseptor proton.

LO 1.2. Klasifikasi Asam Basa Berdasarkan kemampuan melepaskan H+, asam dan basa dapat dibagi menjadi: Asam Lemah Asam lemah adalah asam yang hanya terdisosiasi sebagian dalam air (berdisasosiasi tak sempurna). Asam karbonat (H2CO3) dalam air hanya akan terdisosiasi sebagian menjadi H+ dan HCO3-. H2CO3 HCO3- + H+ Asam Kuat Asam kuat adalah asam yang berdisosiasi sempurna dalam air. HCl dalam air akan berdisosiasi selurihnya menjadi H+ dan Cl-. H+ yang terbentuk akan diikat oleh molekul air. HCl H+ + ClHCl + H2O H3O+ + ClBasa Lemah Basa lemah adalah basa yang hanya terdisosiasi sebagian dalam air atau suatu persenyawaan yang bergabung tidak sempurna dengan H+ dalam larutan air NH4OH + H+ NH4+ + H2O NH3 + H2O NH4+ + OHBasa Kuat Basa kuat adalah persenyawaan yang berdisosiasi secara sempurna dalam larutan air. NaOH dalam air akan terdisosiasi seluruhnya menjadi Na+ + OH-. OH- yang terbentuk akan bereaksi dengan H+ dari air. Reaksi asam dan basa kuat berlangsung dalam satu arah. NaOH Na+ + OHAsam dan Basa Anorganik yang berperan penting sebagai donor dan atau reseptor proton

Asam dan Basa Organik, contoh dari asam organic adalah asam laktat yang dihasilkan dari metabolism anaerob yang harus dinetralisir oleh sistem dapar tubuh kita LO 1.3 Mekanisme Asam Basa Suatu asam akan terdisosiasi (terpisah) dalam larutan dan melepaskan H+. Atom hidrogen yang kehilangan elektron sepenuhnya terdiri dari proton, dalam hal ini H+ bertindak sebagai proton; asam disebut donor proton. (OH-) yang akan mengikat H+, sehingga basa bertindak sebagai akseptor proton. OHmemiliki afinitas kuat terhadap H+ yang terdapat di dalam molekul air, sehingga basa akan menghilangkan ion hidrogen dalam suatu larutan.

LI 2. Memahami dan Menjelaskan Derajat Keasaman (pH) LO 2.1. Definisi pH Sorenson (1909) menyatakan jumlah ion hidrogen dalam bentuk pH, yaitu logaritma negatif konsentrasi H+. pH = - log [H+]. Konsentrasi ion H+ pada air adalah 1 x 10-7 mol/L, berarti pH air = - log [1 x 10-7] = 7. Skala pH dapat dipakai uantuk menyatakan konsentrasi antara 1 sampai 10-14 mol/L. LO 2.2. Cara Pengukuran pH Suatu larutan yang memiliki pH 7 disebut netral karena mengandung ion hidrogen dan ion hidroksida dengan konsentrasi setara. Suatu larutan disebut asam bila memiliki pH di bawah 7 karena mengandung ion hidrogen lebih banyak dibanding dengan ion hidroksida. Suatu larutan disebut basa bila pH di atas 7 karena memiliki ion hidroksida lebih banyak dibandingkan dengan ion hidrogen. LO 2.3. Indikator Asam Basa

INDIKATOR

RENTANG PH 1,2-2,8 2,4-4,0 3,1-4,4 4,4-6,2 5,4-6,8 6,4-8,0

KUANTITAS PENGGUNAAN PER 10 ML 1-2 tetes 0,1% larutan 1-2 tetes 0,1% larutan dlm 50% alkohol 1 tetes 0,1% larutan 1 tetes 0,1% larutan 1 tetes 0,1% larutan 1 tetes 0,1% larutan

ASAM

BASA

Timol biru 2,4-Dinitrofenol Metil oranye Metil merah Klorfenol merah Fenol merah

merah tak berwarna merah merah kuning kuning

kuning kuning

oranye kuning merah merah

-Naftolftalein Timol biru Fenolftalein (pp)

7,3-8,7 8,0-9,6 8,0-10,0

1-5 tetes 0,1% larutan dlm 70% alkohol 1-5 tetes 0,1% larutan 1-5 tetes 0,1% larutan dlm 70% alkohol 1 tetes 0,1% larutan dlm 90% alkohol 1-5 tetes 0,1% larutan dlm 90% alkohol 1 tetes 0,1% larutan

merah mawar kuning tak berwarna tak berwarna kuning tak berwarna

hijau biru merah

Timolftalein

9,4-10,6

biru oranyecoklat oranyemerah

Salisil kuning Asam trinitrobenzoat

10,0-12,0

12,0-13,4

LI 3. Memahami dan Menjelaskan Asam Basa / Keseimbangan Asam Basa LO 3.1. Definisi Gangguan keseimbangan asam basa disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme pengaturan keseimbangan antara lain sistem bufer, sistem respirasi, fungsi ginjal, gangguan sistem kardiovaskular maupun gangguan fungsi susunan saraf pusat. Gannguan keseimbangan asam basa serius biasanya menunjukkan fase akut, ditandai dengan pergeseran pH menjauhi ambang batas normal. Nilai pH abnormal meskipun salah satu nilai komponen gas darah lainnya (PCO2, HCO3-) masih berada dalam batas normal. Bila kondisi tersebut berlanjut, terjadi reaksi penyesuaian yang bersifat fisiologik dan pada kondisi ini disebur fase kompensasi. Jika kondisi penyebab tidak diatasi, maka mekanisme kompensasi tidak mampu mengatasi perubahan yang terjadi, hal ini disebut fase tidak terkompensasi. LO 3.2. Klasifikasi Klasifikasi yang umum digunakan umumnya menggambarkan masalah dan kelainan yang terjadi, sesuai dengan namanya. Gangguan keseimbangan asam basa respiratorik Terjadi karena ketidakseimbangan antara pembentukan CO2 di jaringan perifer dengan ekskresinya di paru; ditandai oleh peningkatan atau penurunan konsentrasi CO2. Gangguan keseimbangan asam basa metabolic Terjadi karena pembentukan CO2 asam fixed dan asam organic yang menyebabkan peningkatan ion bikarbonat di jaringan perifer atau cairan ekstraselular. Asidosis Respiratorik Asidosis respiratorik terjadi apabila terdapat gangguan ventilasi alveolar yang mengganggu eliminasi CO2 sehingga akhirnya terjadi peningkatan PaCO2 (hiperkapnia). Awalnya sistem bufer dapat mengatasi naumun akhirnya terjadi penurunan pH.

Dikompensasi oleh ginjal dengan cara: retensi HCO3- yang telah difiltrasi, menambahkan HCO3- baru ke dalam plasma, sekresi dan ekskresi H+ ke urin, peningkatan reabsorpsi HCO3- di tubulus proksimal, peningkatan produksi HCO3- di tubulus distal. Asidosis Respiratorik Akut Pada asidosis respiratorik akut terjadi gangguan eliminasi CO2 secara akut dan umumnya disertai dengan hipoksemia sehingga terjadi stimulasi ventilasi yang bertujuan untuk meningkatkan eliminasi CO2 meningkatkan O2. Respons bufer HCO3- oleh ginjal dalam plasma terjadi dalam beberapa menit namun kompensasi ini belum sempurna. Kompensasi secara sempurna terjadi dalam beberapa hari. Asidosis Respiratorik Kronik Pada gagal napas kronik terjadi retensi CO2 secara kronik dan hipoksemia kronik. Tubuh telah beradaptasi pada keadaan ini sehingga dorongan untuk bernapas bukan lagi disebabkan oleh peningkatan CO2 akut, namun oleh hipoksemia kronik. Alkalosis Respiratorik Pada alkalosis respiratorik terjadi hiperventilasi alveolar sehingga terjadi penurunan PaCO2 (hipokapnia) yang dapat menyebabkan peningkatan pH. Dikompensasi oleh ginjal dengan cara: retensi H+, mengekskresikan HCO3-. Asidosis Metabolik Asidosis metabolik ditandai dengan turunnnya kadar HCO3- diikuti dengan penurunan tekanan parsial CO2 di dalam arteri. Kompensasi umumnya terdiri dari kombinasi mekanisme respiratorik dan ginjal, ion hidrogen berinteraksi dengan ion bikarbonat membentuk CO2 yang dieliminasi di paru, sementara itu ginjal mengupayakan ekskresi ion hidrogen ke urin dan memproduksi ion bikarbonat yang dilepaskan ke cairan ekstraselular sementara sistem bufer menyerap H+. Alkalosis Metabolik Alkalosis metabolik merupakan suatu proses terjadinya peningkatan primer bikarbonat dalam arteri. Akibat peningkatan ini, rasio PCO2 dan [HCO3-] dalam arteri berubah. Usaha tubuuh untuk memperbaiki rasio ini dilakukan oleh paru dengan menurunkan ventilasi (hipoventilasi) sehingga PCO2 meningkat dalam arteri dan meningkatnya [HCO3-] dalam urin dan menghemat H+ yang dilakukan oleh ginjal sementara sistem bufer membebaskan H+.

LO 3.3. Etiologi Gangguan Keseimbangan Asam Basa Asidosis Respiratorik Beberapa faktor di bawah ini dapat menimbulkan asidosis respiratorik, antara lain: a) Inhibisi pusat pernapasan (kelebihan CO2 pada hiperkapnia atau hipoksemia kronik) b) Penyakit neuromuskular (sindrom Guilain Barre, hypokalemia, muscular dystrophy) c) Obstruksi jalan napas (PPOK, aspirasi, obstructif sleep apnea) d) Kelainan restriktif (penyakit pleura, kelainan dinding dada, kelainan restriktif paru Alkalosis respiratorik Beberapa faktor berikut ini dapat menimbulkan alkalosis respiratorik: a) b) c) d) e) Rangsangan hipoksemik (penyakit jantung dengan edema paru) Stimulasi pusat pernapasan di medulla (kelainan neurologis, kehamilan) Mechanical overventilaation Sepsis Pengaruh obat (salisilat, hormone progesteron)

Asidosis Metabolik Penyebab asidosis metabolik dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu: a) Pembentukan asam yang berlebihan di dalam tubuh. Ion hidrogen dibebaskan oleh sistem bufer H2CO3:HCO3- sehingga terjadi penurunan pH Asidosis laktat Ketoasidosis Intoksikasi salisilat Intoksikasi etanol b) Berkurangnya [HCO3-] di dalam tubuh Diare c) Adanya retensi H+ di dalam tubuh Alkalosis Metabolik Peyebab alkalosis metabolik antara lain: a) Terbuangnya H+ melalui saluran cerna atau melalui ginjal dan berpindahnya H+ masuk ke dalam sel b) Terbuangnya cairan bebas-bikarbonat dari dalam tubuh c) Pemberian bikarbonat berlebihan

LO 3.4. Manifestasi Klinis Gangguan Asam Basa Asidosis Respiratorik Hiperventilasi, sakit kepala, mengantuk yang berlebihan yang bila terus berlanjut akan terjadi penurunan kesadaran (koma) Alkalosis Respiratorik Rasa cemas berlebihan, sesak atau nyeri dada, hiperventilasi menyebabkan eliminasi CO2 yang berlebihan Asidosis Metabolik Penurunan tekanan darah, penurunan aliran sirkulasi hepatik dan renal, aritmia, fibrilasi ventricular. Pada pH lebih dari 7,1 terjadi fatigue, sesak napas, nyeri perut, nyeri tulang, mual/muntah Alkalosis Metabolik Curah jantung menururn, depresi ventilasi sentral, kurva saturasi oksi-hemoglobin bergeser ke kiri, hipokalemia dan hipofosfatemia yang terjadi semakin memburuk, penurunan kemampun pasien menerima ventilasi mekanik. LO 3.5. Tatalaksana Gangguan Asam Basa Asidosis Respiratorik Tatalaksana asidosis respiratorik adalah mengatasi penyakit dasarnya dan bila terdapat hipoksemia harus diberikan terapi oksigen. Asidosis respiratorik dengan hipoksemia berat memerlukan ventilasi mekanik baik invasif maupun noninvasif. Alkalosis Respiratorik Tatalaksana alkalosis ditujukan terhadap kelainan primernya. Alkalosis yang disebabkan hipoksemia diatasi dengan memberiakan terapi oksigen. Alkalosis respiratorik yang disebabkan oleh serangan panic diatasi dengan menenangkan pasien atau memberikan pernapasan menggunakan sistem air rebreathing. Asidosis Metabolik Tatalaksana asidosis metabolik ditujukan terhadap penyebabnya. Berikut langkahlangkahnya: 1. Tetapkan berat ringannya gangguan asidosis. Gangguan yang perlu diperhatikan bila pH darah 7,1 7,3 atau kadar ion H antara 50 80 nmol/L 2. Tetapkan anion gap atau bila perlu anion gap urin untuk mengetahui dugaan etiologi asidosis metabolik 3. Bila dicurigai kemungkinan asidosis laktat, hitung rasio delta anion gap Tatalaksana Alkalosis Metabolik Koreksi alkalosis metabolik bertujuan meningkatkan minute ventilation, meningkatkan tekanan oksigen arterial dan mixed vemous oxygen tension, serta menurunkan konsumsi oksigen

Tes untuk Mengevaluasi Keseimbangan Asam Basa Gas Darah Arteri (GDA) Gas darah mengukur pH, tegangan CO2, dan tegangan O2 dari darah arterial, dan saturasi oksigen dari hemoglobin. Kadar bikarbonat dari darah arteri juga dimasukkan dalam tes GDA dan dapat diukur secara langsung atau dihitung dari PaCO2 pH PaCO2 PaO2 SaO2 HCO3Anion Gap 7,35 7,45 35 45mmHg 80 95 mmHg 95 99% 22 26 mEq/L 8 12 mEq/L

Analisa Gas Darah Arteri Pengukuran GDA adalah cara terbaik untuk mengevaluasi keseimbangan asam basa. 1. pH: Mengukur [H+] untuk menunjukkan status asam basa darah. pH < 7,35 menunjukkan asidosis, sedangkan pH > 7,45 menunjukkan alkalosis. 2. PaCO2: Tekanan parsial karbon dioksida pada arteri. Hiperkapnia (PaCO2 > 45 mmHg) menunjukkan hipoventilasi alveolar dan asidosis respiratorik. Hiperventilasi mengakibatkan pada PaCO2 < 35 mmHg dan alkalosis respiratorik. 3. PaO2: Tekanan okisgen parsial dalam arteri. Adanya hipoksemia dengan PaO2 < 60 mmHg dapat menimbulkan metabolisme anaerobic, mengakibatkan asidosis metabolik 4. Saturasi: Mengukur derajat hemoglobin tersaturasi oleh oksigen. Bila terjadi penurunan PaO2 di bawah 60 mmHg, maka terjadi penurunan yang besar pada saturasi 5. HCO3-: Bikarbonat serum merupakan komponen ginjal mayor dari pengaturan asam basa. Penurunan [HCO3-] < 22 mEq/L merupakan indikasi asidosis metabolik. Peningkatan [HCO3-] > 26 mEq/L menggambarkan alkalosis metabolik.

Sumber Horne dan Swearingen. 2001 http://www.ilmukimia.org/2013/01/indikator-asam-basa.html

UPK-PKB FKUI. 2008

Anda mungkin juga menyukai