Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai
dengan mengi episodik, batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas.
Dalam 30 tahun terakhir prevalensi asma terus meningkat terutama di negara maju.
Peningkatan juga terjadi di negara-negara Asia Pasifik seperti Indonesia. tudi
terbaru di Asia Pasifik menunjukan bah!a tingkat tidak masuk kerja akibat asma jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan di Amerika erikat dan "ropa. #ampir separuh dari
seluruh pasien asma pernah di ra!at di rumah sakit dan melakukan kunjungan ke
bagian ga!at darurat setiap tahunnya. #al tersebut disebabkan manajemen dan
pengobatan asma yang masih jauh dari pedoman yang direkomendasikan Global
Initiative for Asthma (GINA$.
%
Asma memiliki tingkat fatalitas yang rendah namun kasusnya &ukup banyak
di negara dengan pendepatan menengah keba!ah. '#( memperkirakan )3* juta
penduduk dunia menderita asma dan jumlahnya diperkirakan akan terus bertambah
selama kasus asma tidak di&egah dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat, oleh
karena itu diperkirakan kasus asma akan bertambah di masa yang akan datang.
)
+enurut pusat pengendalian dan pen&egahan penyakit di Amerika erikat,
prevalensi asma pada meningkat yaitu sebesar 3., - pada tahun %./0 menjadi *./ -
pada tahun )003. #al tersebut juga dilaporkan oleh negara-negara lain selama paruh
kedua abad ke-)0. ebagai &ontoh, pada tahun %.,0 dilaporkan %. - penduduk
Australia menunjukan gejala asma, sedangkan pada tahun )000 meningkat menjadi
0/ -. 1idak ada perbedaan yang jelas dalam ke&enderungan prevalensi asma antara
anak-anak dan orang de!asa, antara asma berat dan ringan, atau antara negara maju
dan berkembang.
3

Perkembangan prevalensi asma tidak diketahui se&ara pasti di Indonesia.
#asil penelitian pada anak usia sekolah 2%3-%0 tahun$ dengan mengguakan kuesioner
ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in Children$ pada tahun %..*
melaporkan pervalensi asma sebesar ),% -, sedangkan pada tahun )003 meningkat
menjadi *,) -. #asil survey asma pada anak sekolah di beberapa kota di Indonesia
2+edan, Palembang, 3akarta, 4andung, emarang, 5ogyakarta, +alang, dan
Denpasar$ menunjukan prevalensi asma pada sis!a sekolah dasar 2,-%) tahun$
berkisar antara 3,6-,,0 -, sedangkan pada sis!a +P di 3akarta Pusat sebesar *,/ -.
4erdasarkan gambaran tersebut, terlihat bah!a asma telah menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian serius.
%
BAB II
STATUS PASIEN
7ama 8o Asisten 9 Ayesha :iandra 1anda tangan9
1anggal Pasien +asuk :umah akit 9 3%-0/-)0%0
Pera!atan hari ke 9 3
7o. :ekam +edik 9
2.1 Identitas Pasien
7ama 9 1n, "
;mur 9 3* tahun
3enis 8elamin 9 <aki-laki
Agama 9 Islam
tatus Pernikahan 9 +enikah
Pekerjaan 9
Pendidikan 9 -
Alamat 9 -
2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan se&ara autoanamnesis tanggal ) eptember )0%0 pukul
%).30 'I4 di bangsal P. angeang, :A< Dr. +intohardjo.
A. 8eluhan ;tama ekarang9 esak nafas sejak ) hari +:
4. 8eluhan 1ambahan9
- 4atuk tidak berdahak
- 7yeri dada
- Perut kembung
=. :i!ayat Penyakit ekarang9
( datang ke I>D :A< Dr. +intohardjo pada hari +inggu, 3% Agustus
)0%0 pukul %6.00 'I4 dengan keluhan sesak nafas sejak ) hari +:. (
mengaku sesak nafas timbul tiba-tiba pada malam hari sebelum tidur disertai
bunyi ?ngik@ dan berlangsung sepanjang malam berlanjut hingga ( datang ke
rumah sakit. esak nafas masih dirasakan saat istirahat. aat sesak ( tidak
dapat menyelesaikan kalimatnya, bi&ara kata per kata, merasa lebih nyaman
jika duduk kemudian membungkuk, serta merasa gelisah. +enurut ( sesak
nafas timbul setelah seharian terpapar udara debu ditempat bekerja dan tidak
dipengaruhi oleh aktifitas. 8eesokan harinya sesak nafas dan bunyi ?ngik@
diikuti oleh batuk-batuk tidak berdahak dan nyeri dada. 7yeri dada menyebar
di seluruh bagian dada, seperti ditusuk, tidak menjalar, berlangsung A )0
menit bertahan sampai beberapa hari, dan tidak ada demam. ( juga
mengeluh perutnya kembung, mual kemudian muntah-muntah. +untah
berhenti pada sabtu malam. 7afsu makan berkurang. 4A4 4A8 normal.
esak nafas sering mun&ul semenjak % tahun yang lalu, hilang timbul,
dirasakan terutama pada malam hariBdini hari dengan intensitas )-3CBminggu.
Pada bulan oktober )0%3 dokter menyatakan ( memiliki asma yang dipi&u
oleh debu dan udara dingin. +enurut (, siang hari sering terjadi serangan
sesak karena saat ini ( bekerja di daerah pelabuhan dan pabrik sehingga
selalu terpapar dengan debu. Pada a!alnya sesak membaik dengan
istirahatBminum air putih namun keluhan dirasakan memberat dalam beberapa
bulan terakhir sehingga ( selalu mengonsumsi salbutamol tab ) mg setiap
kali serangan karena sesak mengganggu tidur dan aktifitas. 8ali ini keluhan
tidak tertasi dengan salbutamol. ( tidak menggunakan obat controller untuk
asma.
D. :i!ayat Penyakit yang pernah diderita dahulu 2:PD$9
( memiliki ri!ayat asma dan maag. :i!ayat hipetensi disangkal.
:i!ayat diabetes melitus disangkal.
". :i!ayat 8ehidupan Pribadi, osial, dan 8ebiasaan9
( memiliki kebiasaan merokok sejak usia %. tahun, ) bungkusBhari.
( jarang mengonsumsi minuman alkohol. ( mengaku sering terlambat
makan, suka makan makanan pedas, dan minum kopi 3-0 gelasBhari.
D. :i!ayat Penyakit dalam 8eluarga 2:P8$9
Ayah ( memiliki ri!ayat asma dan hipertensi. Ibu ( tidak memiliki
ri!ayat asma, namun memiliki ri!ayat diabetes melitus, ri!ayat
hipertensi disangkal. 8akak ( memiliki ri!ayat asma.
2.3 Pemeriksaan fisik
%. 8eadaan umum9 1ampak sakit sedang
). 8esadaran9 =ompos mentis
3. 1anda Eital9
- 1ekanan darah 9 %)0B/0
- uhu9 3,=
- 7adi9 6)CBmenit
- Pernapasan9 )0CBmenit
0. Antropometri
- 4erat badan9 -
- 1inggi 4adan9 -
*. ;dema umum9 1idak ditemukan
,. =ara berjalan9 1idak ada kelainan
6. 8ulit9 'arna kulit sa!o matang, tidak sianosis, tidak ada efloresensi yang
bermakna, tugor kulit baik, teraba hangat dan lembab.
/. 8epala9
- :ambut 9 !arna hitam, distribusi merata, tidak mudah di&abut
- 'ajah 9 simetris, pu&at, tidak sianosis, tidak ada nyeri tekan sinus, t
idak ada fa&ies tertentu.
- +ata 9 alis hitam, distribusi merata, tidak rontok. 8elopak mata ptosis
2- B-$, edema2-B-$, &ekung 2-B-$. 8onjungtiva anemis 2-B-$, s&lera ikterik
2-B-$, kedua pupil bulat isokor )mm, lensa jernih 2FBF$, tekanan bola
mata normal.
- #idung 9 deviasi septum 2-$, se&ret 2-$, hidung lapang 2FBF$
- 1elinga 9 normotia, liang telinga lapang 2FBF$, se&ret 2-B-$
- +ulut 9 bibir pu&at 2-$, sianosis 2-$,. >usi dan mukosa mulut pu&at 2-$,
hiperemis 2-$. 7ormoglossia, papil tidak atrofi.
- 1enggorok 9 1onsil 1%B1%, kripta melebar 2F$, faring hiperemis 2-$
.. <eher
- 1iroid tidak teraba membesar
- 8elenjar getah bening tidak teraba membesar
%0. Dada
%%. Abdomen
%). "Ctremitas
2.4 Pemeriksaan Penunjan
2.! Daftar "asa#a$
esak nafas sejak ) hari +:
Tana# Pemeriksaan Penunjan
3% Agustus )0%0
Dara$ %utin
<eukosit
"ritrosit
#emoglobin
#ematokrit
1rombosit
&imia &#inik
>lukosa darah se!aktu
'unsi Hati
A1 2>(1$
A<1 2>P1$
'unsi (inja#
;reum
8reatinin

%).000B<
*.63 jutaB<
%6.) gBd<
06 -
))..000 ribuB<
/) mgBd<
%* ;Bl
%* ;BI
%6 mgBd<
0.6 mgBd<
3% Agustus )0%0
')t) T$)ra* PA =orakan bron&hovaskuler ramai.
#ilus kiri membesar
4atuk tidak berdahak
7yeri dada
Perut kembung
2.+ Dian)sis &erja
Asma Akut edang dengan Dispepsia
2., Penata#aksanaan
Infus :<9D*- 2)9%$ )0 tpm
=eftriaCon %C)
:anitidin )C% 2amp$
Primperan 3C% 2amp$
DeCametason 3C) 2amp$
7ebuliGer 2fliCatid9 ventolin9 bisolvon9 7a&l H %9%9%9)$
2.- Pr)n)sis
Ad Eitam 9 ad bonam
Ad Dun&tionam 9 ad bonam
Ad anationam 9 dubia ad malam
4A4 III
D(<<(' ;P
BAB I.
TIN/AUAN PUSTA&A
Asma Br)nkia#e
4.1 Penda$u#uan
Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai
dengan mengi episodik, batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas.
Dalam 30 tahun terakhir prevalensi asma terus meningkat terutama di negara maju.
Peningkatan juga terjadi di negara-negara Asia Pasifik seperti Indonesia. tudi
terbaru di Asia Pasifik menunjukan bah!a tingkat tidak masuk kerja akibat asma jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan di Amerika erikat dan "ropa. #ampir separuh dari
seluruh pasien asma pernah di ra!at di rumah sakit dan melakukan kunjungan ke
bagian ga!at darurat setiap tahunnya. 1ingkat fatalitas akibat asma rendah namun
kasusnya banyak ditemukan pada negara menengah keba!ah.
%,)
4.2 Definisi
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan
banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif
jalan napas yang menimbulkan gejalas episodi& berulang berupa mengi, sesak nafas,
dada terasa berat, dan batuk-batuk terutama pada malam atau dini hari. "pisodik
tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan
seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan.
0
4.3 E0idemi)#)i
'#( memperkirakan )3* juta penduduk dunia menderita asma dan
jumlahnya diperkirakan akan terus bertambah selama kasus asma tidak di&egah dan
tidak mendapatkan penanganan yang tepat, oleh karena itu diperkirakan kasus asma
akan bertambah di masa yang akan datang.
)
+enurut pusat pengendalian dan pen&egahan penyakit di Amerika erikat,
prevalensi asma pada meningkat yaitu sebesar 3., - pada tahun %./0 menjadi *./ -
pada tahun )003. #al tersebut juga dilaporkan oleh negara-negara lain selama paruh
kedua abad ke-)0. ebagai &ontoh, pada tahun %.,0 dilaporkan %. - penduduk
Australia menunjukan gejala asma, sedangkan pada tahun )000 meningkat menjadi
0/ -. 1idak ada perbedaan yang jelas dalam ke&enderungan prevalensi asma antara
anak-anak dan orang de!asa, antara asma berat dan ringan, atau antara negara maju
dan berkembang.
3

Perkembangan prevalensi asma tidak diketahui se&ara pasti di Indonesia.
#asil penelitian pada anak usia sekolah 2%3-%0 tahun$ dengan mengguakan kuesioner
ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in Children$ pada tahun %..*
melaporkan pervalensi asma sebesar ),% -, sedangkan pada tahun )003 meningkat
menjadi *,) -.
%
4.4 'akt)r %esik)
e&ara umum faktor risiko asma dipengaruhi atas faktor genetik dan faktor
lingkungan.
%
%. Daktor >enetik
a. AtopiBalergi
#al yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana &ara penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat yang juga memiliki alergi. Dengan adanya bakat alergi
ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bron&hial jika terpajan dengan
faktor pen&etus.
b. #iperaktivitas bronkus
aluran nafas merupakan organ yang se nsitif terhadap berbagai rangsangan
alergen maupun iritan.
&. 3enis kelamin
Pria merupakan risiko untuk asma pada anak. ebelum usia %0 tahun,
prevalensi asma pada anak laki laki adalah%,*-)C disbanding anak perempuan. 1etapi
menjelang de!asa perbandingan tersebut kurang lebih sama dan pada masa
menopause perempuan lebih banyak.
d. :asBetnik
e. (besitas
(besitas atau peningkatan 4ody +ass indeC 24+I$ merupakan faktor risiko
asma. +ediator tertentu seperti leptin dapat mempengaruhi fungsi saluran nafas dan
meningkatkan kemungkinan terjadinya asma. +eskipun mekanismenya belum jelas,
penurunan berat badan penderita obesitas dengan asma, dapat memperbaiki gejala
fungsi paru, morbiditas dan status kesehatan.
). Daktor lingkungan
a. Alergen dalam rumah 2tungau debu rumah, spora jamur, ke&oa, serpihan
kulit binatang seperti anjing, ku&ing, dan lain-lain$.
b. Alergen luar rumah 2serbuk sari, dan spora jamur$
3. Daktor lain
a. Alergen makanan
=ontoh9 susu, telur, udang, kepiting, ikan laut, dan ka&ang tanah, &oklat, ki!i,
jeruk, bahan penyedap penga!et, dan pe!arna makanan$
b. Alergen obat-obatan tertentu
&ontoh9 penisilin, sefalosporin, golongan beta laktam lainnya, eritrosin,
tetrasiklin, analgetik, antipiretik, dan lain-lain.
&. 4ahan yang mengiritasi
=ontoh9 parfum, household spray, dan lain-lain
d. "kspresi emosi berlebih
stressBgangguan emosi dapat menjadi pen&etus serangan asma, selain itu juga
dapat memperberat serangan asma yang sudah ada. Di samping gejala asma yang
timbul harus segera diobati, penderita asma yang mengalami stressBgangguan emosi
perlu diberi nasihat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. 8arena jika strenya
belum diatasi, maka gejala asmanya lebih sulit diobati.
e. Asap rokok bagi perokok aktif dan pasif
Asap rokok berhubungan dengan penurunan fungsi paru. Pajanan asap rokok,
sebelum dan sesudah kelahiran berhubungan dengan efek berbahaya yang dapat
diukur seperti meningkatkan risiko terjadinya gejala asma serupa pada usia dini.
f. Polusi udara dari luar dan dalam ruanganI
g. "Cer&ise-indu&ed asma
Pada penderita yang kambuh asmanya ketika melakukan aktivitasBolahraga
tertentu. ebagian besar penderita asma akan mendapatkan serangan jika melakukan
aktivitasBolahraga yang berat. <ari &epat paling mudah menimbulkan serangan asma.
erangan asma karena aktivitas biasanya terjadi segera setelah selesai selesai
aktivitas tersebut.
h. Perubahan &ua&a
=ua&a lembab dan ha!a pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfer yang mendadak dingin merupakan faktor pemi&u terjadinya serangan asma.
erangan kadang-kadang berhubungan dengan musim., seperti musim hujan, musim
kemarau, musim bunga 2serbuk sari berterbangan$.
i. tatus ekonomi
4.! Pat)enesis
Asma merupakan suatu sindroma yang sangat kompleks melibatkan faktor
geneti&, antigen, berbagai sel inflamasi, mediator dan sitokin yang akan menyebabkan
kontraksi otot jalan nafas, reaktivitas bronkus dan inflamasi jalan nafas.
*
istem imun terbagi menjadi imunitas humoral dan imunitas selular. Imunitas
humoral ditandai oleh produksi dan sekresi antibodi spesifik sel limfosit 4.
edangkan imunitas seluler diperankan oleh <imfosit 1. el limfosit 1 mengontrol
fungsi limfosit 4 dan meningkatkan proses inflamasi melalui aktivitas sitotoksin
&luster diffrentiation / 2=D/$ dan mensekresikan berbagai sitokin. el limfosit 1
helper 2=D0$ dibedakan menjadi 1h% dan 1h). el 1h% mensekresikan interleukin-)
2I<-)$, I<-3, Interferon y 2ID7-y$ dan tumor ne&rosis fa&tor-a 217D-a$. sedangkan
1h) mensekresi I<-3, I<-0, I<-*, I<-.,I<-%3.
*

:espon imun dimulai dengan masuknya alergen kedalam saluran nafas akan
ditangkap oleh sel dendrit yang merupakan sel pengenal antigen 2Antigen Presenting
=ellBAP=$. Antigen diproses di dalam AP= dan dipresentasekan kedalam sel limfosit
1 dengan bantuan +ayor histo&ompatibility 2+#=$ kelas II, limfosit 1 akan
memba!a &iri antigen spesifik, teraktivasi dan berdiffrensiasi ke profil 1h). ubtipe
1h) ini merupakan suptibe utama yang terlibat pada asma, mensekresi berbagai
sitokin yang bertanggung ja!b bagi berkembangnya reaksi tipe lambat atau &ell-
mediated hypersensitivity rea&tion. :angsangan interleukin 0 dan interleukin %3 dari
1h) akan mema&u limfosit 4 untuk mensintesis Ig". Ig" akan dilepas limfosit 4 dan
melekat pada high affiniting Ig" reseptors 2D&e:I$ pada permukaan sel mast. 4ila
alergen yang sama masuk lagi maka akan diikat oleh Ig" dipermukaan sel mast.
=ross <inked :eseptors Ig" dengan alergen akan mengkatifkan sel mast yang
menyebabkan degranulasi sel mast sehingga terjadi pelepasan performed mediator
seperti histamin serta ne!ly generated mediator antara lain9 prostaglandin, leukotrien
yang menyebabkan terjadinya kontraksi otot polos bronkus, sekresi mukusm dan
vasodilatasi. +ediator infamasi menginduksi kebo&oran mikrovaskuler yang
melibatkan eksudasi plasma kedalam saluran nafas. 8ebo&oran plasma protein
menginduksi penebalan dan edema dinding saluran pernafasan yang menyebabkan
penyempitan lumen saluran nafas, sehingga menyebabkan kontraksi otot pernafasan
dan reaksi berlangsung selama %-) jam. :eaksi ini disebut ?early onset@ pada asma.
Degranulasi sel mast juga menghasilkan sejumlah sitokin antara lain I<-0, I<-*, I<-,,
I<-%3 dan 17D-a. degranulasi sel mast beserta limfosit 1 subtipe 1h) akan
menggerakan sel Jsel inflamasi eosinofil, basofil, neutrofil dan makrofag, melalui
aktivitas sel endotel yang akan menyebabkan pembentukan molekul adhesi. :eaksi
tersebut berlangsung pada 0-/ jam setelah reaksi pertama dan menyebabkan
kedatangan sel-sel radang sehingga meningkatkan pelepasan mediator. :eaksi ini
disebut reaksi tipe lambat.
*
4.+ Pat)fisi)#i
#iperresponsif bronkus adalah respon bronkus yang berlebihan akibat
berbagai rangsangan dan menyebabkan penyempitan bronkus. Peningkatan respon
bronkus biasanya mengikuti paparan alergen, infeksi, virus pada saluran nafas atas,
atau paparan bahan kimia. #iperesponsif bronkus dihubungkan dengan proses
inflamasi saluran napas. Pemeriksaan histopatologi pada penderita asma didapatkan
infiltrasi sel radang, kerusakan epitel bronkus, dan produksi sekret yang sangat
kental. +eskipun ada beberapa bentuk rangsangan, untuk terjadinya respon inflamasi
pada asma memiliki &iri khas yaitu infiltrasi sel eosinofil dan limfosit 1 disertai
pelepasan epitel bronkus. Pada saluran nafas banyak didapatkan sel mast, terutama di
epitel bronkus dan dinding alveolus. el mast mengeluarkan berbagai mediator
seperti histamin, prostaglandin, dan leukotrien yang berperan pada bronkonstriksi.
,
+akrofag terdapat dalam jumlah banyak pada lumen saluran pernafasan, dan
diaktivasi oleh Ig" sehingga makrofag berperan pada proses inflamasi pada penderita
asma. +akrofag melepaskan mediator tromboksan A), prostaglandin, platelet
a&tivating fa&tor, leukotrien-40 2<140$, tumor ne&rosis fa&tor 217D$, interleukin %
2I<-%$, dan reaksi komplemen.
,

Infiltrasi eusinofil di saluran nafas merupakan gambaran khas pada penderita
asma. Inhalasi alergen menyebabkan peningkatan eosinofil pada &airan bilasan
bronkoalveolar pada saat itu dan beberapa saat setelahnya 2reaksi lambat$. elain itu,
terdapat hubungan langsung antara jumlah eosinofil pada darah perifer dan bilasan
bronkoalveolar dengan hiperresponsif bronkus. 7eutrofil juga banyak dijumpai pada
asma, neutrofil diduga menyebabkan kerusakan epitel oleh karena pelepasan
metabolit oksigen, protease dan bahan kationik. 7eutrofil merupakan sumber
mediator seperti prostaglandin, tromboCan, dan leukotrien.
4., (eja#a &#inis
4.- &#asifikasi asma
ebenarnya derajat berat asma adalah suatu kontinum, yang berarti bah!a
derajat berat asma adalah suatu kontinum, yang berarti bah!a derajat berat asma
persisten dapat berkurang atau bertambah. Derajat gejala eksaserbasi atau serangan
asma dapat bervariasi yang tidak tergantung dari derajat sebelumnya.
6
4.-.1 &#asifikasi "enurut Eti)#)i
4anyak usaha telah dilakukan untuk membagi asma menurut etiologi,
terutama dengan bahan lingkungan yang mensensitiasi. 7amun hal itu sulit dilakukan
antara lain oleh karena bahan tersebut sering tidak diketahui.
6
4.-.2 &#asifikasi "enurut Derajat Berat Asma
Asma dapat diklasifikasian pada saat tanpa serangan dan pada saat serangan.
1idak ada satu pemeriksaan tunggal yang dapat menentukan berat ringannya suatu
penyakit, pemeriksaan gejala-gejala dan uji faal paru berguna untuk mengklasifikasi
penyakit menurut berat ringannya. 4erat ringan asma ditentukan oleh berbagai faktor
seperti gambaran klinis sebelum pengobatan 2gejala, eksaserbasi, gejala malam hari,
pemberian obat inhalasi -) agonis, dan uji faal paru$ serta obat-obatan yang
digunakan untuk mengontrol asma 2jenis obat, kombinasi obat dan frekuensi
pemakaian obat$. Asma dapat diklasifikasikan menjadi intermiten, persisten ringan,
persisten sedang, dan persisten berat 21abel %$.
6
Derajat Asma >ejala >ejala +alam Daal Paru
Intermitten 4ulanan
>ejalaK %CBminggu
1anpa gejala diluar
serangan
erangan singkat
L ) kali
sebulan
AP" M/0-
E"PM/0- nilai prediksi
AP"M/0- nilai terbaik
Eariabiliti AP"K)0-
Persisten ringan +ingguan
>ejalaA%CBminggu,
tetapi K%CBhari
A ) kali
sebulan
AP"M/0-
E"P%M/0- nilai
prediksi AP"M/0- nilai
erangan dapat
mengganggu
aktivitas dan tidur
terbaik
Eariabiliti AP" )0-30-
Persisten sedang #arian
>ejala setiap hari
erangan
mengganggu
aktivitas dan tidur
+embutuhkan
bronkodilator
setiap hari
A ) kali
sebulan
Persisten berat 8ontinu
>ejala terus
menerus
ering kambuh
Aktivitas fisik
terbatas
ering
.
6

8lasifikasi asma menurut derajat berat berguna untuk menentukan obat yang
diperlukan pada a!al penanganan asma.
elain klasifikasi derajat asma berdasarkan frekuensi serangan dan obat yang
digunakan sehari-hari, asma juga dinilai berdasarkan berat ringannya serangan.
Global initiative for Asthma 2>I7A$ melakukan pembagian derajat serangan asma
berdasarkan gejala dan tanda klinis, uji fungsi paru, dan pemeriksaan laboratorium.
Derajat serangan menentukan terapi yang akan diterapkan. 8lasifikasi tersebut antara
lain adalah serangan asma ringan, asma serangan sedang, dan asma serangan berat.
Dalam hal ini perlu adanya pembedaan antara asma kronik dengan serangan asma
akut.
6
0./.3 &#asifikasi menurut k)ntr)# asma
8ontrol asma dapat didefinisikan menurut berbagai &ara. Pada umumnya,
istilah kontrol menunjukan penyakit yang ter&egah atau bahkan sembuh. 7amun pada
asma, hal itu tidak realistisN maksud kontrol adalah kontrol manifestasi penyakit.
8ontrol yang lengkap biasanya diperoleh dengan pengobatan. 1ujuan pengobatan
adalah memperoleh dan mempertahankan kontrol untuk !aktu lama dengan
pemberian obat yang aman, dan tanpa efek samping.
%
4.1 Penata#aksanaan
4.12 Pr)n)sis

Anda mungkin juga menyukai