Ileus Obstruksi Et Causa Hernia Inguinalis Incarcerata
Kelvin R Khomalia 102012255 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat email :kkhomalia@yahoo.com
Pendahuluan Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik dinding perut.Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia.Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan. Hernia adalah adanya penonjolan peritoneum yang berisi alat visera dari rongga abdomen melalui suatu lokus minoris resistensieae baik bawaan maupun didapat. Hernia tetap merupakan problem kesehatan yang tidak bisa lepas dari problem sosial, banyak orang dengan tonjolan di lipat paha ke dukun sebelum dibawa ke rumah sakit atau dokter; adapula sebahagian masyarakat yang merasa malu bila penyakitnya diketahui orang lain sakit demikian, sehingga hal-hal inilah yang kadangkala memperlambat penanganan penyakit dan khususnya hernia. Problem kedokteran yang penting adalah bagaimana mengurangi frekuensi timbulnya hernia inguinalis. Anamnesis Kasus: Seorang laki-laki berusia 45 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan nyeri perut hebat yang hilang timbul disertai mual muntah sejak 12 jam yang lalu. Selain itu pasien tersebut juga mengeluh tentang adanya benjolan pada lipat paha yang bersifat hilang timbul sejak 1 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak kesakitan, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 92x/menit, frekuensi nafas 24x/menit, suhu 36,5 o C. Pada pemeriksaan fisik abdomen, tampak distensi abdomen. Tampak massa pada regio inguinal sinistra dengan ukuran 2x2, konsistensi kenyal, tidak melekat pada jaringan sekitar. a. Keluhan utama : Nyeri perut hebat yang hilang timbul disertai mual muntah sejak 12 jam yang lalu. Tanyakan dimana lokalisasi rasa nyeri pasien serta faktor pemberat munculnya rasa 2
nyeri. Misalnya: kram di perut bagian tengah yang memburuk saat makan sesuatu dan mereda setelah buang air besar biasanya menandakan Irritable Bowel Syndrome (IBS) atau sindrom perut sensitif. Atau kram di perut bagian bawah yang bisa menandakan colitis atau diverticulitis, yakni kondisi peradangan pada usus besar. Serta nyeri di perut bagian tengah yang menjalar ke samping, biasanya menandakan appendicitis atau radang pada usus buntu, bagian dari usus besar yang selalu menjadi kontroversi terkait fungsinya di dalam tubuh. Diagnosisnya tidak mudah, karena itu disarankan untuk periksa ke dokter untuk memastikan.Kalaupun harus operasi, tingkat keberhasilannya cukup tinggi. Untuk keluhan mual dan muntah pasien dapat ditanyakan waktu-waktu munculnya gejala, faktor pemberat munculnya mual muntah, karakteristik dari muntah meliputi banyaknya, warna, ada tidaknya darah, dll. b. Keluhan penyerta : Adanya benjolan pada lipat paha yang bersifat hilang timbul sejak 1 tahun yang lalu. Disini ditanyakan lokasi, karakteristik meliputi ukuran, konsistensi benjolan tersebut, yang selanjutnya dapat dilihat berdasarkan pemeriksaan fisik.Serta faktor pemberat seperti muncul ketika berdiri dan mengangkat beban, kemudian benjolan hilang jika berbaring, dll.
Pemeriksaaan A. Pemeriksaan Fisik : Dalam pemeriksaan fisik perlu diketahui tanda-tanda vital pasien serta gambaran utama pemeriksaan fisik mencangkup inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi. Pemeriksaan fisik: diperoleh pasien tampak kesakitan, tekanan darah 130/80 mmHg (Prehipertensi) normalnya <120/<80 mmHg, nadi 92x/menit (Normal: 60-100x/menit), frekuensi nafas 24x/menit (Cepat) normalnya 14-20x/menit, suhu 36,5 o C (Hipotermi) normalnya: 36,6-37,2 o C. Pada pemeriksaan fisik abdomen, tampak distensi abdomen, nyeri tekan positif, dan bising usus (+) meningkat. Tampak massa pada regio inguinal sinistra dengan ukuran 2x2, konsistensi kenyal, tidak melekat pada jaringan sekitar.
Distensi abdomen bisa muncul sebagai gas yang ditelan yang terkumpul pada usus yang tersumbat akibat konfigurasi dinding abdomen yang menonjol, yang bisa menggambarkan tingkat obstruksi lambung atau duodenum.Nyeri tekan dapat menunjukkan ada kondisi abnormal pasien berdasarkan lokalisasi nyeri tekan tersebut.Lokal nyeri tekan 3
sangat penting dalam membantu atau menentukan etiologi.Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dapat disebabkan oleh pembesaran hati yang akut, hepatitis, atau intususpepsi.Nyeri tekan pada kuadran kiri atas dapat juga disebebkan oleh intususepsi atau oleh pembesaran ruptur limpa.Nyeri pada garis tengah abdomen bagian atas dapat mengesankan adanya gastroentritis atau ulkus gaster atau duodenum. Nyeri kronis pada kuadran kiri bawah biasanya disebebkan oleh konstipasi.Nyeri tekan pada perut bagian bawah secara menyeluruh dapat disebabkan oleh gastroentritis, atau torsi ovarium atau testis.Nyeri pada kuadran kanan bawah dapat menunjukan apendisitis atau sebuah abses.Nyeri pada garis tengah daerah suprapubik sering disebabkan oleh sistitis. Penyebab nyeri tekan abdomen yang lokalisasinya tidak jelas antara lain pneumonia, adenitis mesenterik, peritonitis, atau krisis sel sabit. 1
1. Inspeksi: penampilan umum pasien bisa memberikan petunjuk tentang sifat penyakit. Selain warna kulit pasien, ada tidaknya lesi kulit, posisi anatomi pasien di ranjang patut diperhatikan.Abdomen harus diinspeksi bagi tanda distensi.Perut distensi, dapat ditemukan kontur dan steifung.Benjolan pada regio inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata. 2. Palpasi: tempat hernia inguinalis, femoralis dan ventralis harus diperiksa dengan cermat pada setiap pasien nyeri abdomen. Palpasi seharusnya dimulai sejauh mungkin dari pusat nyeri dan ia harus dilakukan dengan lembut dengan satu jari tangan. Secara bertahap jari tangan seharusnya bergerak ke arah area nyeri tekan maksimum.Palpasi hal yang terpenting dalam pemeriksaan fisik bagi ahli bedah. 3. Perkusi: harus dilakukan dengan sangat lembut. Hal ini bermanfaat dengan menilai jumlah distensi yang menyertai obstruksi usu dan dapat digunakan untuk menyingkirkan adanya vesika urinaria terdistensi sebagai sebab nyeri abdomen akuta. Pada ileus obstruksi perkusi cenderung hipertimpani 4. Auskultasi: dilakukan sebelum palpasi karena palpasi bisa mengubah sifat dari bising usus. Masa auskultasi 2-3 menit diperlukan untuk menentukan bahwa tak ada bising usus, bising usus bernada tinggi yang timbul dalam dorongan yang bersamaan nyeri menunjukkan obstuksi usus halus.
B. Pemeriksaan penunjang Tidak ada pemeriksaan laboratorium untuk menunjang dignostik obstruksi atau membedakan antara obstruksi sederhana dengan obstruksi disertai infark usus.Obstruksi letak tinggi pada saluran cerna sering disertai dengan asidosis metabolik 4
hipokloremik.Leukositosis berat dengan atau tanpa trombositopeni, asidosis metabolik, dan kematokhezia mengesankan infark usus.Pemeriksaan serum amilase dan lipase harus dilakukan untuk menyingkirkan pankreatitis.Obstruksi usus hampir selalu didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik.Foto dipakai untuk memastikan diagnosis dan lokasi daerah obstruksi.Foto rongen polos terlentang dan tegak merupakan pemeriksaan awal. Ada gambaran air fluid level dengan pola step leader (bertingkat). Dinilai pada foto LLD. Jika masi terlihat distribusi udara dalm rektum disebut sebagai ileus obstuktif parsial. 3
Dan jika tidak tampak udara sampai ke rektum berarti ileus obstruktif total. Tidak adanya gas pada usus besar, jika terdapat gas, ini mengindikasikan adanya obstruksi yang baru atau tidak komplet.Lokasi obstruksi dapat diperkirakan. Jika hanya ditemukan beberapa lingkar usus yang mengalami distensi, maka obstruksi sepertinya berada di jejunum bagian atas, namun jika lingkar usus halus yang terlihat cukup banyak, ini mengindikasikan bahwa obstruksi berada di ileum; semakin banya jumlah lingkar usus yang mengalami distensi, semakin distal lokasi obstruksi. Barium hanya digunakan jika obstruksi bukan berasal dari kolon, barium dapat menyebabkan obstruksi usus besar inkomplet menjadi komplet.Barium enema selalu "aman" digunakan pada setiap kecurigaan obstruksi. Tes darah: hitung darah lengkap/LED dan pemeriksaan biokimia darah selalu dilakukan untuk menentukan kalium dan fungsi ginjal setelah muntah/obstruksi. Hb, PCV: meningkat akibat dehidrasi. Leukosit: normal atau sedikit meningkat. Ureum + elektrolit: ureum meningkat, Na + dan Cl - rendah.Endoskopi: jika ada dugaan obstruksi lambung. 2
5
DifferentialDiagnosis 1) Limfadenopati Atau hiperplasia limfoid adalah pembesaran kelenjar limfe sebagai respons terhadap poliferasi limfosit T atau limfosit B. biasanya terjadi setelah infeksi suatu mikroorganisme. Limfadenopati regional merupakan indikasi adanya infeksi lokal.Sedangkan limfadenopati generalisata biasanya merupakan indikasi adanya sistemik seperti AIDS, atau gangguan autoimun seperti artritis rematoid, atau lupus eritematous sistemik. Biasanya dapat mengindikasikan adanya keganasan Limfadenopati yang menyeluruh dengan terkenanya nodus leher memberi kesan pada sejumlah penyebab termasuk : a. Keganasan hematologi, terutama penyakit Hodgkin, limfoma non-Hodgkin, dan leukemia limfosit kronik b. Infeksi HIV dengan limfadenopati menyeluruh yang progresif atau penyakit virus lain, lebih-lebih penyakit virus Epstein-Bar dan infeksi Sitomegalovirus c. Mikobacteriosis dan infeksi toxoplasmosis d. Sifilis e. Hiperplasia limfoid yang menstimulasi imunitas, seperti penyakit Grave f. Terapi fenitoin (Dilantin), yang menyebabkan hiperplasia menyeluruh sebagai sebuah efek yang berlawanan g. Sarkoidosis sering memberikan gejala pembengkakan kelenjar limfe yang generalisata, terutama pada daerah servikalis, inguinalis, dan epitroklearis 3
Working Diagnosis ( Ileus Obstruksi Et Causa Hernia Inguinalis Incarcerata ) Anatomi a. Usus halus Panjangnya kira-kira 2-8 m dengan diameter 2,5 cm. Berentang dari sphincter pylorus ke katup ileocecal. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum) panjangnya 25 cm, usus kosong (jejunum) 1-2 m, dan usus penyerapan (ileum) 2-4 m.
I. Usus dua belas jari (Duodenum) Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua 6
belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
II. Usus Kosong (jejunum) Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti "lapar" dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Latin, jejunus, yang berarti "kosong".
III. Usus Penyerapan (illeum) Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam- garam empedu. IV. Usus Besar Usus besar dimulai dari katup ileocecal ke anus dan rata-rata panjangnya 1,5 m dan lebarnya 5-6 cm.Usus besar terbagi kedalam cecum, colon, dan rectum. Vermiform appendix berada pada bagian distal dari cecum. Colon terbagi menjadi colon ascending, colon transversal, colon descending, dan bagian sigmoid. Bagian akhir dari usus besar adalah rectum dan anus. Sphincter internal dan eksternal pada anus berfungsi untuk mengontrol pembukaan anus. 4
Fisiologi Fungsi usus halus adalah : a. Sekresi mukus. Sel-sel goblet dan kelenjar mukosa duodenum akan mensekresi mukus guna melindungi mukosa usus. 7
b. Mensekresi enzim. Sel-sel mikrovilli (brush border cell) mensekresi sucrase, maltase, lactase dan enterokinase yang bekerja pada disakarida guna membentuk monosakarida yaitu peptidase yang bekerja pada polipeptida, dan enterokinase yang mengaktifkan trypsinogen dari pankreas. c. Mensekresi hormon. Sel-sel endokrin mensekresi cholecystokinin, secretin, dan enterogastrone yang mengontrol sekresi empedu, pancreatic juice, dan gastric juice. d. Mencerna secara kimiawi. Enzim dari pankreas dan empedu dari hati masuk kedalam duodenum. e. Absorpsi. Nutrisi dan air akan bergerak dari lumen usus kedalam kapiler darah dan lacteal dari villi. f. Aktifitas motorik. Mencampur, kontraksi dan peristaltik. Gerakan mencampur disebabkan oleh kontraksi serabut otot sirkuler pada usus menyebabkan chyme kontak dengan villi untuk diabsorpsi.
Semua hernia dari dinding abdomen terdiri dari kantong peritonium yang menonjol keluar melalui defect pada lapisan muscular dari dinding abdomen itu sendiri. Defect tersebut bisa terjadi kongenital atau didapat. 1,2 Di luar peritonium terdapat fascia transversalis, apneurosis yang lemah atau rusak dari lapisan ini merupakan penyebab utama terjadinya groin hernias. Di luar itu terdapat musculus transverus abdominis, musculus oblique internal lalu musculus oblique external.Apneurosis otot-otot tersebut terletak di atas musculus rectus abdominis.
Hesselbachs triangle dibentuk oleh ligamen inguinal bagian luarnya, pembuluh darah (arteri) epigastric inferior bagian atasnya serta bagian tengahnya dibatasi oleh sisi lateral dari musculus rectus abdominalis.
Kelemahan atau kerusakan dari fascia tranversalis yang membentuk dasar dari Hesselbachs triangle inilah yang menyebabkan terjadinya hernia direct inguinal. 1,2
Klasifikasi Bagian-bagian hernia a. Kantong hernia Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia insisional, hernia adipose, hernia intertitialis. b. Isi hernia 8
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya usus,ovarium dan jaringan penyangga usus (omentum). c. Pintu hernia Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia. d. Leher hernia Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.
I. Macam-macam hernia ini di dasarkan menurut letaknya, seperti : a. Hernia inguinal ini dibagi lagi menjadi : Indirek / lateralis: Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria daripada wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum. Umumnya pasien mengatakan turun berok, burut atau kelingsir atau mengatakan adanya benjolan di selangkangan/kemaluan. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan bila menangis, mengejan atau mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul kembali. Direk / medialis: Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Pada pasien terlihat adanya massa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis. 9
b. Femoral : Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita daripada pria.Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk ke dalam kantung.Ada insiden yang tinggi dari inkarserata dan strangulasi dengan tipe hernia ini. c. Umbilikal : Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena peningkatan tekanan abdominal.Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara.Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pascaoperasi seperti infeksi, nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau kegemukan. d. Incisional : batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang lemah.
II. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas : 1. Hernia bawaan atau kongenital. Patogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis (indirek): Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus.Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup.Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka.Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup.Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra- 10
abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. 2. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat) Menurut sifatnya, hernia dapat disebut : a) Hernia reponibel/reducible, yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. b) Hernia ireponibel, yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peri tonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus = perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus. c) Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer = penjara), yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata. Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasuknyaterjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera. Faktor presipitasi terjadinya hernia: a. Tekanan intraabdominal meningkat b. Pekerjaan mengangkat barang-barang berat c. Batuk kronik (tekanan intraabdominal naik) d. Gangguan BAB, misalnya struktur ani, feses keras e. Gangguan BAK, misalnya BPH, vesikolithiasis f. Sering melahirkan: hernia femoralis.
11
Etiologi Masih menjadi kontroversi mengenai apa yang sesungguhnya menjadi penyebab timbulnya hernia inguinalis. Disepakati adanya 3 faktor yang mempengaruhi terjadinya hernia inguinalis yaitu meliputi: a) Processus vaginalis persistent Hernia mungkin sudah tampak sejak bayi tapi kebanyakan baru terdiagnosis sebelum pasien mencapai usia 50 tahun. Sebuah analisis dari statistik menunjukkan bahwa 20% laki-laki yang masih mempunyai processus vaginalis hingga saat dewasanya merupakan predisposisi hernia inguinalis b) Naiknya tekanan intra abdominal secara berulang Naiknya tekanan intra abdominal biasa disebabkan karena batuk atau tertawa terbahak-bahak, partus, prostat hipertrofi, vesiculolitiasis, carcinoma kolon, sirosis dengan asites, splenomegali massif merupakan factor resiko terjadinya hernia inguinalis.Pada asites, keganasan hepar, kegagalan fungsi jantung, penderita yang menjalani peritoneal dialisa menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal sehingga membuka kembali processus vaginalis sehingga terjadi hernia indirect. c) Lemahnya otot-otot dinding abdomen
Epidemiologi
Hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita. Pada pria, 97 % dari hernia terjadi di daerah inguinalis, 2 % sebagai hernia femoralis dan 1% sebagai hernia umbilicalis. Pada wanita variasinya berbeda, yaitu 50 % terjadi pada daerah inguinalis, 34 % pada canalis femoralis dan 16 % pada umbilicus. Tempat umum hernia adalah lipat paha, umbilikus, linea alba, garis semilunaris dari Spiegel, diafragma, dan insisi bedah. Tempat herniasi lain yang sebanding tetapi sangat jarang adalah perineum, segitiga lumbal superior dari Grynfelt, segitiga lumbal inferior dari Petit, dan foramen obturator serta skiatika dari pelvis.
Patofisiologi Hilangnya cairan dan elektrolit.Sejumlah besar cairan dan gas berkumpul di atas obstruksi.Sekresi intestinalis bersih adalah penyebab primer dari hilangnya cairan dan distensi.Hilangnya kemampuan usus untuk menangani cairan mulai dari tempat yang 12
berdekatan dengan obstruksi menuju usus proksimal.Karena usus menjadi semakin terdistensi, maka sirkulasinya terganggu, menimbulkan edema dinding dan akhirnya nekrosis. Edema ini dan eksudasi cairan yang menyertai dari dinding usus, mengeksaserbasi hilangnya cairan.Akhirnya, muntah lebih lanjut memperberat dehidrasi.Selain itu peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan lingkaran setan, yaitu penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritonium dan sirkulasi sistemik Gas intestinal. Ini kebanyakan adalah udara yang ditelan, 70% nitrogen, yang menyebar dengan buruk dan mengakibatkan distensi Motilitas usus.Awalnya, motilitas meningkat dalam usahanya untuk mengatasi obstruksi, tetapi akhirnya peristaltik terjasi dalam ledakan dengan periode tenang.Usus distal menjadi hipoaktif. Obstruksi usus yang mengalami strangulasi.Ini adalah obstruksi mekanik dengan oklusi pasokan darah mesentrik.Penghambatan aliran keluar vena membawa ke akumulasi cairan berdarah di dalam usus dan diding usus.Usus yang mengalami gangren menyebabkan toksin bakteri bocor ke dalam kavum peritonealis, menimbulkan rejatan septik.Akhirnya terjadi perforasi.Obstruksi lingkaran tertutup.Baik lingkaran aferen maupun eferen terhambat, yang berkembang dengan cepat menjadi strangulasi dari tekanan intralumen atau mekanik. Obstruksi kolon. Strangulasi jarang terjadi kecuali dengan volvulus. Sekuestrasi cairan dan elektrolit berkembang lebih lama. Distensi progresif terhadap katup ileosekal yang kompeten adalah obstruksi lingkaran tertutup yang penting dan akan menimblkan perforasi sekum, mengikuti hukum Laplace (tegangan=tekanan x diameter x).
Manifestasi klinis Hernia inguinalis biasanya tampak sebagai benjolan pada daerah inguinal dan meluas ke depan atau ke dalam skrotum. Kadang-kadang, bayi akan datang dengan bengkak skrotum tanpa benjolan sebelumnya pada daerah inguinal. Orangtua biasanya sebagai orang pertama yang melihat benjolan ini, yang mungkin muncul hanya saat menangis atau mengejan.Selama tidur atau apabila pada keadaan istirahat atau santai, hernia ini mengurang sepcara spontan tanpa ada benjolan atau pembesaran skrotum. Riwayat bengkak pada pangkal paha, labia, atau skrotum berulang-ulang yang hilang secara spontan adalah klasik untuk hernia inguinalis tidak langsung. Kadang-kadang suatu massa inguinal akan muncul secara mendadak pada bayi dan akan disertai rewel. Hal ini akan 13
penting untuk membedakan antara hidrokel tali dan hernia inkarserata, tetapi hidrokel tali tidak akan disertai dengan gejala obstruksi intestinum seperti perut kembung atau muntah. Outcome pasien dengan ileus tergantung pada lama pasien menderita ileus.Penting untuk melakukan diagnosa dini dan terapi.Setelah operasi, 2-3 minggu, ileus dapat dibedakan menjadi ileus onset awal dan lambat. Berdasarkan penyebab dan gejalanya, ileus dapat dibedakan menjadi (a) ileus mekanis (obstruksi usus), (b)ileus dinamis fungsional atau paralisis, dan (c) ileus campuran. Penampilan klinis obstruksi usus bermacam-macam tergantung penyebabnya, letak obstruksinya, dan waktu antara kejadian obstruksi dengan pemeriksaan penderita.Gejala- gejala klasik obstruksi adalah mual, muntah, perut kembung dan obstipasi.Obstruksi letak tinggi pada saluran usus yang melibatkan duodenum atau jejunum proksimal mengakibatkan muntah yang banyak dan sering mengandung empedu.Nyerinya hilang timbul dan biasanya sembuh setelah muntah.Nyeri terlokalisasi di epigastrium atau daerah periumbilikus, dan perut sedikit kembung.Obstruksi di bagian distal usus halus menyebabkan kembung perut, sedang atau berat, dengan emesis yang semakin kotor.Nyeri biasanya merata di seluruh perut.
Ileus obstruktif dapat disebabkan oleh : 1. Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus obstruktif, sekitar 50- 70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasiintraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya.Perlengketan kongenital jugadapat menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak. 2. Hernia inkarserata eksternal (inguinal, femoral, umbilikal, insisional, atau parastomal) merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif, dan merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi abdomen. Hernia interna (paraduodenal, kecacatan mesentericus, dan hernia foramen Winslow) juga bisa menyebabkan hernia. 3. Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen, sedangkan tumor metastase atau tumor intraabdominal dapat menyebabkan obstruksi melalui kompresi eksternal.
Untuk keperluan klinis, ileus obstruktif dibagi dua : 1. Ileus obstruktif usus halus, termasuk duodenum 14
2. Ileus obstruktif usus besar
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanikmaupun fungsional. Perbedaan utama adalah pada obstruksi mekanik (ileusobstruksi) yaitu peristaltik mula mula kuat kemudian intermittent dan kemudian menghilang. Sedangkan pada ileus paralitik, peristaltik dari awal sudah tidak ada. 2 Patofisiologik obstruksi mekanik pada usus berhubungan dengan perubahan fungsi dari usus, dimana terjadi peningkatan tekanan intraluminal.Bila terjadi obstruksi maka bagian proksimal dari usus mengalami distensi dan berisi gas,cairan dan elektrolit. Bila terjadi peningkatan tekanan intraluminal, hipersekresi akan meningkat pada saat kemampuan absorbsi usus menurun, sehingga terjadi kehilangan volume sistemik yang besar dan progresif. Awalnya, peristaltik pada bagian proksimal usus meningkat untuk melawan adanya hambatan.Peristaltik yang terus berlanjut menyebabkan aktivitasnya pecah, dimana frekuensinya tergantung pada lokasi obstruksi. Bila obstruksi terus berlanjut dan terjadi peningkatan tekanan intraluminal, maka bagian proksimal dari usus tidak akan berkontraksi dengan baik dan bising usus menjadi tidak teratur dan hilang.Peningkatan tekanan intraluminal dan adanya distensi menyebabkan gangguan vaskuler terutama stasis vena.Dinding usus menjadi udem dan terjadi translokasi bakteri ke pembuluh darah. Produksi toksin yang disebabkan olehadanya translokasi bakteri menyebabkan timbulnya gejala sistemik.Efek local peregangan usus adalah iskemik akibat nekrosis disertai absorpsi toksin -toksinbakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik. Pada obstruksi mekanik sederhana, hambatan pasase muncul tanpa disertai gangguan vaskuler dan neurologik. Makanan dan cairan yang tertelan, sekresi usus dan udara akan berkumpul dalam jumlah yang banyak jika obstruksinya komplit. Bagian proksimal dari usus mengalami distensi dan bagian distalnya kolaps.Fungsi sekresi dan absorpsi membran mukosa usus menurun dan dindingusus menjadi edema dan kongesti. Distensi intestinal yang berat dengansendirinya secara terus menerus dan progresif akan mengacaukan peristalticdan fungsi sekresi mukosa serta meningkatkan risiko terjadinya dehidrasi,iskemik, nekrosis, perforasi, peritonitis dan kematian. Pada obstruksi strangulata, biasanya berawal dari obstruksi vena, yang kemudian diikuti oleh oklusi arteri, menyebabkan iskemik yang cepat pada dinding usus. Usus menjadi udem dan nekrosis, memacu usus menjadi gangrene dan perforasi. 15
Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual, muntah,perut distensi dan tidak bisa buang air besar (obstipasi). Mual muntah umumnya terjadi pada obstruksi letak tinggi.Bila lokasi obstruksi di bagian distal makagejala yang dominant adalah nyeri abdomen.Distensi abdomen terjadi bilaobstruksi terus berlanjut dan bagian proksimal usus menjadi sangat dilatasi. 7
Obstruksi pada usus halus menimbulkan gejala seperti nyeri perut sekitar umbilikus atau bagian epigastrium.Pasien dengan obstruksi partial bisa mengalami diare.Kadang kadang dilatasi dari usus dapat diraba. Pada obstruksi bagian proksimal usus halus biasanya muncul gejala muntah.Nyeri perut bervariasi dan bersifat intermittent atau kolik dengan pola naikturun.Jika obstruksi terletak di bagian tengah atau letak tinggi dari usus halus(jejenum dan ileum bagian proksimal) maka nyeri bersifat konstan/menetap.Pada tahap awal, tanda vital normal. Seiring dengan kehilangan cairan danelektrolit, maka akan terjadi dehidrasi dengan manifestasi klinis takikardi danhipotensi postural. Suhu tubuh biasanya normal tetapi kadang kadang dapat meningkat. Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya demam, takikardi, hipotensi dan gejala dehidrasi yang berat. Demam menunjukkan adanya obstruksi strangulate. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak distensi dan peristaltic meningkat (bunyi Borborigmi). Pada tahap lanjut dimana obstruksi terus berlanjut, peristaltic akan melemah dan hilang. Adanya feces bercampur darah pada pemeriksaan rectal toucher dapat dicurigai adanya keganasan dan intusepsi. 5
Penatalaksanaan Tatalaksana yang harus dilakukan 6,7 1) Persiapan Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi dan mengurangi distensil abdomen (dekompresi).Kemudian lakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum.Setelah keadaan optimum tercapai barulah dilakukan laparotomi. 2) Operasi Operasi dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital berfungsi secara memuaskan. Kantong hernia tidak perlu di eksisi tetapi cukup dikembalikan ke dalam rongga perut.Kemudian perlu dilakukan perbaikan terhadap kelemahan atau kerusakan 16
dinding perut.Sebelum diperbaiki, dilihat dulu keadaan anulus inguinalis interna untuk melihat kemungkinan adanya hernia lateralis atau hernia femoralis. 3) Pasca bedah Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan elektrolit.Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup.Perlu diingat bahwa pasien pasca bedah, usus pasien masih dalam keadaan paralitik.Oleh karena asupan gizi diberikan secara enteral dengan jenis nutris elemental.
Komplikasi Komplikasi yang dapat timbul antara lain perforasi usus, sepsis, syok-dehidrasi,abses, pneumonia aspirasi dari proses muntah dan meninggal.
Prognosis Saat operasi, prognosis tergantung kondisi klinik pasien sebelumnya.Setelah pembedahan dekompresi, prognosisnya tergantung dari penyakit yang mendasarinya.Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi dapat segera dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi strangulasi atau komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampaisekitar 35% atau 40%.3 Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan dilakukandengan cepat. 7
Kesimpulan Hernia inguinalis medialis adalah hernia yang melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika inferior di daerah yang dibatasi segitiga Hasselbach.Komplikasi dari hernia ini adalah salah satunya obstruksi ileus. Tindakan bedah merupakan terapi definitif untuk masalah seperti ini.
Daftar Pustaka 1. Schwartz MW. Pedoman klinis pediatri. Jakarta: EGC; 2004.h. 26. 2. Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Ilmu kesehatan anak nelsom. Jakarta: EGC; 2003.h. 1308-12. 3. Patel PR. Lecture note radiologi. Edisi ke-2. Jakarta: Erlangga; 2005.h. 119. 4. Sabiston DC. Buku ajar bedah. Jakarta: EGC; 2001.h. 228- 235, 492. 17
5. Wilson LM, Lester LB. Patofisiologi konsep klinis proses- proses penyakit. Jakarta: EGC; 1995. h.389. 6. Doherty GM, Way LW. Current surgical diagnosis & treatment. Philadelphia: The McGraw-Hill Companies, 2006. [Digital Edition] 7. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W [Editor]. Kapita selekta kedokteran. Ed. 3. Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2007: 313-20.