Pendahuluan
Peristiwa tumbuh kembang anak meliputi seluruh proses kejadian sejak terjadinya
pembuahan sampai masa dewasa. Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencangkup 2 peristiwa
yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan yaitu pertumbuhan dan perkembanan.
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan,
sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat serta keseimbangan metabolic.
Sedangkan perkembangan, merupakan proses bertambahnya kemampuan dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dalam kemampuan gerak kasar,
gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian yang dapat diramalkan, sebagai
hasil dari proses pematangan.
Selama proses tumbuh kembang berlangsung, terdapat beberapa hal yang turut
berpengaruh seperti misalnya status gizi, faktor sosial yaitu keluarga dan lingkungan sekitar,
serta imunisasi dasar dan ulangan. Apabila salah satu hal / aspek tersebut mengalami gangguan
sehingga tidak dapat terpenuhi, maka tumbuh kembang anak menjadi terganggu. Terganggunya
proses tumbuh kembang pada anak dapat mengakibatkan kemunduran pada sang anak baik
secara fisik maupun mental. Selain itu, segi kognitif dan emosional anak pun akan menjadi tidak
stabil. Bahkan, bukan tidak mungkin hal tersebut dapat mengakibatkan kematian pada sang anak.
Pembahasan
Tumbuh kembang anak
Anamnesis
Ada 2 jenis anamnesis yang umum dilakukan, yakni autoanamnesis dan alloanamnesis.
Pada umumnya anamnesis dilakukan dengan teknik autoanamnesis yaitu anamnesis yang
dilakukan langsung pada pasiennya.1
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam anamnesis tumbuh kembang anak adalah sebagai
berikut:
1. Identitas pasien
Menanyakan kepada pasien/ orang tua dari anak : Nama lengkap pasien, umur pasien,
tanggal lahir, jenis kelamin, agama, alamat, umur (orang tua), pendidikan dan pekerjaan
(orang tua) , suku bangsa.
2. Keluhan utama : Menanyakan keluhan utama pasien datang membawa anaknya ke
dokter.
Skenario : pasien datang ke puskesmas untuk mendapat imunisasi rutin.
3. Anamnesis factor prenatal dan perinatal
Merupakan factor yang pernting untuk mengetahui perkembangan anak.
Anamnesis harus menyangkut factor resiko untuk terjadinya gangguan perkembangan
fisik dan mental anak,termasuk factor risiko untuk buta, tuli, palsi serebralis, dan lainlain. Anamnesis juga menyangkut penyakit keturunan dan apakah ada perkawinan
antarkeluarga.1
4. Kelahiran premature
Harus dibedakan antara bayi premature (SMK= sesuai masa kehamilan) dan bayi
dismatur (KMK= kecil masa kehamilan) dimana telah terjadi retardasi pertumbuhan
intrauterine yang tidak sempat dilalui tersebut.
5. Anamnesis harus menyangkut factor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan
anak.
6. Penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang dan malnutrisi.
7. Anamnesis kecepatan pertumbuhan anak
Merupakan informasi penting yang harus ditanyakan pada ibunya pada saat
pertama kali datang. Anamnesis yang teliti tentang milestone perkembangan anak, dapat
mengetahui tingkat perkembangan anak tersebut. Tidak selalu perkembangan anak mulus
seperti pada teori, ada kalanya perkembangan anak normal sampai umur tertentu,
kemudian mengalami keterlambatan.
8. Pola perkembangan anak dalam keluarga
Anamnesis tentang perkembangan anggota keluarga lainnya, karena ada kalanya
perkembnagan motorik dalam kelurga tersebut dapat lebih cepat atau lamabat, demikian
pula dengan perkembangan bicara atau kemampuan mengontrol buang air besara atu air
kecil.
Pemeriksaan fisik
Pengukuran antropometri
Untuk menilai pertumbuhan fisik anak, sering digunakan ukuran-ukuran antropometrik yang
dibedakan menjadi 2 kelompok yang meliputi:
1. Tergantung umur (age dependence)
BB terhadap TB
LLA terhadap TB
Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, yang dipakai
dalam setiap memerika kesehatan
merupakan hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, antara
lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lain.2
Timbanglah bayi atau anak langsung dengan menggunakan timbangan khusus
untuk anak. Menimbang dengan cara tidak langsung dengan cara menimbang berat ibu
dengan anak atau bayinya kemudian dikurangi berat ibunya sendiri sangat tidak akurat.
Timbanglah bayi atau anak tanpa baju atau hanya dengan pakaian dalamnya saja. Berat
badan yang kurang atau lebih menunjukkan adanya masalah nutrisi akut.3
Panjang Badan
Panjang badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang terpenting.
Keistimewaannya adalah bahwa ukuran panjang atau tinggi badan pada masa
pertumbuhanmeningkat terus sampai tinggi maksimal dicapai.2
Untuk anak usia < 2 tahun, pemeriksaan panjang badan dilakukan dengan
meletakkan bayi / anak terlentang di atas papan ukuran, tanpa sepatu, atau topi.
Diusahakan agar tubuh bayi lurus. Panjang badan diukur dengan meletakkan vertex bayi
pada kayu yang tetap, sedangkan kayu yang dapat bergerak menyentuh tumit bayi.
Pengukuran langsung dengan tali pengukur tidak akurat hasilnya, kecuali ada asisten
yang memegang kaki anak agar tidak bergerak dengan panggul dan lutut lurus.3
Lingkar Kepala
Lingkaran kepala mencerminkan volume intracranial. Dipakai untuk menafsirkan
pertumbuhan otak. Lingkar kepala harus diperiksa selama 2 tahun pertama kehidupan
anak, Yang diukur adalah lingkaran kepala terbesar.
Caranya dengan meletakkan pita melingkari kepala melalui glabela pada dahi,
bagian atas alis mata, dan bagian belakang kepala bayi yang paling menonjol yaitu
protuberantia occipitalis. Ukuran kepala yang kecil dapat disebabkan karena menutup
dininya sutura atau pada keadaan mikrosefali. Mikrosefali dapat disebabkan oleh faktor
keturunan (familial) atau kelainan kromosom, infeksi congenital, gangguan metabolik
maternal dan gangguan neurologis,. Sebaliknya ukuran kepala yang terlalu besar (> 97
persentil atau 2 SD diatas nilai rata-rata) disebut makrosefali, yang mungkin disebabkan
oleh hidrosefalus, hematoma subdural, atau penyebab lain yang jarang terjadi seperti
tumor otak, Inherited syndrome, dan familial megaloencephaly (large head).3
Diagnosis
Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan, dapat dinyatakan bayinya sehat dan aktif atau sakit.
Di hari-hari pertama setelah kelahiran, bayi belum bisa membuka matanya. Namun
setelah berjalan beberapa hari kemudian, ia akan bisa melihat pada jarak 20 cm.
Bulan pertama ini bayi akan memulai adaptasinya dengan lingkungan baru
Komunikasi yang digunakan adalah menangis. Arti dari tangisan itu sendiri akan Anda
ketahui setelah mengenal tangisannya, apakah ia lapar, haus, gerah, atau hal lainnya.
Peka terhadap sentuhan jari yang disentuh ke tangannya hingga ia memegang jari
tersebut.
Usia 2 bulan
Sudah bisa melihat dengan jelas dan bisa membedakan muka dengan suara.
Usia 3 bulan
Usia 4 bulan
Usia 5 bulan
Usia 6 bulan
Saat tertawa terkadang memperlihatkan kegembiraan dengan suara tawa yang ceria.
Usia 7 bulan
Usia 8 bulan
Usia 9 bulan
Sudah mulai belajar berdiri dengan kedua kaki yang juga ikut menyangga berat
badannya.
Usia 10 bulan
Usia 11 bulan
Setelah bisa mengangkat badannya, mulai belajar berdiri dan berpegangan dengan kursi
atau meja selama 30 detik.
Usia 12 bulan
Mulai
Tidak cepat mengenal orang baru serta takut dengan orang yang tidak dikenal/asing.2
Penatalaksanaan
Non Medika mentosa
Kebutuhan dasar anak digolongkan menjadi 3, yaitu:
1. Kebutuhan fisik biomedis (ASUH)
Meliputi:
Sandang
kemandirian,
kreativitas,
agama,
kepribadian,
moral-etika,
dan
Medika mentosa
Imunisasi
Pengertian
Imunisasi merupakan usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukan vaksine dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap
penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksudkan dengan vaksin dalah bahan yang dipakai untuk
merangsang pembentukan zat anti yang dimasukan ke dalam tubuh melalui suntikan ( misalnya
vaksin BCG, DPT, dan campak) dan melalui mulut (vaksin polio).4
Dasar-dasar imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu cara untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak
terhadap berbagai penyakit, sehingga dengan imunisasi diharapkan bayi dan anak tetap tumbuh
dalam keadaan sehat. Secara alamiah tubuh sudah memiliki pertahanan terhadap berbagai kuman
yang masuk. Pertahanan tubuh tersebut meliputi pertahanan tubuh nonspesifik dan pertahanan
spesifik.
Mekanisme pertahanan tubuh pertama kali adalah pertahanan nonspesifik, seperti
komplemen dan makrofag. Komplemen dan makrofag ini yang pertama kali memberikan peran
ketika ada kuman yang masuk ke dalam tubuh (sebelum itu ada mekanisme pertahanan fisik
berupa kulit, selaput lendir, dan lain-lain). Setelah itu kuman harus mengahadapi pertahanan
tubuh yang kedua, pertahanan tubuh spesifik yeng terdiri atas sistem pertahanan tubuh
humoral dan seluler.
Pertahanan tubuh humoral dilakukan oleh limfosit B dan hanya dapat bereaksi apabila
mikroorganisme sampai di cairan tubuh. System pertahanan humoral akan menghasilkan zat
yang disebut immunoglobulin (IgA, IgM, IgG, IgE, IgD). System pertahanan tubuh dilakukan
oleh limfosit T dan bereaksi apabila virus menempel pada sel. Dalam pertahanan tubuh yang
spesifik terutama sel B, selanjutnya akan mengasilkan suatu sel yang disebut cell memory. Sel ini
akan berguna dan sangat cepat bereaksi apabila ada kuman yang sudah pernah masuk ke dalam
tubuh. Kondisi inilah yang digunakan dalam prinsip imunisasi.5
Macam-macam imunisasi
Berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuh, imunisasi dibagi menjadi dua: imunisasi
aktif dan imunisasi pasif.
1. Imunisasi aktif
Pemberian satu atau lebih antigen agen yang terinfeksius pada seorang individu
untuk merangsang system imun untuk memproduksi antibody yang akan mencegah
infeksi. Antibody dapat timbul secara alami, tetapi paling sering sengaja diberikan.
Antibody dapat memberi perlindungan seumur hidup atau perlindungan untuk sementara
waktu. Beberapa vaksin perlu diulangi pemberiannya pada interval tertentu.5
Yang diharapkan dari imunisasi aktif ini akan terjadi infeksi buatan, sehinga tubuh
mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan
humoral serta dihasilkannya cell memory. Jika benar-benar terjadi infeksi maka tubuh
secara cepat dapat merespon. Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan
dalam setiap vaksinnya, yang dijelaskan sebagai berikut.6
Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba
guna terjadinya semacam infeksi buatan (berupa polisakarida, toksoid, virus yang
dilemahkan, atau bakteri yang dimatikan).
Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan.
Adjuvans yang terdiri atas garam aluminium yang berfugsi untuk meningkatkan
imunogenitas antigen.
2. Imunisasi pasif
Pemindahan antibody yang telah dibentuk yang dihasilkan oleh host lain. Antibody ini
dapat timbul secara alami atau sengaja diberikan.5
Lokasi pemberian
Lokasi yang disukai untuk pemberian vaksin secara subkutan atau intramuscular (IM)
adalah pada sisi anterolateral paha atas atau daerah deltoid lengan atas.
Injeksi IM pada anak yang berumur kurang dari 1 tahundilakukan pada sisi anterolateral
paha. Pada anak yang berusia lebih dari satu tahun, gunakan otot deltoid sebagai tempat
suntikan. Umumnya sisi luar bokong tidak boleh digunakan untuk imunisasi bayi karena region
glutea terutama terdiri atas lemak sampai beberapa waktu setalah anak dapat berjalan den
kemungkinan dapat mencederai nervus ishiadikus.5
Imunisasi polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini
adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi polio diberikan melalui oral (OPV).7
Imunisasi DPT
Imunisasi DPT (diphtheria, pertussis, tetanus) merupakan imunisasi yang digunakan
untuk mencegak terjadinya penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin DPT ini merupakan
vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun
masih dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid). Pemberian pertama zat anti terbentuk
masih sangat sedikit (tahap pengenalan)terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh
membuat zat anti. Pada pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi
DPT diberikan intramuscular.
Pemberian DPT dapat berefek samping ringan ataupun berat. Efek ringan misalnya
terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat suntikan dan demam. Efek berat misalnya terjadi
menangis hebat, kesakitan kurang lebih 4 jam, kesdaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati,
dan syok. Upaya pencegahan penyakit difteri, pertusis dan tetanus perlu dilakukan sejak dini
melalui imunisasi.7
Imunisasi HiB
Imunisasi HiB (haemophilus influenzae tipe b) merupakan imunisasi yang diberikan
untuk mencegah terjadinya influenza tipe b. vaksin ini adalah bentuk polisakarida murni (PRP:
purified capsular polysacharida) kuman H. influenza tipe b. antigen dalam vaksin tersebut dapat
dikonjugasi dengan protein-protein lain, sperti toksoid tetanus (PRP-T), toksoid difteri (PRP-D
atau PRPCR50), atau dengan kuman menongokokus (PRP-OMPC). Pada pemberian imunisasi
awal dengan PRP-T dilakukan 3 suntikan dengan interval 2 bulan, sedangkan vaksin PRPOMPC dilakukan 2 suntikan dengan interval 2 bulan, kemudian booster-nya dapat diberikan
pada usia 18 bulan.6
Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembanan anak merupakan masa yang paling penting, karena masa
ini adalah masa dimana anak-anak mempunyai kesempatan untuk memiliki fisik, mental, emosi,
dan intelektual yang baik dan sempurna. Proses ini juga dipengaruhi oleh beberapa factor,
misalnnya keluarga, lingkungan serta gizi yang di dapat. Dalam memaksimalkan tumbuh
kembang anak diperlukan usaha untuk mengukur tumbuh kembang anak dan melindungi anak
dari penykit infeksi dengan imunisasi.
Daftar pustaka
1. Widyastuti D, widyani R. Panduan perkembangan bayi. Jakarta: Puspa Swara;
2008.h. 5-8.
2. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC; 2004.h. 14-7.
3. Matondang CS, Wahidayat I, Sastroasmoro S. Diagnosis fisis pada anak. Jakarta:
CV Sagung Seto; 2003.h.177-81.
4. Hull D, Johnston DI. Dasar-dasar pediatric. Jakarta: EGC; 2008.h. 105.
5. Schwartz MW. Pediatric. Jakarta: EGC; 2005.h. 56-7.
6. Hidayat AA. Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta:
Salemba medika; 2008.h. 54-9.
7. Arvin BK. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC; 2004h.h. 1259-60.