Anda di halaman 1dari 7

TINJAUAN TEKTONIK DAN POTENSI BAHAYA TSUNAMI DI DAERAH BALI (Tectonics Review and Tsunami Hazard Potential in Bali

Region) Yehezkiel Halauwet Jurusan Geofisika Akademi Meteorologi dan Geofisika Jl. Perhubungan 1 no. 5 Pondok Betung Tangerang Selatan (E-mail: yehezkiel.halauwet@bmkg.go.id)

ABSTRAK Bali merupakan salah satu tujuan wisata favorit dunia karena pesona pantainya yang indah. Namun selain meyimpan pesona wisata yang indah, posisi Pulau Bali yang diapit oleh dua sumber gempabumi yaitu zona subduksi Busur Sunda di selatan dan patahan naik belakang busur (back arc thrust) di utara menjadikan daerah Bali dan sekitarnya menjadi salah satu kawasan yang memiliki tingkat aktifitas kegempaan cukup tinggi di Indonesia. Data National Earthquake Information Center (NEIC-USGS) menunjukan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir di sekitar Bali (6 LS-12 LS dan 113 BT-119 BT) telah terjadi 902 event gempabumi dengan magnitudo 3 6,6 dan mayoritas gempabumi berpusat di laut. Zona sumber gempabumi dan mekanisme patahan naik (thrust fault) dari kedua generator gempabumi yang mengapit Bali ini dapat menyebabkan bahaya ikutan (collateral hazard) yang lebih berbahaya yaitu tsunami. National Geophysical Data Center (NGDC-NOAA) mencatat dari tahun 1815 hingga sekarang paling sedikit telah terjadi 17 tsunami yang dipicu gempabumi zona megathrust dan patahan naik busur belakang di sekitar Bali. Beberapa tsunami produk gempabumi zona megathrust selatan Bali antara lain tsunami Sumbawa (1977) dan tsunami Banyuwangi (1994) yang memakan korban jiwa lebih dari 180 orang dan merusak ribuan rumah. Tsunami dahsyat produk patahan naik belakang busur Kepulauan Sunda Kecil juga sudah dibuktikan oleh gempabumi magnitudo 7,5 dan 7,8 yang memicu tsunami Flores (1820 dan 1992). Masing-masing gempabumi ini memicu tsunami dengan run-up maksimum 25 m dan 26,2 m. Tsunami Flores 1980 memakan korban jiwa 500 orang, sedangkan tsunami1992 merenggut 1169 nyawa dan 500 orang luka-luka. Keadaaan tektonik dan kenyataan data historis ini semakin menguatkan bahwa kedua generator gempabumi yang mengapit Bali merupakan ancaman serius bagi kawasan Bali dan sekitarnya karena menyimpan potensi collateral hazard tsunami yang sangat besar. Kata kunci : tektonik, zona subduksi, megathrust, back arc thrust, thrust fault, collateral hazard, tsunami, run-up, Bali I. PENDAHULUAN

Bali adalah surga bagi ribuan wisatawan yang datang berkunjung ke pulau ini setiap tahun. Tidak hanya wisatawan dari dalam negeri, Bali merupakan salah satu tujuan utama wisata internasional. Tercatat setiap bulan wisatawan yang datang ke Bali mencapai 250300 ribu orang (Pemprov Bali). Ekonomi Bali telah menjadi sangat bergantung pada industri pariwisata dan banyak pembangunan utama di Bali, khususnya yang berkaitan dengan pariwisata berlokasi di pesisir pantai. Selain menyimpan pesona pariwisata yang sangat indah, Bali juga menyimpan potensi bahaya gempabumi dan tsunami yang cukup besar. Di lepas samudera, beberapa ratus

kilometer di selatan Bali terdapat zona megathrust akibat subduksi Lempeng Indo-Australia kebawah Lempeng Eurasia yang merupakan area sumber utama gempabumi berpotensi tsunami. Selain menyusup dibawah Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia juga mendorong Lempeng Eurasia yang relatif diam sehingga membentuk generator-generator gempabumi lain berupa patahan-patahan lokal dan patahan naik belakang busur (back-arc thrust) yang menambah potensi bahaya tsunami di daerah ini. Saat mengkaji bahaya tsunami, membicarakan peluang menjadi penting. Tsunami merupakan contoh umum bencana frekuensi rendah dampak tinggi yakni sangat jarang terjadi, namun jika terjadi sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kerusakan hebat. Ratarata, setiap dua tahun sebuah tsunami yang menghancurkan terjadi di Indonesia dengan periode ulang yang bervariasi dari setiap sumber. Di Indonesia, sebagian besar tsunami dihasilkan oleh gempabumi bawah laut dan tsunami kecil terjadi jauh lebih sering daripada yang besar (DLR/GTZ, 2010). Tujuan penulisan ini adalah untuk menunjukan kondisi tektonik dan potensi-potensi sumber gempabumi di sekitar Bali dalam memicu bahaya ikutan (collateral hazard) yang lebih berbahaya yaitu tsunami. Pendekatan dalam penulisan makalah ini yaitu melalui kajian literatur yang berkaitan dengan tataan tektonik Bali dan sekitarnya serta mempelajari sejumlah kejadian bencana gempabumi dan tsunami di sekitar Bali. Pada makalah ini, penulis fokus pada zona megathrust dan patahan naik belakang busur serta potensinya sebagai pemicu tsunami di daerah Bali dan sekitarnya. II. TATAAN TEKTONIK

Pulau Bali merupakan bagian dari Busur Kepulauan Sunda Kecil (Lesser Sunda Islands) yang dilalui jalur gempabumi utama Mediteran pada zona pertemuan dua lempeng tektonik utama dunia yaitu Lempeng Eurasia dan Indo-Australia. Lempeng Eurasia bergerak relatif ke tenggara dengan kecepatan ~0.4 cm/tahun sedangkan Lempeng Indo-Australia bergerak ke arah utara-timurlaut dengan kecepatan 7 cm/tahun. Arah pergerakan dan posisi relatif kedua lempeng ini menyebabkan pertemuan konvergen, di mana kedua lempeng tersebut bertumbukan dan salah satunya yaitu Lempeng Laut Indo-Australia menyusup ke bawah Lempeng Eurasia.

Zona penunjaman selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (earthobservatory.sg)

Sesuai dengan ciri sistem subduksi umumnya, daerah pertemuan lempeng di daerah Bali memunculkan struktur-struktur tektonik berupa zona megathrust, zona pusat gempabumi yang menukik (benioff zone), palung laut (trench), punggung busur luar (outer arc ridge), cekungan busur depan (fore arc basin) dan busur pegunungan vulkanik (volcanic arc). Yang menarik dari sistem subduksi ini adalah munculnya struktur patahan naik belakang busur (back arc thrust) yang diakibatkan dorongan lempeng yang menunjam sehingga busur kepulauan terangkat kemudian patah di bagian belakang busur.

Penampang tektonik Kepulauan Sunda Kecil (Rangin., dkk, 1993) Pergerakan Lempeng Indo-Australia terhadap Lempeng Eurasia mengakibatkan daerah Bali dan sekitarnya menjadi salah satu kawasan yang memiliki tingkat aktifitas kegempaan cukup tinggi di Indonesia. National Earthquake Information Center (NEIC-USGS) mencatat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir di sekitar Bali (6 LS-12 LS dan 113 BT-119 BT) telah terjadi 902 event gempabumi dengan magnitudo 3 6,6. Gempabumi dangkal yang diakibat proses subduksi pada umumnya terjadi di selatan Bali yaitu di Palung Jawa yang berjarak antara 150-200 km dari pesisir selatan Pulau Bali. Di daratan Pulau Bali pusat gempabumi terletak pada kedalaman 100-200 km dan semakin dalam hingga > 600 km ke arah Utara akibat proses subduksi lempeng. Selain ancaman bahaya seismik akibat aktivitas subduksi, kawasan ini juga menjadi sangat rawan karena adanya struktur geologi patahan naik belakang busur (Silver., dkk, 1986; McCaffrey dan Nabelek, 1987; dan Daryono, 2011) yang merupakan sumber gempabumi dangkal di daratan Pulau Bali dan Cekungan Bali di sebelah Utara. Hamilton menyatakan bahwa patahan naik belakang busur ini mengindikasikan perbedaan polaritas subduksi yang disebabkan oleh kesulitan subduksi gaya apung pinggiran benua Australia, sedangkan Silver menghubungkan penyebaran patahan naik belakang busur dengan ketebalan dari kerak busur muka (fore arc) (Hamilton, 1979 dan Silver., dkk, 1983 dalam Darman dan Sidi, 2000).

Patahan kerak bumi dangkal sekitar Pulau Bali (Woodward-Clyde, 1997) III. POTENSI TSUNAMI

Posisi Pulau Bali yang unik, diapit oleh dua sumber gempabumi di utara dan selatan menjadikan Bali sebagai kawasan seismik aktif. Selain diancam bahaya goncangan gempabumi, mayoritas gempabumi yang berpusat di lautan memperbesar tingkat resiko tsunami di Bali karena dua generator utama gempabumi yang mengapit Bali tersebut memiliki mekanisme patahan naik (thrust fault). National Geophysical Data Center (NGDCNOAA) mencatat dari tahun 1815 hingga sekarang paling sedikit telah terjadi 17 tsunami yang dipicu gempabumi di sekitar Bali dan dapat diidentifikasi 7 diantaranya terjadi di zona megathrust dan 3 di kawasan busur belakang. Tabel 1. Data gempabumi tsunami sekitar Bali (6 LS-12 LS dan 113 BT-119 BT)
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 DATE 11/22/1815 11/08/1818 12/29/1820 1821 3/5/1836 11/28/1836 2/7/1843 7/25/1856 5/13/1857 11/23/1889 1/20/1917 1/8/1925 7/19/1930 8/19/1977 3/11/1982 4/13/1985 6/5/1994 TIME DEPTH 150 600 80 MAG 7 8.5 7.5 LOCATION BALI SEA BALI SEA FLORES SEA FLORES SEA: BIMA FLORES SEA FLORES SEA BALI SEA JAVA-FLORES SEA BALI SEA JAVA BALI SEA BANDA SEA SOUTH OF JAVA SUNDA ISLANDS SUMBAWA ISLAND BALI ISLAND SOUTH OF JAVA LAT -8 -7 -7 -8.456 -8.3 -8.3 -7.2 -8.5 -8 -7 -7 -8 -9.3 -11.085 -9.265 -9.245 -10.341 LONG 115 117 119 118.723 118.7 118.7 114 116 115.5 113.5 116 115 114.3 118.464 118.479 114.185 113.369

7.5 6 50 23:11:34 15:20:12 6:08:55 10:32:27 1:06:00 1:45:02 33 100 33 33 99 17 7 6 6.6 6.5 8 6.6 6.2 6.1

Penampang melintang hiposenter gempabumi Bali dan sekitarnya 3.1. Tsunami Zona Megathrust Beberapa tsunami produk gempabumi zona megathrust selatan Bali antara lain tsunami Sumbawa (1977) dan tsunami Banyuwangi (1994). Tsunami Sumbawa 19 Agustus 1977 yang dibangkitkan oleh gempabumi dengan kekuatan 8,0 Ms menimbulkan tsunami dengan kenaikan (run-up) maksimum 15 m dan mencapai ketinggian 2-6 m di beberapa daerah di Australia. Bencana ini menyebabkan 100 orang meninggal dunia, 89 orang hilang, 75 orang luka-luka dan 3900 orang kehilangan tempat tinggal. Sebagian besar korban dan kerusakan ini disebabkan oleh tsunami. Tsunami Banyuwangi disebabkan oleh gempabumi berkekuatan 7,8 Mw pada 2 Juni 1994 18.18 UTC di pantai tenggara Jawa. Gempabumi ini memicu tsunami dengan run-up maksimum 13.9 m dan menghancurkan rumah dengan jarak hingga 500 meter dari pantai di desa Lampon. Tsunami ini menelan korban jiwa 223 orang tewas, 15 orang dinyatakan hilang dan 423 luka-luka serta menghancurkan 1.500 rumah dan 278 kapal. Posisi Bali yang lokasinya berhadapan dengan Samudera Hindia berada di antara lokasi pembangkit tsunami Sumbawa (1977) dan tsunami Banyuwangi (1994) memiliki peluang yang tinggi terhadap ancaman tsunami, karena kawasan ini dikatakan sebagai zona kesenjangan gempabumi tsunami (tsunamigenic earthquake) (Daryono, 2011). 3.2. Tsunami Patahan Naik Belakang Busur (Back Arc Thrust) Struktur patahan belakang busur kepulauan yang kini keberadaannya sudah mencapai utara Bali (Daryono, 2000) dibuktikan oleh gempabumi merusak di Seririt (1976). Kenyataan ini akan semakin menguatkan bahwa pesisir utara Bali pun terdapat generator gempabumi kuat akibat patahan naik di belakang busur kepulauan yang akan memperbesar peluang tsunami di pesisir utara Bali hingga utara Lombok.

Tsunami dahsyat produk patahan naik belakang busur Kepulauan Sunda Kecil sudah dibuktikan oleh gempabumi magnitudo 7,5 dan 7,8 yang memicu tsunami Flores (29 Desember 1820 dan 12 Desember 1992). Masing-masing gempabumi ini memicu tsunami dengan run-up maksimum 25 m dan 26,2 m. Gempabumi Flores 1980 memakan korban jiwa 500 orang, sedangkan gempabumi 1992 merenggut 1169 nyawa dan 500 orang luka-luka. Catatan NGDC juga menyatakan pernah terjadi tsunami yang disebabkan oleh gempabumi dangkal di laut Bali bagian utara yaitu pada tanggal 13 Mei 1857 dengan magnitudo 7 dan 20 Januari 1917 dengan magnitudo 6,6 yang menghasilkan run-up 2-3,4 m, namun catatan mengenai korban dan kerusakan yang ditimbulkan tidak lengkap. Keberadaan zona patahan naik belakang busur yang membangkitkan gempabumi dangkal dengan mekanisme patahan vertikal akan menjadi ancaman serius di kawasan pesisir utara Bali dan selat Lombok jika kekuatan gempabuminya relatif besar.

Peta event tsunami di daerah Bali dan sekitarnya (NGDC) IV. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian mengenai tataan tektonik dan potensi bahaya tsunami yang ditinjau dari keadaan tektonik dan historis tsunami disekitar Bali, dapat disimpulkan bahwa daerah Bali menyimpan potensi bahaya tsunami yang sangat besar. Kondisi ini diperparah dengan populasi yang padat di daerah Bali serta pembangunan dan aktifitas yang tinggi di pesisir pantai. Bencana tsunami memang merupakan bencana yang sangat jarang terjadi, namun dapat menimbulkan kerusakan yang sangat besar. Dengan mengetahui potensi bencana yang

mengancam, kita perlu membangun kesiap-siagaan agar dapat meminimalkan resiko dari bencana yang mungkin terjadi.

REFERENSI Daryono, 2011. Identifikasi Sesar Naik Belakang Busur (Back Arc Thrust) Daerah Bali Berdasarkan Seismisitas dan Solusi Bidang Sesar. BMKG, Jakarta. Darman, H., dan Sidi, H. 2010. The Geology of Indonesia. IAGI, Jakarta. DLR (German Aerospace Center) dan GTZ (German Technical Cooperation). 2010. Dokumen Teknis Peta Bahaya Tsunami Bali. Kertapati, E. K. 2006. Aktifitas Gempabumi di Indonesia. Pusat Survei Geology, Bandung. McCaffrey, R., dan Nabelek, J. 1987. Earthquakes, Gravity and The Origin of The Bali Basin: An Example of A Naschent Continental Fold and Thrust Belt. Journal of Geophysical Research, 92, 441-460. Sengara, I. W., Kertapati, E. K., dan Susila, I. G. M. Seismic Hazard Assessment In DenpasarBali, The Regional Workshop on Best Practices in Disaster Mitigation. Silver, E. A., Breen, N.A., dan Prasetyo J. 1986 Multibeam Study of the Flores BackArc Thrust Belt, Indonesia. Journal of Geophysical Research, Vol. 91, No. B3, pp. 3489-3500. Yadnya, P. K., Nugraha, A. D., Rohadi S. 2012. Pencitraan Struktur 3-D Vp, Vs, Rasio Vp/Vs Menggunakan Tomografi Double Difference di Wilayah Bali. J. Geofisika, Vol. 13, No.1 http://daryonobmkg.wordpress.com/2011/10/ (diakses tanggal 10 Januari 2014) http://earthquake.usgs.gov/earthquakes/search/ (diakses tanggal 3 Januari 2014) http://maps.ngdc.noaa.gov/viewers/hazards/?layers=0 (diakses tanggal 11 Januari 2014) http://www.Baliprov.go.id/ (diakses tanggal 3 Januari 2014)

Anda mungkin juga menyukai