Anda di halaman 1dari 11

Ikut Rasakan Penderitaan Pengungsi

Dahlan Tidur Beralas Tikar


Selasa, 21 Januari 2014 Demi Indonesia, Sumatera Utara

KARO-Bukan Dahlan Iskan kalau tak membuat sensasi. Seperti tadi malam saat mengunjungi posko pengungsi erupsi Gunung Sinabung. Usai bertemu tamah bersama pengungsi. Dahlan kemudian

memilih untuk tidur bersama pengungsi yang hanya beralaskan tikar. Bahkan, Dahlan terlihat cukup santai saat merebahkan tubuhnya di atas tikar. Dengan posisi tidur-tiduran sambil melipatkan kaki sembari membaca tulisan karya anak-anak pengungsi di Jambur Taras dalam sebuah kliping buku. Hampir semua mata pengungsi melihat Dahlan yang asyik membaca sambil tiduran. Bahkan, beberapa pengungsi sempat berbisik-bisik heran melihat Menteri BUMN tersebut yang mau tidur di pengungsian berbaur dengan para pengungsi. Ayo, tidur-tidur. Jangan lihatin saya. Tidur semua, ujar Dahlan kepada pengungsi yang memperhatikannya. Meski waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB, namun Dahlan masih asyik membaca kliping tersebut. Pak Menteri Dahlan Iskan memang jempol. Mau tidur bersama kami merasakan dinginnya udara. Tak ada pejabat seperti dia, kata Aini, salah satu pengungsi, penduduk Berastepu. Sebelumnya, kehadiran Dahlan Iskan di Jambur Taras langsung mendapat sambutan hangat oleh pengungsi yang berjumlah 310 Kepala Keluarga. Dahlan sempat menari tarian Karo bersama anak-anak pengungsi. Dahlan juga sempat mendengarkan salah seorang anak pengungsi bernama Lili yang duduk di bangku SLTP menyampaikan penderitaan keluarga

selama mengungsi. Suasana haru ketika Lili bercerita cukup terasa. Mata Dahlan pun berkaca. Usai mendengar monolog Lili, Dahlan langsung memberikan semangat kepada Lili agar tak patah semangat dan tetap rajin belajar seperti dirinya dulu yang miskin. Sebagai peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat, Dahlan Iskan sebenarnya mendapat penginapan di Hotel Arya Duta, Medan. Tapi Menteri BUMN itu memilih tidur di barak pengungsi bencana Gunung Sinabung di Jumbur Taras, Berastagi. Dan keputusan itu diambil Dahlan secara mendadak setelah mengunjungi para pengungsi Senin malam (20/1). Dahlan yang semula juga sudah memesan kamar hotel di Berastagi, akhirnya membiarkan kamar pesanannya tanpa ditempati. Kisah Lili, siswa SMA yang menjadi salah satu korban Sinabung itulah, yang membuat Dahlan ingin ikut merasakan kehidupan para pengungsi.Ketika Dahlan tiba, sejumlah anak sekolah SD, SMP dan SMA di pengungsian membuat surat untuk Dahlan. Surat itu kemudian dikumpulkan menjadi satu buku. Dahlan membaca surat itu satu per satu. Hingga menjelang tengah malam, Dahlan tak kunjung bisa memejamkan mata. Anak-anak yang menulis surat itu tak henti berdialog dengannya. Keakraban yang tulus. Keakraban orangtua yang mencintai anak-anaknya. Jelang dini hari, udara yang kian menusuk tulang akhirnya membuat Dahlan kedinginan sehingga ia pun akhirnya menyelimuti dirinya dan tak lama kemudian tertidur.(ila/rbb)

Dahlan Kabur dari Barak Pengungsi Korban Sinabung


Rabu, 22 Januari 2014 Demi Indonesia

RASA ingin tahu Dahlan Iskan terhadap erupsi Gunung Sinabung membuatnya nekad kabur sejenak dari tempat menginapnya di barak pengungsi bencana Gunung Sinabung di Jambur Taras, Berastagi, Sumatera Utara. Pada pukul 03.30 WIB dini hari, Selasa (21/1), saat pengungsi yang berjumlah 1.099 jiwa masih tertidur lelap, Menteri BUMN itu sudah terbangun karena diam-diam ia berencana pergi ke lereng gunung Sinabung. Begitu terbangun, Dahlan berdiri memperhatikan para pengungsi yang masih tertidur nyenyak. Kecuali, petugas jaga termasuk relawan, TNI, Polri, dan beberapa orang yang tak tidur. Dahlan kemudian keluar menuju dapur untuk melihat-lihat petugas dapur umum yang sudah bangun dan sedang memasak untuk sarapan pagi pengungsi. Dahlan pun menyalami satu persatu petugas yang sedang memasak. Mereka pun terlihat sangat senang menerima salam dari Dahlan Iskan. Selesai berkeling di dapur, jam menunjukkan pukul 04.05 WIB, Dahlan lalu mengajak Camat Brastagi untuk keluar menggunakan mobil. Diikuti oleh kepala desa, Dahlan naik mobil menuju arah gunung Sinabung. Mau kemana? Ini pagi sekali, tanya Camat kepada Humas BUMN Faisal yang mendampingi Dahlan Iskan.

Yang menyopiri mobil tersebut diambil alih Staf Khusus Kementerian BUMN, Abdul Aziz. Nah, Aziz terpaksa menjadi sopir sementara karena sopir yang membawa Dahlan Iskan masih terlelap tidur di Jambur tersebut. Di perjalanan Dahlan meminta untuk diantar ke Desa Jeraya, Desa Pintu Besi Kecamatan Simpang 4. Lokasi desa berada 3 kilo meter dari gunung Sinabung. Tentu saja Camat yang ikut bersama Dahlan terheran karena Dahlan mengetahui nama desa itu. Kok Pak Menteri tahu nama desa itu? tanya Camat tersebut. Tadi malam sambil tidur-tiduran di Jambur, di samping saya, ada dua anak SMP yang memberitahu saya kalau mereka berasal dari desa itu. Desa mereka katanya hancur. Jadi saya mau tahu kondisi desanya, kata Dahlan. Sesampainya di desa tersebut, kabut masih tebal. Dahlan bersama staf dan camat lalu turun dari mobil. Debu vulkanik pun menyirami kepala mereka. Pak camat pun sempat meminta maaf kepada Dahaln karena lupa membawa masker. Selesai berkeliling di desa tersebut, Dahlan menuju Desa Naman yang berada sekitar 4 km dari Gunung Sinabung. Sesampai di sana Dahlan melihat ada 2 warga sedang salat subuh, yakni Ustad Ahirta Sitepu dan Rio. Dahlan pun lalu bergegas salat juga. Usai salat, Dahlan ngobrol dengan Ustad Ahirta Sitepu dan Rio. Dari keterangan keduanya, mereka tidak mengungsi karena menjaga desanya. Saat di desa itu, Dahlan melihat jelas lahar panas turun dari gunung. Pagi itu rupanya Gunung Sinabung kembali memuntahkan laharnya. Saat yang sama, anjing-anjing yang tak memiliki tuan lagi karena ditinggal mengungsi, saling menggonggong saat terjadi letusan yang mengeluarkan asap sangat hitam. Setelah memperhatikan peristiwa alam tersebut dan melihat kondisi desa yang tak lagi berpenghuni, Dahlan pun lantas pamit kepada dua ustad tadi. Subhanallah, ada menteri pagipagi ke sini melihat desa kami, menginap dengan pengungsi. Jarang seperti ini, ujar Usad Ahirta Sitepu yang mengantar Dahlan berpamitan. Jam menunjukkan pukul 05.58 WIB, Dahlan dan stafnya lalu kembali ke Brastagi, ke tempat semula di Jambur Taras. Tiba di Jambur, Dahlan kemudian disambut anak-anak pengungsi yang akan berangkat ke sekolah. Mereka sudah menanti Dahlan untuk berpamitan sekolah. Dahlan pun langsung menyalami anak-anak tersebut satu persatu sambil berpesan agar giat belajar. Dahlan kemudian masuk ke dapur pengungsi untuk mengecek masakan sarapan pengungsi. Dahlan juga sempat bermain dan menggendong anak pengungsi dalam pangkuannya. Setelah itu, Dahlan pun kemudian berpamitan kepada pengungsi untuk melanjutkan perjalanan menuju posko pengungsi lainnya.

Beruntung, wartawan Sumut Pos, Laila Azizah diperbolehkan naik satu mobil bersama Dahlan Iskan. Dahlan duduk paling depan di samping sopir, sedangkan wartawan Sumut Pos duduk di bangku tengah dengan diapit dua staf Kementerian BUMN, Aziz dan Faisal. Dahlan menolak saat diwawancari terkait konvensi Demokrat maupun soal pencapresan dirinya di 2014. Ia hanya mau berkomentar soal Sinabung. Soal penanganan pengungsi Sinabung, Dahlan menilai kalau adat Karo, misalnya tiap jambur ada di tiap desa membuat pengungsi menjadi lebih baik dibanding pengungsi bencana lain di Jawa yang hanya menggunakan tenda. Jambur sangat besar, lantainya bagus dan biasanya kalau ada pesta di jambur orang duduk di bawah sehingga pengungsi saat ini merasa cukup nyaman di jambur tanpa tempat tidur. Lalu, di jambur ada dapur umum sudah jadi. Dapurnya permanen dan ukurannya besar-besar sekali. Wajan yang besar-besar mereka sudah punya, tanpa ada bencana, mereka sudah punya wajan besar. Kemudian alat untuk menggoreng ukuran besar juga mereka juga punya. Toiletnya juga sudah banyak dan permanen juga, itu yang mendukung. Jadi penanganannya sudah bagus, kata Dahlan yang kemudian bergegas turun dari mobil karena sudah tiba di pengungsian Universitas Karo (UKA). Di lokasi ini Dahlan sempat menyantap sarapan bersama pengungsi. Mereka makan di atas sehelai tikar dengan menu sarapan yang sederhana, sayur dan telur. Dalam sarapan bersama itu, para ibu-ibu pengungsi mengeluhkan kepada Dahlan kalau mereka sudah lama tak mengunyah sirih karena tak memiliki uang. Keluhan itu langsung ditanggapi Dahlan dengan memberikan uang sirih sekitar Rp15 juta yang merupakan dana bantuan dari perusahaan BUMN. Mendapat bantuan itu, ibu-ibu pengungsi langsung merasa senang dan bersorak gembira. Bersama iring-iringan rombongan dan ditemani Dewan Pertimbangan Presiden, TB Silalahi, Dahlan juga melihat posko pengungsian di GBKP Kota Kabanjahe, Masjid Agung, Posko Utama Tanggap Darurat, dan Paroki Katolik Kabanjahe. Saat mengunjung posko Paroki Katolik Kabanjahe, Dahlan menyempatkan diri memborong kue nastar Sinabung hasil kreasi ibu-ibu di pengungsian. Dahlan sempat berbincang kepada ibu-ibu di pengungsian itu soal aktivitas pembuatan kue nastar dan proses penjualannya. Dahlan pun mendapat penjelasan panjang lebar. Hingga kemudian, Dahlan pun ikut memborong kue nastar Sinabung itu. Sekitar Rp6 juta dikeluarkan Dahlan untuk membeli kue-kue itu. Para ibu-ibu di pengungsian senang bukan kepalang. Aktivitas membuat kue ini memang diajarkan ke para pengungsi oleh para relawan. Di selasela menunggu redanya Sinabung ibu-ibu diajari cara membuat kue. Diharapkan dengan membuat kue ini mereka bisa mandiri. Kue itu dijual Rp35-50 ribu per toples. Kue dijual hingga ke Medan. Namun kendala yang masih dihadapi soal sarana dan prasarana. Oven untuk memanggang kue masih kurang. Karenanya kepada Dahlan mereka juga meminta bantuan sarana itu untuk menunjang produk kue nastar Sinabung.

Di Paroki Katolik tersebut, Dahlan Iskan menyaksikan erupsi bersama puluhan pengungsi, wartawan, dan pejabat BUMN yang mendampingi kunjungan itu. Ketika dipertanyakan tentang usulan agar erupsi Gunung Sinabung dinyatakan sebagai bencana nasional, Dahlan Iskan mengaku tidak dapat memberikan pendapatnya. Saya tidak berkompeten menjawab itu. Mengenai definisi bencana nasional, sudah ada yang ahli, ucapnya. Menurut dia, masyarakat sebaiknya tidak terjebak pada kategori atau status bencana yang sedang dihadapi, tetapi lebih fokus pada penanganan yang diberikan, terutama terhadap masyarakat yang mengungsi. Menurut saya penanganan erupsi Sinabung sudah bagus, kata mantan Dirut PLN tersebut. Dalam kesempatan wawancara bersama wartawan di Paroki, Dahlan mengatakan kalau kunjungan untuk melihat kondisi pengungsi agar bisa menyalurkan bantuan paling pas nantinya. Saya kemari untuk mengetahui perasaan pengungsi. Bila kondisi ini panjang, maka penanganannya harus khusus. Sebaiknya didengar orang yang paling ahli menangani bencana, apakah direlokasi atau tidak. Saya tidak malu tak memberi bantuan karena yang pertama selama erupsi BUMN sudah mengalirkan bantuan. Saya sengaja tidak belanja dulu. Saya ingin melihat dulu sehingg pulang dari Sinabung, nanti di Medan saya akan bicara dengan teman-teman BUMN, bantuan yang mau diwujudkan dalam bentuk apa? kata Dahlan. Sebab, kata Dahlan, bantuan jangan diwujudkan yang tidak diperlukan pengungsi. Misalnya di UKA, mereka malah minta dibelikan sirih. Ibu-ibu di UKA semua mengadu tak makan sirih lagi. Kan saya salah kalau saya beli garam, ternyata dibutuhkan sirih. Sehingga akhirnya saya beli sirih. Seperti itu contoh kecilnya, sambung Dahlan. Menurut Dahlan, bantuan yang akan disalurkan BUMN tergantung kebutuhan. Misalnya bea siswa untuk perguruan tinggi. Saya tidak bisa langsung bilang akan memberikan bea siswa kepada anak pengungsi yang di perguruan tinggi. Saya tak mau over akting. Saya akan telepon menteri pendidikan dulu, sudah ada bea siswa atau belum. Nanti kalau bea siswa udah ada, kita akan alihan uang untuk apa lagi. Memang kami terpikir memberikan bea siswa. Intinya BUMN siap masuk ke bidang yang belum ada yg menangani dalam memberikan bantuan, kata Dahlan lagi. Kat a Dahlan, kemarin BUMN telah menyalurkan bantuan sekitar Rp5 milar. (ila/nanang)

Blusukan ke Sinabung ala Dahlan Iskan (2)

Nyeri Lihat Wanita Karo Tak Nyirih


Kamis, 23 Januari 2014 Begitu meninggalkan zona terlarang Gunung Sinabung dan sempat mandi debu vulkanik di Desa Jeraya, Dahlan Iskan tampaknya ingin segera sampai ke Jambur Taras. Sepertinya ada yang dia tunggu atau nantikan. Dan hal itu baru terjawab begitu mobil memasuki posko pengungsian yang berpenghuni 1.099 jiwa tersebut. Rupanya Dahlan sengaja kembali ke Jambur Taras agar tidak ketinggalan momen. Ya, Menteri BUMN itu ternyata begitu ingin melihat anak-anak berangkat sekolah. Begitu keluar mobil wajah Dahlan langsung cerah. Suasana di posko pengugsian itu mulai sedikit hangat seiring matahari yang mulai muncul, persis senyum bekas Direktur Utama PT PLN itu begitu bisa berhadapan langsung dengan calon-calon pemimpin bangsa yang telah siap berseragam. Dan ditunggu, Dahlan pun langsung menyalami anak-anak yang akan berangkat sekolah itu satu per satu. Seperti sikap anak pada orangtuanya, anak-anak itu pun tak segan untuk berpamitan pada Dahlan. Ada keceriaan saat momen itu terjadi. Dahlan terlihat bangga, anak-anak itu juga. Dan, orangtua anak-anak itu, jangan ditanya ekspresi bangga yang keluar dari wajah mereka. Setelah anak-anak itu berangkat, Dahlan langsung masuk ke dapur pengungsi untuk mengecek sarapan pengungsi. Seiring itu, Dahlan juga sempat bermain dan menggendong anak pengungsi dalam pangkuannya. Setelah puas, giliran Dahlan yang pamit. Dia memang sudah berencana untuk mengunjungi posko pengungsian lainnya. Dan, perjalanan menuju posko berikutnya menjadi keuntungan tersendiri bagi Sumut Pos. Dahlan memperbolehkan Sumut Pos dalam satu mobil. Dahlan duduk paling depan di samping sopir, sedangkan Sumut Pos duduk di bangku tengah diapit dua staf Kementerian BUMN, Aziz dan Faisal. Tak pelak, kesempatan ini pun langsung Sumut Pos manfaatkan untuk bertanya ini-itu. Namun Dahlan menolak saat diwawancari terkait konvensi Demokrat maupun soal pencapresan dirinya di 2014. Ia hanya mau berkomentar soal Sinabung. Dalam perjalanan yang dihiasi dengan debu jalanan dan debu vulkanik, Dahlan memuji kearifan lokal di Karo. Terutama soal keberadaan jambur atau ruang pertemuan atau ruang serba guna yang nyaris ada di setiap desa. Keberadaan jambur ini cukup membantu penanganan pengungsi. Dan, hal ini jauh lebih baik dibanding pengungsi bencana lain di Jawa yang hanya menggunakan tenda. Jambur sangat besar, lantainya bagus dan biasanya kalau ada pesta di jambur orang duduk di bawah sehingga pengungsi saat ini merasa cukup nyaman di jambur tanpa tempat tidur, jelasnya. Dan hal itu telah dia buktikan semalam sebelumnya saat tidur berdampingan dengan pengungsi di Jambur Taras. Yang membuat Dahlan tambah bangga dengan jambur, tempat itu tak sekadar ruang berkumpul. Jambur sudah ada dapur umumnya. Dapurnya permanen dan ukurannya besarbesar sekali. Wajan pun besar-besar. Tanpa ada bencana, mereka sudah punya wajan besar.

Kemudian, alat untuk menggoreng juga berukuran besar. Toiletnya juga sudah banyak dan permanen. Semua itu sangat mendukung. Jadi penanganannya sudah bagus, tambah Dahlan. Perbincangan pun berpindah ke segala hal. Tanpa terasa, mobil telah memasuki bekas gedung Universitas Karo (UKA). Sebuah tempat yang dijadikan posko pengungsian lainnya oleh pemerintah setempat. Di lokasi ini, Dahlan kembali membuat kejutan. Memasuki gedung yang kurang ventilasi karena tertutup tumpukan barang pengungsi ayah dua anak ini sama sekali tak terganggu. Termasuk soal aroma dalam gedung yang terasa pengap; campur aduk antara bau barang, manusia, hingga masakan. Dan dalam suasana tersebut, bersama TB Silalahi, Dahlan ikut menyatap sarapan bersama pengungsi. Kedua tokoh ini sarapan bersama pengungsi sambil duduk di atas sehelai tikar dengan menu sayur dan terong tauco, sambal, tanpa ikan. Menariknya Dahlan dan Dewan Pertimbangan Presiden, TB Silalahi, sama sekali tidak terlihat enggan. Keeduan begitu lahap hingga tak ada sisa sebutir nasi di piring. Selesai makan, Dahlan sempat heran melihat ibu-ibu di sekelilingnya. Kenapa tidak ada yang makan sirih? Sepengetahuan Dahlan, ibu-ibu Karo dikenal sangat suka sirih dan juga penyirih yang andal. Tak tahan dengan rasa penasaran itu, Dahlan pun langsung bertanya. Sudah lama kami tak makan sirih Pak. Rasanya lebih baik kami tak makan nasi daripada tak makan sirih, jawab seorang ibu. Sang ibu pun langsung bercerita soal sulitnya mendapatkan sirih dalam suasana bencana seperti ini. Mau kami ambil di kampung tidak bisa, sudah hancur semuanya. Mau beli, tak ada lagi uang kami, Pak, ungkap ibu tadi. Wajah Dahlan sedikit berubah, sepertinya dia terenyuh. Pengkuan ibu-ibu itu memang membuat hati nyerih. Bayangkan saja, sirih yang sangat identik bagi wanita Karo pun sudah tak sanggup lagi dibeli. Maka, tanpa pikir banyak, Dahlan pun langsung menghitung jumlah ibu-ibu yang ada di posko pengusian tersebut. Setelah itu, dia memberikan uang sirih sekitar Rp15 juta yang merupakan dana bantuan dari perusahaan BUMN. Tiap ibu dapat Rp50 ribu untuk membeli sirih, kata Dahlan. Mendapat bantuan itu, ibu-ibu pengungsi langsung senang bukan kepalang. (bersambung/rbb)

Blusukan ke Sinabung ala Dahlan Iskan (3/Habis)

Buang Letih, Menari Demi Pengungsi


Jumat, 24 Januari 2014

Jambur Taras dan gedung bekas Universitas Karo telah dikunjungi. Dahlan Iskan dan rombongan belum juga menghentikan langkah. Satu demi satu posko pengungsian lainnya pun disambangi. GBKP Kota Kabanjahe, Masjid Agung, Posko Utama Tang-gap Darurat, dan Paroki Katolik Kabanjahe menjadi tujuan berikutnya. Laila Azizah, Karo

Di posko Paroki Katolik Kabanjahe, Dahlan terkesima dengan aktivitas ibu-ibu yang memenuhi ruang pengungsian tersebut. Bagaimana tidak, ibu-ibu itu seperti tidak bisa diam. Mereka terlihat begitu sibuk. Mereka berkreasi membuat kue nastar. Dahlan terlihat berbincang dengan ibu-ibu di pengungsian itu soal aktivitas pembuatan kue nastar dan proses penjualannya. Tampak serius, persis ketika dia memimpin rapat-rapat BUMN. Begitu juga dengan ibu-ibu itu, terlihat begitu semangat menerangkan segala hal tentang kue nastar pada Dahlan. Apalagi Dahlan begitu fokus menjelaskan penjelasan tersebut, para ibu langsung berubah bak chef kenamaan. Hingga kemudian, Dahlan memborong kue nastar Sinabung itu. Sekitar Rp6 juta dikeluarkan Dahlan untuk membeli kue-kue itu. Tak pelak, seperti ibu-ibu yang mendapat sirih di posko pengungsian Universitas Karo (UKA), mereka pun berteriak riang. Senang bukan kepalang.

Aktivitas membuat kue ini memang diajarkan ke para pengungsi oleh para relawan. Sembari menunggu redanya Sinabung, ibu-ibu diajari cara membuat kue. Diharapkan dengan membuat kue ini mereka bisa mandiri. Kue itu dijual Rp35-50 ribu per toples. Kue dijual hingga ke Medan. Namun kendala yang masih dihadapi soal sarana dan prasarana. Oven untuk memanggang kue masih kurang. Karena itua kepada Dahlan mereka juga meminta bantuan sarana tersebut untuk menunjang produk kue nastar Sinabung. Dari Paroki Katolik, Dahlan jugamenyaksikan erupsi bersama puluhan pengungsi, wartawan, dan pejabat BUMN yang mendampingi kunjungan itu. Ketika dipertanyakan tentang usulan agar erupsi Gunung Sinabung dinyatakan sebagai bencana nasional, Dahlan Iskan mengaku tidak dapat memberikan pendapatnya. Saya tidak berkompeten menjawab itu. Mengenai definisi bencana nasional, sudah ada yang ahli, ucapnya. Menurut dia, masyarakat sebaiknya tidak terjebak pada kategori atau status bencana yang sedang dihadapi, tetapi lebih fokus pada penanganan yang diberikan, terutama terhadap masyarakat yang mengungsi. Menurut saya penanganan erupsi Sinabung sudah bagus, kata mantan Dirut PLN tersebut. Dalam kesempatan wawancara bersama wartawan di Paroki, Dahlan mengatakan kalau kunjungan untuk melihat kondisi pengungsi agar bisa menyalurkan bantuan paling pas nantinya. Saya kemari untuk mengetahui perasaan pengungsi. Bila kondisi ini panjang, maka penanganannya harus khusus. Sebaiknya didengar orang yang paling ahli menangani bencana, apakah direlokasi atau tidak. Saya tidak malu tak memberi bantuan karena yang pertama selama erupsi BUMN sudah mengalirkan bantuan. Saya sengaja tidak belanja dulu. Saya ingin melihat dulu sehingg pulang dari Sinabung, nanti di Medan saya akan bicara dengan teman-teman BUMN, bantuan yang mau diwujudkan dalam bentuk apa? kata Dahlan. Sebab, kata Dahlan, bantuan jangan diwujudkan yang tidak diperlukan pengungsi. Misalnya di UKA, mereka malah minta dibelikan sirih. Ibu-ibu di UKA semua mengadu tak makan sirih lagi. Kan saya salah kalau saya beli garam, ternyata dibutuhkan sirih. Sehingga akhirnya saya beli sirih. Seperti itu contoh kecilnya, sambung Dahlan. Menurut Dahlan, bantuan yang akan disalurkan BUMN tergantung kebutuhan. Misalnya beasiswa untuk perguruan tinggi. Saya tidak bisa langsung bilang akan memberikan beasiswa kepada anak pengungsi yang di perguruan tinggi. Saya tak mau overacting. Saya akan telepon menteri pendidikan dulu, sudah ada beasiswa atau belum. Nanti kalau beasiswa udah ada, kita akan alihan uang untuk apa lagi. Memang kami terpikir memberikan bea siswa. Intinya BUMN siap masuk ke bidang yang belum ada yg menangani dalam memberikan bantuan, kata Dahlan lagi. Kata Dahlan, kemarin BUMN telah menyalurkan bantuan sekitar Rp5 milar. Seperti tak ingin berlama-lama dengan materi yang berat mendadak Dahlan bikin kejutan lagi. Dia keluar gedung menuju halaman. Gerakan ini diikuti beberapa pengungsi dan rombongan. Begitu sampai di luar, Dahlan langsung bergabung dengan anak-anak pengungsi yang sedang bernyanyi yang dibimbing oleh sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Spontan Dahlan ikut bernyanyi. Dia pun langsung mengambil alih arena bernyanyi itu.

Tidak itu saja, Dahlan pun mulai bergerak, menari suka-suka. Saat itu pula tawa membahana. Keceriaan mengemuka. Anak-anak yang sebelumnya duduk manis serta merta ikut menari. Ibu-ibunya juga. Dahlan makin semangat. Para pengungsi begitu ceria. Lagu dadakan Bebek Naik Gunung Sinabung pun meluncur dari mulut Dahlan. Musiknya tepukan tangan. Tarian Dahlan dan pengungsi pun tak berhenti. Seperti tak letih, Dahlan terus menghibur pengungsi. Sekira setengah jam, akhirnya Dahlan berhenti. Semua yang hadir di lokasi itu langsung memberikan tepuk tangan atas aksi dadakan ala Dahlan Iskan itu. Tak terlihat ekspresi atau raut wajah letih. Muka Dahlan sama seklai tak berubah. Sepertinya dia senang melihat pengungsi senang. Ya, dia buang letih demi menghibur pengungsi. Sang Menteri BUMN itu kemudian kembali masuk kembali masuk ke ruangan pengungsi. Dia kelilingi lagi ruang itu. Di salah satu ruangan, yang didiami anak-anak, Dahlan kembali menari dan bernyanyi. Dia ajak anak-anak itu untuk ceria. Ruang yang sebelumnya terkesan muram itu langsung meriah. Begitulah, blusukan ala Dahlan Iskan di Sinabung itu sepertinya benar-benar memberi arti bagi pengungsi. Setidaknya, dalam keadaan tak menentu akibat ketidakjelasan erupsi Sinabung, mereka masih bisa menikmati menteri yang gemar menari dan menyanyi. (rbb)

Anda mungkin juga menyukai