Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Impetigo merupakan salah satu bentuk pioderma superfisial dan bersifat
menular, bakteri yang menyebabkannya adalah streptococcus dan staphylococcus.,
paling banyak terdapat pada daerah yang padat penduduk dan berhubungan erat
dengan keadaan social ekonomi dan hygiene yang buruk.
1,2

Impetigo merupakan infeksi kulit yang sering terjadi pada anak-anak , tetapi
dapat juga menyerang orang dewasa, umumnya mengenai anak-anak umur 2-5
tahun.
1,2,3,4

Terdapat dua bentuk klinis impetigo, yaitu impetigo krustosa /kontangiosa/
tillbury (tanpa gelembung adanya krusta/koreng) dan impetigo bulosa (dengan
gelembung berisi cairan).
1,2,3,5,6,7

Tempat predileksi impetigo bulosa ini biasa pada muka sekitar hidung dan
mulut, anggota gerak, ketiak, dada, punggung, dan daerah yang tidak tertutup
pakaian.
3

Diagnosis impetigo ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala klinis yang
khas. Diagnosis banding adalah pemfigus, varicela,
2,4

Pentalaksanaan dari impetigo ini dapat ini dapat dilakukan baik secara umum
dan secara khusus. Secara umum mencegah dan menghindari faktor predisposisi
memperbaiki hygiene diri dan lingkungan, dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Secara khusus dengan cara pemberian obat topikal dan sistemik.
1,2,3,4












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Impetigo bulosa adalah suatu penyakit infeksi piogenik pada kulit yang
superfisial dan menular disebabkan oleh staphylococcus aureus. Ditandai oleh lepuh-
lupuh berisi cairan kekuningan dengan dinding tegang, terkadang tampak hipopion.
Sinonim dari impetigo vesiko-bulosa, dan cacar monyet.
1,2,3,4,5

Efloresensi : ruam berupa pustula, bula hipopion, plak eritema, krusta, koleret pada
regio .

EPIDEMIOLOGI
Dapat terjadi pada semua umur terutama mengenai bayi dan anak-anak,
sering terdapat pada anak-anak usia 4-5 tahun, terjadi 20 dari 1000 anak pertahunnya.
Mengenai kedua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan sama banyak,.
1,5

Lebih banyak terjadi pada daerah tropis dengan udara panas, musim panas
dengan debu, hygiene yang jelek dan malnutrisi.
1,5


ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh staphylococcus aureus. Group II strain 77 dan 55
yang memproduksi toksin epidermolisis.
1,2,3,5


PATOGENESIS
Bakteri staphylococcus aureus masuk melalui kulit yang terluka melalui
transmisi kontak langsung. Kemudian bakteri staphylococcus aureus ini memproduksi
toksin (exfoliatin) menyebabkan kerusakan dibawah stratum korenum sehingga
menimbulkan vesikel.
1,3,5

Mula-mula berupa vesikel, kemudian lama-kelamaan membesar menjadi bula
yang sifatnya tidak mudah pecah, karena dindingnya relative lebih tebal dari impetigo
krustosa. Isinya berupa cairan yang lama-kelamaan akan berubah menjadi keruh
karena invasi leukosit dan akan mengendap.
1,5,6,7,8


FAKTOR PREDISPOSISI
1. Hygiene yang kurang
2. Malnutrisi
3. Lingkungan yang kotor
4. Musim panas dengan banyak debu
1,2,5


GAMBARAN KLINIS
Impetigo bulosa biasanya muncul pada bayi baru lahir, dan dikarakteristik
dengan pertumbuhan cepat dari vesikel ke bula yang tegang. Beberapa dekade yang
baru impetigo yang intersif (pemfigus neonatorum)/ ritter disease mengalami
epidemic pada tempat-tempat perawatan bayi lahir.



Bula biasa muncul pada kulit normal, tanda nikolsky (perpindahan dari
epidermis lembaran akibat tekanan) tidak dijumpai. Bula berisi cairan kuning yang
menjadi kuning pekat dan perbatasannya berbatas tegas tanpa adanya halo
eritematosa.
Bula bersifat superfisial dan berlangsung dalam 1-2 hari bula, jika bula
tersebut pecah dan kolaps, kemudian membentuk lapisan yang tipis, krusta yang
berwarna coklat muda dan kuning keemasan yang tepinya masih menunjukkan
adanya lepuh dan tengahnya menyembuh sehingga tampak lesi sisner.
Kadang-kadang waktu penderita datang berobat, vesikel atau bula sudah pecah
sehingga yang nampak hanya koleret yang dasarnya masih eritematos. Bula yang utuh
mengandung staphylococcus.
Tempat predileksi impetigo bulosa ini biasa pada muka sekitar hidung dan
mulut, anggota gerak, ketiak, dada, punggung, dan daerah yang tidak tertutup pakaian.

1,2,3,4,5,6,7,8

DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa dan gambaran klinis yang
khas berupa bula-bula berisi cairan kuning yang disertai kulit yang eritem
disekitarnya. Pemeriksaan penunjang yang dapat mendukung diagnosis impetigo
bulosa adalah berupa pewarnaan gram, pemeriksaan histopatologi, dan kultur cairan.

1,5



PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada impetigo bulosa dapat dilakukan pemeriksaan untuk menunjang diagnosis yaitu:
1. Pewarnaan gram, untuk mencari staphylococcus aureus. Biasa ditemukan adanya
neutropil dengan kuman coccus gram positif berbentuk rantai atau kelompok
2. Pemeriksaan histopatologi menunjukkan vesikel formasi pada lapisan sub korneum
atau daerah formasi pada lapisan sub korneum atau daerah stratum granulosum,
terdapat sel akantolisis, edema dari papila dermis dan infiltrat yang terdiri dari
limfosit dan neutrofil disekitar pembuluh darah pada plexus superficial
3. Kultur cairan, menunjukkan adanya staphylococcus aureus atau dikombinasi
dengan staphylococcus beta hemolyticus grup A (GBHS) atau kadang dapat berdiri
sendiri.
1,5,6,7




DIAGNOSIS BANDING
1. Impetigo Krustosa
2. Pemfigus
3. Varicela
2,3,5



PENATALAKSANAAN

Pengobatan pada impetigo ini terdiri dari pengobatan umum dan khusus.
Untuk pengobatan khusus, dengan pengobatan lokal dengan salep mupirocin atau
krim, penghapusan kerak, dan kebersihan yang baik adalah cukup untuk
menyembuhkan yang paling ringan sampai kasus moderat.

Antibiotik sistemik mungkin diperlukan pada kasus ekstensif inisial. Frekuensi
isolasi kelompok staphylococcus yang membuat terapi seperti pendekatan resonable
pada kebanyakan pasien memiliki tingkat signifikan yang tinggi. Desinfektan umum
atau bacitracin tidak berperan dalam terapi ini.

Penatalaksanaan pada impetigo bulosa adalah meliputi:
1. Umum
Menghindari dan mencegah faktor predisposisi
Memperbaiki keadaan hygiene diri dan lingkungan
Meningkatkan daya tahan tubuh
2. Khusus
a. Topikal
Jika bula besar dan banyak, sebaiknya dipecahkan selanjutnya dibersihkan dengan
betadine dan dioleskan dengan salep antibiotic, seperti kloramfenikol 2 % atau
eritromisin 3 %
b. Sistemik
Staphylococcus impetigo merespon cukup cepat untuk perawatan yang tepat. Dalam
orang dewasa dengan lesi luas atau bulous, diberikan dicloxacillin (atau penisilin
serupa) 250-500 mg per oral (PO) empat kali sehari, atau erithromycin (pada pasien
alergi penisilin) 250-500 PO 4 x/hari.

Perawatan harus dilanjutkan selama 5 sampai 7 hari (10 hari jika streptococci
terisolasi) juga.
Khusus single azitromisin oral (pada orang dewasa 500 mg pada hari pertama, 250
mg setiap hari pada 4 hari berikutnya) telah terbukti menjadi sama seefektif
dicloxacillin untuk infeksi kulit pada orang dewasa dan anak-anak. Untuk impetigo
yang disebabkan oleh erythromycin-resistant Staphylococcus aureus, yang biasanya
diisolasi dari lesi impetigo anak-anak, amoxicillin ditambah clavucanis acid (25 mg /
kg / hari) 3 x /hari.cephalexin (40-50 mg / kg / hari) cefaclor (20 mg / kg /
hari).
1,2,3,4,5,6,7,8



PROGNOSIS

Pada umumnya baik apabila menghindari dan mencegah faktor predisposisi
dan mendapat terapi yang tepat.
2

DISKUSI

Diagnosis impetigo bulosa pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesa
dan pemeriksaan fisik. Dimana dari anamnesa dijumpai berupa gelembung berisi
nanah yang tidak disertai rasa gatal dan nyeri di punggung dan lengan tangan atas
sejak 3 hari ini. Awalnya gelembung ini berukuran kecil kemudian semakin lama
semakin membesar dan menyebar keseluruh punggung dan lengan atas kanan. Karena
gesekan gelembung ini pecah. Demam tidak dijumpai. Hal ini sesuai dengan
kepustakaan yang menyatakan bahwa gejala klinis dari impetigo bulosa adalah berupa
eritema, vesikel, pustula, dan bula hipopion. Ruam ini dikelilingi bercak eritem dan
berbatas tegas.

Diagnosis banding pada kasus ini adalah impetigo bulosa, impetigo
krustosa,dan pemfigus. Hal ini sesuai dengan kepustakaan menyatakan bahwa
diagnosis banding adalah impetigo bulosa, impetigo krustosa, dan pemfigus.

Penatalaksanaan pada kasus ini secara umum adalah menghindari dan
mencegah faktor predisposisi, memperbaiki hygiene diri dan lingkungan, dan
meningkatkan daya tahan tubuh. Penatalaksanaan secara khusus adalah diberikan
NaCl 0,9 % , kompres pada pustula/bula hipopion yang sudah pecah. Kemudian
dioleskan antibiotic salep Mertus cream ( Mupirocin 2 % ). Kemudian diberikan obat
sistemik yaitu eritomisin 4 x 500 mg/hari dan imunos 1 x/hari. Hal ini sesuai dengan
kepustakaan yang menyatakan bahwa penatalaksanaan untuk impetigo secara umum
adalah menghindari dan mencegah faktor predisposisi, memperbaiki hygiene diri dan
lingkungan, meningkatkan daya tahan tubuh dan secara khusus adalah secara topikal
dapat diberikan antibiotic salep seperti kloramfenikol 2 % atau eritromisin 3 %, secara
sistemik dapat diberikan jika timbul gejala konstitusi.

Prognosa dari pasien ini baik, apabila menghindari dan mencegah faktor
predisposisi dan mendapatkan terapi yang tepat.



Daftar Pustaka

1. Harahap, M. Infeksi bakteri kulit stafilokok dan streptokok-ilmu penyakit kulit.
Jakarta. Hipokrates. Hal 46-49
2. Atlas Penyakit Kulit & Kelamin, edisi kedua. Fakultas Kedokteran Airlangga. Hal
27-29
3. Djuanda, A Hamzah M. 2007. Pioderma, in Djuanda A, hamzah M, in Ilmu
Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi ke 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 57-59
4. Siregar Dr. Atlas berwarna saripati Penyakit Kulit, Edisi kedua, Penerbit EGC. Hal
47-50
5. Riesthy R, Diana. Kusharjuni, Budiastuti. Impetigo Bulosa. EGC. Hal 91-93
6. Craft N, et all. Superficial Cutaneus Infection And Pyodermas in Craft, et all (eds)
FitzPatricks Dermatology In General Medicine. Edisi ke-7 Vol 1 & 2. USA. Mc
Graw Hill Companies, 1694-1698.
7. W. Sterry, R. Paus, Pyoderma in Thieme clinical companious, hal 75-76
8. Jhon SC english, pyoderma in general dermatology, chapter 9, bacterial infection.
IMPETIGO KRUSTOSA
Organisme penyebab dari impetigo krustosa adalah Streptococcus beta hemolyticus
grup A (Group A betahemolytic streptococci (GABHS) yang juga diketahui dengan
nama Streptococcus pyogenes). Paling sering menyerang anak-anak usia 2-5 tahun.
Pada impetigo krustosa, diketahui adanya keterlibatan sistem imun terhadap
perlawanan terhadap infeksi berbeda halnya dengan infeksi pada impetigo bulosa
dimana gejala klinis yang muncul adalah karena toksin yang dihasilkan oleh bakteri
penyebab.
Penyakit ini biasanya ditandai dengan lesi awal berbentuk makula eritem yang
berubah dengan cepat menjadi vesikel berisi cairan bening atau pustul yang cepat
memecah, bila mengering akan mengeras membentuk krusta yang melekat di kulit
dengan warna menyerupai kuning madu. Biasanay gatal dan jika krusta diangkat
diangkat maka tampak erosi dibawahnya.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa dan gambaran klinis dari lesi. Tanda
khas dari impetigo krustosa ini adalah lesi awal yang berbentuk macula eritem pada
wajah, telinga maupun tangan yang berubah dengan cepat menjadi vesikel berisi
cairan bening atau pustule yang cepat memecah dan membentuk krusta berwarna
kuning madu dan umumnya terjadi pada anak-anak. Diagnosis dapat ditegakkan
berdasarkan gambaran klini dari lesi. Kultur dilakukan bila terdapat kegagalan
pengobatan dengan terapi standar, biopsy jarang dilakukan. Biasanya diagnose dari
impetigo dapat dilakukan tanpa adanya tes laboratorium. Namun demikian, apabila
diagnosis tersebut masih dipertanyakan, tes mikrobiologi pasti akan sangat menolong.
Laboratorium rutin
Pada pemeriksaan darah rutin, lekositosis ringan hanya ditemukan pada 50% kasus
pasien dengan impetigo. Pemeriksaan urinalisis perlu dilakukan untuk mengetahui
apakah telah terjadi glomerulonefritis akut pasca streptococcus (GNAPS), yang
ditandai dengan hematuria dan proteinuria.
Pemeriksaan imunologis
Pada impetigo yang disebabkan oleh streptococcus dapat ditemukan peningkatan
kadar anti deoksiribonuklease (anti DNAse) B antibody.
Pemeriksaan mikrobiologis
Eksudat yang diambil di bagian bawah krusta dan cairan yang berasal dari bulla dapat
dikultur dan dilakukan tes sensititas. Hasil kultur bisa memperlihatkan S. pyogenes, S.
aureus atau keduanya. Tes sensitivitas antibiotic dilakukan untuk mengisolasi
metisilin resisten S. aureus (MRSA) serta membantu dalam pemberian antibiotik yang
sesuai. Pewarnaan gram pada eksudat memberikan hasil gram positif.

Diagnosis banding dari jenis impetigo ini adalah :
Dermatitis atopi
Lesi gatal yang bersifat kronik dan berulang, kering; pada orang dewasa dapat
ditemukan likenifikasi pada daerah fleksor ekstremitas. Sedangkan pada anak sering
berlokasi pada daerah wajah dan ekstremitas ekstensor.
Dermatofitosis
Lesi kemerahan dan bersisik dengan bagian tepi yang aktif agak meninggi; dapat
berbentuk vesikel, terutama berlokasi di kaki.
Ektima
Lesi berkrusta yang menutupi ulkus, jarang berupa erosi; lesi menetap berminggu-
minggu dan dapat sembuh dengan meyisakan jaringan perut jika infeksi meluas
hingga ke dermis.
Skabies
Lesi terdiri dari terowongan dan vesikel yang kecil; gatal pada daerah lesi saat malam
hari merupakan gejala yang khas.
Varisela
Vesikel berdinding tipis, ukuran kecil, pada daerah dasar yang eritem yang awalnya
berlokasi di badan dan menyebar ke wajah dan ekstremitas; vesikel pecah dan
membentuk krusta; lesi dengan tingkatan berbeda dapat muncul pada saat yang sama.

Penatalaksanaan impetigo terdiri atas penatalaksanaan umum yaitu :
1. Memperbaiki higien dengan membiasakan membersihkan tubuh dengan
sabun, memotong kuku dan senantiasa mengganti pakaian
2. Perawatan luka
3. Tidak saling tukar menukar dalam menggunakan peralatan pribadi (handuk,
pakaian, dan alat cukur) dan penatalaksanaan khusus berupa pemberian
antibiotik topikal maupun sistemik.
Pengobatan utama pada impetigo krustosa adalah pemberian antibiotik topikal.
Pemberian antibiotik sistemik umumnya tidak dianjurkan kecuali lesi sangat luas.
Dari beberapa literatur dikatakan antibiotik topikal yang paling baik diberikan pada
impetigo krustosa adalah mupirocin 2% dan asam fusidat 2% selama tiga sampai lima
hari. Pemberian basitrasin dan neomisin kurang efektif pada impetigo krustosa.
Antibiotik sistemik yang dapat diberikan adalah amoksisilin/clavulanate (augmentin)
3 x 250-500 mg sehari selama 10 hari.

Prognosis
Secara umum prognosis dari penyakit ini adalah baik jika dilakukan pengobatan yang
teratur, meskipun dapat pula komplikasi sistemik seperti glomerulonefritis dan lain-
lain. Lesi mengalami perbaikan setelah 7-10 hari pengobatan.


Daftar Pustaka

1. Mostwaledi M H. 2011. Impetigo in Children: A Clinical Guide and Treatment
Options. S Afr Fam Pract. Volume 53(1): 44-46
2. Cole C, Gazewood J. 2007. Diagnosis and Treatment of Impetigo. American
Family Physician. Volume 75(6): 859-864
3. Sladden M J, Johnston G A. 2004. Clinical Riview: Common Skin Infections in
Children. BMJ. Volume 329: 95-99
4. Schellack N. 2011. Skin Rashes in Children. S Afr Pharm J. Volume 78(1): 13-22
5. Stulberg D L, Penrod M A, Blatny R A. 2002. Common Bacterial Skin Infections.
American Family Physician. Volume 66(1): 119-124
6. Kocinaj A, Kocinaj D, Berisha M. 2009. Skin Diseases Among Preschool Children.
J Bacteriol Res. Volume 1(2): 25-29

Anda mungkin juga menyukai