Anda di halaman 1dari 5

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

1015
EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle Linn)
TERHADAP MASTITIS SUBKLINIS
(Efficacy of Piper betle Linn Toward Subclinical Mastitis)
MASNIARI POELOENGAN, SUSAN M.N. dan ANDRIANI
Balai Penelitian Veteriner, PO Box 151, Bogor 16114
ABSTRACT
Piper betle Linn with volatile oil present in the plant has an antibacterial effect. In this study, the efficacy
of Piper betle extract was determined toward subclinical mastitis. The in vitro study was done by diffusion
disc method to Streptococcus agalactiae, Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis isolated
from milk of mastitis suffered cows. The in vitro study showed that Piper betle leaves in concentration of 50;
25; 12.5 and 6.25% have an antibacterial effect for those bacteria. Whereas, the in vivo study was conducted
by dipping the teat of mastitis suffered cows. The total number of bacteria in milk was measured before and
after dipping. The result showed that Piper betle leaves have ability to reduce the number of bacteria in milk
of mastitis suffered cows.
Key Words: Piper Betle Linn, Antibacteria, In Vitro, Invivo, Mastitis.
ABSTRAK
Kandungan minyak atsiri daun sirih (Piper betle Linn) dilaporkan mempunyai daya antibakteri. Pada
penelitian ini ekstrak daun sirih diuji efektivitasnya sebagai antibakteri terhadap mastitis subklinis. Secara in
vitro ekstrak daun sirih diuji efektivitasnya sebagai antibakteri dengan metode difusi kertas cakram pada 4
konsentrasi ekstrak yang berbeda yaitu: 50; 25; 12,5 dan 6,25% dengan bakteri uji yang diisolasi dari susu
sapi penderita mastitis subklinis yaitu Streptococcus agalactiae, Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis. Hasil uji in vitro menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih mempunyai efektivitas sebagai
antibakteri terhadap ketiga bakteri uji tersebut. Efektivitas ekstrak daun sirih secara in vivo dilakukan dengan
cara pencelupan/dipping puting dari ambing sapi penderita mastitis subklinis. Parameter yang diamati berupa
jumlah total mikroba dalam susu sebelum dan setelah perlakuan. Hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak daun
sirih efektif menurunkan jumlah kuman dalam susu sapi penderita mastitis subklinis.
Kata Kunci: Daun Sirih, Antibakteri, In Vitro, Invivo, Mastitis

PENDAHULUAN
Mastitis atau radang ambing merupakan
salah satu penyakit yang sangat merugikan
peternak sapi perah, karena meyebabkan
penurunan produksi susu (SUBRONTO, 1985).
Kasus mastitis pada sapi perah sangat tinggi
terutama kasus mastitis subklinis (MSK). Pada
MSK perlu dilakukan pemeriksaan khusus
terhadap susu karena kejadian mastitis subklinis
ini banyak tidak diketahui oleh para peternak.
Hampir suatu kemutlakan bahwa dalam
pengobatan radang ambing selalu memerlukan
obat-obatan antimikrobial terutama antibiotika.
Pemakaian antibiotika untuk pengobatan
mastitis dapat mengakibatkan terjadinya residu
antibiotika pada susu yang berakibat langsung
timbulnya alergi pada konsumen dan terjadinya
resistensi kuman. Merupakan kenyataan
didalam praktek bahwa kontrol terhadap
pelarangan penjualan air susu yang
mengandung residu antibiotika sulit sekali
dilakukan.
Kemungkinan adanya residu antibiotika
dalam susu sangat besar, mengingat antibiotika
akan tetap berada dalam susu sampai dengan
hari kelima setelah pengobatan terakhir.
Kenyataannya peternak sapi perah biasanya
sudah menjual susu dalam waktu 48 jam
setelah pengobatan terakhir kepada Koperasi
Unit Desa (KUD), Industri Pengolahan Susu
(IPS). Antibiotika tahan terhadap pemanasan di
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
1016
bawah titik didih susu. Jadi bila dikonsumsi
dalam bentuk pasteurisasi maka antibiotik
tersebut masih berada di dalam susu
(SUBRONTO, 1985).
Penggunaan produk alami pada pangan
menjadi salah satu tuntutan konsumen pada
saat ini. Perlu kiranya dilakukan seleksi dan
karakterisasi senyawa-senyawa antimikroba
alami yang berasal dari bahan-bahan yang
umum digunakan. Penggunaan antimikroba
alami perlu ditingkatkan untuk menggantikan
bahan sintesis pada produk pangan. Begitupun
pengobatan terhadap mastitis diperlukan obat
alternatif alami sebagai pengganti antibiotika,
salah satu pilihan obat alami diantaranya
adalah daun sirih (Piper bitle Linn).
Sirih sudah dikenal sejak lama di
Indonesia, namun penelitian mengenai
budidaya, pasca panen, maupun
pemanfaatannya belum banyak dilakukan
(DARWIS, 1991). Hampir semua bagian
tanaman sirih dapat digunakan sebagai obat,
tetapi yang paling banyak digunakan adalah
daunnya. Pemakaian sirih sebagai obat untuk
menyembuhkan berbagai jenis penyakit sudah
meluas namun masih bersifat tradisional.
Menurut SOEDIBYO (1991) daun sirih banyak
digunakan untuk pengobatan beberapa
penyakit maupun perawatan kecantikan. Daun
sirih digunakan sebagai obat kumur, sariawan,
asma, batuk, encok, hidung berdarah, kepala
pusing, radang selaput lendir mata, batuk
kering, mulut berbau dan radang tenggorokan.
Daun sirih merupakan salah satu dari 13
jenis tumbuhan yang memiliki aktivitas
antibakteri paling tinggi (SUWONDO et al.,
1991). Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui efektivitas daun sirih
sebagai antibakteri untuk pengobatan mastitis
secara in vitro dan in vivo.
MATERI DAN METODE
Kegiatan penelitian dilakukan melalui
beberapa tahapan, yaitu membuat ektraks daun
sirih, isolasi dan identifikasi bakteri penyebab
mastitis, uji daya antibakteri ekstrak daun sirih
dengan beberapa macam bakteri penyebab
mastitis subklinis secara in vitro, dan
dilanjutkan dengan uji efektivitas daun sirih
secara in vivo terhadap sapi penderita mastitis
subklinis.
Pembuatan ekstrak daun sirih (Piper betle
Linn)
Daun sirih yang telah dikeringkan dan
dibuat serbuk, diekstraksi secara maserasi
dengan menggunakan etanol dan metanol.
Sebanyak 100 g simplisia dimaserasi dalam
1000 ml etanol dan metanol pro analisis
(99,8%) dan didiamkan selama 24 jam. Filtrat
yang diperoleh disaring dan kemudian
dipekatkan dengan rotavapor hingga diperoleh
ekstrak kental.
Isolasi dan identifikasi bakteri penyebab
mastitis subklinis
Sampel susu dikoleksi dari sapi penderita
mastitis subklinis yang ada di Jawa Barat untuk
isolasi dan identifikasi bakteri. Sapi penderita
mastitis subklinis dideteksi dengan
menggunakan metode CMT (California
Mastitis Test) atau IPB1 (SUDARWANTO, 1999).
Uji daya antibakteri ekstrak daun sirih
terhadap beberapa bakteri penyebab
mastitis secara in vitro
Ekstrak pekat daun sirih diencerkan dengan
NaCl fisiologis steril hingga diperoleh
konsentrasi ekstrak 50; 25; 12,5 dan 6,25%.
Ekstrak daun sirih diuji daya hambatnya
terhadap bakteri penyebab mastitis dengan
metode cakram.
Kertas cakram direndam dalam ekstrak
daun sirih pada berbagai konsentrasi kemudian
diletakkan diatas permukaan media agar
Mueller Hinton yang telah diinokulasi dengan
bakteri uji dan diinkubasikan selama 24 jam
pada temperatur 37C. Diameter daerah hambat
bakteri yang terbentuk di sekitar kertas cakram
diukur dengan mistar.
Uji efektivitas ekstrak daun sirih pada sapi
perah penderita mastitis subklinis secara in
vivo
Pengujian efektvitas ekstrak daun sirih
secara in vivo pada sapi penderita mastitis
subklinis dilakukan dengan cara melakukan
dipping puting sapi ke dalam ekstrak daun
sirih. Untuk dipping diperlukan 6 ekor sapi
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
1017
perah penderita mastitis subklinis untuk 3
konsentrasi ekstrak yang dipakai (2
ekor/konsentrasi ekstrak). Dipping dilakukan
setiap kali sehabis pemerahan dan parameter
yang diamati adalah jumlah bakteri dalam susu
sebelum dan setelah dipping yaitu hari ke-0, 7,
14 dan 21. Sebagai pembanding digunakan
antiseptik Biocide.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstrak daun sirih pada penelitian ini
dibuat dari jenis daun sirih Piper betle Linn
dengan menggunakan 2 pelarut yang berbeda
yaitu etanol dan metanol. Daya antibakteri ke
dua ekstrak tersebut diuji terhadap bakteri
Streptococcus agalactiae, Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis yang
diisolasi dari susu sapi penderita mastitis
subklinis di Jawa Barat.
Pada Tabel 1 terlihat bahwa ekstrak etanol
maupun metanol daun sirih pada semua
konsentrasi mempunyai daya antibakteri
terhadap Streptococcus agalactiae,
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis. Diameter daerah hambat
pertumbuhan bakteri yang terbentuk dari
ekstrak metanol daun sirih terlihat lebih luas
dibandingkan dengan ekstrak etanol daun sirih.
Perbedaan daya antibakteri kedua ekstrak
tersebut kemungkinan karena pemakaian
metanol dapat melarutkan zat dalam daun sirih
lebih kuat dibandingkan dengan pelarut etanol
sehingga zat aktif yang terkandung dalam
ekstrak metanol lebih banyak. Kontrol NaCl
fisiologis tidak mempunyai daya antibakteri.
Pada uji in vivo digunakan ekstrak metanol
daun sirih karena daya antibakteri ekstrak
metanol lebih besar. Pengujian ekstrak daun
sirih secara in vivo pada penelitian ini
dilakukan dengan pencelupan puting (dipping)
dengan parameter yang diamati adalah
penurunan jumlah bakteri yang terkandung
dalam susu sapi penderita mastitis sebelum dan
setelah perlakuan dengan pembanding
antiseptik Biocide. Hasil perhitungan jumlah
bakteri susu sebelum dan setelah perlakuan
dengan pencelupan puting dengan ekstrak daun
sirih tertera pada Tabel 2.
Ekstrak daun sirih pada konsentrasi 12,5%,
25% dan 50% yang digunakan untuk perlakuan
pencelupan puting sapi penderita mastitis dapat
menurunkan jumlah bakteri yang terkandung
dalam susu. Jika dibandingkan dengan
perlakuan pencelupan puting dengan
antiseptik, ekstrak daun sirih mempunyai
kemampuan yang setara untuk menurunkan
jumlah bakteri susu sampai pada pengamatan
minggu ke-4.
Pada konsentrasi ekstrak daun sirih 12,5%
dan 25%, penurunan jumlah bakteri susu
terjadi pada pengamatan minggu ke-2
kemudian jumlah bakteri mengalami kenaikan
pada minggu ke-3 dan kemudian mengalami
penurunan kembali pada minggu ke-4.
Kenaikan jumlah bakteri pada minggu ke-3
kemungkinan karena adanya pelepasan sel-sel
epitel dan adanya masa sitoplasmik akibat
pengaruh proses sekresi sel-sel somatis.
Tabel 1. Rata-rata diameter daerah hambat (DDH) ekstrak etanol dan metanol daun sirih terhadap bakteri
Streptococcus agalactiae, Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis
Diameter daerah hambat (mm)
Strept. agalactiae Staph. aureus Strept. epidermidis
Konsentrasi
ekstraks (%)
Etanol Metanol Etanol Metanol Etanol Metanol
50 11,75 0,50 15,00 0,82 20,25 0,50 22,25 0,5 21,75 0,5 25,5 0,58
25 9,50 0,58 12,75 0,5 17,75 0,50 20 0,82 19,25 0,96 22 0,82
12,5 8,25 0,50 10,75 0,5 15,50 0,58 18,00 0,5 16,75 0,5 18.25 0,5
6,25 6,25 0,50 8,00 0,82 13,25 0,50 15,50 1,00 13,75 0,5 15.50 0,58
NaCl Fis 0 0 0
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
1018
Tabel 2. Rataan nilai jumlah bakteri susu setelah perlakuan dengan pencelupan puting dalam ekstrak daun
sirih pada konsentrasi 12,550% dibandingkan dengan perlakuan antiseptik
Konsentrasi ekstrak daun sirih Pengamatan Minggu ke- Jumlah bakteri susu (cfu/ml)
12,5% Sebelum perlakuan 1 86.533
Setelah perlakuan 2 5568
3 11.432
4 3650
25% Sebelum perlakuan 1 31.2867
Setelah perlakuan 2 1833
3 6800
4 2320
50% Sebelum perlakuan 1 1.003.986
Setelah perlakuan 2 2881
3 1670
4 832
Antiseptik Biocide Sebelum perlakuan 1 576.800
Setelah perlakuan 2 6872
3 5868
4 648

Sel radang dalam ambing merupakan respon
terhadap infeksi dan usaha memperbaiki
jaringan yang rusak. Jumlah bakteri pada
pengamatan terakhir (minggu ke-4) nilainya
masih dibawah 10.000 cfu/ml sehingga susu
dapat dinyatakan dalam kondisi masih segar
(DWIDJOSEPUTRO, 1998).Menurut PHILIPS dan
NICKERSON (2000), apabila jumlah mikroba
susu lebih dari 200.000 cfu/ml menunjukkan
kondisi ambing abnormal dan apabila melebihi
standar tersebut dapat dinyatakan sapi
menderita mastitis (ARITONANG, 2003).
Perlakuan ekstrak daun sirih pada
konsentrasi 50% menunjukkan penurunan
rataan jumlah bakteri susu pada ke-2 sampai
dengan minggu ke-4 pengamatan. Besarnya
konsentrasi ekstrak daun sirih yang digunakan
maka semakin besar pula zat aktif yang
terkandung didalamnya (KOMALA, 2003)
sehingga mampu menutup lubang puting sesaat
setelah dicelupkan. Menurut PHILIPS dan
NICKERSON (2000), salah satu usaha untuk
meminimalkan jumlah bakteri patogen
penyebab mastitis bisa dilakukan dengan
pencelupan puting dengan desinfektan sebelum
dan setelah pemerahan. Oleh karena itu dapat
diduga bahwa ekstrak daun sirih yang
digunakan pada penelitian ini dapat berfungsi
sebagai desinfektan. Hal ini didukung dengan
hasil perlakuan dengan desinfektan sebagai
kontrol yang sama-sama dapat menurunkan
jumlah bakteri susu. Keuntungan melakukan
pencelupan puting setelah pemerahan adalah
mikroba tidak dapat masuk ke dalam puting
walaupun lubang puting masih terbuka
(SUDARWANTO, 2000). Dengan melakukan
pencelupan puting dengan larutan ekstrak daun
sirih pekat beberapa detik setelah pemerahan
akan melapisi dinding puting dan menutup
lubang puting karena ekstrak yang pekat akan
mudah menempel pada lubang puting.
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian efektivitas ekstrak daun
sirih secara in vitro dan in vivo dapat
disimpulkan bahwa ekstrak daun sirih
mempunyai daya antibakteri terhadap bakteri
Streptococcus agalactiae, Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis dan
mempunyai efektivitas untuk menurunkan
jumlah bakteri susu pada penderita mastitis.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
1019
DAFTAR PUSTAKA
ARITONANG, P.J. 2003. Kasus mastitis subklinis
pada kambing perah di PT Taurus Dairy Farm
Sukabumi menggunakan pereaksi IPB-1 dan
metode breed. Skripsi. Fakultas Kedokteran
Hewan IPB. Bogor
BUCKLE, K.A., R.A. EDWARDS, G.H. FLEET dan M.
WOOTON. Ilmu Pangan. UI-Press, Jakarta.
EVANS, P.H., W.S. BOWERS dan E.J. FUNK. 1984. J.
Agric. Food Chem. 31: 1254.
DARWIS. 1991. Potensi Sirih (Piper betle Linn)
Sebagai Tanaman Obat. Warta Tumbuhan
Indonesia. 1(1): 911.
DWIDJOSEPUTRO. D 1998. Dasar-dasar mikrobiologi.
Djambatan Jakarta.
HEYNE, K. 1987. Tumbuhan berguna Indonesia. Jilid
III. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan, Jakarta.
JANZEN, J.J. 1970. Economic Losses Resulting from
Mastitis A Review. J. Dairy Sci. 53: 1151
1161.
KOMALA, I. 2003. Pengaruh ekstrak daun sirih
(Piper betle Linn) terhadap bakteri penyebab
mastitis. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan
IPB. Bogor.Philpot, W.N. and C. Nickerson.
2000. Winning the fight against Mastitis.
Westfalia Surge Inc. USA.
SASTROAMIJOJO, A.S. 1965. Obat Asli Indonesia.
Dian Rakyat, Cetakan III. Jakarta.
SOEDIBYO, M. 1991. Manfaat Sirih dalam Perawatan
Kesehatan dan Kecantikan. Warta Tumbuhan
Indonesia. 1(1): 1112.
SOEBRONTO. 1985. Ilmu Penyakit Ternak I. Gajah
Mada University Press, Yogyakarta.
SOEWONDO, S., SIDIK, SUMADILAGA R.S. dan R.M.
SOELARKO. 1991. Aktivitas Antibakteri Daun
Sirih (Piper bitle Linn). Terhadap Bakteri
Ginggivitis dan Bakteri Pembentuk Plak/
Karies Gigi (Streptococcus mutans). Warta
Tumbuhan Obat.1(1): 14.
SUDARWANTO, M.B., 1999. Usaha Peningkatan
Produksi Susu Melalui Program Pengendalian
mastitis Subklinis. Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai