Anda di halaman 1dari 24

LBM 6 Kegawatdaruratan M I R A N T I

STEP 7
1. Mengapa pasien mengalami penurunan kesadaran?

2. Mengapa pasien mengalami muntah?
3. Mengapa pasien mengalami kejang?
Muntah reseptor muskarinik yang terpacu nyeri lambung
Muntah peningkatan Ach CTZ muntah
Kejang karbamat mengikat Ach-esterase inaktif akumulasi
Ach depol berlebihan di membran post-synaps eksitasi lokal
maupun sistemik tremor, kejang, sampai kematian
Kejang gerakan otot klonik tonik anoxia cerebri manifestasi dari
bronkokonstriksi bisa karena lepasnya muatan listrik neuron kortikal
yang berlebihan akibat adanya perubahan potensial listrik di membran
pre dan post synaps carbamat dapat menurunkan potensial listrik di
membran, sehingga mengakibatkan pengeluaran neurotransmitter yang
berlebihan dikaitkan dengan Ach yang bekerja di saraf simpatis bila
Ach berlebihan, adanya pelepasan muatan listrik neuron yang
berlebihan sehingga terjadi gerakan otot yang berlebihan kejang

LBM 6 Kegawatdaruratan M I R A N T I

4. Mengapa pada vital sign ditemukan pupil miosis, isokor?
5. Mengapa pasien mengalami tek. Darah turun, Nadi turun?
Ketiganya dikendalikan oleh saraf otonom dikendalikan via
o Norepinefrin simpatis adrenergik alfa
o Ach parasimpatis
Reseptor adrenergik dan cholinergik dengan mekanisme
rangsangan berbeda
Carbamat hambatan Ach-esterase penumpukan Ach bekerja di
target organ parasimpatomimetik
o Depresi di jantung di otak sebagai pengatur kerja jantung dan
di otot jantungnya sendiri TD turun dan Nadi turun

6. Mengapa terjadi hiperhidrosis, hipersalivasi?
Hiperhidrosis primer terjadi karena faktor genetic yang kemungkinan
diturunkan secara autosomal dominan. Hiperhidrosis primer ini biasanya
dimulai sejak remaja, tidak ada yang perlu dicemaskan mengenai
hiperhidrosis primer ini.

Penderita hiperhidrosis primer ini akan lebih mudah terangsang saraf
simpatisnya, Sehingga penderita akan lebih mudah berkeringat ketika
cemas, stress, takut, dan emosi (marah). Keringat pada penderita
hiperhidrosis primer ini akan sangat jauh berkurang bila penderita dalam
keadaan rileks maupun tidur. Zat-zat yang mengaktifkan saraf simpatis
seperti kopi, the, coklat, rokok, cerutu dan minuman berenergi akan
memacu keringat berlebihan pada penderita Hiperhidrosis primer.

Klasifikasi selanjutnya adalah hiperhidrosis sekunder. Hiperhidrosis
sekunder adalah hiperaktivitas kelenjar keringat yang disebabkan oleh
suatu kelainan yang mendasari. Beberapa hal yang dapat menyebabkan
Hiperhidrosis sekunder ini misalnya saja kelainan kelenjar thyroid
(hipertiroidism), kerusakan syaraf karena Diabetes Melitus, tumor Glomus,
gangguan jantung atau lambung, kegemukan, trauma saraf tulang belakang,
keracunan logam berat, TBC dan beberapa jenis obat tertentu.

LBM 6 Kegawatdaruratan M I R A N T I

7. Mengapa pasien mengalami tremor?
Insektisida golongan organofosfat
Mengahambat aktifitas enzim asetilkolin nesterase


Tertumpuknya asetilkolin


Ganglion autonom Ujung-ujung syaraf simpatis SSP Sambungan neuromuskuler


Konstriksi Kontraksi pupil Penurunan Tremor
Otot-otot Penglihatan kabur kesadaran Kejang
bronkhial Muntah, diare Paralise flacide
Penekanan Renore, salivasi Penurunan
aktifitas cardiac banyak keringat persepsi Resiko aspirasi
sensori

Penurunan curah Gangguan nutrisi
jantung kurang dari kebutuhan tubuh
Pola nafas tidak
efektif.

8. Mengapa dokter melakukan tindakan kumbah lambung dan
memberikan arang karbon pada pasien?
A. Pengertian
Bilas lambung adalah membersihkan lambung dengan cara memasukan dan
mengeluarkan
air ke/dari lambung dengan menggunakan NGT ( Naso Gastric Tube )
LBM 6 Kegawatdaruratan M I R A N T I

B. Tujuan
1. Membuang racun yang tidak terabsorbsi setelah racun masuk saluran pencernaan
2. Mendiagnosa perdarahan lambung
3. Membersihkan lambung sebelum prosedur endoscopy
4. Membuang cairan atau partikel dari lambung

9. Apa indikasi dan kontraindikasi dari tindakan kumbah lambung?
Indikasi
1. Keracunan obat oral kurang dari 1 jam
2. Overdosis obat/narkotik
3. Terjadi perdarahan lama (hematemesis Melena) pada saluran pencernaan atas.
4. Mengambil contoh asam lambung untuk dianalisis lebih lanjut.
5. Dekompresi lambungSebelum operasi perut atau biasanya sebelum dilakukan
Endoskopi

Kontra Indikasi
Kontraindikasi bilas lambung adalah pasien dengan kondisi:
1. Resiko cedera jalan nafas.
2. Pendarahan gastrointestital.
3. Keracunan bahan korosif.
4. Adanya gangguan elektrolit.

Bilas Lambung
Diposting Oleh Dwi Yoedhas Putra on Thursday, April 22, 2010
Labels: Artikel Kesehatan
BILAS LAMBUNG (GASTRIC LAVAGE)

Bilas lambung, atau disebut juga pompa perut dan irigasi lambung merupakan
suatu prosedur yang dilakukan untuk membersihkan isi perut dengan cara
mengurasnya.Prosedur ini sudah dilakukan selama 200 tahun dengan indikasi :
1. Keracunan obat oral kurang dari 1 jam
2. Overdosis obat/narkotik
3. Terjadi perdarahan lama (hematemesis Melena) pada saluran
pencernaan atas.
4. Mengambil contoh asam lambung untuk dianalisis lebih lanjut.
5. Dekompresi lambung
6. Sebelum operasi perut atau biasanya sebelum dilakukan endoskopi
Tindakan ini dapat dilakukan dengan tujuan hanya untuk mengambil contoh
racun dari dalam tubuh, sampai dengan menguras isi lambung sampai bersih.
Untuk mengetes benar tidaknya tube dimasukkan ke lambung, harus
LBM 6 Kegawatdaruratan M I R A N T I

didengarkan dengan menginjeksekan udara dan kemudian mendengarkannya.
Hal ini untuk memastikan bahwa tube tidak masuk ke paru-paru.

Cairan yang digunakan:
Pada anak-anak, jika menggunakan air biasa untuk membilas lambung akan
berpotensi hiponatremi karena merangsang muntah. Pada umumnya
digunakan air hangat (tap water) atau cairan isotonis seperti Nacl 0,9 %. Pada
orang dewasa menggunakan 100-300 cc sekali memasukkan, sedangkan pada
anak-anak 10 cc/kg dalam sekali memasukkan ke lambung pasien.

Bagaimana tindakan dilakukan
Sebuah pipa dimasukkan kedalam lambung melalui mulut atau hidung lalu ke
esophagus. Dan berakhir di lambung. Kadang-kadang obat anti nyeri/anastesi
harus diberikan untuk mengurangi rasa sakit dan iritasi pada pasien. Dan
mencegah pasien untuk memuntahkan kembali tube/pipa yang sedang di
masukkan. Peralatan suction di siapkan apabila terjadi aspirasi isi perut. Bilas
lambung terus diulangi pada pasien yang keracunan sampai perutnya bersih.
Pada pasien yang tidak sadar dan tidak dapat menjaga jalan nafas mereka,
sebelum dilakukan bilas lambung/ menginseresikan tube untuk bilas lambung,
terlebih dahulu pada pasien dipasang intubasi.

Persiapan pelaksanaan Prosedur


Pada keadaan darurat, misalnya pada pasien yang keracunan, tidak ada
persiapan khusus yang dilakukan oleh perawat dalam melaksanakan bilas
lambung, akan tetapi pada waktu tindakan dilakukan untuk mengambil
specimen lambung sebagai persiapan operasi, biasanya dokter akan
menyarankan akan pasien puasa terlebih dahulu atau berhenti dalam
meminum obat sementara.


Kontra Indikasi


Pada pasien yang mengalami cedera/injuri pada system pencernaan bagian
atas, menelan racun yang bersifat keras/korosif pada kulit, daln mengalami
cedera pada jalan nafasnya, serta mengalami perforasi pada saluran cerna
bagian atas.
komplikasi
LBM 6 Kegawatdaruratan M I R A N T I

1. Aspirasi
2. Bradikardi
3. Hiponatremia
4. Epistaksis
5. Spasme laring
6. Hipoksia dan hiperkapnia
7. Injuri mekanik pada leher, eksofagus dan saluran percernaan atas
8. Ketidakseimbangan antara cairan dan elektrolit
9. Pasien yang berontak memperbesar resiko komplikasi


10. Bagaimana farmakodinamik dan farmakokinetik sulfasatropin?

LBM 6 Kegawatdaruratan M I R A N T I



LBM 6 Kegawatdaruratan M I R A N T I



http://www.adaweb.net/Portals/0/Paramedics/documents/atropinesulfate.pdf

11. Tanda2 dari efek muskarinik, nikotinik, toksin?

12. Etiologi dan tanda intoksikasi pada organ tubuh?
a. Keracunan Asam / Basa Kuat (Asam Klorida, Asam Sulfat, Asam Cuka
Pekat, Natrium Hidroksida, Kalium Hidroksida).
- Dapat mengenai kulit, mata atau ditelan.
- Gejala : nyeri perut, muntah dan diare.
- Tindakan :
LBM 6 Kegawatdaruratan M I R A N T I

Keracunan pada kulit dan mata :
- irigasi dengan air mengalir
- beri antibiotik dan antiinflamasi.
Keracunan ditelan / tertelan :
- asam kuat dinetralisir dengan antasida
- basa kuat dinetralisir dengan sari buah atau cuka
- jangan bilas lambung atau tindakan emesis
- beri antibiotik dan antiinflamasi.
b. Keracunan Alkohol / Minuman Keras
- Gejala : emosi labil, kulit memerah, muntah, depresi pernafasan, stupor
sampai koma.
- Tindakan :
Bilas lambung dengan air
Beri kopi pahit
Infus glukosa : mencegah hipoglikemia.
c. Keracunan Arsenikum
- Gejala : mulut kering, kulit merah, rasa tercekik, sakit menelan, kolik usus,
muntah, diare, perdarahan, oliguri, syok.
- Tindakan :
Bilas lambung dengan Natrium karbonat/sorbitol
Atasi syok dan gangguan elektrolit
Beri BAL (4-5 Kg/BB) setiap 4 jam selama 24 jam pertama. Hari kedua
sampai ketiga setiap 6 jam (dosis sama). Hari keempat s/d ke sepuluh dosis
diturunkan.
d. Keracunan Tempe Bongkrek
- Gejala : mengantuk, nyeri perut, berkeringat, dyspneu, spasme otot, vertigo
sampai koma.
- Tindakan : terapi simptomatik.
e. Keracunan Makanan Kaleng (Botulisme)
- Gejala : gangguan penglihatan, reflek pupil (-), disartri, disfagi, kelemahan
otot lurik, tidak ada gangguan pencernaan dan kesadaran.
LBM 6 Kegawatdaruratan M I R A N T I

- Tindakan :
Bilas lambung dengan norit
Beri ATS 10.000 unit.
Ber Fenobarbital 3 x 30-60 mg / oral.
f. Keracunan Ikan
- Gejala : panas sekitar mulut, rasa tebal pada anggota badan, mual, muntah,
diare, nyeri perut, nyeri sendi, pruritus, demam, paralisa otot pernafasan.
- Tindakan : Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.
g. Keracunan Jamur
- Gejala : air mata, ludah dan keringat berlebihan, mata miosis, muntah,
diare, nyeri perut, kejang, dehidrasi, syok sampai koma.
- Tindakan :
Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.
Injeksi Sulfas Atropin 1 mg / 1-2 jam
Infus Glukosa.
h. Keracunan Jengkol
- Gejala : kolik ureter, hematuria, oliguria anuria, muncul gejala Uremia.
- Tindakan :
Infus Natrium bikarbonat
Natrium bicarbonat tablet : 4 x 2 gr/hari
i. Keracunan Singkong
- Gejala : Mual, nyeri kepala, mengantuk, hipotensi, takikardi, dispneu,
kejang, koma (cepat meninggal dalam waktu 1-15 menit).
- Tindakan :
Beri 10 cc Na Nitrit 5 % iv dalam 3 menit
Beri 50 cc Na Thiosulfat 25 % iv dalam 10 menit.
j. Keracunan Marihuana / Ganja
- Gejala : halusinasi, mulut kering, mata midriasis
- Tindakan : simptomatik, biasanya sadar setelah dalam 24 jam pertama.
k. Keracunan Formalin
- Gejala :
LBM 6 Kegawatdaruratan M I R A N T I

Inhalasi : iritasi mata, hidung dan saluran nafas, spasme laring, gejala
bronchitis dan pneumonia.
Kulit : iritasi, nekrosis, dermatitis.
Ditelan/tertelan : nyeri perut, mual, muntah, hematemesis, hematuria,
syok, koma, gagal nafas.
- Tindakan : bilas lambung dengan larutan amonia 0,2 %, kemudian diberi
minum norit / air susu
l. Keracunan Barbiturat
- Gejala : mengantuk, hiporefleksi, bula, hipotensi, delirium, depresi
pernafasan, syok sampai koma.
- Tindakan :
Jangan lakukan emesis atau bilas lambung
Bila sadar beri kopi pahit secukupnya
Bila depresi pernafasan, beri amphetamin 4-10 mg intra muskular.
m. Keracunan Amfetamin
- Gejala : mulut kering, hiperaktif, anoreksia, takikardi, aritmia, psikosis,
kegagalan pernafasan dan sirkulasi.
- Tindakan :
Bilas lambung
Klorpromazin 0,5-1 mg/kg BB, dapat diulang tiap 30 menit
Kurangi rangsangan luar (sinar, bunyi)
n. Keracunan Aminopirin (Antalgin)
- Gejala : gelisah, kelainan kulit, laborat : agranolositosis
- Tindakan :
Beri antihistamin im/iv
Beri epinefrin 1 %o 0,3 cc sub kutan.
o. Keracunan Digitalis (Digoxin)
- Gejala : anoreksia, mual, diare, nadi lambat, aritmia dan hipotensi
- Tindakan :
Propranolol
KCl iv
LBM 6 Kegawatdaruratan M I R A N T I

p. Keracunan Insektisida Gol.Organofosfat (Diazinon, Malathion)
- Gejala : mual, muntah, nyeri perut, hipersalivasi, nyeri kepala, mata miosis,
kekacauan mental, bronchokonstriksi, hipotensi, depresi pernafasan dan
kejang.
- Tindakan :
Atropin 2 mg tiap 15 menit sampai pupil melebar
Jangan diberi morfin dan aminophilin.
q. Keracunan Insektisida Gol.(Endrin, DDT)
- Gejala : muntah, parestesi, tremor, kejang, edem paru, vebrilasi s/d
kegagalan ventrikel, koma
- Tindakan :
Jangan gunakan epinefrin
Bilas lambung hati-hati
Beri pencahar
Beri Kalsium glukonat 10 % 10 cc iv pelan-pelan.
r. Keracunan Senyawa Hidrokarbon (Minyak Tanah, Bensin)
- Gejala :
Inhalasi : nyeri kepala, mual, lemah, dispneu, depresi pernafasan
Ditelan/tertelan : muntah, diare, sangat berbahaya bila terjadi aspirasi
(masuk paru)
- Tindakan :
Jangan lakukan emesis
Bilas lambung hati-hati
Beri pencahar
Depresi pernafasan : Kafein 200-500 mg im
Pengawasan : kemungkinan edem paru.
s. Keracunan Karbon Mono-oksida (CO)
- Gejala : kulit dan mukosa tampak merah terang, nyeri dan pusing kepala,
dispneu, pupil midriasis, kejang, depresi pernafasan sampai koma.
- Tindakan :
Pasang O2 bertekanan
LBM 6 Kegawatdaruratan M I R A N T I

Jangan gunakan stimulan
Pengawasan : kemungkinan edem otak
t. Keracunan Narkotika (Heroin, Morfin, Kodein)
- Gejala : mual, muntah, pusing, klulit dingin, pupil miosis, pernafasan dangkal
sampai koma.
- Tindakan :
Jangan lakukan emesis
Beri Nalokson 0,4 mg iv tiap 5 menit (atau Nalorpin 0,1 mg/Kg BB.
Obat terpilih Nalokson (dosis maximal 10 mg), karena tidak mendepresi
pernafasan, memperbaiki kesadaran, hanya punya efek samping emetik.
Karenanya pada penderita koma tindakan preventif untuk aspirasi harus
disiapkan.

13. Mekanisme intoksikasi dari karbamat?

LBM 6 Kegawatdaruratan M I R A N T I





14. Macam-macam/ klasifikasi dari keracunan?
Menurut cara terjadinya
Self poisoning
Pada keadaan ini pasien makan obat dengan dosis berlebihan tetapi dengan
pengetahuan bahwa dosis ini tidak membahayakan. Self poisoning biasanya
terjadi karena kekurang hati-hatian dalam penggunaan. Kasus ini bisa terjadi
LBM 6 Kegawatdaruratan M I R A N T I

pada remaja yang ingin coba-coba menggunakan obat, tanpa disadari bahwa
tindakan ini dapat membahayakan dirinya.
Attempted poisoning
Dalam kasus ini, pasien memang ingin bunuh diri, tetapi bisa berakhir dengan
kematian atau pasien sembuh kembali karena salah tafsir dalam penggunaan
dosis.
Accidental poisoning
Kondisi ini jelas merupakan suatu kecelakaan tanpa adanya unsur
kesengajaan sama sekali. Kasus ini banyak terjadi pada anak di bawah 5
tahun, karena kebiasaannya memasukkan segala benda ke dalam mulut.
Homicidal piosoning
keracunan ini terjadi akibat tindak kriminal yaitu seseorang dengan sengaja
meracuni seseorang.
Menurut waktu terjadinya keracunan
keracunan kronis
Diagnosis keracunan ini sulit dibuat, karena gejala timbul perlahan dan lama
sesudah pajanan. Gejala dapat timbul secara akut setelah pemajanan berkali-
kali dalam dosis yang relatif kecil.
keracunan akut
keracunan jenis ini lebih mudah dipahami, karena biasanya terjadi secara
mendadak setelah makan atau terkena sesuatu. Selain itu keracunan jenis ini
biasanya terjadi pada banyak orang (misal keracunan makanan, dapat
mengenai seluruh anggota keluarga atau bahkan seluruh warga kampung).
Pada keracunan akut biasanya mempunyai gejala hampir sama dengan
sindrom penyakit, oleh karena itu harus diingat adanya kemungkinan
keracunan pada sakit mendadak.

Pengklasifikasian bahan toksik yang menjadi penyebab keracunan adalah sebagai
berikut:
Menurut keadaan fisik : gas, cair, debu
Menurut ketentuan label : eksplosif, mudah terbakar, oksidizer
LBM 6 Kegawatdaruratan M I R A N T I

Menurut struktur kimiawi : aromatik, halogenated, hidrokarbon, nitrosamin
Menurut potensi toksik : super toksik, sangat toksik sekali, sangat toksik,
toksik, agak toksik


15. Macam-macam antidotum (penetral)
Tabel 6: Jenis Keracunan, Antidontum dan Metode Pemberiannya
Bahan racun Anti dotum Metode
Kimia
Sianida


Metanol/
Etilen glikol

TimbaL


Merkuri
Arsenicum

Na hipoklorit

Talium

Organofosfat

Fe (besi)
Obat.
Amfetamine.
Digoxin

Isoniazide.

Opioid.

Parasetamol.

Warfarin.
Propranolol


Racun alam.
Daturs/kecubung

Amanita
phaloides

Oleander
Racun binatang
Scorpion.
Ubur-ubur.

nitrit (sodium/amil nitrit).
sodium tiosulfat.
dikobalt edetate (kasus berat).
ethanol.
4-metilpirazol

EDTA
Asam 2,3-dimercaptosuksinat
Penisilamin, BAL.
D-penisilarnine.
BAL(Dimencaprol), DMPS
Asam 2,3-dimercaptosuksinat.
Natrium tiosulfat

Potasium ferric (prussian blue)
Sodium iodida, BAL.
Sulfas atropine.
paralidoksim
Desferrioxamine.

Lorazepam.
Fab fragmen (antibodispesifik)

Piridoksin.

Naloxone.

N-asetilsistein, metionin

Vitamin K/ FFP
Isoproterenol, Adrenalin.
Glukagon.


Physostigmin salysilat (miotikum)

Salibinin.
Benzilpenicillin.

Kolestiramin.

Antivenin (polivalen)
Antivenom

Amyl nitrite inhalasi
50ml (12,5g)Na thiosulfat 25%
dlm 10 mnt.
2,5mI/kgBB ethanol 40%
(vodka, gin) dalam air jus
jeruk, oral 30mnt.
Terapi kelasi ???


Terapi kelasi ???


50mg atau 250 ml larutan
1%.i.v.
10gr dalam 100ml manitol
1,5%; 2X oral
1-2mg i.v- ulang 10-15 mnt,
max 50 mg/hari
15 mg/kg BB/jam.

2mg.i.v.
Dosis tergantung
digoksinserum.
1 gram i.v/tiap gram INH,
max 5 g.
0,01mg/kgBB.i.v. ulang tiap 2
menit.
Metionin efektif, paparan
<8jam.

5-10 mg.i.v. pelan
Titrasi mulai 4 mcg/menit.
Bolus 10mg glukagon +
5mg/jam drip i.v.

0,02mg/kg BB.i.v.2mnt; ulang
20mnt
5mg/kg BB infus
1jam+20mg/kg/24jam.
300mg/kgBB infus.
3x4 gram/ hari.


LBM 6 Kegawatdaruratan M I R A N T I

Ular berbisa.

Makanan.
Jengkol
Toxin microba.
Botulinum
SABU (anti bisa ular,insisi
dalam+ATS)

Na bikarbonat,

Antitoksin tipe A, B, E.

Metode Schwartz-Way
Metode
Luck,min.mobilitation,diikat di
prox.

4x 2 gram/ hari.

100.000 unit tipe A+B+10.000
unit tipe E

BUKU AJAR IPD JILID 1 EDISI IV

16. Penatalaksanaan yang tepat untuk pasien?
- Stabilisasi
Penatalaksaan keracunan pada waktu pertama kali berupa tindakan RKP yg
dilakukan dengan cepat dan tepat berupa :
Pembebasan jalan napas
Perbaikan fungsi pernapasan (ventilasi dan oksigenasi)
Perbaikan sistem sirkulasi
- Dekontaminasi
Persiapan penolong : pakai pelindung (sarung tangan, masker, dan apron).
Tindakan dekontaminasi tergantung pada lokasi tubuh yg terkena :
Dekontaminasi pulmonal
Berupa tindakan menjauhkan korban dari pernapasan inhalasi zat
racun, monitor kemungkinan gawat napas dan berikan oksigen lembab
100% dan jika perlu beri ventilator
Dekontaminasi mata
Berupa tindakan untuk membersihkan mata dari racun yaitu posisi
kepala pasien ditengadahkan dan miring ke sisi mata yg terkena atau
terburuk kondisinya. Buka kelopak mata perlahan dan irigasi larutan
aquades atau NaCl 0,9% perlahan sampai zat racunnya diperkirakan sudah
hilang selanjutnya tutup mata dengan kassa steril segera konsul dokter
mata
Dekontaminasi kulit (rambut dan kuku)
Paling awal adalah melepaskan pakaian, arloji, sepatu, dan aksesoris
lainnya dan masukkan dalam wadah plastik yg kedap air dan tutup rapat,
cuci bagian kulit yg terkena dengan air mengalir dan disabun min 10 menit
selanjutnya keringkan dengan handuk kering dan lembut
Dekontaminasi Gastrointestinal
Tindakan pemberian bahan pengikat (karbon aktif), pengenceran atau
mengeluarkan isi lambung dengan cara induksi muntah atau aspirasi dan
kumbah lambung dapat mengurangi jumlah paparan bahan toksik
- Eliminasi
LBM 6 Kegawatdaruratan M I R A N T I

Adalh tindakan untuk memercepat pengeluaran racun yang sedang beredar
dalam darah, atau dalam saluran GI setelah lebih dari 4 jam. Apabila masih
dalam saluran pencernaan dapat digunakan pemberian arang aktif yg diberikan
berulang dengan dosis 30-50 gram setiap 4 jam per oral/enteral. Tindakan ini
bermanfaat pada keracunan obat spt karbamazepin, Chlordecone, quinine,
dapson, digoksin, nadolol, fenobarbital, fenilbutazone, fenitoin, salisilat, teofilin,
Tindakan eliminasi yg lain perlu dikonsultasikan pada dokter spesialis
peny.dalam karena tindakan spesialistik berupa cara eliminasi racun yaitu :
1. diuresis paksa
2. alkalinisasi urin
3. asidifikasi urin
4. hemodialisis/ peritoneal dialysis
- Antidotum
Pada kebanyakan kasus keracunan sangat sedikit jenis racun yg ada obat
antidotumnya dan sediaan obat antidote yg tersedia secara komersial sangat
sedikit jumlahnya
BUKU AJAR IPD JILID 1 EDISI IV

1. Mencegah / menghentikan penyerapan racun
b. Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)
1. Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah/ norit norit).
2. Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara :
- Dimuntahkan : Bisa dilakukan dengan cara mekanik (merangsang reflek
muntah difaring), atau pemberian air garam atau sirup ipekak.
Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif
(asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita
kejang, keracunan basa kuat ,
- Bilas lambung :
Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat 5 %, atau
asam asetat 5 %.
Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.
- Bilas Usus Besar : bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau gliserin).
b. Racun melalui melalui kulit atau mata
- Pakaian yang terkena racun dilepas
- Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat penetralisir
(asam cuka / bicnat encer).
- Hati-hati: penolong jangan sampai terkontaminasi.
c. Racun melalui inhalasi
- Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.
- Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang
terhisap,jangan menggunakan metode mouth to mouth.
d. Racun melalui suntikan
LBM 6 Kegawatdaruratan M I R A N T I

- Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri bagian
distal masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit
- Beri epinefrin 1/1000 dosis : 0,3-0,4 mg subkutan/im.
- Beri kompres dingin di tempat suntikan
2. Mengeluarkan racun yang telah diserap
Dilakukan dengan cara :
- Diuretic : lasix, manitol
- Dialisa
- Transfusi exchange
3. Pengobatan simptomatis / mengatasi gejala
-Gangguan sistem pernafasan dan sirkulasi : RJP
-Gangguan sistem susunan saraf pusat :
Kejang : beri diazepam atau fenobarbital
Odem otak : beri manitol atau dexametason
2. Pengobatan spesifik dan antidotum
a. Keracunan Asam / Basa Kuat (Asam Klorida, Asam Sulfat, Asam Cuka
Pekat, Natrium Hidroksida, Kalium Hidroksida).
o Dapat mengenai kulit, mata atau ditelan.
o Gejala : nyeri perut, muntah dan diare.
o Tindakan :
Keracunan pada kulit dan mata :
irigasi dengan air mengalir
beri antibiotik dan antiinflamasi.
Keracunan ditelan / tertelan :
asam kuat dinetralisir dengan antasida
basa kuat dinetralisir dengan sari buah atau cuka
jangan bilas lambung atau tindakan emesis
beri antibiotik dan antiinflamasi
b. Keracunan Alkohol / Minuman Keras
o Gejala : emosi labil, kulit memerah, muntah, depresi pernafasan,
stupor sampai koma.
o Tindakan :
Bilas lambung dengan air
Beri kopi pahit
Infus glukosa : mencegah hipoglikemia.
c. Keracunan Arsenikum
o Gejala : mulut kering, kulit merah, rasa tercekik, sakit menelan, kolik
usus, muntah, diare, perdarahan, oliguri, syok.
o Tindakan :
Bilas lambung dengan Natrium karbonat/sorbitol
Atasi syok dan gangguan elektrolit
Beri BAL (4-5 Kg/BB) setiap 4 jam selama 24 jam pertama. Hari
kedua sampai ketiga setiap 6 jam (dosis sama). Hari keempat s/d ke
sepuluh dosis diturunkan.
d. Keracunan Tempe Bongkrek
o Gejala : mengantuk, nyeri perut, berkeringat, dyspneu, spasme otot,
vertigo sampai koma.
LBM 6 Kegawatdaruratan M I R A N T I

o Tindakan : terapi simptomatik.
e. Keracunan Makanan Kaleng (Botulisme)
- Gejala : gangguan penglihatan, reflek pupil (-), disartri, disfagi, kelemahan
otot lurik, tidak ada gangguan pencernaan dan kesadaran.
- Tindakan :
Bilas lambung dengan norit
Beri ATS 10.000 unit.
Ber Fenobarbital 3 x 30-60 mg / oral.

Kenapa dikasih susu?

Penatalaksanaan jika terkena kulit?
Terkena mata asam? basa?
Bila racun melalui kulit atau mata
Pakaian yg terkontaminasi dilepas
Cuci / bilas bagian yg terkena dg air yg mengalir. Bila racun berbentuk serbuk
lakukan penyapuan terlebih dahulu kemudian bilas dg air
Perhatikan jangan sampai penolong terkena
Bila racun melalui inhalasi
Pindahkan penderita ke tempat yg aman berlawanan dg arah angin
Beri O2 konsentrasi tinggi
Jangan lakukan pernapasan buatan dari mulut ke mulut

Sebelum dekontaminasi penolong memakai APD
Tujuan : menurunkan terhadap racun, menurunkan absorbsi, mencegah kerusakan

Ada yang boleh dirangsang muntah dan tidak?
Bagaimana mengidentifikasi pasien mengalami intoksikasi?
Gambaran klinis yang dapat menunjukkan bahan penyebab keracunan
Gambaran klinis Kemungkinan Penyebab
Pupil pin point, frekuensi napas turun Opioid, inhibitor kolinesterase
(organofosfat, carbamate insektisida),
klonidin, Fenotiazin
Dilatasi pupil, laju napas turun Benzodiazepine
Dilatasi pupil, takikardia Antidepresan trisiklik
Amfetamin, ekstasi, kokain
Antikolinergik
Antihistamin
Sianosis Obat depresan SSP,
LBM 6 Kegawatdaruratan M I R A N T I

Bahan penyebab methaemoglobinemia
Hipersalivasi Organofosfat / Karbamat, insektisida
Nistagmus, ataksia, tanda serebelar Antikonvulsan (fenitoin, karbamazepin),
alkohol
Gejala ekstrapiramidal Fenotiazin, haloperidol
Metoklopramide
Seizure Antidepresan trisiklik, antikonvulsan
Teofilin, antihistamin, OAINS
Fenothiazin, isonioazid
Hiperthermia Lithium, antidepresan trisiklik,
antihistamin
Hiperthermia & hipertensi, takikardia,
agitasi
Amfetamin, ekstasi, kokain
Hiperthermia & takikardia, asidosis
metabolik
Salisilat
Bradikardia Penghambat beta, digoksin, opioid,
klonidin
Antagonis calsium (kecuali dihidropiridin)
Organofosfat insektisida
Abdominal cramp, diare, takikardia,
halusinasi
Withdrawal alkohol, opiat, benzodiazepin


a. Seorang sehat mendadak sakit
b. Gejalanya tak sesuai keadaan patologik tertentu
c. Gejala menjadi progresif dengan cepat
d. Anamnestik menunjukkan kea rah keracunan, terutama pada kasus bunuh
diri atau kecelakaan
e. Keracunan kronik dicurigai bila digunakan obat dalam waktu lama atau
lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan zat-zat kimia


Apa saja px fisik dan penunjang?
Analisis toksikologi harus dilakukan sedini mungkin untuk penegakan
diagnosis& untuk kepentingan penyidikan polisi pada kasus kejahatan
Pemeriksaan radiology bila curiga adanya aspirasi racun melalui inhalasi atau
dugaan adanya perforasi lambung
Laboratorium klinik :
o analisis gas darah untuk diagnosis penyebab keracunan
o pemeriksaan fungsi hati, ginjal dan sediment urine berguna untuk
mengetahui dampak keracunan, dapat dijadikan sbg dasar diagnosis
penyebab keracunan spt keracunan paracetamol atau makanan yang
mengandung asam jengkol
o pemeriksaan GDS dan darah perifer
LBM 6 Kegawatdaruratan M I R A N T I

pemeriksaan EKG
- perlu dilakukan pada kasus keracunan karena sering diikuti teradinya
gangguan irama jantung yg berupa sinus takikardia, sinus bradikardia,
takikardia supraventrikular, takikardia ventricular, Torsade de pointes,
fibrilasi ventricular, asistol, disosiasi elektromagnetik
BUKU AJAR IPD JILID 1 EDISI IV
Analisis toksikologi harus dilakukan sedini mungkin hal ini selain dapat,
membantu penegakan diagnosis juga berguna untuk kepentingan penyidikan polisi
pada kasus kejahatan. Sampel yang dikirim ke laboratoriam adalah 50 ml urin, 10 ml
serum, bahan muntahan, feses.
1. Satu-satunya diagnosis pasti keracunan diperoleh melalui analisis laboratorium.
Bahan analisis dapat berasal dari bahan cairan, cairan lambung, atau urin.
2. Pemeriksaan penyaring yang cepat dan sederhana menggunakan kromatografi
lapisan tipis dapat dilakukan pada 90% keracunan umum yang terjadi.
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi perlu dilakukan terutarm bila curiga adanya aspirasi
zat racun melalui inhalasi atau dugaan adanya perforasi lambung.
Laboratorium Klinik
Pemeriksaan ini penting dilakukan terutaa analisis gas darah. Beberapa
gangguan gas darah dapat membantu penegakkan diagnosis penyebab
keracunan. (Tabel 4)
Tabel 4 :Pemeriksaan Analisis Gas Darah dan Hubungannya dengan Keracunan
Analisis gas Darah Interpretasi
Asidosis respiratorik
(pH<7,3; PCO
2
>5,6kPa)
Alkalosis respiratorik
(pH>7,45; PCO
2
<4,7kPa)
Alkalosis metabolik
(pH>7,45; HC0
3
>30mmol/l)
Asidosis metabolik (pH>7,45;
HC0
3
<24mmol/l; defisit basa
<-3), kompensasi bila
PC0
2
<4,7kPa.
Anion gap tinggi.
Hipoventilasi, retensi C02 mungkin akibat
antidepresan SSP.
Hiperventilasi mungkin sebagai respons
hipoksia, injuri obat (aspirin) atau injuri SSP.

Jarang tejadi akibat keracunan, sebagai akibat
hilangnya asam atau kelebihan alkali.

Sering pada keracunan, bila berat waspada
keracunan etanol, methanol/, etilen glicol.

Metformin. Isomazid, Salisilat, Sianida.

Pemeriksaan fugsi hati ginjal dan sedimen urin harus pula dilakukan karena
selain berguna untuk mengetahui dampak keracunan juga dapat dijadikan sebagai
dasar diagnosis penyebab keracunan seperti keracunan parasetamol atau makanan
LBM 6 Kegawatdaruratan M I R A N T I

yang mengandung asam jengkol. Pemeriksaan kadar gula darah sewaktu dan darah
perifer lengkap juga harus dilakukan.
Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini perlu dilakukan pada kasus keracunan karena, sering diikuti
terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus takikardia, sinus
bradikardia, takikardia supraventikular, takikardia ventricular, torsade depointes,
fibrilasi ventrikular, asistol, disosiasi elektromekanik. Beberapa faktor
predisposisi timbulnva aritmia pada keracunan adalah keracunan obat
kardiotoksik, hipoksia, nyeri dan ansietas, hiperkarbia, gangguan elektrolit
darah, hipovolemia, dan penyakit dasar jantung iskemik. sangat penting
diperhatikan, pada semua kasus aritmia: oksigenasi, koreksi gangguan elektrolit
danasam-basa, hindari obat antiaritmia karena justru bisa mencetuskan
timbulnya aritmia, gunakan obat inotropik negatif dan kronotropik.
IPD FKUI JILID I EDISI 4

Komplikasi lanjut?
Reversibel bila tidak diobati sampai berapa jam?
Gejala keracunan dipengaruhi oleh apa saja?
Berat ringannya keracunan oleh bahan kimia atau oleh bahan-bahan racun lainnya
tergantung pula pada faktor:
1. Sifat racun :
Keracunan akut
Keracunan kronis(menahun).
Keracunan sistemik yaitu keracunan yang mempengaruhi keseluruh atau
mempengaruhi sebagian dalam tubuh, seperti hati, ginjal,jantung dan lain-
lain.
2. Cara masuknya ke dalam tubuh :
Melalui aspirasi (pernapasan).
Melalui mulut (gastrointestinal).
Melalui absorpsi kulit dan jalan kontak (bersentuhan) atau dengan jalan
tertumpah melalui kulit
3. Sifat-sifat bahan racun :
LBM 6 Kegawatdaruratan M I R A N T I

Racun bersifat korosif dan iritatif, yaitu racun yang merusak dan merangsang
jaringan-jaringan pada alat-alat pernapasan, alat-alat pencernaan dan kulit.
Racun yang merusak saraf (neurotoksis) seperti racun bisa ular tanah (ular
gebuk), racun yang merusak saraf pusat (central nervous depression) seperti
Carbon Disulfide CS2 dan sebagainya.
Racun yang merusak sel-sel darah sebagai racun pelarut darah (hematotoksis
dan hemapotic) seperti bahan-bahan kimia yang mengandung senyawa arsen
dan racun hewan bisa ular kobra.
4. Banyak racun yang masuk kedalam tubuh baik melalui aspirasi, melalui absorpsi
kulit maupun mulut(oral).
5. Jenis / macam dan kadar racun :
Racun kuat, racun agak kuat, racun sedang dan racun lemah.
Keracunan oleh bahan-bahan kimia tergantung pula pada sifat-sifat kimia dan
fisik dari bahan-bahan tersebut
- Kecepatan absorpsi ditentukan, oleh daya larut dari bahan-bahan
tersebut. Struktur kimia menentukan pengaruh bahan tersebut
terhadap metabolisme dari sel-sel dalam tubuh.
- Sifat fisik seperti besarnya partiket-partikel debu mempengaruhi daya
penetrasi (penembusannya) dalam paru-paru.
- Sifat reaksi jaringan, mekanisme dan eliminasi (pengeluarannya)
bahan-bahan kimia tersebut dari tubuh.
6. Keadaan / kondisi pribadi. Mekanisme dan eleminasi dan kepekaan seseorang
terhadap hahan-bahan kimia tertentu.
Sumber : Penanganan Penderita Gawat Darurat; FK UNDIP

Anda mungkin juga menyukai