Anda di halaman 1dari 15

WRAP UP

Nyeri Diatas Tumit Sewaktu Olahraga

Kelompok B-15

Ketua Sekertaris Anggota

: Suendia Putra : Zahra Puspita : M Hanni Ramli C Nurzanah C Primadani Prayogo Budhi Prabowo Retno Chesari R Rizka Metya Toporiansa Winda Diah Nugraheni

(1102011266) (1102011301) (1102011177) (1102011203) (1102011209) (1102011229) (1102010250) (1102009285) (1102011293)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI 2012/2013

SKENARIO 2 NYERI DIATAS TUMIT SEWAKTU OLAHRAGA Seorang pasien laki-laki berumur 30 tahun datang ke UGD Rumah Sakit dengan keluhan nyeri hebat pada daerah belakang pergelangan kaki kirinya. Sekitar 3 jam yang lalu pasien bermain bola, saat berebutan bola, tiba-tiba kaki kirinya berbunyi krek, pasien langsung terjatuh dan merasakan sakit yang sangat sehingga meraung kesakitan. Pasien tidak mampu berdiri kembali sehingga harus dibopong keluar lapangan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, tanda vital baik. Pada pergelangan kaki bagian belakang didapatkan udem, nyeri bila ditekan. Pada test Simmonds tidak didapatkan plantar fleksi kaki. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan ruptur total tendo Achilles kiri. Pasiendisarankan menjalani operasi penyambungan kembali tendo yang terputus.

SASARAN BELAJAR LI 1. Memahami Dan Menjelaskan Mengenai Tendon Achilles LO 1.1 Makroskopis Tendon Achilles 1.2 Mikroskopis Tendon Achilles 1.3 Fungsi Tendon Achilles

LI 2. Memahami Dan Menjelaskan Mengenai Ruptur Tendon Achilles LO 2.1 Definisi Ruptur Tendon Achilles 2.2 Etiologi Ruptur Tendon Achilles 2.3 Manifestasi Ruptur Tendon Achilles 2.4 Pemeriksaan Klinis Ruptur Tendon Achilles 2.5 Pemeriksaan Penunjang Ruptur Tendon Achilles 2.6 Diagnosis Ruptur Tendon Achilles 2.7 Diagnosis Banding Ruptur Tendon Achilles 2.8 Penatalaksanaan Ruptur Tendon Achilles 2.9 Prognosis Ruptur Tendon Achilles

LI 1. Memahami Dan Menjelaskan Mengenai Tendon Achilles LO 1.1 Makroskopis Tendon Achilles Tendon achilles atau tendon calcaneus adalah tendon pada bagian belakang tungkai bawah dan fungsinya untuk meletakkan otot gastronemius dan otot soleus kesalah satu tulang penyusunan pegelangan kaki, calcaneus. Tendon achilles berasal gabungan dari tiga otot yaitu Gastronemius, soleus,dan otot plantaris kaki, Pada manusia letaknya tepat dibagian pegelangan kaki. Tendon achilles adalah tendon tendon yang tertebal dan terkuat pada tubuh manusia yang panjangnya 15 cm yang dimulai dari pertengahan tungkai bawah. Kemudian stukturnya mengumpul dan melekat pada bagian tengah belakang tulang calcaneus.

LO 1.2 Mikroskopis tendo Achilles Tendon bertindak sebagai transduser dari gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot terhadap tulang. Kolagen merupakan 70% dari berat kering tendon, sekitar 95% dari kolagen tersebut merupakan kolagen tipe I, dengan jumlah elastin yang kecil. Serat elastin dapat menjalani tekanan sebesar 200% sebelum rusak. Jika serat elastin ada pada tendon dalam proporsi yang besar maka akan ada penurunan dalam besarnya gaya yang ditransmisikan ke tulang.

Fibril kolagen terikat ke fasikula, mengandung pembuluh darah dan pembuluh limfatik serta saraf. Fasikula-fasikula tersebut secara bersamaan di kelilingi oleh epitenon dan membentuk struktur kasar dari tendon, yang kemudian tertutup oleh paratenon, terpisah dari epitenon oleh lapisan tipis cairan untuk memungkinkan pergerakan tendon dengan mengurangi pergesekan

Meskipun tendon Achilles normal hampir seluruhnya terdiri dari kolagen tipe-I, tendon Achilles yang putus juga berisi proporsi besar dari kolagen tipe-III. Fibroblast dari tendon Achilles yang putus menghasilkan baik kolagen tipe-I dan tipe-III pada kultur. Kolagen tipe-III kurang tahan terhadap kekuatan tarikan dan arena itu dapat mempengaruhi putusnya tendon secara spontan. Tendon Achilles normal menunjukkan pengaturan selular yang terorganisir dengan baik, sangat berbeda dengan tendon yang putus. Tenosit, yang merupakan fibroblast khusus, muncul pada potongan longitudinal. Pengaturan yang baik ini disebabkan oleh sekresi kolagen secara sentrifugal yang seragam disekitar kolom tenosit, yang menghasilkan baik komponen fibriler dan nonfibriler dari matriks eksraseluler dan juga dapat menyerap kembali serat-serat kolagen. Fig.4 Gambaran mikroskopis tendon achilles normal

Fig.5 Gambaran mikroskopis ruptur tendon achilles

LO 1.3 Fungsi Tendon Achilles 1. Membawa kekuatan tarik tendon dari otot ke tulang 2. membawa pasukan kompresi ketika membungkus tulang seperti katrol 3. Menekuk dan meregangkan (flex) semua sendi dan otot untuk menahan tulang. Tanpa tendon, otot-otot hanya akan menjadi sekumpulan besar di satu bidang dan tidak akan bisa bergerak 4. Tendon yang menghubungkan otot dengan tulang 5. Hal ini juga memungkinkan tendon untuk menyimpan dan memulihkan energy pada efisiensi yang tinggi. Sebagai contoh, selama langkah manusia, Achilles tendon peregangan sebagai dorsiflexes sendi pergelangan kaki. Pada bagian terakhir langkahnya, sebagai kaki plantarflexes (jari-jari kaki menunjuk kebawah), yang disimpan energi elastis dilepaskan. Lebih jauh, karena meregangkan tendon, otot dapat berfungsi dengan kurang atau bahkan tidak ada perubahan panjang, yang memungkinkan otot untuk menghasilkan kekuatan yang lebih besar 6. Ketika otot gastrocnemius (di betis) kontraksi (lebih pendek), tendon yang melekat dari otot ke tulang tumit (kalkaneus) bergerak 7. Sebagai memperpendek otot, tendon bergerak ketitik ke bawah kaki. Ini adalah tindakan yang memungkinkan seseorang untuk berdiri di atas kaki seseorang, berlari, melompat, berjalan normal, dan untuk naik dan turun tangga LI 2. Memahami Dan Menjelaskan Mengenai Ruptur Tendon Achilles LO 2.1 Definisi Ruptur Tendon Achilles Ruptur adalah putusnya suatu organ atau jaringan sedangkan ruptur tendo achilles adalah putusnya tendo achilles atau cedera yang terjadi pada tendo achiles. LO 2.2 Etiologi Ruptur Tendon Achilles Ruptur tendo achilles dapat terjadi saat dorsofleksi pasif secara tiba tiba saat kontraksi maksimal pada otot betis. Dalam beberapa kasus putusnya tendo Achilles terjadi pada tendo yang kurang menerima aliran darah. Biasanya ruptur tendo Achilles lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan pada wanita. Faktor-faktor penyebab lainnya adalah : A.Faktor internal 1.Tendo dapat melemah bergantung pada bertambahnya usia (Relatif pada usia 30-50 tahun) 2. Riwayat ruptur tendon achilles sebelumnya 3.Pengguanaan kortikosteroid dan fluorokuinolon dapat meningkatkan kejadian ruptur. Flourokuinolon menurunkan transkripsi decorin, penurunan decorin menyebabkan perubahan pada arsitektur tendon, sifat biomekanik dan menghasilkan peningkatan kerapuhan 4. Flexibilitas otot yang rendah (gastrocnemius nya rapat) 5. Berkurangnya ruang gerak sendi (dorsofleksi yang terbatas)

B.Faktor eksternal 1. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga badminton, tenis, basket dan sepak bola ataupun olahraga berat lainnya 2. Perubahan/pergantian alas kaki (alas kaki bertumit rendah/ tumit tinggi) 3. Kondisi alas kaki yang buruk (ukuran tumit yang tidak sesuai, pelebaran sisi sepatu, berkurangnya fleksibilitas kaki) 4. Terlalu banyak tiarap (meningkatnya beban pada kompleks gastrocnemius/soleus untuk menelentangkan kaki dan jemari kaki dengan bebas) LO 2.3 Manifestasi Ruptur Tendon Achilles Tanda dan gejala ruptur Achilles Gejala : Biasanya, snap tiba-tiba atau pop dirasakan di bagian belakang pergelangan kaki Pasien mungkin menggambarkan sensasi ditendang di bagian belakang kaki Nyeri bisa berat Rasa sakit mendadak dan berat dapat dirasakan di bagian belakang pergelangan kaki atau betis Pasien merasa seolah-olah ia telah dipukul tepat pada tumitnya dan tidak bisa berjinjit Tumit tidak dapat digerakan turun atau naik atau push off kaki terluka ketika berjalan Tanda : Terlihat bengkak dan kaku serta tampak memar dan kelemahan di dekat tumit Sebuah kesenjangan atau depresi dapat dilihat di tendon sekitar 2-3 cm di atas tulang tumit Apabila ada robekan, suatu celah dapat dilihat dan terasa 5 cm diatas insersio tendon Plantar flexi kaki akan lemah dan tidak disertai dengan tendon LO 2.4 Pemeriksaan Klinis Ruptur Tendon Achilles Untuk mengetahui ada atau tidaknya ruptur tendo Achilles dapat dilakukan beberapa test seperti: 1. Test Thompson (Test Simmond) Tes ini dilakukan untuk mengetahui kelainan tendon yang terjadi di tulang calcaneus. Cara melakukan tes ini, penderita tidur dengan posisi tengkurap, dengan kedua kaki dipinggir tempat tidur, lalu dilakukan kompresi pada otot betis. Pada otot yang normal, setelah dilakukan kompresi maka akan terjadi flexi plantar, sebaliknya jika setelah dilakukan flexi plantar dan tidak terjadi flexi plantar, maka telah terjadi ruptur tendon achilles. 2. Test fleksi Lutut Pasien diminta untuk aktif melenturkan lutut sampai 90 derajat sambil berbaring rawan di meja periksa. Selama gerakan ini, jika kaki pada sisi yang terkena jatuh ke netral atau dorsofleksi, diagnosis ruptur tendon achilles dapat ditegakkan. 3. Test jarum Sebuah jarum suntik dimasukkan melalui kulit pada betis, dari medial ke garis tengah, dan 10 cm proksimal terhadap masuknya tendon. Jarum dimasukkan sampai ujungnya ada di dalam substansi tendon. Pergelangan kaki kemudian bergantian melakukan plantar fleksi dan dorso

fleksi. Jika, pada dorsofleksi, titik jarum distal, bagian dari tendon distal jarum dianggap utuh. Jika titik jarum proksimal, diduga hilangnya kontinuitas antara jarum dan tempat penyisipan dari tendon. 4. Tes sphygmomanometer Untuk tes ini, manset Sphygmomanometer melilit betis di bagian tengah sementara pasien berbaring rawan. Manset mengembang hingga 100 milimeter merkuri (13,33 kilopascal) dengan kaki di fleksi plantar. Kaki kemudian dorsofleksi. Jika tekanan naik sampai sekitar 140 milimeter merkuri (18,66 kilopascal), unit musculotendinous dianggap menjadi utuh. Namun, jika tekanan tetap sekitar 100 milimeter merkuri (13,33 kilopascal), maka diagnosis ruptur tendon Achilles dapat ditegakkan. LO 2.5 Pemeriksaan Penunjang Ruptur Tendon Achilles Pemeriksaan Radiologi 1. Plain Radiografi Merupakan suatu pemeriksaan sederhana menggunakan sinar Roentgen (sinar X) dengan berbagai posisi pemeriksaan. Dapat dilakukan dengan menggunakan kontras atau tanpa kontras. Keunggulan : Mudah, cepat, dan biaya relatif lebih murah. Kesulitan : Terkadang gambaran yang dihasilkan tidak terlalu jelas, karena superposisi (tumpang-tindih) dengan organ lain. Untuk beberapa jenis pemeriksaan, harus dilakukan dengan mengubah posisi pasien, agar diperoleh gambaran yang jelas. Pemakaian klinis : Pemeriksaan tanpa kontras, dapat dilakukan pada jantung dan paru, serta tulang-tulang pada seluruh bagian tubuh. Pemeriksaan dengan kontras, lebih lanjut dapat digunakan untuk memeriksa saluran cerna, saluran kemih, organ kandungan, saluran kelenjar liur, pembuluh darah, saluran getah bening, dan sumsum tulang belakang. Dapat digunakan untuk mengidentifikasi secara tidak langsung robekan tendon Achilles. Radiografi menggunakan sinar-X untuk menganalisis titik cedera. Hal ini tidak efektif untuk mengidentifikasi cedera pada jaringan lunak. Sinar-X umumnya dipakai untuk mengoptimalkan visualisasi benda padat seperti tulang, sementara jaringan lunak masih relatif tidak dapat dibedakan di latar belakang nya. Radiografi memiliki peran kecil dalam penilaian cedera tendon Achilles dan lebih berguna untuk mengesampingkan cedera lain seperti patah tulang kalkanealis. Temuan radiografi pada ruptur tendon Achilles meliputi : - Penggelapan tendon Perdarahan, edema dan hilangnya tendon mengakibatkan penggelapan margin anterior tendon Achilles pada tampak lateral. - Gangguan posterior pada Kager pad lemak Darah dan edema mengganggu Kager pad lemak. Pad lemak dipersempit oleh edema. - Lekukan kulit pada bagian robekan lesung pipit kecil dapat dilihat pada bagian robekan. Biasanya tertutup oleh pembengkakan dan perdarahan. - Gumpalan jaringan lunak di ujung tendon ujung ruptur tendon menarik kembali dan bergelung, mengakibatkan bengkak pada ujung tendon.

- Mengidentifikasi ujung yang terputus Ujung proksimal biasanya dikaburkan oleh pembengkakan dan perdarahan, tetapi ujung distal dapat dipisahkan dari lemak sekitarnya dalam 50% kasus

Fig. 9 foto radiologi ruptur, gambaran yang lebih putih menunjukkan rupture 2. Ultrasonografi Merupakan salah satu alat pemeriksaan diagnostik yang menggunakan gelombang suara ultrasonik untuk menghasilkan gambaran mengenai bentuk, gerak, ukuran suatu organ tubuh. Keunggulan : Tidak menggunakan radiasi sinar X, sehingga aman bagi wanita hamil. Penyulit : Tidak dapat digunakan untuk melihat bagian tubuh seperti tulang atau ruangan berongga yang berisi gas, seperti usus. Pemakaian klinis : Digunakan untuk menemukan dan menentukan letak massa dalam rongga perut / panggul, membedakan kista dengan massa padat, mempelajari pergerakan organ maupun pergerakan dan pertumbuhan janin. Dapat digunakan untuk menentukan ketebalan tendon, karakter, dan adanya robekan. Bekerja dengan mengirimkan frekuensi yang sangat tinggi dari suara melalui tubuh pasien. Beberapa suara dipantulkan kembali dari ruang antara cairan interstisial dan jaringan lunak atau tulang. Gambar-gambar yang tercermin ini dapat dianalisis dan dihitung ke dalam suatu gambar. Gambar-gambar ditangkap secara nyata dan dapat membantu dalam mendeteksi pergerakan tendon dan memvisualisasikan kemungkinan cedera atau robek. Perangkat ini membuat pemeriksaan menjadi sangat mudah untuk menemukan kerusakan struktural jaringan lunak, dan metode yang konsisten untuk mendeteksi jenis cedera. Alat modalitas gambar ini tidak mahal, tidak melibatkan radiasi pengion dan di tangan ultrasonographer ahli, bisa diandalkan.

Fig. 10 gambaran USG dari ruptur tendon Achilles

3. Computerized Tomography (CT) Merupakan pemeriksaan sinar X yang lebih canggih dengan bantuan komputer, sehingga memperoleh gambaran yang lebih detail. Dapat dilakukan dengan kontras dan tanpa kontras. Keunggulan: Dapat memberikan gambaran penampang tubuh yang tidak mungkin dilihat dengan menggunakan alat Rontgen biasa. Dengan menggunakan sistem komputer, maka dapat juga dibuat gambaran secara 3 dimensi. Dapat menghitung perkiraan jumlah perdarahan pada kasus kasus tertentu. Penyulit: Radiasi yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan radiologi konvensional, biaya yang harus dikeluarkan pun relatif lebih mahal, sulit diterapkan pada pasien yang memiliki fobia pada tempat sempit (Klaustrofobi). Pemakaian klinis : Dapat digunakan untuk melihat berbagai organ tubuh seperti tulang- tulang kepala, otak, jantung dan paru, perut, pada berbagai kasus seperti kecelakaan (trauma), tumor, infeksi, dan lain-lain. 4. MRI (Magnetic Resonance Imaging) Merupakan suatu alat diagnostik mutakhir untuk memeriksa dan mendeteksi tubuh dengan menggunakan medan magnet yang besar dan gelombang frekuensi radio, tanpa sinar X ataupun zat radioaktif. Keunggulan: Memberikan gambaran yang dapat menunjukkan perbedaan sangat jelas dan lebih sensitif untuk menilai anatomi jaringan lunak, terutama otak, sumsum tulang belakang, dan susunan saraf dibandingkan dengan pemeriksaan sinar X biasa. Penyulit: Tidak dapat digunakan (kontraindikasi) pada pasien dengan alat pacu jantung, alat dengar implan, pasien dengan pen-logam, pasien fobia ruangan sempit (Klaustrofobia). Pemakaian klinis: Digunakan untuk menilai anatomi jaringan lunak, seperti otak, sumsum tulang belakang, susunan saraf. Selain itu, dapat juga untuk menilai jaringan lainnya seperti otot, ligamen, tendon, tulang rawan, ruang sendi. Dapat digunakan untuk membedakan ruptur tidak lengkap dari degenerasi tendon Achilles, dan MRI juga dapat membedakan antara paratenonitis, tendinosis, dan bursitis. Teknik ini menggunakan medan magnet yang kuat untuk menyelaraskan jutaan proton berjalan melalui tubuh. Proton ini kemudian dibombardir dengan gelombang radio yang merubuhkan beberapa dari proton tsb keluar dari garis (alignment). Ketika proton kembali mereka (proton) memancarkan gelombang radio mereka sendiri yang unik yang dapat dianalisis oleh komputer dalam 3D untuk membuat gambar tajam penampang silang dari area penting. MRI dapat memberikan kontras yang tak tertandingi dalam jaringan lunak untuk foto berkualitas sangat tinggi sehingga mudah untuk teknisi menemukan robekan dan cedera lainnya.

Fig.11 tendon Achilles robek parsial.Sobek longitudinal interstisial (panah putih) dan bukti degenerasi hipoksia yang mendasari dengan tendon tebal juga bisa dilihat. LO 2.6 Diagnosis Ruptur Tendon Achilles Dalam mendiagnosis ruptur tendo Achilles, ahli bedah kaki dan pergelangan kaki akan mengajukan pertanyaan (anamnesa) tentang bagaimana dan kapan cedera terjadi dan apakah pasien sebelumnya cedera tendo atau gejala serupa juga dialami. Dokter bedah akan memeriksa kaki dan pergelangan kaki. Rentang gerak dan kekuatan otot akan dievaluasi dan dibandingkan dengan kaki terluka dan pergelangan kaki. Jika tendo Achilles pecah, pasien akan memiliki kekuatan yang kurang dalam mendorong ke bawah (seperti pada pedal gas) dan akan mengalami kesulitan naik pada jari kaki. Diagnosis ruptur tendo Achilles biasanya langsung dan dapat dilakukan melalui pemeriksaan jenis ini. Dalam beberapa kasus, ahli bedah dapat mengajukan tes pencitraan MRI atau lainnya. LO 2.7 Diagnosis Banding Ruptur Tendon Achilles 1. Tendo calcaneal bursitis Bursa adalah kantung berisi cairan yang dirancang untuk membatasi gesekan. Ketika bursa ini meradang disebut bursitis. Tendo calcaneal bursitis adalah peradangan pada bursa di belakang tilang tumit. Bursa ini biasanya membatasi gesekan. Dimana achilles tendon fibrosa tebal di belakang tumit meluncur turun naik. 2. Achilles tendoncitis Cedera ini biasanya terjadi saat kontraksi kuat dari otot seperti ketika berjalan/ berlari, achiles tendoncitis adalah sebuah strain kekerasan yang dapat membuat trauma tendon achilles dan betis. 3. Achilles tendinopathy atau tendonosis Kronis yang berlebihan bisa berpengaruh pada perubahan tendon achilles yang juga menyebabkan degenerasi dan penebalan tendon.

LO 2.8 Penatalaksanaan Ruptur Tendon Achilles 1. Pengobatan secara operatif (surgical) ruptur tendon achilles Ada 2 macam operasi untuk penyembuhan Ruptur Tendo Achilles: a. Operasi Terbuka Selama operasi terbuka sebuah sayatan dibuat di bagian belakang kaki dan tendo achilles di jahit bersama-sama. Pada ruptur lengkap atau serius tendon plantaris atau sisa otot yang lain ditanam dan dibungkus di sekitar tendon achilles, untuk meningkatkan kekuatan perbaikan tendon. Jika kualitas jaringan buruk, misalnya cedera yang diabaikan, ahli bedah mungkin menggunakan jaring penguat (kolagen, artelon, atau material terdegradasi lainnya). Efek samping: dapat terjadi komplikasi masalah penyembuhan luka. b. Operasi Perkutan Pada operasi perkutan, ahli bedah membuat beberapa sayatan kecil dibanding satu sayatan besar, dan menjahit kembali tendon bersama melalui sayatan. Operasi bisa di tunda sekitar satu minggu setelah terjadi ruptur untuk mendinginkan atau menurunkan pembengkakan. Untuk pasien yang menetap dan yang mengalami vasculopati atau risiko penyembuhan buruk, operasi perkutan bisa menjadi pengobatan yang lebih baik dibandingkan operasi terbuka. Efek samping : dapat terjadi kerusakan syaraf. Setelah kedua jenis operasi, kemungkinan akan mengenakan gips, boot berjalan, atau perangkat serupa untuk 6-12 minggu. Pada awalnya, boot diposisikan untuk menjaga kaki menunjuk ke bawah untuk menyembuhkan tendon. Boot kemudian disesuaikan secara bertahap untuk meletakkan kaki dalam posisi netral (tidak mengarah ke atas atau bawah). Waktu pemulihan total Anda mungkin akan selama 6 bulan. Lebih dari 80 dari100 orang yang menjalani operasi untuk ruptur tendon Achilles dapat kembali ke semua aktivitas yang mereka lakukan sebelum cedera, termasuk kembali berolahraga. Meskipun operasi perkutan secara tradisional dipandang memiliki tingkat rerupture tinggi dibandingkan operasi terbuka, studi menunjukkan bahwa tingkat rerupture keduanya sebenarnya sama besar. Sekitar 5 dari 100 orang yang melakukan operasi untuk ruptur tendon achilles akan rerupture setelah operasi Operasi Terbuka lebih besar kemungkinannya daripada operasi perkutan untuk menghasilkan komplikasi masalah penyembuhan luka. Tapi kerusakan saraf lebih mungkin dapat terjadi pada operasi perkutan. Teknik-teknik baru untuk operasi perkutan dapat membuat kemungkinan kerusakan saraf kurang lebih sedikit dibandingkan ketika teknik yang lebih tua digunakan. Sulit untuk membandingkan hasil operasi, karena usia dan aktivitas mereka yang berbeda. Keberhasilan operasi bergantung pada pengalaman dokter bedah, jenis prosedur bedah yang digunakan, tingkat kerusakan tendon, seberapa cepat setelah pecah operasi dilakukan, dan seberapa cepat program rehabilitasi dimulai setelah operasi dan seberapa baik pasien mengikutinya. Risiko operasi tendon Achilles:

Infeksi kulit di tempat sayatan Komplikasi normal pembedahan atau anestesi, seperti pendarahan dan efek samping obatobatan Kerusakan saraf. Resiko kembalinya ruptur Achilles. Walaupun risiko ini lebih kecil dibanding pengobatan nonsurgical Kemungkinan tendon yang sembuh setelah operasi tidak akan sekuat seperti sebelum cedera. Penurunan ruang gerak. 2. Pengobatan secara non operative Pasien dengan diabetes, masalah penyembuhan luka, penyakit vaskular, neuropati, atau komorbiditas sistemik yang serius dianjurkan untuk memilih pengobatan nonoperative karena risiko yang signifikan dari pengobatan operasi (misalnya, infeksi, luka rincian, dehiscence perbaikan, komplikasi perioperatif). Gips kaki pendek dipasang pada kaki yang terkena,sementara pergelangan kaki ditempatkan di plantar fleksi sedikit (equinus gravitasi).Dengan menjaga kaki dalam posisi ini, ujung tendon secara teoritis lebih baik. Imobilisasi Cast dilanjutkan selama sekitar 6-10 minggu. Dorsofleksi Paksa merupakan kontraindikasi. Pergelangan kaki secara bertahap dapat dorsofleksi ke posisi yang lebih netral setelah periode imobilisasi (4-6 minggu). Posisi ini ditopang dengan casting serial atau pergelangan kaki orthotics yang disesuaikan. Berjalan dengan menggunakan cor diperbolehkan saat masa tersebut. Setelah pelepasan cor, tumit di sepatu diangkat setinggi 2 cm dab dipakai selama 2-4 bulan. Selama waktu ini, program rehabilitasi dimulai. Keuntungan pengobatan nonoperative termasuk komplikasi luka tidak ada (misalnya, kerusakan kulit, infeksi, pembentukan bekas luka, cedera neurovaskular), biaya rumah sakit menurun dan biaya dokter, morbiditas lebih rendah, dan tidak ada paparan anestesi. Kekurangan pengobatan nonoperative termasuk insiden yang lebih tinggi rerupture (hingga 40%) dan lebih sulit perbaikan reruptur bedah. Selain itu, tepi tendon dapat menyembuhkan dalam posisi memanjang karena celah di ujung tendon yang mengakibatkan penurunan daya fleksi plantar dan daya tahan. 3. Terapi obat a. NSAIDs Ibuprofen DOC bagi pasien menghilangkan nyeri ringan sampai sedang, juga menghambat reaksi inflamasi dan menurunkan nyeri dengan menghambat sintesis prostaglandin. b. Analgesik Asetaminofen DOC pada pasien HPS terhadap aspirin atau NSAIDs, org dengan gangguan GI tract bagian atas dan bagi pengkonsumsi antikoagulan. Kontrol nyeri, memiliki efek sedative. 4.Pengobatan Konservatif Imobilisasi langsung untuk ruptur tendo Achilles baik secara parsial, maupun seluruhnya.

Latihan bergerak sangat penting dalam proses pemulihan rupture tendo Achilles Pemakaian boot orthosis yang bisa dilepas dengan sisipan untuk tumit agar ujung tendin dapat berdekatan bersama-sama. Kelebihan dari pemakaian boot ini adalah pasien dapat bergerak. Pada robekan parsial dilakukan pemasangan gips sirkuler di atas lutut selama 4-6 minggu dalam posisi fleksi 30-40 pada lutut dan fleksi plantar pada pergelangan kaki. fisioterapi Pada sebuah studi yang dilakukan oleh Twaddle dan Poon yand dipublikasian di American Journal of Sports Medicine pada tahun 2007, pasien dalam kelompok bedah memperbaiki tendon Achilles dengan menjalani menggunakan prosedur Krackow, diikuti oleh pemasangan gips equinus, sedangkan pasien non-bedah yang ditempatkan langsung di cor. Setelah pelepasan gips, pasien dipakaikan orthosis yang dapat dilepas dengan posisi pergelangan kaki pada 20 dari fleksi plantar. Pasien melepas splint selama 5 menit setiap jam, dan duduk dengan kaki menggantung, melatih dorsofleksi secara aktif dan fleksi plantar pasif, yang memungkinkan kaki untuk jatuh secara nyaman. Pada minggu ke-4, orthosis dibawa ke posisi netral, dengan protokol ROM yang sama seperti minggu sebelumnya. Pada 6 minggu, pasien diizinkan untuk menanggung berat badan yang ditoleransi sambil mengenakan orthosis. Pada saat ini, mereka juga diperbolehkan untuk melepas orthosis di malam hari. Pada minggu ke-8, pasien diperbolehkan melepas orthosis dan kemudian mulai terapi fisik untuk peregangan dan penguatan. LO 2.9 Prognosis Ruptur Tendon Achilles Kebanyakan orang yang mengalami ruptur tendo Achilles, tendo akan kembali normal. Jika operasi dilakukan, tendo mungkin menjadi lebih kuat dan kecil kemungkinannya untuk ruptur lagi. Biasanya, kegiatan berat seperti berjalan baru bisa dilakukan kembali setelah 6 minggu. Atlet biasanya kembali berolahraga setelah 4 sampai 6 minggu setelah cedera terjadi.

DAFTAR PUSTAKA : Fakultas Kedokteran Indonesia. 2011. Farmakologi dan Terapi Edisi 5 . Jakarta Almekinders L,Maffuli N.2001. The Achilles Tendon (page 7-10). London: Springer(UK) Penerbit buku kedokteran EGC. 2006. Sobotta jilid 2 edisi 22. Jakarta http://indonesian.orthopaedicclinic.com.sg/ http://www.achillestendon.com/Injuries.html http://www.scribd.com/doc/52164480/RUPTURE-TENDON-ACHILES http://www.emedicinehealth.com/tendinitis/article_em.htm http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20650/1/mkn-sep2006%20sup%20%282%29.pdf

Anda mungkin juga menyukai