Anda di halaman 1dari 5

TUGAS FARMAKOLOGI SISTEM ORGAN OBAT ANTI-ADRENORESEPTOR: KLORPROMAZIN

Disusun oleh: Nurul Rohmaniasari (260110120049)

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN 2014

SARAF ADRENERGIK
Sistem saraf adrenergik adalah cabang sistem saraf otonom dan mempunyai neurotransmitter yaitu norepinefrin. Reseptor adrenergik dibagi menjadi: 1. Reseptor alfa adrenergik dibagi menjadi dua, yaitu: a. Alfa-1 adrenergik Menyebabkan vasokonstriksi pada pembuluh darah, saluran gastrointestinal, vasodilatasi otot bronkus (efeknya lebih kecil dibanding beta-2). b. Alfa-2 adrenergik Fungsi dari reseptor ini dapat menginhibisi pelepasan insulin, induksi pelepasan glukagon, kontraksi spincher pada gastro intestinal. 2. Reseptor beta adrenergik dibagi menjadi dua, yaitu: a. Beta-1 adrenergik Terdapat di jantung menaikkan heart rate (jumlah denyut jantung per unit waktu), menaikkan kontraksi jantung alfa 1-adrenoreseptor postsinaptik terdapat pada otot polosvaskuler, otot miokardial, sel hepatosit, dan sel adiposity. b. Beta-2 adrenergik Terdapat di pembuluh darah, otot polos skeletal, otot polos bronkus relaksasi otot polos di gastro intestinal dan bronkus, dilatasi arteri, glukoneogenesis. Alfa 2adrenoreseptor prasinaptik terdapat pada semua organ yang sarafnya dikontrol oleh sistem saraf simpatetik. Alfa 2-adrenoreseptor postsinaptik terdapat pada otot polos vascular, pankreas, platelet, adiposit, ginjal, melanosit, dan otot polos mata.

OBAT ANTI-ADRENORESEPTOR
Obat anti adrenergik atau adrenolitik merupakan golongan obat yang menghambat respon terhadap perangsangan saraf simpatetik. Mekanisme kerja dari obat ini meliputi: 1. Berinteraksi dengan reseptor khas yaitu obat pemblok -adrenergik yang memblok efek rangsangan pada -reseptor dan obat pemblok -adrenergik yang memnlok efek rangsangan pada -reseptor. 2. Menghambat enzim yang terlibat pada proses biosintesis norepinefrin. Misal obat yang menghambat enzim dopa-dekarboksilase dan alfa metil tirosin yang menghambat enzim tirosin dekarboksilase. 3. Pelepasan norepinefrin dari tempat penyimpanan pada ujung saraf simpatetik. Contoh : obat pemblok saraf adrenergik. 4. Mempengaruhi tempat penyimpanan katekolamin. Contoh : reserpin.

KLORPROMAZIN
NAMA KIMIA Chlorpromazina, 3-(2-Chlorophenothiazin-10-yl)prophyldimethylamine STRUKTUR KIMIA

C17H19ClN2S

SIFAT FISIKOKIMIA Kristal padat putih dengan bau seperti bau amin. Kristal akan berubah menjadi lebih gelap akibat paparan sinar berkepanjangan. Praktis tidak larut dalam air, kelarutan dalam alkohol 1:3. SUB KELAS TERAPI Psikofarmaka. FARMAKOLOGI Onset kerja: im: 15 menit; oral: 30-60 menit, absorpsi cepat, distribusi melewati plasenta dan masuk ke ASI, Vd: 20 L/kg.; Ikatan protein 92%-97%, ; Metabolisme: Di hati secara luas menjadi metabolit aktif dan tidak aktif, ; Bioavailibilitas: 20%, ; Waktu paruh bifasik, awal: 2 jam, akhir: 30 jam, ; Ekskresi lewat urin dalam 24 jam <1% sebagai bentuk utuh. STABILITAS PENYIMPANAN Injeksi: Hindari cahaya, larutan berwana sedikit kuning tidak menunjukkan hilangnya potensi, tetapi bila perubahan warna jelas maka harus dibuang. Pengenceran larutan dengan larutan NaCl fisiologis 1 mg/ml tetap stabil selama 30 hari. KONTRA INDIKASI Hipersensitivitas terhadap klorpromazin atau komponen lain formulasi, reaksi hipersensitif silang antar fenotiazin mungkin terjadi depresi SSP berat dan koma. EFEK SAMPING Kardiovaskuler: hipotensi postural, takikardia, pusing, perubahan interval QT tidak spesifik. SSP: mengantuk, distonia, akathisia, pseudoparkinsonism, diskinesia tardif, sindroma neurolepsi malignan, kejang. Kulit: fotosensitivitas, dermatitis, pigmentasi (abu-abu-biru). Metabolik & endokrin: laktasi, amenore, ginekomastia, pembesaran payudara, hiperglisemia, hipoglisemia, test kehamilan positif palsu. Saluran cerna: mual, konstipasi xerostomia. Agenitourinari: retensi urin, gangguan ejakulasi, impotensi. Hematologi: agranulositosis, eosinofilia, leukopenia, anemia hemolisis, anemia aplastik, purpura trombositopenia.

Hati: jaundice. Mata: penglihatan kabur, perubahan kornea dan lentikuler, keratopati epitel, retinopati pigmen. INTERAKSI OBAT Efek klorpromazin dapat ditingkatkan oleh delavirdin, fluoksetin, mikonazol, paroksetin, pergolid, kuinidin, kuinin, ritonavir, ropinirol dan inhibitor CYP2D6 lainnya. Klorpromazin memperkuat efek penekan terhadap SSP dari analgesik narkotik, etanol, barbiturat, antidepresan siklik, antihistamin, hipnotik-sedatif. Klorpromazin dapat meningkatkan efek amfetamin, betabloker tertentu, dekstrometorfan, fluoksetin, lidokain, paroksetin, risperidon, ritonavir, antidepresan trisiklik dan substrat CYP2D6 lainnya. Klorpromazin dapat meningkatkan efek /toksiksitas antikolinergik, antihipertensi,litium, trazodon, asam valproat. Penggunaan bersama antidepresan trisklik dapt mengubah respons dan meningkatkan toksisitas. Kombinasi dengan epinefrin akan dapat menimbulkan hipotensi. Kombinasi dengan antiaritmia, cisaprid, pimosid, sparfloksacin dan obat-obat yang memperpanjang interval QT akan dapat meningkatkan resiko aritmia. Kombinasi dengan metoklopramid akan dapt meningkatkan resiko gejala ekstrapiramidal. Klorpromasin mungkin menurunkan efek substrat prodrug CYP2D6 seperti kodein, hirokodon, oksikodon dan tramadol. Klorpromasin mungkin dapat menghambat efek antiparkinson levodopa dan mungkin dapat menghambat efek pressor epinefrin. PENGARUH ANAK Keamanan terhadap anak< 6 tahun belum ditetapkan PENGARUH KEHAMILAN Faktor risiko: C Dicurigai bersifat teratogenik. PENGARUH MENYUSUI Masuk ke dalam ASI, tidak dianjurkan. PARAMETER MONITORING Gambaran vital: profil lipid, glukosa darah puasa/Hgb A1c, indeks berat badan, status mental, skala normal gerakan yang tidak disadari, gejala ekstrapiramidal. BENTUK SEDIAAN Tablet 25 mg, 100 mg, Injeksi 25mg/ml, 2ml PERINGATAN Hati-hati penggunaan pada pasien dengan depresi SSP, penyakit hati dan jantung berat. Hipotensi mungkin terjadi terutama pada pemberian parenteral. Diskinesia tardif: prevalensi pada orang tua mungkin 40%. Reaksi ekstrapiramidal lebih umum pada orang tua dan akathisia adalah gejala yang paling sering muncul. Bingung, lupa, perilaku psikosis, agitasi sering muncul akibat efek antikholinergik. Ortostatik hipotensi karena blokade reseptor alfa pada orang tua lebih berisiko.

INFORMASI PASIEN Obat ini untuk mengobati gangguan emosi, mental dan kecemasan. Katakan ke dokter bila pernah alergi dengan obat ini atau dengan obat atau makanan lain. Gunakan obat sesuai anjuran dokter. ;Kadang obat ini harus digunakan beberapa minggu sebelum efek penuh dicapai. Bila lupa meminum obat ini yang aturan pakainya satu tablet pada malam hari, jangan meminumnya pagi hari kecuali setelah berkonsultasi dengan dokter. ;Bila digunakan lebih dari satu dosis/tablet per hari, segera minum obat bila lupa, tetapi bila sudah dekat dengan waktu minum kedua, tinggalkan dosis pertama dan mulai dengan dosis reguler. Jangan hentikan minum obat tanpa berkonsultasi dengan dokter. ;Konsultasikan dengan dokter bila anda memakan obat lain. Bila anda merasakan reaksi yang tidak menyenangkan/menggangu karena memakan obat ini konsultasikan dengan dokter. Simpan obat ini jauh dari jangkauan anak-anak. MEKANISME AKSI Memblok reseptor dopaminergik di postsinaptik mesolimbik otak. Memblok kuat efek alfa adrenergik. Menekan penglepasan hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolisme basal, temperatur tubuh, kesiagaan, tonus vasomotor dandan emesis.

Anda mungkin juga menyukai