Anda di halaman 1dari 15

Kamis, 20 September 2012

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK TEORI KEJANG DEMAM

Daftar Isi
Kata Pengantar Daftar Isi Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan C. Ruang Lingkup .............................. 3 .................................. 4 .................. 4 ........................ 1

.............................. 2

D. Metode Penulisan .............................. 4 E. Sistematika Penulisan Bab II Tinjauan Teoritis A. Definisi B. Etiologi ............................................................... 6 ................................................................ 6 .......................................................... 7 ................................................................................ 4

C. Patofisiologi

D. Manifestasi Klinis ........................................................................................ 10 E. Komplikasi .................................................................................................. 11 F. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 11

G. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan ................................................. 12 H. Pengkajian ................................................................................................. 14 I. Diagnosa ................................................................................................. 15 ................................................................................................. 16

J. Perencanaan Bab III Penutup A. Kesimpulan B. Saran

.......... 20 .... 21

.............. 20

Daftar Pustaka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


Kejang demam merupakan kejang yang sering terjadi pada saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. (ME. Sumijati, 2000;72-73) Berdasarkan laporan dari daftar diagnosa dari lab./SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data adanya peningkatan insiden kejang demam. Pada tahun 1999 ditemukan pasien kejang demam sebanyak 83 orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %). Pada tahun 2000 ditemukan pasien kejang demam 132 orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %). Dari data di atas menunjukkan adanya peningkatan insiden kejadian sebesar 37%. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit. Komplikasi yang dapat ditimbulkan yaitu kerusakan otak, dan retardasi mental, penatalaksanaannya yaitu dengan segera diberikan diezepam intravena, membebaskan jalan nafas, oksigenasi secukupnya, menurunkan panas bila demam atau hipereaksi dengan kompres seluruh tubuh, memberikan cairan yang cukup bila kejang berlangsung cukup lama (> 10 menit). Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik untuk membahas tentang penyakit kejang demam dan dapat mengaplikasikan dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya kepada anak.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum : Memberikan informasi tentang Asuhan Keperawatan Anak dengan Kejang Demam. Tujuan Khusus :

1.Diharapkan mahasiswa/I dapat mengerti dan menambah pengetahuan tentang Kejang Demam dari pengertian, etiologi, patofisiologi, hingga dapat membuat Asuhan Keperawatan yang sesuai. 2.Sebagai pemenuhan tugas KEPERAWATAN ANAK I.

C. Ruang Lingkup Penulisan


Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi pada Asuhan Keperawatan Anak dengan Kejang Demam.

D. Metode Penulisan
Metode ini menggunakan metode deskripsi dimana penulis mendapatkan data dan informasi melalui studi kepustakaaan dan metode observasi melalui sumber internet.

E. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan terdiri dari A. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan C. Ruang Lingkup Penulisan D. Metode Penulisan E. Sistematika Penulisan Bab II Tinjauan teori terdiri dari A. Definisi B. Etiologi C. Patofisiologi D. Manifestasi Klinik E. Komplikasi F. Pemeriksaan Penunjang G. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan H. Pengkajian I. Diagnosa J. Perencanaan Bab III Penutup terdiri dari A. Kesimpulan B. Saran : : :

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. DEFINISI


Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (Rectal di atas 38o C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997: 229) Kejang demam : gannguan sementara yang terjadi pada anak-anak yang ditandai dengan demam (Wong, D.T. 1999: 182) Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu tubuh rectal di atas 38o C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (Mansjoer, A.dkk. 2000: 434) Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yaitu 38o C yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun. .

B. Etiologi
Menurut Mansjoer, dkk (2000: 434) Lumban Tobing (1995: 18-19) dan Whaley and Wong (1995: 1929) Demam itu sendiri

Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. Efek produk toksik daripada mikroorganisme Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui atau enselofati toksik sepintas. Kejang juga dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis. Intrakranial : tumor otak, trauma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis. Ekstrakranial : gangguan elektrolit, dan gejala putus alkohol dan obat gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik subcutan dan anoksia serebral. Sebagian kejang merupakan Idiopatik (tidak diketahui etiologinya) seperti Kejang neonatus fanciliel benigna, kejang hari ke-5 (the fifth day fits). Menurut staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI (1985: 50), faktor presipitasi kejang demam: cenderung timbul 24 jam pertama pada waktu sakit demam atau dimana demam mendadak tinggi karena infeksi pernafasan bagian atas. Demam lebih sering disebabkan oleh virus daripada bakterial.

C. Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel/organ otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yaitu glukosa sifat proses ini adalah oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sestem kardiovaskuler. Dari uraian di atas, diketahui bahwa sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel yang dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit oleh natrium (Na+) dan elektrolit lainnya kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan ion Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena keadaan tersebut, maka terjadi perbedaan potensial membran yang disebut potesial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na - K Atp ase yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler. Rangsangan yang datangnya mendadak seperti mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya dan perubahan patofisiologi dan membran sendiri karena penyakit atau keturunan. Pada demam, kenaikan suhu 1o C akan mengakibatkan kenaikan suhu 1o C akan mengakibatkan metabolisme basal 10 - 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa (hanya 15%) oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran listrik. Ini demikian besarnya sehingga meluas dengan seluruh sel dan membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang tersebut neurotransmitter dan terjadi kejang. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38o C dan anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40o C atau lebih, kejang yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai apnea. Meningkatnya kebutuhan O2 dan untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, denyut jantung yang tidak teratur dan makin meningkatnya suhu tubuh karena tingginya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otek meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul oedema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak (Hasan dan Alatas, 1985: 847 dan Ngastiyah, 199

D. Manifestasi Klinik
Menurut Behman (2000: 843) kejang demam terkait dengan kenaikan suhu yang tinggi dan biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 39o C atau lebih ditandai dengan adanya kejang khas menyeluruh tionik klonik lama beberapa detik sampai 10 menit. Kejang demam yang menetap > 15 menit menunjukkan penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik selain itu juga dapat terjadi mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan dan kelemahan serta gerakan sentakan terulang. Menurut Ngastiyah ( 1997: 231), klasikfikasi kejang demam adalah 1. Kejang demam sederhana

Yaitu kejang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum. Adapun pedoman untuk mendiagnosa kejang demam sederhana dapat diketahui melalui criteria Livingstone, yaitu : a. umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun b. kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit. c. Kejang bersifat umum d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam. e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukan kelainan. g. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali 2. Kejang kompleks Kejang kompleks adalah tidak memenuhi salah satu lebih dari ketujuh criteria Livingstone. Menurut Mansyur ( 2000: 434) biasanya dari kejang kompleks diandai dengan kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit, fokal atau multiple ( lebih dari 1 kali dalam 24jam). Di sini anak sebelumnya dapat mempunyai kelainan neurology atau riwayat kejang dalam atau tanpa kejang dalam riwayat keluarga.

E. Komplikasi
Menurut Lumbantobing ( 1995: 31) Dan Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI (1985: 849-850). Komplikasi kejang demam umumnya berlangsung lebih dari 15 menit yaitu : Kerusakan otak Terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif sewaktu kejang melepaskan glutamat yang mengikat resptor MMDA ( M Metyl D Asparate ) yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang merusak sel neuoran secara irreversible. Retardasi mental Dapat terjadi karena deficit neurolgis pada demam neonatus.

F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Komite Medik RSUP Dr. sardjito ( 2000:193) dan Lumban tobing dan Ismail (1989 :43), pemeriksaannya adalah : EEG

Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas panas tidak menunjukan kelainan likuor. Gelombang EEG lambat didaerah belakang dan unilateral menunjukan kejang demam kompleks. Lumbal Pungsi Tes ini untuk memperoleh cairan cerebrospinalis dan untuk mengetahui keadaan lintas likuor. Tes ini dapaat mendeteksi penyebab kejang demam atau kejang karena infeksi pada otak. Pada kejang demam tidak terdapat gambaran patologhis dan pemeriksaan lumbal pungsi Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan :

1. Warna cairan cerebrospinal : berwarna kuning, menunjukan pigmen kuning santokrom 2. Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari normal (normal bayi 40-60ml, anak muda 60-100ml, anak lebih tua 80-120ml dan dewasa 130-150ml) 3. Perubahan biokimia : kadar Kalium menigkat ( normal dewasa 3.5-5.0 mEq/L, bayi 3.65.8mEq/L)

G. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


Menurut Ngastiyah (1997: 232-235) dan Hassan & Alatas (195: 850-854) ada 4 faktor yang perlu dikerjakan : 1. Segera diberikan diezepam intravena dosis rata-rata 0,3mg/kg

Bila kejang tidak berhentitunggu 15 menit

atau diazepam rektal

10 kg = 10 mg dosis 10 kg = 5mg/kg

dapat diulangi dengan dosis/cara yang sama Kejang berhenti

berikan dosis awal fenobaritol neonatus =30 mg IM 1 bln-1 thn=50 mg IM >1 thn=75 mg IM

Pengobatan rumat

4 jam kemudian Hari I+II = fenobaritol 8-10 mg/kg dibagi dlm 2 dosis Hari berikutnya = fenobaritol 4-5 mg/kg dibagi dlm 2 dosis Bia diazepam tidak tersedia langsung memakai fenobarbital dengan dosis awal selanjutnya diteruskan dengan dosis rumat. 2. Membebaskan jalan nafas, oksi genasi secukupnya 3. Meurunkan panas bila demam atau hipereaksi, dengan kompres seluruh tubuh dan bila telah memungkinkan dapat diberikan parasetamol 10 mg/kgBB/kali kombinasi diazepam oral 0,3 mg/kgBB 4. memberikan cairan yang cukup bila kejang berlangsung cukup lama (> 10 menit) dengan IV : D5 1/4, D5 1/5, RL.

Ada juga penatalaksanaan yang lain yaitu: a. Bila etiologi telah diketahui pengobatan terhadap penyakit primer segera dilakukan. Bila terdapat hipogikemia, beri larutan glukosa 20 % dengan dosis 2 - 4 ml/kg BB secara intravena dan perlahan kemudian dilanjutkan dengan larutan glukosa 10 % sebanyak 60 - 80 ml/kg secara intravena. Pemberian Ca - glukosa hendaknya disertai dengan monitoring jantung karena dapat menyebabkan bradikardi. Kemudian dilanjutkan dengan peroral sesuai kebutuhan. Bila secara intravena tidak mungkin, berikan larutan Ca glukosa 10 % sebanyak 10 ml per oral setiap sebelum minum susu. b. Bila kejang tidak hilang, harus pikirkan pemberian magnesium dalam bentuk larutan 50% Mg SO4 dengan dosis 0,2 ml/kg BB (IM) atau larutan 2-3 % mg SO4 (IV) sebanyak 2 6 ml. Hati-hati terjadi hipermagnesemia sebab gejala hipotonia umum menyerupai floppy infant dapat muncul.

c.

Pengobatan dengan antikonvulsan dapat dimulai bila gangguan metabolik seperti hipoglikemia atau hipokalsemia tidak dijumpai. Obat konvulsan pilihan utama untuk bayi baru lahir adalah Fenobarbital (Efek mengatasi kejang, mengurangi metabolisme sel yang rusak dan memperbaiki sirkulasi otak sehingga melindungi sel yang rusak karena asfiksia dan anoxia). Fenobarbital dengan dosis awal 20 mg . kg BB IV berikan dalam 2 dosis selama 20 menit. Banyak penulis tidak atau jarang menggunakan diazepam untuk memberantas kejang pada BBL( bai baru lahir )dengan alasan efek diazepam hanya sebentar dan tidak dapat mencegah kejang berikutnya. Disamping itu pemberian bersama-sama dengan fenobarbital akan mempengaruhi pusat pernafasan karena zat pelarut diazepam mengandung natrium benzoat yang dapat menghalangi peningkatan bilirubin dalam darah. Adapun pencegahan yang dapat dilakukan menurut Ngastiyah ( 1997: 236-239) pencegahan difokuskan pada pencegahan kekambuhan berulang dan penegahan segera saat kejang berlangsung.

1.

Pencegahan berulang Mengobati infeksi yang mendasari kejang Penkes tentang

a) Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep dokter b) Tersedianya obat pengukur suhu dan catatan penggunaan termometer, cara pengukuran suhu tubuh anak, serta keterangan batas-batas suhu normal pada anak ( 36-37C) c) Anak diberi obat anti piretik bila orang tua mengetahuinya pada saat mulai demam dan jangan menunggu sampai meningkat d) Memberitahukan pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah mengalami kejang demam bila anak akan diimunisasi. 2. Mencegah cedera saat kejang berlangsung kegiatan ini meliputi : Baringkan pasien pada tempat yang rata Kepala dimiringkan unutk menghindari aspirasi cairan tubuh Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napas Lepaskan pakaian yang ketat Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cedera

H. Pengkajian

Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan kejang demam menurut Greenberg (1980 : 122 128) 1. Riwayat Keperawatan a. Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga b. Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atis, OMA, pneumonia, gastroenteriks, Faringiks, brontrope, umoria, morbilivarisela dan campak. c. Adanya riwayat peningkatan suhu tubuh d. Adanya riwayat trauma kepala 2. Pengkajian fisik a. Adanya peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan pernafasan, kulit teraba hangat b. Ditemukan adanya anoreksia, mual, muntah dan penurunan berat badan c. Adanya kelemahan dan keletihan d. Adanya kejang e. Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan adanya peningkatan kalium, jumlah cairan cerebrospiral meningkat dan berwarna kuning 3. Riwayat Psikososial atau Perkembangan a. Tingkat perkembangan anak terganggu b. Adanya kekerasan penggunaan obat obatan seperti obat penurun panas c. Pengalaman tantang perawatan sesudah/ sebelum mengenai anaknya pada waktu sakit. 4. Pengetahuan keluarga a. Tingkatkan pengetahuan keluarga yang kurang b. Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala kejang demam c. Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol suhu tubuh d. Keterbatasan menerima keadaan penyakitnya

I. Diagnosa Keperawatan
Menurut Doengoes, dkk (1999 : 876), Angram (1999 : 629 630) dan carpenito (2000 : 132), diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan kejang demam 1. Resiko tinggi terhadap cidera b.d aktivitas kejang 2. Hipertermi bd efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus 3. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif bd reduksi aliran darah ke otak 4. Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis, penatalaksanaan dan kebutuhan pengobatan bd kurangnya informasi

J. Perencanaan
1. Resiko tinggi terhadap cidera b.d aktivitas kejang Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama poroses keperawatan diharapkan resiko cidera dapat di hindari, dengan kriteria hasil NOC: Pengendalian Resiko a. Pengetahuan tentang resiko b. Monitor lingkungan yang dapat menjadi resiko c. Monitor kemasan personal d. Kembangkan strategi efektif pengendalian resiko e. Penggunaan sumber daya masyarakat untuk pengendalian resiko Indkator skala : 1 = tidak adekuat 2 = sedikit adekuat 3 = kadang-kadan adekuat 4 = adekuat 5 = sangat adekuat NIC : mencegah jatuh a. identifikasi faktor kognitif atau psikis dari pasien yang dapat menjadiakn potensial jatuh dalam setiap keadaan b.identifikasi mkarakteristik dari lingkungan yang dapat menjadikan potensial jatuh c. monitor cara berjalan, keseimbangan dan tingkat kelelahan dengan ambulasi d. instruskan pada pasien untuk memanggil asisten kalau mau bergerak

2. Hipertermi b.d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu dalam rentang norma NOC : Themoregulation a. Suhu tubuh dalam rentang normal b. Nadi dan RR dalam rentang normal c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak warna kulit dan tidak pusing

Indicator skala 1. : ekstrem 2 : berat 3 : sedang 4 : ringan 5 : tidak ada gangguan NIC : Temperatur regulation a. Monitor suhu minimal tiap 2 jam b. Rencanakan monitor suhu secara kontinyu c. Monitor tanda tanda hipertensi d. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi e. Monitor nadi dan RR

3. Perfusi jaringan cerebral tidakefektif berhubungan dengan reduksi aliran darah ke otak Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan suplai darah ke otak dapat kembali normal , dengan kriteria hasil : NOC : status sirkulasi a. b. c. d. e. TD sistolik dbn TD diastole dbn Kekuatan nadi dbn Tekanan vena sentral dbn Rata- rata TD dbn

Indicator skala : 1 = Ekstrem 2 = Berat 3 = Sedang 4 = Ringan 5 = tidak terganggu NIC : monitor TTV: a. b. c. monitor TD, nadi, suhu, respirasi rate catat adanya fluktuasi TD monitor jumlah dan irama jantung

d. e.

monitor bunyi jantung monitor TD pada saat klien berbarning, duduk, berdiri

NIC II : status neurologia a. b. c. d. monitor tingkat kesadran monitor tingkat orientasi monitor status TTV monitor GCS

4. Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis, penatalaksanaan dan kebutuhan pengobatan b.d kurang informasi Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang kondisi pasien NOC : knowledge ; diease proses a. Keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit kondisi prognosis dan program pengobatan b. Keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar c. Keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/ tim kesehatan lainya Indicator skala : 1. Tidak pernah dilakukan 2. Jarang dilakukan 3. Kadang dilakukan 4. Sering dilakukan 5. Selalu dilakukan NIC : Teaching : diease process a. Berikan penilaian tentang penyakit pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi fisiologi dengan cara yang tepat c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat d. Identifikasikan kemungkinan dengan cara yang tepat

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan pada makalah ini, kami menyimpulkan bahwa kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yaitu 38o C yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun. . Kejang demam di klasifikasikan menjadi 2 yaitu Kejang demam sederhana dan Kejang kompleks. Komplikasi yang dapat terjadi yaitu kerusakan otak dan retardasi mental. Diagnosa yang dapat muncul pada kejang demam yaitu : Resiko tinggi terhadap cidera b.d aktivitas kejang , Hipertermi bd efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus, Perfusi jaringan cerebral tidak efektif bd reduksi aliran darah ke otak, Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis, penatalaksanaan dan kebutuhan pengobatan bd kurangnya informasi.

B. Saran
Dengan telah membacanya makalah ini, mahasiswa/I diharapkan dapat mengerti, mengetahui tentang ASKEP (Asuhan Keperawatan) Anak dengan Kejang Demam, serta tindakan-tindakan yang akan diambil dalam membuat ASKEP yang bermutu dan bermanfaat bagi pasien. Serta dituntut untuk bisa membandingkan antara teori dan kasus yang terjadi di lapangan / lahan praktek yang terkadang ketidaksinkronan dan kesinkronan yang wajar. Semoga bermanfaat bagi semua mahasiswa dan membantu dalam pembuatan ASKEP kelak.

Anda mungkin juga menyukai