Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS TEKSTUR CITRA X-RAY TULANG TANGAN (MANUS) UNTUK IDENTIFIKASI OSTEOPOROSIS

Agus Mulyono *) Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Malang
ABSTRAK Penyakit osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis. Teknik diagnose osteoporosis dengan mengukur Bone Mineral Density (BMD) dengan alat DXA (dual energy X-ray absorptiometry). Pemeriksaan dengan alat ini relatif mahal. Penelitian ini mencoba menganalisis tekstur dari citra tulang tangan, dengan menghitung ciri orde pertama dan orde kedua, kemudian dilanjutkan dengan analisis diskriminan untuk membuat klasifikasi osteoporosis dan normal. Hasil penelitian didapatkan bahwa nilai variance dari matriks kookurensi yang menunjukkan perbedaan antara tulang osteporosis dan tulang normal, dengan ketepatan klasifikasi sebesar 78.9%. Kata kunci : Osteoporosis, citra tulang tangan, analisis tekstur

1. Pendahuluan Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit kronik yang ditandai dengan rendahnya massa tulang yang disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Sehingga tulang mudah retak atau bahkan terjadi patah tulang. Sekitar 80% persen penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis. Penyakit osteoporosis yang kerap disebut penyakit keropos tulang ini ternyata menyerang wanita sejak masih muda. Tidak dapat dipungkiri penyakit osteoporosis pada wanita ini dipengaruhi oleh hormon estrogen. Namun, karena gejala baru muncul setelah usia 50 tahun, penyakit osteoporosis tidak mudah dideteksi secara dini (Zaviera, 2007). Meskipun penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti

pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Bayangkan betapa besar jumlah penduduk yang dapat terancam penyakit osteoporosis. (DEPKES, 2006).Untuk mengetahui seseorang terkena osteoporosis atau tidak, dapat dilakukan dengan mengukur kepadatan tulang dalam satuan luasan (gram/cm) yang sering disebut dengan Bone Mineral Density (BMD). Beberapa cara metode pengukuran yang digunakan, diantaranya adalah : SXA ( single energy X-ray absorptiometry), DXA (dual energy X-ray absorptiometry), QUS (quantitati-ve ultrasaound), QCT (quantitative computed tomography), Radiography, dan MRI (magnetic resonance imaging) (WHO Sceintific Group, 2003). Daerah tulang yang sering diukur adalah tulang punggung, pinggul, dan pergelangan tangan (WHO Sceintific Group, 2003).

*) Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Malang

Pemeriksaan osteoporosis juga dapat dilakukan secara laboratorik. Yaitu dengan melihat C-Tx dan N-Mid Osteocalcin. CTx adalah hasil pemecahan protein kolagen tipe 1 yang spesifik tulang. Senyawa ini bersifat stabil sehingga dapat mengambarkan proses metabolisme atau pembongkaran tulang secara langsung. Sedangkan kolagen merupakan bahan organik terbesar yang mengisi tulang. Sedangkan Osteocalcin merupakan protein nonkolagen terbanyak dalam tulang dan diproduksi oleh sel osteoblas (sel yang berperan pada proses pembentukan tulang). Oleh karena itu pemeriksaan Osteocalcin merupakan parameter yang baik untuk menentukan gangguan metabolisme tulang dalam hal pembentukan tulang dan turnover tulang. Pemeriksaan secara laboratorik ini juga masih relative mahal. Klasifikasi osteoporosis menurut WHO didasarkan pada kepadatan massa tulang atau bone mass density (BMD) dengan menggunakan T-score. Apabila T-score lebih dari -1 dikategorikan normal, antara -1 sampai -2,5 disebut osteopenia, dan kurang dari -2,5 disebut osteoporosis (Darmawan, 1989). Hasil scanning atau pengukuran BMD pada tulang belakang dan paha biasa digunakan untuk mengetahui tingkat resiko terjadinya patah tulang. Alat scanner yang sering digunakan untuk mengukur BMD dan merupakan Gold Satandart adalah dual-energy X-ray absorptiometry (DXA). Sayangnya fasilitas DXA ini sangat mahal dan hanya dijumpai di rumah sakit tertentu. Pengukuran BMD dibeberapa rumah sakit atau klinik ratarata biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien sekitar 400-700 ribu rupiah. Disamping mahal, banyak orang yang tidak bersedia untuk memeriksakan diri terkait dengan resiko osteoporosis, kalaupun ada orang yang memeriksakan diri maka orang tersebut adalah orang yang telah terindikasi osteoporosis yang berarti pengukuran BMD itu sendiri sudah terlambat. Oleh karenanya sangat diperlukan deteksi dini terhadap penderita osteoporosis agar mereka secepatnya dapat direkomendasi untuk mendapatkan perawatan khusus dari ahli medis yang terkait.
17

Beberapa hasil penelitian sebelumnya diketahui metode alternatif untuk mendeteksi osteoporosis melalui dental panoramic radiograph, yaitu dengan melihat morfologi dari mandibular cortex (Taguchi et al, 1996). Penelitian Arifin mengatakan bahwa deteksi osteoporosis dapat dilakukan dengan mengukur ketebalan dari mandibular cortex berbantuan komputer (Arifin, 2006). Osteoporosis juga dapat dideteksi dengan metode konvensional (morfometri). Morfometri Femur (tulang paha) dan morfometri metacarpal (tulang tangan) dapat digunakan untuk mendeteksi osteoporosis (Muhammad, 2005). Hasil penelitian Andrianus juga menyimpulkan bahwa morfometri vertebra lumbal dan metacarpal dapat digunakan untuk mendeteksi osteoporosis (Andrianus et al, 2006). Pengunaan morfometri untuk mendeteksi osteoporosis mempunyai kelemahan, yaitu sangat tergantung pada keahlian seorang dokter, karena bergantung pada kemampuan mata untuk menganalisis hasil x-ray tulang. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini, diusulkan metode alternatif lain untuk mendeteksi osteoporosis yaitu dengan analisis tekstur dari citra tulang tangan (x-ray manus). Analisis tekstur digunakan karena merupakan salah satu cara untuk mengenali suatu citra. Tekstur citra dapat dibedakan dengan kerapatan, keseragaman, keteraturan, kekasaran, dan lain-lain. Dari analisis tekstur ini diharapkan mendapatkan suatu ciri tekstur dari tulang kaitannya dengan tulang osteoporosis dan tulang normal. Diharapkan dalam hasil penelitian ini adalah didapatkan metode untuk deteksi osteoporosis yang mempunyai keunggulan lebih mudah, murah dan tepat. Metode ini nantinya akan dibandingkan dengan metode Bone densitometry DXA . 2. Metode Penelitian Langkah pertama adalah mencari data tentang status osteoporosis dan normal dari sampel penelitian. Untuk mendapatkan data tersebut menggunakan alat densitometri (DXA). Kemudian dari sampel tersebut diambil foto x-

ray tulang tangannya untuk mendapatkan citra tulang tangan. Langkah kedua adalah melakukan analisis tekstur dari citra tulang tangan dengan ekstraksi ciri orde pertama dan ekstraksi ciri orde kedua. Pada langkah kedua ini citra tulang tangan lebih dahulu diambil sampel dari sebagian dari citra (dilakukan cropping citra). Analisis tekstur dari citra ini dilakukan dengan menggunakan MATLAB versi 7. Langkah ketiga adalah melakukan analisis diskriminan dari beberapa parameter ciri orde pertama dan ciri orde kedua. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan ciri mana yang dapat digunakan untuk klasifikasi dari osteoporosis atau normal.
citra sampel tulang tangan (1333x1673)

ZHIMADZU MODEL XUD 150L-30F. 150 kv 500mA didapatkan contoh citra sbb.

Penentuan objek (tulang)

Gambar2. Citra x-ray manus (tulang tangan)


Analisis tekstur Ciri orde pertama dan ciri orde dua

Dengan analisis tekstur dari objek citra yang dipilih diperoleh hasil seperti berikut:

Analisis Diskriminan

Gambar 1. Alur Penelitian 3. Hasil dan Pembahasan Dari 19 orang yang diukur dengan Densitometri (DXA) yang merupakan alat untuk mendeteksi osteoporosis standar WHO diperoleh data sbb: Tabel 1. Data status osteoporosis Status Jumlah Normal 6 Osteopeni 3 Osteoporosis 10 Pada penelitian ini osteopeni digolongkan normal. Jadi normal sebanyak 9 dan osteoporosis ada 10. Dari hasil foto x-ray tulang tangan (manus) dengan spesifikasi alat Gambar 3. Objek-objek citra yang digunakan untuk analisis tekstur. Analisis tekstur citra objek 1 Dengan menggunakan MATLAB versi 7 didapatkan ekstraksi ciri orde pertama dan orde kedua sbb: Tabel 2. Hasil analisis tekstur 5 citra objek 1 dari 19 citra X-ray manus
Mean ASM Status 171.494 48.520 177.824 37.502 179.592 46.382 187.960 Var Con 111.282 .782 83.682 .775 115.500 .800 77.364 Skew Cor -.353 87.106 -.029 87.106 -.339 92.906 -.569 Kur Var .027 .166 -.344 .166 -.149 .176 .623 Ent IDM 5.414 10.074 5.222 9.715 5.434 10.062 5.132 Ent .001 1 .002 2 .001 2 .002

18

37.210 187.960 37.210

.759 77.364 .759

58.547 -.569 58.547

.195 .623 .195

9.588 5.132 9.588

2 .002 2
MEAN VAR SKEW KUR ENT ASM CON COR VAR2 IDM ENT2

Tests of Equality of Group Means Wilks' Lambda .990 .980 .975 .925 .959 .976 .996 .966 .963 .991 .983 F .171 .352 .442 1.376 .735 .416 .071 .595 .650 .153 .291 df1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 df2 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 Sig. .684 .561 .515 .257 .403 .527 .793 .451 .431 .700 .597

Selanjutnya dari data tersebut dilakukan analisis diskriminan dengan bantuan SPSS yang hasilnya seperti berikut:
Tests of Equality of Group Means Wilks' Lambda .961 .901 .869 .915 .911 .944 .929 .973 .887 .912 .898 F .687 1.866 2.568 1.570 1.666 1.007 1.305 .478 2.162 1.641 1.940 df1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 df2 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 Sig. .419 .190 .127 .227 .214 .330 .269 .499 .160 .217 .182

MEAN VAR SKEW KUR ENT ASM CON COR VAR2 IDM ENT2

Dari hasil diatas menunjukkan bahwa semua ciri tekstur dari citra objek 2 tidak ada perbedaan antara tulang normal dan tulang osteoporosis. Sehingga citra objek 2 tidak dapat digunakan untuk mendeteksi osteoporosis. Analisis tekstur citra objek 3 Ekstraksi ciri orde pertama dan orde kedua dari citra bagian tiga sbb: Tabel 4. Hasil analisis tekstur 5 citra objek 3 dari 19 citra X-ray manus
Mean ASM Status 109.640 122.644 98.701 125.584 121.046 115.409 113.426 135.903 128.797 34.587 Var Con 250.109 .751 202.363 .694 194.745 .701 224.280 .694 91.976 .813 Skew Cor -.077 185.316 -.276 142.155 .031 135.346 .419 154.154 .516 75.311 Kur Var -.538 .111 -.231 .104 -.743 .112 -.001 .106 -.051 .206 Ent IDM 5.903 10.646 5.830 10.558 5.739 10.513 5.813 10.534 5.186 9.320 1 .001 2 .001 2 .001 2 .002 2 Ent .001

Jika sig>0.05, berarti tiadak ada perbedaan antara grup. Jika sig<0.05, berarti ada perbedaan antara grup. Dari hasil diatas menunjukkan bahwa semua ciri tekstur dari citra objek 1 tidak ada perbedaan antara tulang normal dan tulang osteoporosis. Sehingga citra objek 1 tidak dapat digunakan untuk mendeteksi osteoporosis. Analisis tekstur citra objek 2 Ekstraksi ciri orde pertama dan orde kedua dari citra bagian dua sbb: Tabel 3. Hasil analisis tekstur 5 citra objek 2 dari 19 citra X-ray manus
Mean ASM Status 170.059 48.267 176.102 36.518 180.823 48.152 176.228 51.569 183.387 14.051 Var Con 129.942 .815 93.103 .805 109.377 .778 150.325 .829 50.695 .859 Skew Cor -.430 106.548 -.076 75.512 -.499 84.195 -.558 125.127 -.293 42.811 Kur Var -.264 .177 .365 .199 -.039 .167 -.048 .160 .202 .287 Ent IDM Ent

5.441 .001 9.863 1 5.249 .002 9.541 2 5.338 .002 9.801 2 5.547 .001 10.019 2 4.799 .004 8.506 2

Selanjutnya dari data tersebut dilakukan analisis diskriminan dengan bantuan SPSS yang hasilnya seperti berikut:
Tests of Equality of Group Means Wilks' Lambda .995 .736 .771 .881 1.000 .985 .930 .914 .689 .970 .865 F .082 6.103 5.043 2.301 .003 .256 1.279 1.598 7.685 .526 2.658 df1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 df2 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 Sig. .778 .024 .038 .148 .959 .620 .274 .223 .013 .478 .121

Selanjutnya dari data tersebut dilakukan analisis diskriminan dengan bantuan SPSS yang hasilnya seperti berikut:

MEAN VAR SKEW KUR ENT ASM CON COR VAR2 IDM ENT2

19

Dari hasil diatas menunjukkan bahwa variance, skewness dan variance untuk orde kedua menunjukkan ada pebedaan antara grup normal dan osteoporosis, Sehingga dapat digunakan untuk klasifikasi atau mendeteksi keadan normal atau osteoporosis. Pada analisa diskriminan lanjutan, hanya variance orde kedua yang dilanjutkan dalam analisis .
Variables in the Analysis Step 1 Tolerance 1.000 Sig. of F to Remove .013

jari tengah), dan objek 6 (falang, jempol) tidak ada ciri tekstur yang dapat membedakan antara tulang normal dan tulang osteoporosis. Tetapi pada citra objek 3 (falang, kelingking) menunjukkan ada satu ciri tekstur yang dapat membedakan antara tulang normal dan tulang osteoporosis. Sehingga untuk mendeteksi osteoporosis pada citra x-ray tulang tangan dapat memanfaatkan falang kelingking. Dari citra objek yang digunakan (citra objek 1,2,3,4,5,6) merupakan trabekular. Tulang yang banyak tersusun atas tulang trabekula yang berarti mempunyai permukaan tulang dan keaktifan metabolik yang lebih besar dibanding dengan tulang kortikal. Oleh karena itu tulang trabekula lebih sering mengalami perubahan mineral sehingga mempunyai predisposisi untuk terjadinya kekurangan massa tulang (Sari, 2001). Trabekula pada falang kelingking dapat mendeteksi osteoporosis dapat dijelaskan keterkaitan dengan remodeling tulang. Salah satu faktor yang mempengaruhi remodeling tulang adalah adanya beban pada tulang. Semakin besar beban tulang maka remodeling tulang tidak terhambat, sebaliknya semakin kecil beban tulang maka remodeling tulang terhambat. Pada tulang tangan bagian yang relative kecil bebannya adalah pada bagian kelingking. Contoh ketika tangan membawa atau mengangkat beban maka bagian kelingking hanya mendapatkan beban yang paling sedikit, oleh karenanya osteoporosis dapat terlihat pada falang kelingking. 4. Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa citra x-ray manus dapat digunakan untuk mendeteksi adanya osteoporosis dengan analisis tekstur metode statistika, yaitu dengan melihat menghitung variance dari matriks kookurensi pada citra x-ray manus (pada objek kelingking). 5. Saran Hasil pencitraan pesawat X-ray sangat tergantung pada tegangan tinggi (kV), arus tabung (mA) dan waktu paparan (s). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan
20

VAR2

Sehingga diperoleh fungsi diskriminan Score = -4.236 + 0.030 (Var2)


Canonical Discriminant Function Coefficients Function 1 .030 -4.236

VAR2 (Constant)

Unstandardized coefficients

Hasil klasifikasinya adalah sbb:


b,c Classification Results

OSTEO Count 1 2 % 1 2 Cross-validateda Count 1 2 % 1 2 Original

Predicted Group Membership 1 2 8 1 3 7 88.9 11.1 30.0 70.0 8 1 4 6 88.9 11.1 40.0 60.0

Total 9 10 100.0 100.0 9 10 100.0 100.0

a. Cross validation is done only for those cases in the analysis. In cross validation, each case is classified by the functions derived from all cases other than that case. b. 78.9% of original grouped cases correctly classified. c. 73.7% of cross-validated grouped cases correctly classified.

Hasil klasifikasi menunjukkan bahwa ketepatan prediksi 78.9%, ini menunjukkan ketepatan yang cukup tinggi. Sehingga Variance yang merupakan ekstraksi ciri orde kedua dapat digunakan untuk mendeteksi terjadinya osteoporosis pada citra x-ray manus objek 3. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pada citra objek 1 (radius), objek 2 (karpal), objek 4 (Falang, jari manis), objek 5 (falang,

untuk melihat hasil pencitraan dengan menbuat variasi parameter tersebut hubungannya dengan deteksi osteoporosis. Hasil Pencitraan juga tergantung dari Merk alat x-ray, sehingga perlu juga penelitian lebih lanjut untuk melihat hasil pencitraan dari merk alat yang berbeda hubungannya dengan deteksi osteoporosis. 6. Daftar Pustaka Arifin.A. Asano.A. Taguchi.T. Nakamoto.M. Othsuka. and K.Tanimoto (2005). Computer aided system for measuring the mandibular cortical with on Panoramic Radiographs in Osteoporosis Diagnosis. Image Processing Conferens, San Diego. Anthony C. Gopalan R. Mohan M. (2001). Texture Synthesis Gray Level Cooccurrence Models: Algoritms, Experimental Analysis, and Psychophysical Support. Optical Engineering. Vol 40. Ahmad, Usman. 2005. Pengolahan Citra Digital dan Teknik Pemrogramannya. Yogyakarta: Graha Ilmu. Andrianus R., Muhammad Ilyas., Ilham J. (2006). Perbandingan Morfometri Vertebra Lumbal dengan Metacarpal Untuk Mendeteksi Osteoporosis. J Med Nus Vol 27 no.4, 223-229. Blake GM, Fogelman I., (1998). Application of Bone Densitometry for Osteoporosis Endocrinology and Metabolism Clinics of North America Dillon, W.R dan Goldstein, M. 1984. Multivariate Analysis Methods and Applications. Canada. John Willey and Sons, Inc. Darmawanan, J.(1989). Miscellanous Condition: Osteoporosis. In Rheumatic Condition in The Northern Part of Central Java. An Epidemiological Survey. Semarang, 1738. Thesis. Haralic and Shanmugan. Textural Feature Image Classification. IEEE Transactions on

Systems, Man and Cybernatics, vol SMC 3, no 6, November 1973, p 610. Kalternborn. 2000. Densitometry as a diagnostic tool for the identification and treatment of osteoporosis in women:ICSI Report. Lane NE, (2001). Osteoporosis, Petunjuk untuk penderita dan langkah-langkah pengamanan bagi keluarga, Cetakan 1 Penerjemah Eri D. Nasution. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Muhammad I., Olgavivera B. (2005). Identifikasi Osteoporosis pada Berbagai Kelompok Umur dengan Morfometri Femur dan Metakarpal. J Med Nus Vol.26 no 4. 230-234. Ohanian PP and RC, Dubs. (1992). Performance Evaluation For Four Classes of Textural Features, Pattern Recognition. Taguchi, Y.Suei. M.Sanada. M.Othsuka. T.Nakamoto. H.Sumida. K.Ohama. (2004) Validation of Dental Panoramic Radiograph Measures for Identifying Postmenopausal women with spinal osteoporosis. American Journal of Roentgenology. Sari GM, 2001. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kedelai (Glycine Max) disbanding Estrogen Konjugasi Terhadap Kepadatan Tulang Tikus Putih (Rattus norvegicus). Tesis, Program Pascasarjana, Universitas Airlangga,Surabaya. Vigorita VJ, Ghelman B,.(1999. Orthopaedic Pathology. Philadelphia: Lippicott Williams & Wilkins, pp 1-19, 23, 29. Zaviera, Ferdinand.(2007). Osteoporosis: Deteksi Dini, Penanganan dan Terapi Praktis. Yogyakarta, Kata Hati.

21

Anda mungkin juga menyukai