Anda di halaman 1dari 6

UJI IMPAK 1 TUJUAN PERCOBAAN 1. Mengetahui ketangguhan material dan cara mengukur 2.

Mengenal peralatan dan dapat menggunakan alat uji impak 3. Mengetahi pengaruh temperature dan takikan terhadap

ketangguhan material 4. Mengetahui fenomena perpatahan

2.2 TEROI DASAR Untuk menentukan sifat perpatahan suatu logam, keuletan maupun kegetasannya, dapat dilakukan suatu pengujian yang dinamakan dengan uji impak. Umumnya pengujian impak menggunakan batang bertakik. Berbagai jenis pengujian impak batang bertakik telah digunakan untuk menentukan kecenderungan benda untuk bersifat getas. Dengan jenis uji ini dapat diketahui perbedaan sifat benda yang tidak teramati dalam uji tarik. Hasil yang diperoleh dari uji batang bertakik tidak dengan sekaligus memberikan besaran rancangan yang dibutuhkan, karena tidak mungkin mengukur komponen tegangan tiga sumbu pada takik. 2.2.1 METODE PENGUJIAN Metode pengujian yang sering di gunakan adalah metode Charpy. Batang impak biasa, banyak di gunakan di Amerika Serikat. Benda uji Charpy mempunyai luas penampang lintang bujursangkar (10 x 10 mm) dan mengandung takik V-45o, dengan jari-jari dasar 0,25 mm dan kedalaman 2 mm. Benda uji diletakan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang tak bertakik diberi beban impak dengan ayunan bandul (kecepatan impak sekitar 16 ft/detik). Benda uji akan

melengkung dan patah pada laju regangan yang tinggi, kia-kira 103 detik. Dari keterangan mesin, diketahui W=193.39 N dengan energy awal (Ao) sebesar 295 J. Kekuatan impak (Ap) dirumuskan sebagai berikut: Ap = M(cos cos ) Dimana M adalah momen pendulum (Nm), sudut awal pendulum, sudut akhir ayunan pendulum setelah mematahkan spesimen, karena M=Wxl Maka untuk memperoleh nilai M, perlu diketahui besarnya l (lengan ayun pendulum, m), yang bias dihitung dengan rumus periode untuk pendulum, yaitu: T = 2 1/g Dimana T adalahperiode satu ayunandari pendulum (detik) dan g adalag percepatan gravitasi. Untuk mengetahui besarnya sudut awal () diperoleh melalui persamaan sebagai berikut ini : Ao = M (1- cos ) Dengan Ao sebesar 295 J. Setelah diperoleh besarnya Ap, maka kekuatan impak (Is) dapat dihitung dengan rumus: Is = Ap / A

2.2.4 FAKTOR FAKTOR KEKUATAN IMPAK Kekuatan impak dipengaruhi oleh geometrid an kondisi

permukaanserta temperature material. Selain itu, sifat metalurgi dari material juga memiliki pengaruh yang besar,diantaranya adalah

komposisi, pengerjaan, perlakuan panas, dan pengelasan. Kadar karbon juga menunjukan pengaruh yang besar, yaitu: 1. 2. 3. Menentukan besarnya temperature transisi. Mempengaruhi besarnya kekuatan impak Menentukan gradiasi perubahan kekuatan impak pada temepratur transisi Selain karbon, unsur paduan lainnya juga meiliki pengaruh masing masing, ada yang memperbaiki(seperti mangan dan nikel) da nada yang memiliki pengaruh negative(seperti fosfor dan silicon dalam jumlah besar). Pengerjaan dingin, sperti diketahui, menyebabkan logam memiliki kekuatan yang tidak homogen. Hal ini terutama pada proses rolling dingin, dimana kekuatan pada arah pengerolan lebih besar daripada arah melintang. Hal yang sama berlaku untuk kekuatan impak, dimana orientasi spesimen dan penempatan takikan memiliki pengaruh yang besar. Kekuatan tertinggi diperoleh dengan spesimen mengikuti arah pengerjaan dan takikan dibuat padapermukaan bahan baku. Pengujian material yang telah mengalami rolling harus disertai dengan keterangan mengenai hal ini, atau hasil yang diperoleh bias menunjukan variasi yang tinggi dan sulit dianalisa.

Perlakuan panas menentukan besar kekuatan impak karena mempengaruhi fase logam dan bentuk serta ukuran butisan. Secara umum, logam dengan butiran kecil memiliki kekuaran impak yang lebih besar. Untuk baja, martensite yang telah ditemper memiliki kekuatan terbesar dengan temperatur transisi yang terendah

2.2.5 METODE PENGUJIAN LAINNYA Selain dengan metode Charpy, pengujian terhadap kekuatan impak dapat dilakukan dengan menggunakan metode Izod, metode Drop Weight Testing (DWT), dan metode Drop Weight Tear Testing (DWTT). Metode Izod serupa dengan metode Charpy, yaitu menggunakan pendulum untuk mematahkan spesimen berbentuk batangan. Perbedaan terletak pada pemegnangan spesimen. Pada Charpy, spesimen diletakan diantara dua dudukan dan dipukul pada tengah tengahnya, sedangkan untuk metode Izod, spesimen dipegang pada salah satu ujungnya dan ujung yang menggantunglah dipukul oleh pendulum. Keunggulan metode ini adalah pada satu spesimen bias di buat beberapa takikan, dan pengujian dilakukan secara beruntun. Kelemahannya adalah waktu yang diperlukan untuk menjepit spesimen terlalu lama, sehingga tidak bias menguji spesimen pada temeperatur rendah. Metode DWT dan DWTT menggunakan beban tertentu yang dijatuhkan pada spesimen dari ketinggian tertentu sehingga spesimen retak atau patah. Pada DWT, spesimen hanya dibutuhkan sampai retak, dimana yang dicari adalah besarnya temperature nil-ductility transition (NDT), yang adalah temperature tertinggi dimana spesimen dikatakan retak, spesimen untuk pengujian DWT memiliki ukuran yang relative besar dimana yang terkecil berukuran 16x51x127 mm. perisapan

spesimen berupa pengelasan ada salah satu sisinya. Beban kemudian dijatuhkan pada sisi yang berlawanan dengan pengelasan. Hal ini akan menyebabkan muncul retakan pada permukaan pengelasa yang akan menjalar ke material uji. Spesimen dikatakan retak apabila retakan menyebar sampai ke salah satu atau kedua tepi permukaan spesimen yang telah dilas. Metode DWTT serupa dengan DWT , hanya memerlukan spesimen dengan ukuran yang lebih besar (3x12in), menggunakan takikan yang dibentuk dengan press, dan spesimen diperlukan sampai patah. Takikan yang digunakan berupa V dengan sudut 45o ,dengan kedalamn 0.020 inci. Hasil pengujian diperoleh dengan melakukan analisa patahan untuk menentukan besarnya perbandingan daerah patah getas dan patah ulet. Metode DWT dan DWTT meruapakan penyempurnaan dari pengujian Charpy Karena pengujian Charpy tidak bisa menunjukkan temperatur transisi yang seragam antara spesimen dengan benda yang berukuran sebenarnya. DWT dan DWTT, meskipun tidak sepenuhnya sempurna menunjukkan hasil yang lebih seragam.

2.3 ALAT DAN BAHAN 1. Mesin uji impak Cesare Galdabini-Galarante tipe OH-30 2. Stopwatch 3. Gergaji tangan 4. Dapur listrik 5. Jangka sorong 6. Kikir 7. Ragum

8. Penjepit 9. Alkohol (70%) 10. Es Batu 11. Termometer 12. Wadah palstik (300ml) 13. Spesimen: besi verkan (penampang 10x10 mm)

2.4 PROSEDUR PERCOBAAN 1. Membuat 3 spesimen dari bahan yang telah disediakan. Melakuakn dengan menggunakan gergaji tangan, ragum dan jangka sorong. Bentuk spesimen sehingga sesuai dengan ukuran. 2. Meratakan hasil pemotongan dengan menggunakan kikir. 3. Memasukkan spesimen yang pertama ke dalam dapur listik dan dipanaskan hinga 200o 4. Memasukan es batu ke dalam wadah lalu menuangkan alcohol secukupnya sampai esbatu terendam seluruhnya. 5. Memasukan spesimen kedua kedalam wadah berisi es dan alcohol. Masukan pula thermometer, dengan memastikan ujung

thermometer menyentuh spesimen. 6.

Anda mungkin juga menyukai