Anda di halaman 1dari 84

PENYEMPURNAAN DAN PENYEPAKATAN RENCANA TERPADU DAN

PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)


KAWASAN BATAM BINTAN KARIMUN
KEMENTERI AN PEKERJ AAN UMUM
DI REKTORAT J ENDERAL PENATAAN RUANG
SATUAN KERJ A PENGEMBANGAN WI L AYAH NASI ONAL

Batam| Oktober, 2013
Energy Telecom
Sea Port
Airport Rail Way
Road
Water Sanitation
Bersama Menata Ruang
Untuk Semua
1. PERPRES 87 Tahun 2011 Tentang
RTR Kawasan BBK
2. RPI2JM KSN BBK
3. Prinsip, Proses dan Hasil
Penyempurnaan RPIIJMKSN
BBK
4. Program/Kegiatan Prioritas
Pembangunan Infrastruktur di
KSN BBK
5. Sumber Pembiayaan
Infrastruktur RPIIJM KSNBBK
6. Lembar Kesepakatan
S I S T E M A T I K A P E M B A H A S A N
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 2
Energy
Telecom
Sea Port
Airport
Rail Way
Road
Water
Sanitation
1 . P E R P R E S 8 7 / 2 0 1 1 - R T R
K A W A S A N B B K
1. Landasan HukumPenataan Ruang
2. Geostrategis KPBPB BBK
3. Isu Strategis KPBPB BBK
4. Muatan PERPRES 87/2011 RTR Kawasan BBK
BintanResort BarelangBridge Map of BBK PLTU Karimun
MonumenTanjungpinang
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 3
Sub Bahasan:
1.1. Landasan HukumPenataan Ruang
1 . R T R K A W A S A N B B K
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 4
UU DASAR REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
Pasal 4 ayat (1) :
Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut undang-undang dasar
UU 36 TAHUN 2000 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN
PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS MENJADI UNDANG-UNDANG
Pasal 1:
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (Lembaran
Negara RI Tahun 2000 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3996) ditetapkan menjadi Undang-Undang, dan melampirkannya
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini.
UU NO 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
Pasal 3 ayat (1) :
Pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3)
adalah:
a. pemerintahan daerah provinsi yang terdiri atas pemerintah daerah provinsi dan DPRD provinsi;
b. pemerintahan daerah kabupaten/kota yang terdiri atas pemerintah daerah kabupaten/kota dan DPRD kabupaten/kota.
UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
Pasal 8 ayat (3) :
Wewenang Pemerintah dalam pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional meliputi:
a. penetapan kawasan strategis nasional;
b. perencanaan tata ruang kawasan strategis nasional;
c. pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional; dan
d. pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional.
1.1. Landasan HukumPenataan Ruang
1 . R T R K A W A S A N B B K
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 5
PP NO. 46 TAHUN 2007 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM
Pasal 1 :
Dengan Peraturan Pemerintah ini, kawasan Batamditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas untuk jangka waktu 70 (tujuh puluh) tahun sejak diberlakukannya Peraturan Pemerintah ini.
PP NO. 47 TAHUN 2007 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BINTAN
Pasal 1 ayat (1) :
Dengan Peraturan Pemerintah ini, kawasan Bintan ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
untuk jangka waktu 70 (tujuh puluh) tahun sejak diberlakukannya Peraturan Pemerintah ini.
PP NO. 48 TAHUN 2007 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS KARIMUN
Pasal 1 ayat (1) :
Dengan Peraturan Pemerintah ini, kawasan Karimun ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebasuntuk jangka waktu 70 (tujuh puluh) tahun sejak diberlakukannya Peraturan Pemerintah ini.
PP NO.26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG NASIONAL
Pasal 9 ayat (1) butir c :
Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif,efisien, dan
mampu bersaing dalamperekonomian internasional;
Pasal 9 ayat (1) butir c :
Strategi untuk pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalampengembangan perekonomian nasional meliputi:
a. Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alamdan kegiatan budi daya unggulan
sebagai penggerak utama pengembangan wilayah;
b. Menciptakan iklim investasi yang kondusif;
c. Mengelola pemanfaatan sumber daya alamagar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan;
d. Mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;
e. Mengintensifkan promosi peluang investasi; dan
f. Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.
1.1. Landasan HukumPenataan Ruang
1 . R T R K A W A S A N B B K
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 6
PP NO. 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
Pasal 4 ayat (1) huruf b:
rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional yang
ditetapkan dengan peraturan presiden;
PP NO. 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM
PENATAAN RUANG
Pasal 5:
Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan pada tahap:
a. perencanaan tata ruang;
b. pemanfaatan ruang; dan
c. pengendalian pemanfaatan ruang.
1.2. Geostrategis KPBPB BBK
1 . R T R K A W A S A N B B K
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 7
1. GEOSTRATEGIS KPBPB BBK DALAM ALUR PELAYARAN DUNIA
Kawasan BBK berada pada alur pelayaran dunia (Selat Malaka dan Selat Singapura)
yang merupakan jalur stategis penghubung Eropa & Asia Jauh dengan Trans Pasifik
2. GEOSTRATEGIS KPBPB BBK DALAM PENGEMBANGAN SIJORI
KPBPB BBK dalamkonteks pengembangan
SIJORI (Singapura-Johor-Riau) KPBPB BBK
mengambil peran sebagai pusat industri perkapalan,
pariwisata alam- MICE, perbankan,
perdagangan, transportasi
Keunggulan: lahan, air, biaya hidup rendah
Keterbatasan: tenaga kerja terampil
3. GEOSTRATEGIS KPBPB BBK
DALAM PERDAGANGAN GLOBAL
KPBPB BBK memiliki potensi untuk mengambil peran
sebagai pelabuhan barang internasional,
mengambil peluang kejenuhan yang ada
di pelabuhan-pelabuhan Singapura
1.3. Isu Strategis KPBPB BBk
1 . R T R K A W A S A N B B K
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 8
1. Keterpaduan dan Keterkaitan Antar Sektor
Belumterpadunya pembangunan antar sektor
Lemahnya keterkaitan antar wilayah
Belumterkendalinya perkembangan perkotaan
2. Ketersediaan dan Pelayanan Infrastruktur
Masih terdapat kawasan dan pulau-pulau yang belumterlayani
Masih terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk menunjang
pertumbuhan ekonomi
3. Pengembangan Ekonomi dan Sosial
Kecilnya peran Kawasan BBK dalam kerangka kerja sama sub regional (IMS-
GT)
Rendahnya produktifitas dan daya saing ekonomi kawasan dibandingkan
dengan negara tetangga
Masih tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan
4. Perbatasan Negara, Pertahanan dan Keamanan
Masih seringnya terjadi pelanggaran-pelanggaran lintas batas negara
Belumtuntasnya perjanjian batas antar negara
5. Sumber Daya Alamdan Lingkungan
Belumterselesaikannya masalah alih fungsi hutan
Menurunnya kualitas lingkungan di perkotaan dan pesisir
Menurunnya luasan ruang terbuka hijau dan hutan lindung
Dampak konsensi, eksplorasi pertambangan khususnya di kabupaten/kota
Belumterkendalinya pemanfaatan sumber daya laut
Keterbatasan sumber daya air
1.4. Muatan PERPRES No 87/2011 Tentang RTR Kawasan BBK
1 . R T R K A W A S A N B B K
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 9
1.4.1. Pengertian (pasal 1)
1 . R T R K A W A S A N B B K
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 10
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
adalah suatu kawasan yang berada dalam wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang terpisah dari daerah pabean sehingga bebas dari
pengenaan bea masuk, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang
mewah, dan cukai.
KPBPB Batam, Bintan, dan Karimun
adalah KPBPB sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan mengenai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas.
Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun (Kawasan BBK)
adalah satu kesatuan kawasan yang terdiri atas sebagian wilayah Kota
Batam, sebagian wilayah Kabupaten Bintan, sebagian wilayah Kota
Tanjungpinang, sebagian wilayah Kabupaten Karimun, dan sebagian wilayah
perairan di Selat Jodoh, Selat Malaka, dan Selat Singapura.
1.4.2. Ruang Lingkup Pengaturan
1 . R T R K A W A S A N B B K
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 11
TUJUAN PENATAAN
RUANG KAWASAN BBK
Strategi Penataan Ruang
untuk Struktur Ruang
Strategi Penataan Ruang
untuk Pola Ruang
RENCANA STRUKTUR
RUANG
RENCANA POLA RUANG
ARAHAN
PEMANFAATAN RUANG
ARAHAN PENGENDALIAN
PEMANFAATAN RUANG
PENGELOLAAN KAWASAN
PERAN MASYARAKAT DALAM
PENATAAN RUANG
KETENTUAN PERALIHAN
KETENTUAN PENUTUP
A) Sistem Pusat Kegiatan
B) Sistem Jar. Transportasi
D) Sistem Jar. Telekomunikasi
C) Sistem Jar. Energi
F) Sistem Jar. SDA
G) Sistem Jar. Prasarana Perkotaan
- Sistem Penyediaan Air Minum
- Sistem Jar. Drainase
- Sistem Jar. Air Limbah
- Sistem Pengelolaan Limbah B3
- Sistem Pengelolaan Persampahan
A) Kawasan Lindung
- kws. yang memberikan
perlindungan kws. dibawahnya
- kws. perlindungan setempat
- kws. suaka alam, pelestarian
alam, cagar budaya
- kws. rawan bencana alam
- kws. lindung geologi
- kws. lindung lainnya
B) Kawasan Budidaya
- permukiman kepadatan tinggi,
sedang, dan rendah
- industri
- pariwisata
- ekonomi, sosial, pertahanan dan
keamanan negara, serta transportasi
KEBIJAKAN PENATAAN
RUANG
Indikasi Program Utama
Perwujudan Struktur
Ruang
Indikasi Program Utama
Perwujudan Pola Ruang
Arahan Peraturan Zonasi
(untuk struktur ruang dan pola ruang)
Arahan Insentif dan Disinsentif
Arahan Sanksi
PERAN DAN FUNGSI
RTR KAWASAN BBK
Arahan Perizinan
3a
3
4
5
1
2
3b
6
7
8
Pasal 2
1.4.3. Peran dan Fungsi
1 . R T R K A W A S A N B B K
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 12
sebagai pedoman untuk :
1) Penyusunan rencana pembangunan di Kawasan BBK
2) Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Kawasan BBK
3) Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antar wilayah Kabupaten/Kota, serta keserasian antarsektor di Kawasan
BBK
5) Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota di Kawasan
BBK
6) Pengelolaan Kawasan BBK
Alat Operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional dan sebagaiA alat koordinasi pelaksanaan
pembangunan di Kawasan BBK
4) Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Kawasan BBK
7) Pengelolaan Kawasan BBK
PERAN
FUNGSI
Pasal 3
Pasal 2
1.4.5. Cakupan Kawasan
1 . R T R K A W A S A N B B K
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 13
1.4.6. Tujuan, Kebijakan dan Strategi
1 . R T R K A W A S A N B B K
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 14
1.4.7. Tujuan, Kebijakan dan Strategi
1 . R T R K A W A S A N B B K
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 15
STRATEGI PENATAAN RUANG
PERWUJUDAN DAN PENINGKATAN
KETERPADUAN DAN KETERKAITAN
ANTARKEGIATAN BUDI DAYA
menetapkan
kawasan budi
daya dan
memanfaatkan
sumber daya alam
mengembangkan
kegiatan ekonomi
unggulan
mengembangkan
kegiatan terkait
dalam aspek
politik, pertahanan
dan keamanan,
sosial budaya,
serta ilmu
pengetahuan dan
teknologi
mengembangkan
pulau-pulau kecil
mengembangkan
kegiatan
pengelolaan
sumber daya
kelautan
PENINGKATAN PELAYANAN PUSAT
KEGIATAN KAWASAN BBK YANG
MERATA DAN BERHIERARKI
meningkatkan
keterkaitan pusat-
pusat kegiatan
KPBPB
mempertahankan
fungsi pusat-pusat
kegiatan yang
sudah ada
mengendalikan
pusat-pusat
kegiatan yang
berkembang tidak
sesuai
mendorong
berfungsinya
pusat-pusat
kegiatan baru
PENINGKATAN KUALITAS DAN
JANGKAUAN PELAYANAN JARINGAN
PRASARANA TRANSPORTASI,
TELEKOMUNIKASI, ENERGI, SUMBER
DAYA AIR, SERTA PRASARANA DAN
SARANA PERKOTAAN YANG TERPADU
DAN MERATA DI SELURUH KAWASAN
meningkatkan dan
memantapkan
kualitas jaringan
prasarana
transportasi
mewujudkan
keterpaduan
pelayanan
transportasi
mendorong
pengembangan
prasarana
telekomunikasi
meningkatkan
kualitas jaringan
energi
mengoptimalkan
keterpaduan
sistem
penyediaan energi
meningkatkan
kualitas jaringan
prasarana SDA
meningkatkan
kualitas
penyediaan
prasarana dan
sarana perkotaan
PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN
FUNGSI KAWASAN DALAM
PENGEMBANGAN PEREKONOMIAN
NASIONAL YANG PRODUKTIF, EFISIEN,
DAN BERDAYA SAING DALAM
PEREKONOMIAN INTERNASIONAL
UNTUK MENDUKUNG PERWUJUDAN
KORIDOR EKONOMI PULAU SUMATERA
mengembangkan
pusat-pusat
kegiatan ekonomi
menciptakan iklim
investasi yang
kondusif
mengelola
pemanfaatan
sumber daya alam
meningkatkan
promosi peluang
investasi
meningkatkan
pelayanan
penunjang
kegiatan ekonomi
PENINGKATAN FUNGSI KAWASAN
UNTUK PERTAHANAN DAN KEAMANAN
NEGARA
menetapkan
kawasan
peruntukan
pertahanan dan
keamanan negara
mengembangkan
kegiatan budi
daya secara
selektif di dalam
dan di sekitar
kawasan
peruntukan
pertahanan dan
keamanan negara
mengembangkan
zona penyangga
menetapkan
ketentuan-
ketentuan
peraturan zonasi
membatasi
perkembangan
kegiatan budi
daya terbangun
mengoptimalkan
pemanfaatan
ruang secara
vertikal dan
kompak
membatasi
perkembangan
kawasan
terbangun
meningkatkan
kualitas dan
akuntabilitas
sistem perizinan
memberikan
insentif dan
disinsentif
melakukan
penertiban bagi
kegiatan yang
tidak sesuai fungsi
menetapkan
kawasan lindung
mewujudkan
kawasan lindung >
30 %
mewujudkan
ruang terbuka
hijau (RTH)
mengembalikan
dan meningkatkan
fungsi kawasan
lindung
mewajibkan
melaksanakan
KLHS
menyelenggaraka
n upaya terpadu
melindungi
kemampuan
lingkungan hidup
dari tekanan
perubahan
melindungi
kemampuan
lingkungan hidup
untuk menyerap
zat, energi
etc
KEBIJAKAN PENATAAN RUANG
1 2 3 4 5
PENGENDALIAN PERKEMBANGAN
KEGIATAN BUDI DAYA AGAR SESUAI
FUNGSI DAN TIDAK MELAMPAUI DAYA
DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG
LINGKUNGAN
PEMELIHARAAN DAN PERWUJUDAN
KELESTARIAN FUNGSI LINGKUNGAN
HIDUP MELALUI PENCEGAHAN DAMPAK
NEGATIF KEGIATAN MANUSIA YANG
DAPAT MENIMBULKAN KERUSAKAN
LINGKUNGAN HIDUP
6 7
1.4.8. Sistem Pusat Kegiatan Primer
1 . R T R K A W A S A N B B K
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 16
1.4.9. Rencana Struktur Ruang Kawasan BBK
1 . R T R K A W A S A N B B K
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 17
1.4.10. Rencana Pola Ruang Kawasan BBK
1 . R T R K A W A S A N B B K
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 18
1.4.11. Tabel Indikasi Program Utama
1 . R T R K A W A S A N B B K
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 19
N
o
Indikasi Program
Utama
Lokasi
Sumber
Pendanaan
Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
I II III IV
2011-
2014
2015-
2019
2020-
2024
2025-
2027
2 . R P I 2 J M K A W A S A N B B K
1. Latar Belakang
2. Maksud, Tujuan dan Sasaran
3. Lingkup Wilayah Keluaran
4. Lingkup Kegiatan
BintanResort BarelangBridge Map of BBK PLTU Karimun
MonumenTanjungpinang
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 20
Sub Bahasan:
2 . R P I 2 J M K A W A S A N B B K
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 21
2.1. Latar Belakang
1. Pelaksanaan keterpaduan pembangunan infrastruktur di Kawasan BBK masih
mengalami permasalahan seperti belum fokusnya sasaran kewilayahan yang
akan didorong pembangunan infrastrukturnya.
2. Belum sinergisnya program pembangunan infrastruktur antar
kementerian/lembaga terkait (sektoral) dan pemerintahdaerah.
3. Belumefektifnya sistempenganggaran pembangunan infrastruktur.
4. Sinkronisasi Program dilakukan melalui berbagai forum dan rapat koordinasi
sesuai dg peraturan perundang-undangan, dan dilaksanakan dengan
memperhatikan rencana pembangunan yg akan dilaksanakan masyarakat dan
berdasarkan skala prioritas untuk kepentingan pengembangan wilayah.
5. Telah tersusunnya Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur
Jangka Menengah (RPI2-JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun pada tahun 2012
namun belum menjadi konsensus bersama pemangku kepentingan oleh karena
itu perlu dilakukan penyempurnaan.
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 22
2.2. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN
2.1 MAKSUD
Memperoleh konsensus bersama (dokumen kesepakatan formal) semua stakeholder
dalamprogrampembangunan infrastruktur.
2.2 TUJUAN
Terwujudnya kesepakatan bersama dan inisiasi pelaksanaan RPI2-JM yang mengikat di
Kawasan Batam-Bintan-Karimun.
2.3 SASARAN
Mengintegrasikan berbagai dokumen kebijakan spasial di Kawasan BBK.
Menginventarisasi program prioritas pembangunan infrastruktur di tingkat pusat dan
di daerah Kawasan BBK.
Mengintegrasikan arahan spasial pengembangan wilayah dengan program prioritas
infrastruktur di Kawasan BBK.
Mensinkronkan program prioritas pembangunan infrastruktur dari aspek fungsi,
lokasi, waktu dan ketersediaan anggaran.
Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan pembangunan infrastruktur.
Memfasilitasi penyelenggaraan pembahasan kesepakatan rencana terpadu dan
program investasi infrastruktur dengan kementerian terkait dan pemerintah daerah
di Kawasan BBK.
2 . R P I 2 J M K A W A S A N B B K
1. Sebagian wilayah Kota Batam yang mencakup 12 (dua belas) kecamatan yang meliputi sebagian
Kecamatan Batu Aji, sebagian Kecamatan Sekupang, sebagian Kecamatan Batu Ampar, sebagian
Kecamatan Bengkong, sebagian Kecamatan Batam Kota, sebagian Kecamatan Lubuk Baja,
sebagian Kecamatan Nongsa, sebagian Kecamatan Sei Beduk, sebagian Kecamatan Sagulung,
sebagian Kecamatan Bulang, sebagian Kecamatan Galang, dan sebagian Kecamatan Belakang
Padang;
2. Sebagian wilayah Kabupaten Bintan yang mencakup 7 (tujuh) kecamatan yang meliputi sebagian
Kecamatan Seri Kuala Lobam, sebagian Kecamatan Bintan Utara, sebagian Kecamatan Teluk
Sebong, sebagian Kecamatan Teluk Bintan, sebagian Kecamatan Toapaya, sebagian Kecamatan
Gunung Kijang, dan sebagian Kecamatan Bintan Timur;
3. Sebagian wilayah Kota Tanjungpinang yang mencakup 4 (empat) kecamatan yang meliputi
sebagian Kecamatan Bukit Bestari, sebagian Kecamatan Tanjungpinang Barat, seluruh
Kecamatan Tanjungpinang Timur, dan sebagian Kecamatan Tanjungpinang Kota; dan
4. Sebagian wilayah Kabupaten Karimun yang mencakup 3 (tiga) kecamatan yang meliputi
sebagian Kecamatan Meral, sebagian Kecamatan Tebing, dan sebagian Kecamatan Karimun.
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 23
2.3. RUANG LINGKUP WILAYAH
2 . R P I 2 J M K A W A S A N B B K
1. Dokumen Rencana Terpadu dan ProgramInvestasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RPI2JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun yang telah
disempurnakan.
2. Lembar kesepakatan pemerintah provinsi dan Kementerian/Lembaga
terkait RPI2-JMKawasan Batam-Bintan-Karimun.
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 24
2.4. KELUARAN PEKERJAAN
2 . R P I 2 J M K A W A S A N B B K
2.5. Lingkup Kegiatan
1. TAHAP PENYEMPURNAAN
Penyempurnaan draft RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun
tahun 2012, meliputi:
1. Verifikasi substansi dari masing-masing tahapan
penyusunan RPI2JM dengan muatan Perpres 87/2011
Tentang RTR Kawasan Batam-Bintan-Karimun,
2. Sinkronisasi dokumen rencana pembangunan sektoral
dan/atau provinsi terkait, diantaranya;
1. RPJMNasional
2. RENSTRA Kementerian Pekerjaan Umum (Ditjen
CK, Ditjen Bina Marga, DitjenSDA)
3. RENSTRAKementerian Perhubungan
4. RENSTRAKementerian INFOKOM
5. RENSTRAPerhubungan
6. RENSTRAESDM
7. RPJMDPROV/KAB/KOTA
8. RENSTRADINAS PU/KOMINFOHUBTEL/
3. Alternatif sumber pembiayaan dan inisiasi pelaksanaan
pembangunan Kawasan Batam-Bintan-Karimun,
melalui pengkajian berbagai peraturan peraturan
perundangan terkait infrastruktur Ke-PU-an,
Perhubungan, Energi dan Sumber Daya Mineral, dan
Komunikasi dan Informasi.
2. TAHAP PENYEPAKATAN
1. Konsultasi Publik (atau FGD) RPI2JM Kawasan Batam-
Bintan-Karimun bersama Kementerian/Lembaga
terkait dan Pemerintah Provinsi.
2. Koordinasi antara Kementerian/Lembaga terkait dan
pemerintah daerah dalam bentuk forum diskusi untuk
mendapatkan kesepakatan RPI2JM Kawasan Batam-
Bintan-Karimun.
3. Melakukan seminar RPI2-JM Kawasan Batam-Bintan-
Karimun.
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 25
2 . R P I 2 J M K A W A S A N B B K
3 . PRI NSI P, PROSES & HASI L PENYEMPURNAAN
RPI I J M KSN BBK
1. Prinsip Penyusunan RPIIJM
2. Proses Penyusunan
3. Penyusunan Arahan Spasial Pengembangan Wilayah (Kotak 1)
4. Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur (Kotak 2)
5. Penyusunan Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur (Kotak 3)
6. Sinkronisasi Program Investasi Pembangunan Infrastruktur (Kotak 4)
BintanResort BarelangBridge Map of BBK PLTU Karimun
MonumenTanjungpinang
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 26
Sub Bahasan:
1. Kewilayahan : Pendekatan yang tidak sektoral tetapi objeknya adalah entitas
wilayah/kawasan strategis yang akan didorong dan mendorong terciptanya stuktur ruang
yang efektif dan efisien
2. Keterpaduan : Pendekatan dalam integrasi dalam perencanaan dan sinkronisasi dalam
pemrograman pembangunan yang saling terkait untuk mengisi kekurangan dan kebutuhan
masing-masing
3. Keberlanjutan : Pendekatan dalam pemrograman investasi infrastruktur jangka pendek,
jangka menengah, dan jangka panjang dengan memperhatikan aspek-aspek ekonomi, sosial,
dan lingkungan hidup
4. Koordinasi : Pendekatan dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur yang
melibatkan seluruh pemangku kepentingan, baik Pemerintah, Pemerintah Daerah, maupun
Masyarakat/Dunia Usaha, sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing
5. Optimalisasi Sumber Daya : Pendekatan dalam pemanfaatan sumberdaya yang sesuai
dengan kewenangan dan kapasitas pendanaan untuk tujuan pengembangan
kawasan/wilayah melalui pembangunan infrastruktur.
3.1. PRINSIP PENYUSUNAN RPIIJM
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 27
3 . PRI NSI P, PROSES & HASI L PENYEMPURNAAN
RPI I J M KSN BBK
3.2. PROSES PENYUSUNAN RPIIJM
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 28
1. Penyusunan Arahan Spasial Pengembangan Wilayah
Analisis arahan spasial integrasi dari berbagai dokumen kebijakan spasial arahan spasial
pengembangan wilayah Jangka Menengah.
2. Penyusunan ProgramPrioritas Pembangunan Infrastruktur
Analisis program infrastruktur integrasi berbagai dokumen sistemperencanaan pemb.
prioritas program infrastruktur.
3. Penyusunan Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur
Integrasi tahap 1 & 2 program pembangunan infrastruktur prioritas (berbasis pd sasaran
spasial).
4. Pelaksanaan Sinkronisasi Program Investasi Pembangunan Infrastruktur
Penyerasian program prioritas pembangunan infrastruktur dr aspek: fungsi, lokasi, waktu, &
ketersediaan anggaran sesuai sasaran pengembangan wilayahnya.
5. Penyusunan Sumber Pembiayaan Pembangunan
Analisis bentuk atau wujud sumber pembiayaan pelaksanaan RPI2-JM sumber-sumber
pembiayaan pembangunan infrastruktur.
6. Inisiasi Pelaksanaan Pembangunan.
Pada tahap ini dilakukan inisiasi pelaksanaan RPI2-JM ke dalampenganggaran (publik) dan
pembiayaan kerjasama (dengan swasta), serta pengawasan dan pengendalian pelaksanaannya.
3 . PRI NSI P, PROSES & HASI L PENYEMPURNAAN
RPI I J M KSN BBK
3.2. KEDUDUKAN RPIIJM DALAM SISTEM PERENCANAAN SPASIAL & PEMBANGUNAN
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 29
R
P
I
2
J
M
3 . PRI NSI P, PROSES & HASI L PENYEMPURNAAN
RPI I J M KSN BBK
3.3. Skema Tahapan Proses Penyusunan RPIIJM
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 30
Monitoring Dan
Evaluasi
3 . PRI NSI P, PROSES & HASI L PENYEMPURNAAN
RPI I J M KSN BBK
Detil proses Penyusunan Matriks Tahap 1, seperti
dibawah ini:
1. Identifikasi Peran dan Fungsi Wilayah yang
diuraikan dalam tujuan RTR RTR Kawasan BBK
yang dapat dilihat pada tujuan, kebijakan dan
strategi ;
1. RTR Kawasan BBK memiliki 4 Tujuan
2. Selanjutnya, strategi dan sasaran kewilayahan
penataan ruang RTR Pulau disandingkan
dengan strategi dan sasaran kewilayahan
berdasarkan RTRWProvinsi. Maka didapatlah :
a. Identifikasi Kawasan yang didorong
perkembangannya dan Kawasan yang
dikendalikan perkembangannya mulai dari
nasional, provinsi dan kabupaten.
b. Menguraikan tentang kawasan-kawasan
yang perlu didorong perkembangannya
dan kawasan yang perlu dikendalikan
perkembangannya, terutama berkaitan
dengan tingkat pelayanan infrastruktur dan
adanya permasalahan yang disebabkan
oleh kondisi fisik kawasan yang
bersangkutan. Identifikasi ini mulai dari
nasional, provinsi, dan kabupaten.
3.3.1. Penyusunan Arahan Spasial Pengembangan Wilayah (Kotak 1)
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 31
3 . PRI NSI P, PROSES & HASI L PENYEMPURNAAN
RPI I J M KSN BBK
3.3.1. Penyusunan Arahan Spasial Pengembangan Wilayah (Kotak 1).Lanjutan
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 32
Hasil Penyempurnaan Tahap 1 Kawasan BBK
3 . PRI NSI P, PROSES & HASI L PENYEMPURNAAN
RPI I J M KSN BBK
Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional BatamBintan Karimun
4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N
Merupakan upaya inventarisasi dan sintesis
terhadap fokus program pembangunan
infrastruktur prioritas, serta target tingkat
pelayanan infrastruktur di Kawasan dan BBK.
Input: Program pembangunan infrastruktur
yang mengacu pada dokumen sistem
perencanaan pembangunan yang berlaku,
yaitu: RPJP/RPJM Nasional, Renstra
Kementerian/Lembaga, RPJP/RPJM Provinsi,
RPJP/RPJMKabupaten.
Proses: Berdasarkan dokumen input,
dilakukan inventarisasi dan
integrasi/penggabungan fokus program
prioritas pembangunan infrastruktur dan
target pelayanannya di Kawasan dan BBK
Output: Program Prioritas Pembangunan
Infrastruktur yang sinergis dari tingkat
nasional dan provinsi.
3.3.2. Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur (Kotak 2)
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 34
3 . PRI NSI P, PROSES & HASI L PENYEMPURNAAN
RPI I J M KSN BBK
3.3.2. Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur (Kotak 2)..Lanjutan
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 35
Hasil Penyempurnaan Matrik Tahap 2 Kawasan BBK
3 . PRI NSI P, PROSES & HASI L PENYEMPURNAAN
RPI I J M KSN BBK
Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional BatamBintan Karimun
4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N
Merupakan upaya mengintegrasikan arahan
spasial pengembangan wilayah (hasil tahap I)
dengan program prioritas pembangunan
infrastruktur (hasil tahap II) di Kawasan BBK.
Input: Arahan spasial pengembangan wilayah
Kawasan BBK jangka menengah (Output dari
tahap 1) dan Program prioritas pembangunan
infrastruktur di Kawasan BBKjangka menengah
(Output dari tahap 2).
Proses: Berdasarkan dokumen Input, dilakukan:
Integrasi antara arahan spasial dengan program
prioritas pembangunan infrastruktur
antarsektor di Kawasan BBK. Selanjutnya perlu
dilakukan konfirmasi dan
pembahasan/forum/rapat koordinasi
antarsektor di Kawasan BBK dan Pemerintah
Daerah, untuk menyepakati rencana terpadu
pembangunan infrastruktur.
Output: Rencana terpadu pembangunan
infrastruktur jangka menengahdengan skenario
tahunan, berbasis kewilayahan di Kawasan BBK.
3.3.3. Penyusunan Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur (Kotak 3)
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 37
3 . PRI NSI P, PROSES & HASI L PENYEMPURNAAN
RPI I J M KSN BBK
3.3.3. Penyusunan Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur (Kotak 3)Lanjutan
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 38
Hasil Penyempurnaan Matrik Tahap 3 Kawasan BBK
3 . PRI NSI P, PROSES & HASI L PENYEMPURNAAN
RPI I J M KSN BBK
Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional BatamBintan Karimun
4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N
Merupakan upaya penyerasian program prioritas pembangunan infrastruktur
dari aspek fungsi, lokasi, dan waktu.
Input: Rencana terpadu (program/kegiatan terpadu) pembangunan
infrastruktur jangka menengah dengan skenario tahunan, berbasis
kewilayahan di Kawasan BBK. (Output dari tahap 3).
Proses: Berdasarkan dokumen Input, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai
berikut.
Sinkronisasi program investasi pembangunan infrastruktur disusun
melalui upaya penyerasian program prioritas pembangunan
infrastruktur ditinjau dari aspek: (1) fungsi; (2) lokasi; dan (3) waktu
pelaksanaan, sesuai tahapan/skala prioritas pengembangan wilayah.
Penyusunan matriks sinkronisasi fungsi, lokasi dan waktu
antarkegiatan/ program infrastruktur prioritas.
Sinkronisasi antarsektor Pemerintah, antarsektor Pusat dengan
Daerah, antara Pemerintah, Pemda, dan masyarakat/dunia usaha,
melalui berbagai forum dan rapat kordinasi.Pembahasan/forum/rapat
kordinasi antarsektor di Pusat, dan antarsektor di Daerah, untuk
menyepakati rencana program investasi pembangunan infrastruktur.
Alat yang digunakan untuk membangun kesepakatan (Concensus
Building) tersebut yaitu Focus Group Discussion (FGD/Diskusi
Kelompok Terarah). Sebelum melakukan FGD, dilakukan kegiatan-
kegiatan integrasi, sinkronisasi, dan konfirmasi/koordinasi dengan
sektor baik di Pusat maupun di Daerah. Aspek-aspek penting dalam
pelaksanaan FGD yaitu: stakeholders yang akan dilibatkan, lokasi FGD,
dan Pelaksanaan FGD.
Output: Program investasi pembangunan infrastruktur tahunan (dalam
rentang waktu 5 tahun) yang sinkron, baik dari aspek fungsi, lokasi,
maupun waktu pelaksanaan. Program/kegiatan tahunan tersebut yang
dirinci ke dalam kegiatan, perkiraan volume, perkiraan biaya pelaksanaan,
dan pelaksana kerjasama.
3.3.4. Sinkronisasi Program Investasi Pembangunan Infrastruktur (Kotak 4)
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 40
3 . PRI NSI P, PROSES & HASI L PENYEMPURNAAN
RPI I J M KSN BBK
3.3.4. Sinkronisasi Program Investasi Pembangunan Infrastruktur (Kotak 4) .Lanjutan
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 41
Hasil Penyempurnaan Matrik Tahap 4 Kawasan BBK Analisis Fungsi
Hasil Penyempurnaan Matrik Tahap 4 Kawasan BBK Analisis Lokasi
Hasil Penyempurnaan Matrik Tahap 4 Kawasan BBK Analisis Waktu
3 . PRI NSI P, PROSES & HASI L PENYEMPURNAAN
RPI I J M KSN BBK
Merupakan upaya mengidentifikasi bentuk atau wujud pembiayaan penganggaran
RPI2-JMKawasan BBK.
Input:
Program investasi pembangunan infrastruktur tahunan (dalam rentang
waktu 5 tahun) yang sinkron, baik dari aspek fungsi, lokasi, dan waktu
pelaksanaan (Output dari tahap IV).
Ketentuan Perpres No. 13 Tahun 2010 tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Jenis Infrastruktur
yang dapat dikerjasamakan dengan pihak swasta/badan usaha mencakup:
infrastruktur transportasi, meliputi pelabuhan laut, sungai atau danau,
bandar udara, jaringan rel dan stasiun kereta api;
infrastruktur jalan, meliputi jalan tol dan jembatan tol;
infrastruktur pengairan, meliputi saluran pembawa air baku;
infrastruktur air minum yang meliputi bangunan pengambilan air baku,
jaringan transmisi, jaringan distribusi, instalasi pengolahan air minum;
infrastruktur air limbah yang meliputi instalasi pengolah air limbah, jaringan
pengumpul dan jaringan utama, dan sarana persampahan yang meliputi
pengangkut dan tempat pembuangan;
infrastruktur telekomunikasi, meliputi jaringan telekomunikasi;
infrastruktur ketenagalistrikan, meliputi pembangkit, transmisi atau
distribusi tenaga listrik; dan
infrastruktur minyak dan gas bumi meliputi pengolahan, penyimpanan,
pengangkutan, transmisi, atau distribusi minyak dan gas bumi.
Proses: Berdasarkan dokumen Input, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai
berikut.
Identifikasi ketersediaan/kemampuan anggaran Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah.
Melakukan analisis demand dan supply pembiayaan pembangunan
infrastruktur dengan melihat kemungkinan kemitraan dengan badan usaha
dan masyarakat termasuk pendayagunaan sumber daya luar negeri.
Penyusunan matriks (tabel) pembiayaan program investasi pembangunan
infrastruktur.
Output: alternatif sumber dan pola pembiayaan untuk masing-masing program
investasi pembangunan infrastruktur, yang bersumber dari: i) APBN, ii) APBD, iii)
badan usaha, iv) masyarakat, serta v) sharing/kerjasama pendanaan.
3. 3.5. Sinkronisasi Program Investasi Pembangunan Infrastruktur (Kotak 5)
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 42
3 . PRI NSI P, PROSES & HASI L PENYEMPURNAAN
RPI I J M KSN BBK
3.3.5. Sinkronisasi Program Investasi Pembangunan Infrastruktur (Kotak 5)Lanjutan
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 43
Hasil Penyempurnaan Tahap 5 KSN BBK
3 . PRI NSI P, PROSES & HASI L PENYEMPURNAAN
RPI I J M KSN BBK
RencanaJalur Kereta Api
BandaraBatu Besar (Hang
Nadim Batu Ampar
Merupakan upaya inisiasi pelaksanaan RPI2-JM Kawasan BBK ke
dalampenganggaran publik tahunan, yaitu Kementerian/Lembaga,
SKPD, atau pembiayaankerjasama (denganswasta).
Input:
Program investasi pembangunan infrastruktur tahunan
(dalam rentang waktu 5 tahun) yang sinkron, baik dari
aspek fungsi, lokasi, dan waktu pelaksanaannya. Program
tahunan tersebut dirinci ke dalam kegiatan, perkiraan
volume, perkiraan biaya pelaksanaan, dan
pelaksana/pelaksana kerjasama(Output dari tahapV).
Alternatif sumber dan pola pembiayaan untuk masing-
masing program prioritas pembangunan infrastruktur, yang
bersumber dari: i) APBN, ii) APBD, iii) badan usaha, iv)
masyarakat, serta v) sharing/kerjasama pendanaan
((Output dari tahap V).
Proses: Berdasarkan dokumen Input, dilakukan kegiatan-
kegiatansebagai berikut.
Pendampingan dalam sistem penganggaran pemerintah
dan pembiayaandenganswasta.
Monitoring dan evaluasi terhadap konsistensi pelaksanaan
program prioritas pembangunan infrastruktur berupa
alokasi terhadap program/kegiatan (K/L) dengan komitmen
terhadapRPI2-JMKawasanDanauToba dan KawasanBBK.
Pemberian tanda non-RPI2-JM terhadap program/kegiatan
yang tidak sesuai antara dokumen RPI2-JM yang disusun
dengan yang di dalam dokumen usulan anggaran, yang
menunjukkan bahwa program tersebut belum
direkomendasikanbersama (forumMUSRENBANG).
Output: Prioritas pembangunan infrastruktur yang masuk
dalam sistem penganggaran Nasional, Provinsi,
Kabupaten/Kota (Rencana Kerja Pemerintah/Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran dan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah/Dokumen Anggaran Satuan Kerja pada Tahun Anggaran
ke-n+1), serta rencana kerja bersama (dengan swasta) dalam
dokumenformal dan mengikat.
3.3.6. Monitoring dan Evaluasi(Kotak 6)
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 47
3 . PRI NSI P, PROSES & HASI L PENYEMPURNAAN
RPI I J M KSN BBK
3.3.6. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan RPI2JM di BBK (Kotak 6)
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 48
3 . PRI NSI P, PROSES & HASI L PENYEMPURNAAN
RPI I J M KSN BBK
3.5. Lembar Kesepakatan Keterpaduan Program Pengembangan Infrastruktur
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 49
3 . PRI NSI P, PROSES & HASI L PENYEMPURNAAN
RPI I J M KSN BBK
4 . PROGRAM/ KEGI ATAN PRI ORI TAS PEMBANGUNAN
I NFRASTRUKTUR DI KSN BBK
1. Matrik Program/Kegiatan Prioritas Pembangunan Infrastruktur di Kawasan Batam
2. Matrik Program/Kegiatan Prioritas Pembangunan Infrastruktur di Kawasan Bintan
3. Matrik Program/Kegiatan Prioritas Pembangunan Infrastruktur di Kawasan Karimun
BintanResort BarelangBridge Map of BBK PLTU Karimun
MonumenTanjungpinang
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 50
Lampiran Matrik
No.
Sumber Pembiayaan Yang
Dimungkinkan
Jenis Infrastruktur Landasan Kebijakan/Hukum
1. APBN/APBD Jalan dan Jembatan Bukan Tol.
Bangunan Air dan Saluran Pembawa Air Baku.
Penyehatan Lingkungan Permukiman
(Drainase, Air Limbah, dan Persampahan)
1) UU No 17 Th 2003 tentang Keuangan Negara;
2) UU No 1 Th 2004 ttg Perbendaharaan Negara
3) UU No 38 Th 2004 ttg Jalan;
4) UU No 7 Th 2004 ttg Sumber Daya Air;
5) PP No 42 Th 2008 ttg Pengelolaan Sumber Daya Air; dan
6) Permen PU No 6 Th 2011 ttg Pedoman Penggunaan Sumber Daya Air.
2. BUMN/BUMD Telekomunikasi
Transportasi (Bandara , Pelabuhan,
Perkeretaapian)
Energi (Ketenagalistrikan dan Migas)
1) UU No 19 Th 2003 ttg BUMN;
2) UU No 36 Th 1999 ttg Telekomunikasi;
3) UU No 1 Tahun 2009 ttg Penerbangan;
4) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
5) UU No 23 Tahun 2007 ttg Perkeretaapian;
6) UU No 30 Th 2009 ttg Ketenagalistrikan;
7) UU No 22 Th 2001 ttg Migas;
8) PP No 52 Tahun 2000 ttg Penyelenggaraan Telekomunikasi;
9) PP No 70 Th 2001 ttg Kebandarudaraan;
10) PP No 61 Tahun 2009 ttg Kepelabuhanan;
11) PP No 56 Tahun 2009 ttg Penyelenggaraan Perkeretaapian;
12) PP No 14 Th 2012 ttg Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik;
13) PP No 35 Tahun 2004 Jo PP No 34 Th 2005 dan PP No 55 Th 2009 ttg Kegiatan
Usaha Hulu Migas; dan
14) PP No 36 Tahun 2004 Jo PP No 30 Th 2009 ttg Kegiatan Usaha Hilir Migas1
3. Swasta Jalan dan Jembatan Tol
Air Minum
1) UU No 5 Th 2007 ttg Badan Usaha
4. KPS (PPP) Jalan dan Jembatan Tol
Air Minum
Telekomunikasi
Transportasi (Bandara , Pelabuhan, Perkeretaapian)
Energi (Ketenagalistrikan dan Migas)
1) PP No 15 Tahun 2005 Jo PP No 43 Th 2013 ttg Jalan Tol;
2) Perpres No 67 Th 2005 ttg Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan
Infrastruktur sebagaimana telah diubah melalui Perpres No 13 Th 2010 dan Perpres No
56 Th 2011; dan
3) Permen PU No 13 Th 2010 Tentang Pedoman Pengadaan Pengusahaan Jalan Tol.
5 . SUMBER SUMBER PEMBI AYAAN PEMBANGUNAN
I NFRASTRUKTUR RPI I J M
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 51
Alternatif Sumber Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur RPIIJM KSN BBK
6 . L E M B A R K E S E P A K A T A N
BintanResort BarelangBridge Map of BBK PLTU Karimun
MonumenTanjungpinang
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 52
KEMENTERI AN PEKERJ AAN UMUM
DI REKTORAT J ENDERAL PENATAAN RUANG
SATUAN KERJ A PENGEMBANGAN WI L AYAH NASI ONAL

Presentasi Konsensus RPIIJM KSN BBK| Batam| Oktober, 2013
Energy Telecom
Sea Port
Airport Rail Way
Road
Water Sanitation
TERIMA KASIH
TIPE A
S T R U K T U R O R G A N I S A S I
P R O J E C T MA N A G E ME N T U N I T P E N G E MB A N G A N K A WA S A N S T R A T E G I S N A S I O N A L
( P MU - K S N ) T I P E A
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 54
KEPALA PMU-KSN
DIREKTUR JENDERAL PENATAAN
RUANG
ASISTEN
PERENCANAAN DAN
PEMROGRAMAN
ASISTEN
PELAKSANAAN DAN
PENGENDALIAN I
SATKER/PPKDI LINGKUNGAN
DITJEN SUMBER DAYA AIR/DITJEN BINA MARGA/
DITJEN CIPTA KARYA / DITJEN PENATAAN RUANG
PUSAT
PROVINSI
DIREKTUR PENATAAN RUANG WILAYAH NASIONAL /
DIREKTUR PERKOTAAN/
DIREKTUR PEMBINAAN PENATAAN RUANG DAERAH WILAYAH I /
DIREKTUR PEMBINAAN PENATAAN RUANG DAERAH WILAYAH II
ASISTEN
PELAKSANAAN DAN
PENGENDALIAN II
TIPE B
S T R U K T U R O R G A N I S A S I
P R O J E C T MA N A G E ME N T U N I T P E N G E MB A N G A N K A WA S A N S T R A T E G I S N A S I O N A L
( P MU - K S N ) T I P E A
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 55
KEPALA PMU-KSN
DIREKTUR JENDERAL PENATAAN
RUANG
ASISTEN
PERENCANAAN DAN
PEMROGRAMAN
SATKER/PPKDI LINGKUNGAN
DITJEN SUMBER DAYA AIR/DITJEN BINA MARGA/
DITJEN CIPTA KARYA / DITJEN PENATAAN RUANG
PUSAT
PROVINSI
DIREKTUR PENATAAN RUANG WILAYAH NASIONAL /
DIREKTUR PERKOTAAN/
DIREKTUR PEMBINAAN PENATAAN RUANG DAERAH WILAYAH I /
DIREKTUR PEMBINAAN PENATAAN RUANG DAERAH WILAYAH II
ASISTEN
PELAKSANAAN DAN
PENGENDALIAN
Lembar Sinkronisasi
S I NKRONI S AS I P ROGRAM P E MBANGUNA N I NF RAS T RUKT UR
TA 2 0 1 4 BE RBAS I S P E NATAAN RUANG
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 56
Lembar Sinkronisasi
S I NKRONI S AS I P ROGRAM P E MBANGUNA N I NF RAS T RUKT UR
TA 2 0 1 4 BE RBAS I S P E NATAAN RUANG
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 57
Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional BatamBintan Karimun
4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N
Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional BatamBintan Karimun
4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N
Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional BatamBintan Karimun
4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N
Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional BatamBintan Karimun
4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N
Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional BatamBintan Karimun
4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N
Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional BatamBintan Karimun
4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N
Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional BatamBintan Karimun
4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N
Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional BatamBintan Karimun
4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N
Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional BatamBintan Karimun
4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N
Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional BatamBintan Karimun
4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N
Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional BatamBintan Karimun
4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N
Peta Arahan Spasial Tujuan 1 Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional BatamBintan Karimun
4 . H A S I L P E N Y E M P U R N A A N
(Sumber: Menteri PPN/Kepala Bappenas, November 2012. "Solusi
Pembiayaan Infrastruktur Mendukung Pelaksanaan MP3EI)
4 . SUMBER SUMBER PEMBI AYAAN PEMBANGUNAN
I NFRASTRUKTUR RPI I J M
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 70
4.1. Demand Supply Pembiayaan Infrastruktur
Grafik Gap Kebutuhan Investasi Infrastruktur
Gap Kebutuhan Investasi Infrastruktur
(Sumber: Menteri PPN/Kepala Bappenas, November 2012. "Solusi Pembiayaan Infrastruktur
Mendukung Pelaksanaan MP3EI)
4 . SUMBER SUMBER PEMBI AYAAN PEMBANGUNAN
I NFRASTRUKTUR RPI I J M
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 71
4.1. Demand Supply Pembiayaan Infrastruktur
(Sumber: Menteri PPN/Kepala Bappenas, November 2012. "Solusi Pembiayaan Infrastruktur
Mendukung Pelaksanaan MP3EI)
4 . SUMBER SUMBER PEMBI AYAAN PEMBANGUNAN
I NFRASTRUKTUR RPI I J M
Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Satker Pengembangan Wilayah Nasional | 2013 Hal 72
4.2. Skema Pembiayaan Pembangunan Insfrastruktur

Anda mungkin juga menyukai